Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
sesuai dengan yang diharapkan. Makalah dengan judul “Desain Pesan Kesehatan
Yang Efektif” ini dibuat sebagai salah satu tugas final mata kuliah Desain dan
Aplikasi Media Kesehatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, baik dari segi penulisan, bahasan, ataupun penyusunannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kendari, Juli 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap penyuluh kesehatan yang berperan dalam penyebarluasan pesan
kesehatan dituntut untuk dapat menyampaikan pesan secara cepat dan efektif
kepada masyarakat. Hal tersebut tentunya bukanlah perkara yang mudah. Oleh
karena itu, diperlukan desain pesan kesehatan yang menarik supaya dapat menarik
minat masyarakat untuk mendengarkan dan mengikuti pesan-pesan kesehatan
yang disampaikan. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah bagaimana agar
sebuah pesan dapat menyita perhatian komunikan untuk memperhatikan dengan
baik atau membaca pesan yang dimaksudkan. Dalam komunikasi kesehatan,
media mempunyai peranan penting dalam penyampaian pesan kesehatan kepada
masyarakat. Supaya pesan dapat tersampaikan secara efektif, dibutuhkan media
yang menarik dan mengandung daya persuasi. Terdapat berbagai macam media
yang dapat digunakan untuk komunikasi kesehatan, mulai dari media cetak dan
media sosial. Media cetak adalah media yang sering digunakan pada zaman
dahulu. Sedangkan pada zaman modern, media yang umum digunakan adalah
media yang dihasilkan dari perkembangan teknologi seperti media sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana desain pesan kesehatan yang efektif?
2. Apa saja metode dan media yang dapat digunakan dalam promosi
kesehatan?
3. Bagaimana desain pesan kesehatan berbasis media cetak?
4. Bagaimana desain pesan kesehatan berbasis media sosial?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui desain pesan kesehatan yang efektif.
2. Mengetahui apa saja metode dan media yang dapat digunakan dalam
promosi kesehatan.
3. Mengetahui desain pesan kesehatan berbasis media cetak.
4. Mengetahui desain pesan kesehatan berbasis media sosial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Desain Pesan Kesehatan Yang Efektif

2.1.1 Pengertian Desain Pesan


Komunikasi diperlukan dalam proses penyampaian pesan atau
penyuluhan karena tanpa komunikasi tujuan dari hal tersebut tidak
akan tercapai. Komunikasi terjadi apabila ada komunikan memberikan
pesan kepada komunikan. Dari hal tersebut dapat dilihat pengertian
pesan merupakan informasi yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan, dapat berupa fakta, data, ide, dan makna. Pesan
pada dasarnya juga bisa diartikan sebagai hasil atau output berupa
kalimat pembicaraan lisan, tulisan, gambar, simbol atau sebagainya.
Arti kata desain menurut KBBI adalah kerangka bentuk atau
rancangan. Kata desain juga menunjukkan adanya suatu proses atau
suatu hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai
dari analisis masalah penyampaian pesan hingga pemecahan masalah
yang dirumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat
dalam bentuk prototipe, naskah atau stori board, dan sebagainya (Pti,
n.d.).
Salah satu proses menspesifikasi kondisi untuk penyampaian
pesan adalah desain pesan. Desain pesan itu sendiri adalah suatu
perencanaan untuk merekayasa atau menjadikan bentuk fisik dari
pesan atau informasi. Desain pesan juga bisa dikatakan “pesan dalam
bentuk fisik” yang bisa berupa foto, video, ataupun desain komputer
dan lain sebagainya.
Terdapat 3 komponen utama yang digunakan dalam berbagai
cara unik untuk menghasilkan, menafsirkan, dan mentransmisikan
pesan dari berbagai jenis dalam situasi komunikasi yang tergantung
pada tujuan dari pesan itu sendiri, yaitu kata-kata, bentuk dan visual.
(Sunandarid, 2016).
Desain pesan adalah suatu bentuk yang digunakan untuk
menyajikan sebuah informasi. Desain pesan merupakan perencanaan
bentuk fisik dari suatu pesan atau informasi. Desain pesan yang sering
digunakan dalam penyampaian pesan kesehatan adalah desain pesan
berbasis media cetak dan media sosial. Media cetak merupakan media
yang umum digunakan oleh para penyuluh kesehatan untuk menarik
perhatian masyarakat serta meningatkan pemahaman masyarakat
terkait materi yang sedang disampaikan. Sementara itu, media sosial
merupakan media yang biasanya dimanfaaatkan dalam penyebaran
informasi-informasi kesehatan melalui internet.

