Anda di halaman 1dari 17

MEDIA MENGGAMBAR dalam Layanan Psikoterapi

Penyuluhan dan Sekolah

“Media Konseling”

Dosen Pengampu: Risna Rogamelia M.Pd

Disusun oleh Kelompok 9:

1. Andre Pratama (2041040200)


2. Dila Rani Putri (2041040221)
3. Julia Shasmita (2041040213)

Kelas : BKI C

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas media konseling Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan Ucapan terima kasih kami
haturkan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, terutama pertolongan dari
Allah, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dengan segala
kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar
kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

Bandar Lampung,

Penulis,
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1  Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2 Rumusan  Masalah.............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1  Pengertian Media dalam Bimbingan dan Konseling.........................................................................5
2.2 Pengertian Media menggambar dalam layanan................................................................................7
2.3 Media menggambar dalam penyuluhan............................................................................................8
2.4 Media menggambar dalam psikoterapi dan disekolah....................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Media dalam bimbingan dan konseling membantu terhadap efisiensi dan efektifitas
penyampaian layanan bimbingan dan konseling . layanan bimbingan dan konseling akan lebih
mudah disampaikan , karena tidak terbatas oleh ruang dan waktu , seperti terbatas oleh jam
pelajaran disekolah. Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan
terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa tanpa terhambat oleh ruang dan waktu. Dalam
memanfaatkan kecanggihan teknologi merupakan kompetensi professional konselor dalam
pengembangan program bimbingan dan konseling. Penggunaan media dalam pembelajaran itu
terutama bimbingan dan konseling dapat menggunakan media cetak seperti pamphlet, poster,
baner, dan elektronik seperti pemanfaatan teknologi internet (blog, facebook, dan jejaringan
sosial lainnya). Media adalah sesuatu berupa peralatan yang dapat di pakai dan dimanfaatkan
untuk merangsang perkembangan dari berbagai aspek baik itu, fisik, motorik, social, emosi
kognitif, kreatifitas dan memudahkan terjadinya proses belajar mengajar pada guru dan peserta
didik

1.2 Rumusan  Masalah
1. Apa pengertian Media dalam Bimbingan dan Konseling ?
2. Apa pengertian Media menggambar dalam layanan ?
3. Bagaimana Media menggambar dalam penyuluhan ?
4. Bagaimana Media menggambar dalam psikoterapi dan disekolah?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Media dalam Bimbingan dan Konseling


Media merupakan jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar, yaitu perantara sumber pesan. Media dimaknai sebagai hal yang digunakan menjadi
perantara atau pengantar ketika seorang guru mata pelajaran melakukan pembelajaran kepada
muridnya. Terkait dengan media sebagai perantara pesan, maka seorang guru BK pun
memerlukan media pada saat memberikan layanan bimbingan dan konseling. Media bimbingan
dan konseling ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan bimbingan
dan konseling yang mampu merangsang pikiran, perasaan, perhatian, keinginan konseli untuk
memahami diri, mengarahkan diri, dan mengambil keputusan atas masalah yang sedang
dihadapi. Pada dasarnya media bimbingan dan konseling tidak terbatas hanya berfungsi sebagai
perantara sebuah pesan, melainkan memiliki makna yang lebih luas adalah segala alat bantu yang
dapat digunakan dalam melaksanakan program BK. Media bimbingan dan konseling terdiri atas
dua unsur penting, yaitu ;

1. unsur peralatan/perangkat keras (hardware)


2. unsur pesan yang dibawanya berupa (massage/software). Dengan demikian, media BK
yang terpenting bukan peralatannya, melainkan pesan atau informasi bimbingan dan
konseling yang dibawakan oleh media tersebut.

Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan bimbingan dan konseling yang akan
disampaikan kepada siswa, misalnya “Keterampilan Berani Mengatakan Tidak”, sedangkan
perangkat keras (hardware) adalah peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan
bimbingan dan konseling, misalnya: komputer, LCD, TV, VCD, papan bimbingan, dsb. Ketika
guru BK memberikan layanan informasi, maka ia dapat menggunakan media, seperti: papan
tulis, selebaran, leaflet, papan bimbingan, transparan, OHP/OHT, slide, laptop, dan LCD yang
berisi bahan/materi informasi (seperti: informasi ‘Kiat Menghadapi UAN’). Dalam memberikan
layanan penempatan, seperti: program penjurusan diperlukan asesmen tes maupun asesmen non
tes untuk memahami potensi siswa. Di samping itu, diperlukan media untuk menjelaskan
persyaratan pemilihan jurusan serta pilihan studi lanjut (misalnya: panduan pemilihan program
studi di PT). Demikian pula, untuk mendokumentasikan data siswa dibutuhkan alat, berupa:
folder, map pribadi, dan disket.