2.1.2 Prinsip Desain Pesan


Desain pesan memiliki prinsip prinsip yang juga harus
diperhatikan agar pesan tersebut efektif. Prinsip-prinsip desain pesan
akan tidak sama dalam penggunaanya, tergantung dari sifat medianya,
apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya seperti
foto, bagan, audio atau film(Gesang Wahyudi, 2019). Prinsip desain
pesan penyampaian pesan meliputi prinsip (1) kesiapan dan motivasi,
(2) penggunaan alat pemusat perhatian, (3) partisipasi aktif komunikan,
(4) perulangan, (5) umpan balik, (6) persepsi, dan (7) daya serap(Pti,
n.d.).
Prinsip motivasi dan kesiapan menjelaskan jika dalam
menyampaikan pesan, penerima pesan siap (siap pengetahuan
prasyarat, siap mental, siap fisik) serta memiliki motivasi yang tinggi
sehingga pesan yang tersampai akan efektif dan hasilnya juga akan
memuaskan.
Kesiapan mental diartikan sebagai kesiapan kemampuan awal,
yaitu pengetahuan yang telah dimiliki penerima pesan yang dapat
dijadikan pijakan untuk mempelajari materi baru. Oleh sebab itu,
dalam menyusun desain pesan, komunikator harus lebih dahulu
mengetahui kesiapan komunikan melalui tes penjajagan atau tes
prasayarat belajar yang diberikan pada komunikan. Jika diketahui
pengetahuan awal komunikan belum mencukupi, maka dapat diadakan
pembekalan matrikulasi.
Sedangkan kesiapan fisik, berarti bahwa komunikan dalam
melakukan kegiatan penyampaian pesan tidak mengalami kekurangan
atau halangan, sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses
dan hasil penyampaian pesan. Misalnya untuk menyampaikan pesan
media audio, penerima pesan tidak boleh terganggu pendengarannya.
Motivasi adalah merupakan dorongan yang menyebabkan
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan
itu bisa berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi
komunikan untuk mengerti pesan yang disampaikan, semakin tinggi
pula proses dan hasil penyampaian pesannya. Oleh karena itu, dalam
kegiatan penyampaian pesan hendaknya komunikator berupaya
mendorong motivasi komunikan dengan menunjukkan pentingnya
mempelajari pesan penyampaian pesan yang sedang dipelajari, manfaat
dan relevansi ntuk kedepannya sehingga akan menghasilkan atau
menumbuhkan motivasi. Seperti contohnya bisa juga melalui
pemberian hadiah dan hukuman agar termotivasi.
Prinsip penggunaan alat pemusatan perhatian menjelaskan bahwa
perhatian yaitu terpusatnya pada mental terhadap suatu objek
memegang peranan penting terhadap keberhasilan penerimaan pesan.
Prinsip penggunaan alat pemusatan perhatian akan berhasil jika
semakin diperhatikan dan semakin gagal jika tidak diperhatikan.
Apabila ingin menghasikan suatu desain yang menarik perhatian
masyarakat diperlukan pertimbangan yang cerdas dalam mengorganisir
elemen grafis. Ciri-ciri desain yang baik adalah dapat menari perhatian
orang, pesan didalamnya mudah dipahami dan dimengerti, informasi
visual serta dapat mengankat intisari pesan didalamnya. Selain itu,
desain yang dibuat menggambarkan perasaan dan lingkungan orang
yang melihat. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah
media dan tekniknya tetapi berikut cara -cara yang dapat digunakan
untuk mengarahkan perhatian komunikan antara lain:
 Mengaitkan pesan dengan pengalaman atau kehidupan komunikan.
 Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar,
bagan, dan media-media penyampaian pesan visual lainnya.
 Menghubungkan pesan yang sedang disampaikan dengan topik-
topik yang sudah disampaikan.
 Menggunakan musik penyeling.
 Mencipatakan suasana riang.
 Teknik penyajian yang bervariasi.
 Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
Prinsip partisipasi aktif komunikan menjelaskan jika komunikan
aktif berpartisipasi dan interaktif dalam penyampaian pesan maka
hasilnya akan meningkat. Prinsip meliputi aktifitas, kegiatan, atau
proses mental, emosional maupun fisik. Contoh aktifitas mental
misalnya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk aktifitas emosional misalnya
semangat, sikap, positif terhadap penyampaian pesan, motivasi,
keriangan, dan lain-lain. Contoh aktifitas fisik misalnya melakukan
gerak badan seperti kaki, tangan untuk melakukan ketrampilan tertentu.
(Pti, n.d.)
Penyampaian pesan yang diulang ulang akan menghasilkan hasil
yang meningkat pula, itu merupan penjelasan dari prinsip perulangan.
Memberikan tinjauan singkat pada awal penyampaian pesan dan
ringkasan atau kesimpulan pada akhir penyampaian pesan bisa
dilakukan pada prinsip ini.(Gesang Wahyudi, 2019)
Prinsip umpan balik menjelaskan jika dalam penyampaian pesan
komunikan diberi umpan balik, hasilnya juga akan meningkat. Jika
salah diberikan pembetulan, dan jika benar diberikan konfirmasi atau
penguatan. Dengan demikian, penerima pesan akan tahu di mana letak
kesalahannya dan semakin mantap dengan pengetahuan yang
diperolehnya.(Gesang Wahyudi, 2019)
Prinsip selanjutnya yaitu persepsi. Persepsi adalah proses
menangkap objek-objek melalui alat alat indera dan diproyeksikan
pada bagian tertentu di otak, sehinggga dapat mengamati objek
tertentu. Persepsi menggerakkan proses asosiasi-asosiasi sehingga
dapat membandingkan, membedakan, menganalogi analogi dan
menyimpulkan pesan yang ditangkap oleh komunikan.
Prinsip daya serap berkaitan erat dengan kerja memori otak.
Dalam dunia psikologi terdapat dua klasifikasi yaitu, memori jangka
panjang dan memori jangka pendek. Pada umumnya memori gambar
lebih baik daripada memori kata. Hal ini sesuai dengan efek
superioritas gambar (picture superiority effect).

2.1.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menyampaikan Pesan


Dalam desain pesan kesehatan berbasis media cetak maupun
media sosial, keefektifan suatu pesan sangat ditentukan oleh bentuk
pesan, pemilihan warna, penambahan gambar, ukuran huruf, jenis
huruf serta pemilihan kata dalam pesan tersebut. Desain pesan harus
disesuaikan dengan karakteristik penerima pesan dengan
memperhatikan usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan serta
latar belakang kebudayaan penerima pesan. Hal tersebut mencakup
prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan atau informasi, agar suatu pesan
dapat tersampaikan secara efektif. Selain itu, perlu diperhatikan pula
penggunaan bahasa, pemilihan warna, penambahan gambar, ukuran
huruf, jenis huruf, serta pemilihan kata untuk membuat pesan tersebut
menarik dan dapat menarik minat komunikan untuk memperhatikan
dan lebih memahami isi dari pesan yang disampaikan.

2.1.4 Kerucut Efektifitas Media Edgar Dale


Dengan menggunakan perbandingan pada tingkat lapisan dalam
kerucut Edgar Dale, media yang hanya menggunakan kata-kata saja
rupanya kurang efektif atau intensitasnya lebih rendah dari pada media
yang disertai gambar. Oleh karena itu, sebaiknya pembuat pesan
kesehatan menambahkan gambar untuk menambah keefektifan dalam
penyampaian pesan. Berikut gambaran kerucut pengalaman Edgar Dale.
Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale (the cone of
experience) lambang kata-kata hanya dapat diserap dalam memori
sebesar 10 % dibanding dengan gambar bergerak sebesar 30 %.
Secara berurutan kerucut pengalaman dari konkrit ke abstrak.
Berikut penjelasannya:
a. Pengalaman langsung (direct puposeful experiences)
Pengalaman langsung dilakukan dengan melihat, mendengar,
memegang dan merasakan. Aktivitas penyampaian pesan seperti
bermain drama, simulasi, membuat karya seni, eksperimen di
laboratorium. Komunikan dapat menangkap 90% pesan ketika
penyampaian pesan dengan pengalaman langsung.
b. Pengalaman tiruan atau tidak langsung (contriverd
experiences atau indirect experiences)
Tingkatan berikutnya penyampaian pesan yang di kreasi atau
dibuat. Sesuatu yang dibuat berbeda dengan aslinya, baik ukuran,
bentuk maupun kompleksitasnya. Pengalaman tidak langsung
melalui model yang dibuat tiruannya lebih diperlukan apabila
sesuatu yang asli tidak dapat ditampilkan secara langsung. Misal
komunikan ingin mempelajari sistem pencernaan manusia, maka
komunikator memanfaatkan tiruan dari model tersebut. Dalam
situasi seperti itu maka model tiruan lebih baik untuk penyampaian
pesan.
c. Pengalaman bersandiwara (dramatized experiences)
Penyampaian pesan ini biasanya digunakan dalam persoalan
yang bersifat abstrak dan simbolis. Keikutsertaan komunikan
dalam sandiwara dapat membantu lebih merasakan realita.
Komunikan menghayati karakter yang diperankan, dengan
aktivitas tersebut pesan dalam drama dapat tertanam langsung.
Namun perlu dibedakan bahwa partispasi dalam sandiwara lebih
mengena daripada sekedar menonton sandiwara. Walaupun kedua-
duanya mempunyai manfaat dalam penyampaian pesan.
d. Demonstrasi (demonstration)
Demontrasi dalam penyampaian pesan merupakan
penjelasan visual dari suatu ide, fakta atau proses. Dalam
demonstrasi terdapat dua kemungkinan, pertama komunikan hanya
mengamati dan kedua, komunikan sebagai demonstrator. Sebagai
contoh, seorang komunikator olah raga mendemontrasikan cara
menggiring bola, komunikan mengamati. Seorang komunikan
mendemonstrasikan cara kerja robotik hasil karyanya.
e. Karya wisata (field-trip)
Pada kegiatan karya wisata komunikan tidak hanya
mengamati suatu tempat yang dikunjungi, namun juga observasi
dan mewancarai pihak terkait. Suatu contoh, komunikan
berkunjung di daerah dengan angka demam berdarah yang tinggi,
selain mengamati langsung situasi dan kondisi lingkungan disana,
komunikan juga mewawancari masyarakat dalam berbagai hal
sesuai dengan topik yang diberikan.
f. Pameran (exhibits)
Pameran biasanya berisi pajangan foto-foto, poster, prototipe
hasil karya komunikator dan sebagainya. Dalam pameran
terkadang pengunjung disuguhi tayangan film dan juga terdapat
kegiatan yang melibatkan penonton langsung untuk
mengoperasikan alat yang dipamerkan.
g. Televisi dan gambar bergerak (television and motion
picture)
Pada era sekarang televisi dan gambar bergerak bisa
dikatakan sebuah film. Film penyampaian pesan merupakan salah
satu media yang mengkombinasikan visual, audio dan gambar
bergerak dalam satu tampilan. Pesan pengalaman pada film tidak
terlalu terpaku pada ruang dan waktu seperti karya wisata. Film
dapat memilah materi-materi yang tidak penting dan dipusatkan
pada beberapa hal dipilih. Sehingga pesan disampaikan dalam film
tidak melebar dan fokus pada satu pokok bahasan.
h. Gambar diam, radio, dan rekaman (still picture, radio, and
recording)
Tingkat berikutnya pesan pengalaman dari media gambar
diam, radio dan rekaman. Pada tingkat ini menggunakan peralatan
audio dan visual yang cenderung mengandalkan imajinasi audien.
i. Lambang-lambang visual (visual symbol)
Lambang simbol seperti bagan, diagram, grafik, peta dan
lain-lain. Komunikator perlu menyesuaikan lambang simbol
dengan tingkat komunikan. Penyampaian pesan yang terbaik
dengan menugaskan langsung komunikan membuat lambang
simbol tersebut.
j. Lambang kata-kata (verbal symbol)
Lambang kata-kata merupakan puncak dari kerucut
pengalaman Edgar Dale. Suatu benda hanya dilukiskan dalam
susunan huruf yang membentuk suatu kata lalu tergabung dalam
satu kalimat yang menyampaikan makna di dalamnya. Sesuatu
yang konkrit diubah menjadi abstrak.

Kerangka kurucut pengalaman di atas memberikan gambaran


bahwa penyampaian pesan akan terekam dalam memori jangka
panjang jika disampaikan dalam bentuk konkrit dan begitu
sebaliknya. Komunikan akan menyimpan dalam memori 90% dari
apa yang dikatakan dan dilakukan, 70% dari apa yang dikatakan, 50
% dari apa yang dilihat dan didengar, 30% dari dilihat, 20% dari yang
didengar dan 10% dari yang dibaca. (Gesang Wahyudi, 2019)

2.1.5 Konsep Desain Pesan Efektif


Teori muatan kognitif menyatakan bahwa hanya sedikit elemen
informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu
banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga
menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima
diharuskan untuk membagi perhatian mereka di antara, dan
mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber
informasi yang berkaitan (misalnya teks dan diagram) proses ini
mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tak perlu pada memori
kerja yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi.
Menyajikan sejumlah sumber informasi secara simultan, bahkan di
dalam format yang terintegrasi (contoh: diagram dan teks yang
diintegrasikan secara fisikal), tidak selalu bisa efektif, khususnya jika
beberapa informasi yang akan diolah itu tidak diperlukan dan
berlebihan. Jika informasi yang berlebihan itu diintegrasikan dengan
informasi yang esensial, maka tidak ada pilihan lain selain
memprosesnya (contoh: teks tak diperlukan yang menyertai diagram
yang sudah komplit dan mudah dimengerti). (Pranata, 2004)
Tambahan-tambahan elemen auditori yang berlebihan dapat
melebihi kapasitas channelauditori sehingga elemen tambahan apa pun
(termasuk kata-kata, efek-efek suara, dan ilustrasi musik) yang tidak
diperlukan untuk membuat informasi mudah dimengerti atau yang
tidak terintegrasi dengan materi-materi utama akan menurunkan
kapasitas memori kerja yang efektif dan karenanya mempengaruhi
proses pemahaman dari materi-materi terpenting. Karena materi
terpenting yang diseleksi bagi pengolahan lebih lanjut menjadi lebih
sedikit, maka hasilnya adalah performansi yang lebih buruk. Jadi,
ketika penerima memfokuskan kapasitas pengolahan auditori mereka
yang terbatas itu pada penerimaan materi auditori yang didapat, mereka
memiliki sedikit sisa kapasitas untuk mengkonstruksi representasi-
representasi yang lain sehingga akan terjadi performansi yang lebih
jelek.(Pranata, 2004)
Setiap memori kerja, visual maupun verbal, memiliki kapasitas
yang terbatas. Karena itu ketika informasi visual dan verbal dalam
bentuk teks ditampilkan ada kemungkinan memori kerja visual tidak
dapat menampung semua informasi sehingga akan ada informasi yang
hilang. Hal yang sama mungkin terjadi ketika sumber informasi verbal
dalam bentuk auditorial ditampilkan berbarengan dengan bentuk teks
visual. (Pranata, 2004) Ada 3 proses yang berlangsung saat
seseorang menerima 2 bentuk informasi (verbal dan visual), dalam
waktu yang sama, yaitu: 1) membuat gambaran verbal serta
kesesuaian dengan informasi verbal yang diterima; 2) membuat
gambaran visual serta kesesuaian dengan informasi visual yang
diterima; dan 3) membuat kesesuaian hubungan antara gambaran
visual dengan gambaran verbal yang sudah diterima.(Saguni, 2006)
Tetapi jika informasi visual ditampilkan secara visual dan informasi
verbal ditampilkan secara auditorial maka akan terbuka kesempatan
memori kerja visual dan verbal bekerja bersama sehingga penerima
lebih mudah menyusun kode-kode teks karena informasi ditangkap
secara maksimal.
2.2 Metode dan Media Promosi Kesehatan