Dalam melaksanakan layanan konseling, media yang diperlukan adalah ruang konseling,
kursi dan meja, serta format pencatat hasil konseling, di samping suara guru BK berfungsi pula
sebagai media proses konseling. Selanjutnya, pada akhir semester atau akhir tahun, guru BK
membuat laporan kegiatan, maka ia memerlukan sejumlah media, bahkan laporan kegiatan
tersebut juga dapat berfungsi sebagai media. Dengan demikian, bahwa media sangat diperlukan
mulai dari membuat perencanaan program sampai dengan penyusunan laporan akhir kegiatan.

Secara umum manfaat penggunaan media dalam bidang pendidikan (termasuk dalam program
BK) ialah:

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, sehingga mengurangi verbalisme.

2. Memperbesar perhatian siswa.

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar.

4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di


kalangan siswa.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.

6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan


berbahasa.

7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu
efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
2.2 Pengertian Media menggambar dalam layanan
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide, atau gagasan melalui
penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dansimbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk
menarik perhatian,memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga
menarikdan diingat siswa.Yang termasuk media grafis antara lain;.

1. Grafik,yaitu penyajian data berangka melalui perbaduan antaraangka, garis, dan simbol.
2. Diagram,yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untukmemperlihatkan hubungan
timbal balik yang biasanya disajikanmelalui garis-garis simbol.
3. Bagan,yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis dan simbol yangmerupakan ringkasan suatu
proses, perkembangan, atau hubunganhubunganpenting.
4. Sketsa,yaitu gambar yang sederhana atau draf kasar yangmelukiskan bagian-bagian
pokok dari suatu bentuk gambar.
5. Poster,yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, danmenarik dengan maksud
untuk menarik perhatian orang yang lewat.
6. Papan,yaitu papan tulis biasa. Gambar-gambar atau tulisan-tulisanbiasanya langsung
ditempelkan dengan menggunakan lem atau alatpenempel lainnya

Media grafis merupakan media pembelajaran yang sangat penting karena dengan
menggunakan media grafis siswa dapat menghubungkan hal-hal yang saling berkaitan
misalnya adanya perubahandalam pergaulan sehari-hari, kebudayaan-kebudayaan daerah
yang go internasional, mudahnya akses informasi dan lain-lain. Manfaat media grafis dalam
proses pembelajaran adalah membantu dalam penyampaian dan penjelasan mengenai
informasi, pesan, ide dan sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa
verbal, tetapi dapat lebih memberi kesan. Peserta didik dapat secara langsung memanipulasi
media grafis agar dapat menerima dan memahami konsep pendidikan kewarganegaraan dan
mengembangkannya untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan seharihari yang sesuai
dengan konsep pendidikan kewarganegaraan tersebut
2.3 Media menggambar dalam penyuluhan
Bimbingan konseling sosial islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu,
kelompok atau masyarakat agar senantiasa menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya dalam kehidupan kemasyarakatannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk-Nya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih,
2004:149). Bimbingan sosial islam dalam aplikasinya menurut (Faqih, 2004: 150) lebih banyak
ditekankan pada proses pencegahan atau upaya-upaya yang sifatnya preventif terhadap
munculnya berbagai masalah pada diri individu, kelompok atau masyarakat luas. Dengan
demikian bimbingan konseling sosial islam merupakan proses untuk membantu individu,
kelompok dan masyarakat luas agar memahami, menghayati, serta rela dan mampu menjalankan
ketentuan dan petunjuk Allah dalam hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Sedangkan aplikasi konseling sosial islam penekanannya lebih banyak pada upaya
kuratif atau pemulihan/penyembuhan, yakni mengatasi berbagai persoalaan yang sedang
dihadapi individu. Secara islami, konseling sosial berarti membantu individu untuk menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa hidup bermasyarakat sesuai
dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Istilah “menyadari kembali” dikaitkan dengan kenyataan
bahwa yang memiliki problem kehidupan bermasyarakat adalah orang yang tidak atau kurang
sepenuhnya hidup bermasyarakat sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sadar atau
tidak sadar.

Pengertian tersebut mengindikasikan bahwa penyuluhan bimbingan dan konseling sosial


islam adalah proses bantuan melalui metode penyuluhan secara individual maupun kelompok
atau massal dengan penyampaian langsung maupun secara tidak langsung melalui media untuk
mengajak individu dan masyarakat untuk kembali menelusuri ketentuan petunjuk Allah untuk
hidup bermasyarakat, memahami dan mengahayati kembali, serta mencoba berusaha
menjalankan sebagaimana mestinya, tidak sebagaimana dilakukan sekarang yang menunjukkan
perilaku menyimpang.