2.2.1 Metode Promosi Kesehatan


Metode penyampaian pesan yang paling cocok digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat adalah
dengan menggunakan media massa yang berupa media cetak dan
media sosial, dikarenakan media tersebut merupakan media yang sudah
tidak asing bagi masyarakat zaman sekarang. Metode berbasis media
massa ini dapat digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi awareness dan diharapkan dapat mengubah
perilaku masyarakat menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran
promosi. Setiap metode yang ada memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Berdasarkan teknik komunikasi
metodenya dibagi dua, yaitu metode penyuluhan langsung dan tidak
langsung. Metode penyuluhan langsung ini, penyuluh bertatap muka
atau berhadapan langsung dengan sasaran, seperti contohnya
kunjungan rumah, pertemuan di balai desa atau posyandu, dan lainnya.
Sedangkan metode tidak langsung ini, penyuluh tidak berhadapan
langsung dengan sasaran, tetapi dengan perantara (media), seperti
contohnya publikasi dalam media cetak, melalui pertunjukan film dan
sebagainya. (Siahaan, n.d.)
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode promosi
kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu pendekatan perorangan, pendekatan
kelompok, dan pendekatan masal. Pendekatan perorangan ini,
penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasaran secara perorangan, antara lain adalah kunjungan rumah,
hubungan telepon, dan lainnya. Pendekatan kelompok ini, petugas
promosi berhubungan dengan sekelompok sasaran, seperti contohnya
pertemuan, demonstrasi, diskusi kelompok, pertemuan FGD, dan
sebagainya, berbedara dari pendekatan kelompok, pendekatan masal
menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang
jumlahnya banyak, seperti contohnya pertemuan umum, pertunnjukan
kesenian, penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, pemutaran
film, dan lain-lain. (Siahaan, n.d.)
Yang terakhir, berdasarkan indera penerima metode promosi
kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu melihat/memperhatikan,
pendengaran, dan kombinasi. Metode melihat atau memperhatikan ini,
pesan yang diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti
penempelan poster. Sedangkan metode pendengaran, pesan diterima
oleh sasaran melalui indera pendengar, contohnya penyuluhan lewat
radio, pidato, ceramah, dan lainnya. Metode kombinasi merupakan
gabungan dari dilihat, didengar, dicium, diraba, dan dicoba, seperti
contohnya demonstrasi cara. (Siahaan, n.d.)
2.2.2 Media Promosi Kesehatan
1. Pengertian (Media Massa)
Media Massa adalah alat sebagai saluran untuk memberikan
informasi dan pesan yang menjangkau seluruh masyarakat dengan
cepat dan luas. Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang
mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis
media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat
yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istiah ini sering
disingkat menjadi media (Wikipedia Media Massa).
2. Jenis-jenis Media Massa
a. Media massa tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas
dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa.
Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut:
surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam
jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti (Wikipedia Media
Massa):
1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan
dan didistribusikan.
2. Media massa menjadi perantara dan mengirim
informasinya melalui saluran tertentu.
3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian
dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang
mereka terima.
4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
b. Media massa modern
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media
lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa
seperti internet dan telepon seluler. Dalam jenis media ini
terdapat ciri-ciri seperti (Wikipedia Media Massa):
1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada
banyak penerima (melalui SMS atau internet
misalnya).
2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau
organisasi namun juga oleh individual.
3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu.
4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam.
5. Penerima yang menentukan waktu interaksi.
3. Fungsi Media (Media Massa)
Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers,
fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan,
dan kontrol sosial. Sementara itu, pasal 6 UU Pers Nasional
melaksanakan peranan sebagai berikut (Wikipedia Media Massa):
 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan
nilai-nilai dasar demokrasi, dan mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers
juga harus menghormati kebhinnekaan mengembangkan
pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat,
dan benar melakukan pengawasan.
 Sebagai pelaku media informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang
peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat
membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
 Fungsi pendidikan
Pers itu sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education).
Pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan
sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan
wawasannya.
 Fungsi hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk
mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-
artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan
karikatur.
 Fungsi kontrol sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang di dalamnya
terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam
pemerintahan).
2. Social responsibility (pertanggungjawaban
pemerintah terhadap rakyat).
3. Social support (dukungan rakyat terhadap
pemerintah).
4. Social control (kontrol masyarakat terhadap
tindakan-tindakan pemerintah).
 Sebagai Lembaga Ekonomi
Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers
dapat memanfaatkan keadaan di sekitarnya sebagai nilai jual
sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh
keuntungan maksimal dari hasil produksinya untuk
kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Media Promosi Kesehatan
a. Penggunaan Bahasa dalam Media Promosi
Kesehatan
Bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif
untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan
pendapat kepada orang lain (Walija, 1996). Dalam pembuatan
desain pesan kesehatan, keefektifan suatu pesan sangat
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa
dalam media pesan kesehatan harus disesuaikan dengan target
sasaran penerima pesan. Terdapat dua ragam bahasa yang
sering digunakan dalam desain pesan kesehatan, baik dalam
media cetak maupun media sosial, yaitu ragam bahasa
jurnalistik, ragam bahasa gaul.
1. Ragam Bahasa Jurnalistik
F. Rahardi mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai
salah satu ragam bahasa yang digunakan tidak hanya oleh
dunia persuratkabaran atau dunia pers atau media masa
cetak melainkan juga media massa audio, media massa
audiovidual, dan multimedia atau internet. Lebih lanjut is
menyatakan bahwa bahasa jurnalistik merupakan salah
satu ragam bahasa yang dibentuk karena spesifikasi materi
yang disampaikan (Rahardi, 2006 : 65). Dalam desain
pesan kesehatan, ragam bahasa ini biasanya terdapat di
dalam koran, majalah, dan media pers lainnya.
2. Ragam Bahasa Gaul
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat (2008) “bahasa gaul artinya dialek bahasa
Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas
tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan”. Ragam
bahasa ini merupakan ragam bahasa baru. Dalam desain
pesan kesehatan, ragam bahasa ini biasanya terdapat pada
media sosial seperti instagram, facebook, dan sebagainya.
b. Penggunaan Warna dalam Media Promosi Kesehatan
Warna dapat didefinisikan sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis dari pengalaman
indra penglihatan (Monica dan Luzar, 2011). Dalam
pembuatan media promosi kesehatan, warna merupakan salah
satu unsur penting yang perlu diperhatikan karena warna dapat
memberi efek spontan bagi psikologis orang yang melihatnya,
misalnya warna hijau rumput dapat memberikan kesan yang
menyegarkan.
Warna yang digunakan dalam pembuatan media pesan
kesehatan sebaiknya warna-warna yang cerah dan mencolok
karena warna yang cerah cenderung meningkatkan minat
seseorang untuk membaca dan memperhatikan. Selain itu,
pemilihan warna juga harus kontras antara tulisan dan gambar.
Adapun arti dari masing-masing warna adalah sebagai berikut:
1. Merah
Merah diasumsikan dengan api. Warna merah memberikan
kesan semangat, antusiasme, cinta, dan kekuatan.
2. Merah Muda
Merah muda diasumsikan dengan wanita. Warna merah
muda memberikan kesan kelembutan dan feminim.
3. Kuning
Kuning diasumsikan dengan sinar matahari. Warna kuning
memberikan kesan optimisme dan keceriaan.
4. Biru
Biru diasumsikan dengan laut dan langit. Warna biru
memberikan kesan kesejukan dan kedamaian.
5. Hijau
Hijau diasumsikan dengan tumbuhan. Warna hijau
memberikan kesan natural dan alami.
6. Ungu
Ungu diasumsikan dengan keagungan dan spiritualitas.
Warna ungu memberikan kesan kemewahan, imajinasi,
dan keajaiban.
7. Oranye
Oranye diasumsikan dengan musim semi dan jeruk. Warna
oranye memberikan kesan berenergi, kreativitas, stimulasi,
dan keunikan.
8. Cokelat
Cokelat diasumsikan dengan tanah atau bumi. Warna
cokelat memberikan kesan hangat, nyaman, dan aman.
9. Emas
Emas diasumsikan dengan perhiasan. Warna emas
memberikan kesan mewah.
10. Hitam
Hitam diasumsikan dengan malam dan kematian. Warna
hitam sebaiknya dihindari dalam pembuatan background
pesan kesehatan karena memberikan kesan suram dan
kurang menarik.
11. Putih
Putih diasumsikan dengan sinar dan kemurnian. Warna
putih memberikan kesan bersih dan suci.
12. Abu-abu
Abu-abu diasumsikan dengan netral. Warna abu-abu
memberikan kesan seimbang, sederhana, dan klasik.
c. Penggunaan Nada (Intonasi) dalam Media Promosi
Kesehatan
Nada adalah bunyi yang beraturan, dan memiliki
frekuensi tunggal tertentu (Wikipedia Nada, 2017). Sedangkan
intonasi adalah tinggi rendahnya nada pada kalimat yang
memberikan penekanan pada kata-kata tertentu di dalam
kalimat (Wikipedia Intonasi, 2018). Penggunaan nada atau
intonasi dalam media promosi kesehatan bertujuan untuk
membedakan antara kalimat yang berisi ajakan, perintah
(mempertegas), dan larangan. Oleh karena itu, media promosi
kesehatan yang baik harus memperhatikan penggunaan nada
atau intonasi pada kalimat yang akan digunakan sesuai dengan
tujuan promosi kesehatan tersebut, entah akan berisi ajakan,
perintah (mempertegas), ataupun larangan.
1. Ajakan (Himbauan)
Ajakan atau himbauan merupakan suatu kalimat
yang menyatakan ajakan atau himbauan kepada seseorang
yang diajak berbicara untuk bersama-sama melakukan
sesuatu. Dalam promosi kesehatan, ajakan atau himbauan
biasanya ditujukan untuk mengubah perilaku seseorang
dari yang kurang buruk menjadi baik. Contoh ajakan
dalam media promosi kesehatan:
• Ayo, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
• Mari terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
• Konsumsi makanan yang bergizi seimbang.
• Mari olahraga 30 menit setiap hari.

2. Perintah (Mempertegas)
Penegasan atau mempertegas merupakan sebuah
penekanan, penonjolan ide, atau ketegasan terhadap
sesuatu hal yang biasanya dianggap penting. Dalam
promosi kesehatan, mempertegas kalimat atau pernyataan
dapat dikatakan sebagai perintah, karena perintah identik
dengan kalimat yang tegas. Contoh kalimat penegasan atau
perintah dalam media promosi kesehatan:
• Jauhi virusnya, bukan orangnya!
• Masyarakat hidup sehat, Indonesia kuat!
• Gunakan pelayanan kesehatan!
• Kenali HIV/AIDS, hapus stigma HIV/AIDS!
• Say no to drugs!
3. Larangan
Larangan merupakan suatu hal yang tidak boleh
dilakukan atau dilarang oleh suatu organisasi ataupun
pemerintah. Larangan dalam promosi kesehatan
bermacam-macam, misal:
• Dilarang merokok! Merokok membunuhmu.
• Jangan mandi di sungai!
d. Penggunaan Tokoh dalam Media Promosi Kesehatan
Penggunaan tokoh dalam media kesehatan menunjang
pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat atau tidak. Penggunaannya tergantung kepada
siapa sasaran dari pesan tersebut. Ada beberapa tokoh yang
dapat digunakan dalam media kesehatan, yaitu tokoh
masayarakat atau selebritis, korban dan animasi. Pada
umumnya, sasaran untuk penggunaan tokoh masyarakat pada
media kesehatan adalah orang tua, penggunaan selebritis untuk
remaja, dan animasi untuk anak-anak.
Penggunaan tokoh masyarakat dalam media kesehatan
merupakan salah satu bentuk dukungan sosial dari para tokoh
masyarakat yang disegani masyarakat. Promosi kesehatan yang
dilakukan akan lebih mudah dan masyarakat secara tidak
langsung akan menerima pesan tersebut dengan baik karena
tokoh yang mereka segani dan percayai ikut mendukung pesan
yang ada di media kesehatan tersebut. Lalu tokoh masyarakat
bisa juga digantikan oleh selebritis. Apabila selebritis atau
idola masyarakat digunakan dalam media kesehatan juga akan
mendukung pesan tersebut tersampaikan kepada masyarakat
dengan baik serta menarik perhatian bagi masyarakat yang
mengidolakannya. Masyarakat yang menyukai atau
menggemari selebritis cenderung akan mengikuti apa yang
dilakukan dan dikatakan oleh idolanya tersebut, sehingga
membuat pesan dalah media kesehatan tersebut dapat
tersampaikan.

Figure 1 Penggunaan Tokoh Masyarakat dalam Media Promosi Kesehatan

Foto korban yang dimasukkan dalam media promosi


kesehatan akan mendukung tersampainya pesan yang
diberikan. Dengan memasukkannya dalam media promosi
kesehatan, masyarakat yang akan menerima pesan akan merasa
jera dan takut untuk tidak berubah dan memilih untuk berubah
atau mengikuti pesan yang disampaikan.
Figure 2 Penggunaan Korban dalam Media Promosi Kesehatan

Seperti halnya selebritis, animasi juga akan mendukung


tersampainya pesan yang terdapat dalam media kesehatan.
Anak-anak yang sebagian besar menyukai tontonan film
animasi pada dasarnya secara langsung maupun tidak langsung
dapat terpengaruh, baik secara sosiologis maupun psikologis
(Nashrur Razzaq, 2018). Liputra (2011), menyimpulkan bahwa
animasi film pada saat ini sangat mempengaruhi sebagian besar
cara berpikir anak ,karena anak menyerap semua informasi
yang ia dapat dan mencoba untuk di praktekkan dalam
kehidupannya nyata sekarang ini. Media kesehatan dengan
menggunakan animasi bersifat sederhana dan lucu sehingga
dapat lebih menarik perhatian anak dan pesan yang
disampaikan dapat maksimal. Media kesehatan menggunakan
animasi juga dibuat dengan memiliki unsur humor agar
informasi disampaikan lebih mudah diingat oleh anak-anak.
Figure 3 Penggunaan Animasi dala Media Promosi Kesehatan

2.3 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Cetak

2.3.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Cetak


Menurut Notoatmojo (2010), media cetak yaitu suatu media
statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak umumnya
terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata
warna. Adapun macam-macam media cetak, yaitu : poster, leaflet,
brosur, majalah, surat kabar, stiker, dan pamflet. Media cetak memiliki
beberapa karakteristik, yaitu:
1. Praktis
Meskipun di era modern ini media massa lebih praktis daripada
media cetak, media cetak pada zaman sekarang juga tidak kalah
praktis dari media massa. Media cetak merupakan media yang
praktis karena berbentuk nyata dan dapat dibawa ke mana saja.
Berkembangnya teknologi dan komunikasi juga membuat media
cetak zaman sekarang memiliki tampilan yang lebih menarik dan
lebih cepat sampai ke pembaca.
2. Daya Jangkaunya Luas
Media cetak dapat menjangkau masyarakat luas dan dapat memberi
informasi kepada masyarakat bahkan yang bertempat tinggal di
daerah pelosok sekalipun. Media cetak tidak memerlukan teknologi
seperti listrik atau internet untuk menjangkaunya sehingga
masyarakat di daerah pelosok yang di daerahnya belum terdapat
listrik maupun internet juga dapat menjangkaunya.
3. Tahan Lama
Media cetak merupakan media yang memiliki ketahanan yang
cukup lama dan dapat disimpan sehingga informasi yang ada di
dalam media cetak dapat dibaca berulang-ulang.
4. Informatif
Di dalam media cetak, terdapat berbagai macam informasi yang
dapat disampaikan secara naratif, mendalam, dan banyak sehingga
berita yang disampaikan memiliki sifat yang informatif serta dapat
menambah pengetahuan bagi para pembacanya.
5. Massal
Media cetak bersifat massal karena dapat dinikmati oleh semua
kalangan. Orang lanjut usia yang tidak mengenal atau tidak mahir
menggunakan teknologi seperti internet, dapat memperoleh
informasi melalui media cetak yang sudah mereka kenal sejak
zaman dahulu.
6. Fleksibel
Media cetak bersifat fleksibel karena mudah dibaca di mana saja
dan kapan saja.
7. Mahal
Jika dibandingakan dengan media massa, media cetak pada
umumnya memiliki harga yang lebih mahal. Contohnya yaitu jika
ingin membaca buku, majalah, atau koran, kita harus membelinya
terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan media massa yang sudah
dapat diakses jika kita memiliki jaringan internet tanpa harus
membelinya terlebih dahulu.
8. Terbatas Waktu
Media cetak memiliki masa yang singkat. Informasi yang relevan
sekarang, mungkin sudah tidak relevan di masa mendatang.
9. Kesalahan Cetak
Kesalahan cetak yang terdapat di dalam media cetak dapat
menyebabkan pembaca menjadi kesulitan untuk memahami
maksud dari informasi yang ada di dalamnya sehingga informasi
tersebut tidak dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu, salah
cetak juga dapat menimbulkan kesalahpahaman di kalangan
pembaca. Jika terjadi kesalahan cetak, kesalahan tersebut hanya
dapat diubah dengan dua cara, yaitu dengan mencetak ulang atau
melakukan pembetulan di edisi selanjutnya.
10. Media Pasif
Media cetak merupakan media pasif karena tidak adanya interaksi
secara langsung antara pembaca dengan penulis.
11. Menghasilkan Limbah
Kertas-kertas dari media cetak yang sudah tidak terpakai seringkali
menyebabkan limbah yang mencemari lingkungan.

2.3.2 Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Cetak


Dalam menyusun desain pesan kesehatan yang efektif melalui
media cetak, diperlukan media cetak yang tepat sesuai dengan sasaran
pembacanya.
Menurut Machfoedz dan Suryani (2009), media cetak sebagai
alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi
antara lain:
1. Booklet
Booklet merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik dalam bentuk tulisan maupun
gambar.
2. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-
pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat
dalam bentuk kalimat, gambar, maupun kombinasi kalimat dan
gambar. Biasanya dalam penyuluhan kesehatan, leaflet ini
dibagikan kepada masyarakat supaya masyarakat dapat membaca
dan lebih memahami pesan kesehatan yang disampaikan.

3. Flyer (Selebaran)
Flyer atau selebaran ialah seperti leaflet, tetapi tidak dalam bentuk
lipatan.

4. Flip Chart (Lembar Balik)


Flip chart (lembar balik) merupakan media penyampaian pesan
atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi
gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau
informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
5. Rubrik
Rubrik merupakan media penyampaian pesan kesehatan dalam
bentuk tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang
membahas mengenai suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster
Poster merupakan suatu media cetak yang berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok,
tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Poster juga dapat
digunakan sebagai alat untuk membantu menyampaikan pesan
kesehatan saat penyuluhan. Poster didesain semenarik mungkin
supaya masyarakat mau memperhatikan dan menyimak materi
penyuluhan.
2.3.3 Pengaruh Media Cetak Sebagai Desain Pesan Kesehatan yang
Efektif
Media cetak dapat menjangkau masyarakat secara luas
sehingga media cetak merupakan media yang dapat menyampaikan
pesan kesehatan secara efektif. Dalam penyuluhan kesehatan, media
cetak seperti poster dapat digunakan sebagai alat untuk membantu
dalam penyampaian informasi kesehatan. Poster dibuat menarik
dengan pemilihan kata provokatif dan paduan warna yang menarik
supaya dapat menarik perhatian masyarakat untuk memperhatikan.
Dengan demikian, masyarakat dapat lebih memahami apa yang
dibahas dalam penyuluhan tersebut dan pengetahuan yang telah
diperoleh masyarakat tersebut diharapkan dapat mengubah perilaku
mereka menjadi lebih sehat dari sebelumnya.

2.4 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial

2.4.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Sosial


Media sosial (sering disalahtuliskan sebagai sosial media) adala
h sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah b
erpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, fo
rum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentu
k media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluru
h dunia (Wikipedia Media Sosial).
Media sosial adalah media berbasis internet yang memungkink
an pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan
diri, baik secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maup
un tidak yang mendorok nilai dari user-generated content dan persepsi
interaksi dengan orang lain, menurut Carr dan Hayes dalam (Nugraha,
2018).
Ardianto dalam buku Komunikasi 2.0 mengungkapkan, bahwa
media sosial online atau jejaring sosial online bukanlah media massa o
nline, karena media sosial memiliki kekuatan sosial yang sangat memp
engaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat. Media sosial da
pat membentuk opini, sikap, dan perilaku publik atau masyarakat. Feno
mena media sosial dapat dilihat dalam kasus Prita Mulyasari versus Ru
mah Sakit Omni Internasional. Hal inilah yang membedakan antara me
dia sosial dengan media massa (Elvinaro, 2011)
Darmastuti, dalam buku Komunikasi 2.0, mengutip pernyataan
Stanley J Baran dan Edward T Hall, bahwa komunikasi adalah dasar
dari suatu budaya. Komunikasi dan budaya adalah pasangan tak
terpisahkan. Perubahan pada salah satu sisi akan merubah sisi yang
lainnya. Darmastuti menambahkan bahwa komunikasi dengan media s
osial akan membawa pengaruh pada:
 Kepercayaan, nilai, dan sikap
 Pandangan dunia
 Organisasi sosial
 Tabiat manusia
 Orientasi kegiatan
 Persepsi diri dan orang lain (Elvinaro, 2011)
Media sosial mempunyai karakteristik atau ciri-ciri sebagai beri
kut (Wikipedia Media Sosial):
a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa
ke berbagai banyak orang, contohnya pesan melalui SMS ataupun inter
net.
b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainny
a.
d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
Menurut Agrawal, et.al. (2011) dalam tulisannya yang berjudul Inform
ation Diffusion in Social Networks: Observing and Influencing Societa
l Interests, mengatakan bahwa tahap pertama yang harus dilakukan unt
uk bisa memahami karakteristik anggota jejaring tersebut. Pemahaman
yang baik akan karakteristik forum jejaring sosial membantu dalam me
mahami respons sosial terhadap informasi yang disampaikan. Banyak
media sosial yang menawarkan aplikasi dengan berbagai fitur yang ber
beda-beda antar satu aplikasi dengan aplikasi yang lainnya. (Agrawal,
Budak, & El Abbadi, 2011)
1. Google Analytics

2. Blogger/Blog Spot

3. Facebook
4. Twitter

5. Instagram

6. LINE
7. Google+

8. Whatsapp

9. Telegram
10. Tumblr

11. Wordpress

12. Wattpad
2.4.2 Langkah-langkah Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Sosial
Menurut Cassel dkk., agar komunikasi kesehatan (yang akan meli
batkan aplikasi Internet) dapat persuasif, komunikasi itu harus bersifat t
ransaksional dan dependen-respons. Komunikasi transaksional terbentu
k apabila ada kesempatan untuk memberi dan menerima pengajak dan
yang diajak. Suatu metode komunikasi persuasif berbasis internet telah
memberikan aplikasi yang mudah untuk perubahan perilaku berbasis te
ori. Secara khusus, the Transtheorical Stages of Change Model meneta
pkan tahapan petunjuk pelaksanaan komunikasi persuasif.
 Aplikasi Teori untuk Perubahan Perilaku
Internet merupakan salah satu sarana komunikasi. Intern
et dapat dengan mudah masuk ke dalam aplikasi yang didasarkan
pada teori interpersonal, terutama komunikasi persuasif (bujuka
n). Aplikasi dapat dikembangkan dan dimasukkan ke dalam inter
net seperti dalam bentuk google, blog, twitter, facebook, whatsap
p, instagram, line, tumblr, wattpad, dan lain sebagainya yang men
ggunakan komunikasi persuasif untuk melibatkan seseorang dala
m suatu proses komunikasi personal, yang memperbesar peluang
menarik perhatian seseorang terhadap pesan-pesan kesehatan yan
g disampaikan.
 Sebarkan ke Populasi Sasaran
Untuk mendapatkan suatu keefektivitasan sebuah pesan
kesehatan melalui media sosial diperlukan uji coba terlebih dahul
u untuk mendapatkan seberapa baik respon penerima terhadap pe
san yang disampaikan. Penyebaran informasi kesehatan melalui
media sosial harus dilakukan dengan intensitas kekerapan tertent
u agar pesan yang disampaikan akan selalu diingat oleh penerima
atau pembaca.
2.4.3 Contoh Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial
a. Facebook

b. Twitter
c. Line

d. Instagram
e. Blog

f. Tumblr

g. Wattpad
4.3.1 Pengaruh Media Sosial sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efekti
f
Media sosial memiliki pengaruh penting terhadap perubahan pe
rilaku manusia. Keberadaan media dapat membuat hubungan komunkasi
antar orang menjadi lebih dekat. Penyebaran pesan atau informasi melal
ui media sosial lebih mudah dan lebih menarik. Pendidikan kesehatan m
elalui media sosial menggunakan metode perluasan atau metode dua ara
h, akibatnya, sesama penerima pesan dapat bertukar komentar dan mengi
ngatkan masing-masing lainnya melalui forum yang sudah terbentuk.

2.4.4 Analisis Desain Pesan Kesehatan


Menginformasikan tentang kesehatan bisa dilakukan oleh semu
a orang dan kapan saja berkat adanya media sosial. Berikut adalah bebe
rapa contoh media sosial yang digunakan untuk menginformasikan tent
ang kesehatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Desain pesan adalah suatu bentuk yang digunakan untuk menyajikan
sebuah informasi. Desain pesan merupakan perencanaan bentuk fisik dari
suatu pesan atau informasi. Desain pesan yang sering digunakan dalam
penyampaian pesan kesehatan adalah desain pesan berbasis media cetak
dan media sosial.
2. Prinsip desain pesan penyampaian pesan meliputi prinsip (1) kesiapan dan
motivasi, (2) penggunaan alat pemusat perhatian, (3) partisipasi aktif
komunikan, (4) perulangan, (5) umpan balik, (6) persepsi, dan (7) daya
serap(Pti, n.d.).
3. Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale (the cone of experience)
lambang kata-kata hanya dapat diserap dalam memori sebesar 10 %
dibanding dengan gambar bergerak sebesar 50 %.
4. Media Massa adalah alat sebagai saluran untuk memberikan informasi dan
pesan yang menjangkau seluruh masyarakat dengan cepat dan luas.
5. Menurut Notoatmojo (2010), media cetak yaitu suatu media statis dan
mengutamakan pesan-pesan visual.
6. Menurut Machfoedz dan Suryani (2009), media cetak sebagai alat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain: bookl
et, leaflet, flyer, flipchart, rubrik, poster, dan foto.
7. Media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan penggun
a berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secar
a seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang me
ndorok nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan ora
ng lain (Caleb T. Carr dan Rebecca A. Hayes, 2015).
8. Menurut Cassel dkk., agar komunikasi kesehatan (yang akan melibatkan a
plikasi Internet) dapat persuasif, komunikasi itu harus bersifat transaksion
al dan dependen-respons. Komunikasi transaksional terbentuk apabila ada
kesempatan untuk memberi dan menerima pengajak dan yang diajak.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memohon maaf apabila masih
terdapat kesalahan dan kekurangan karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran sehingga penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Penulis juga
menyarankan kepada para pembaca untuk lebih memperbanyak lagi referensi
mengenai desain pesan kesehatan karena keterbatasan penulis dalam mencari
referensi pada penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca baik di masa sekarang maupun di
masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, D., Budak, C., & El Abbadi, A. (2011). Information Diffusion In


Social Networks: Observing and Influencing Societal Interests. Santa
Barbara UCSB, 1-3.
Anon., 2017. Wikipedia Nada. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nada [Accessed 29 April 2019].
Anon., 2018. Wikipedia Intonasi. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Intonasi [Accessed 29 April 2019].
Anon., n.d. Wikipedia Media Massa. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Media_massa [Accessed 26 April 2019].
Anon., n.d. Wikipedia Media Sosial. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Media_sosial [Accessed 9 April 2019].
Elvinaro, A. (2011). Komunikasi 2.0 Teoritis dan Implikasi. Yogyakarta:
ASPIKOM Buku Litera dan Perhumas.
Erani, A.N., Dharmadji, A.G., Katherina, A.M.F., Cendhani, C., Wishesha, D.I.,
Nugraha, X., n.d. KOMIK : Kumpulan Obrolan Mahasiswa Intra Komahi.
Xavier Nugraha.
Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition.
Gesang Wahyudi, N., 2019. Desain Pesan Pembelajaran di Era Digital. journal
EVALUASI 3, 104. https://doi.org/10.32478/evaluasi.v3i1.224
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
https://kbbi.kemendikbud.go.id. Diakses 2 Mei 2019.
Liputra, Samuel. 2011. Pengaruh Film animasi terhadap cara berpikir anak.
Jakarta : Universitas Multimedia Nusantara.
Machfoedz, I. & Suryani, E. (2009). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
Monica dan Luzar, LC. 2011. Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan.
Jurnal Humaniora, 2 (2), 1085.
N.d. . Mediabistro. URL https://www.mediabistro.com/alltwitter/history-social-
media_b12770 (accessed 4.10.19).
Nashrur Razzaq, 2018. Media Animasi Promosi Kesehatan Tentang Pencegahan
Jajan Sembarangan untuk Siswa SDN Banjarwati Lamongan. Jurnal
Promkes Vol. 6, 167 – 177.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugraha, X. (2018). KOMIK: Kumpulan Opini Mahasiswa Intra Cimahi.
Yogyakarta: CV PENERBIT HARFEEY.
Pranata, M., 2004. Efek Redundansi: Desain Pesan Multimedia dan Teori
Pemrosesan Informasi 6, 12.
Pti, R., n.d. Desain Pesan dan Karakter Siswa Dalam Pembelajaran.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah
Bahasa Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga.
Saguni, F., 2006. Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran
Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. INSAN 8,
11.
Siahaan, M., n.d. Metode dan Media Promosi Kesehatan.
Sunandarid, 2016. Message Design: Apa itu Pesan Desain? Sunandarid. URL
https://www.sunandarid.com/message-design-apa-pesan-desain/ (accessed
4.7.19).
Tamimy, M.F., 2017. Sharing-mu, Personal Branding-mu: Menampilkan Image
Diri dan Karakter di Media Sosial. VisiMedia.
Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP.

Anda mungkin juga menyukai