1. Tujuan Penyuluhan Bimbingan dan Konseling Sosial Islam


Berdasarkan rumusan pengertian dan konseling sosial islam seperti telah dikemukakan di
atas, dapat diketahui bahwa tujuan penyuluhan bimbingan dan konseling sosial islam
adalah untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat luas mencegah timbulnya
berbagai persoalan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat (Faqih, 150-151),
antara lain dengan jalan:
 membantu individu, kelompok dan masyarakat memahami dan menghayati
manfaat serta sanggup dan mampu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah
tentang tata cara hidup bermasyarakat.
 membantu individu, kelompok dan masyarakat luas mencegah timbulnya berbagai
persoalan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, dengan membantu
pemahaman dan penghayatan terhadap kondisi lingkungan sosialnya. Kemudian,
membantu menemukan berbagai cara menghadapi dan mengatasi berbagai
persoalan serta membantu menetapkan pilihan dalam upaya pencegahan masalah
yang dihadapi dalam hidup bermasyarakat.
 membantu individu, kelompok dan masyarakat luas memelihara serta
melestarikan situasi dan kondisi lingkungan dalam kehidupan kemasyarakatannya
agar tetap baik dan mengembangkannya supaya lebih baik. Hal ini dapat
dilakukan dengan senantiasa memelihara situasi dan kondisi kehidupan
bermasyarakatnya yang semula menghadapi masalah dan telah teratasi agar tidak
muncul kembali. Kemudian mengembangkan situasi dan kondisi kehidupan
bermasyarakatnya yang lebih kondunsif dan berjalan lebih baik lagi.

2. Program Penyuluhan Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Media


Selain memandang kehidupan kemasyarakatan secara “Das Sein” atau apa adanya. Islam
memberikan pula rambu-rambu mengenai bagaimana konsep kehidupan kemasyarakatan
yang ideal “Das Sollen”. Konsep kehidupan kemasyarakatan yang ideal menurut Faqih
(2004: 142-148) itu dapat dirinci sebagai berikut:
a. Hubungan antar individu
 Hubungan antar individu dalam keluarga, mengenai bagaimana kehidupan dan
hubungan individu dengan individu lain dalam keluarga telah diuraikan dalam
uraian mengenai bimbingan dan konseling pernikahan dan keluarga islami. Agar
keluarga yang dibentuk menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah,
maka hendaknya memenuhi lima fondasi berikut:
 Memiliki sikap ingin menguasai dan mengamalkan ilmu-ilmu agama.
 Yang lebih muda menghormati yang lebih tua.
 Berusaha memperoleh rezeki yang memadai.
 Hemat (efisien dan efektif) dalam membelanjakan harta.
 Mampu melihat segala kekurangan dan kesalahan diri, segera bertaubat.
b. Hubungan antar keluarga, adapun pembinaan kehidupan rumah tangga agar
menjadi keluarga yang sakinah, maka dapat dilakukan beberapa hal di bawah ini;
 pembinaan penghayatan ajaran agama islam, keluarga islami adalah
keluarga yang seluruh anggotanya memiliki kecenderungan yang besar
untuk senantiasa mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama islam.
 pembinaan sikap saling menghormati, hubunan dalam keluarga yang
harmonis, serasi merupakan unsur mutlak terciptanya kebahagiaan hidup.
Hubungan yang harmonis akan tercapai manakala dalam keluarga
dikembangkan, dibina, sikap saling menghormati dalam arti satu sama
lain memberikan penghargaan sesuai dengan status dan kedudukannya
masing-masing.
 pembinaan kemauan berusaha, manusia hidup memerlukan berbagai
pemenuhan kebutuhan, secara serasi, selaras, seimbang, dan harmonis.
Untuk itu manusia harus senantiasa berusaha, bekerja agar untuk
kehidupannya ada rezeki yang bisa diperoleh. Manusia hidup perlu makan
dan penghidupan yang layak.
 pembinaan sikap hidup efisien. Bersikap efisien tidak berarti bersikap
kikir. Efisien bukan Cuma dilihat dari sudut pengeluaran, tetapi juga dari
sudut energi manusia, artinya efisien tanpa mengorbankan diri.
 pembinaan sikap mawas diri. Sikap ini perlu ditanamkan dalam setiap
anggota keluarga, agar jika melakukan kesalahan dapat menyadarinya
bahwa  setiap manusia tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan,
sehingga tidak ada yang dikambinhitamkan. Dan jika melakukan
kesalahan segera meminta maaf dan mau menerima teguran dan kritik.
c. Hubungan antar masyarakat luas, mengenai bagaimana seharusnya pola atau
proses hubungan antar individu dalam masyarakat luas, yakni pola atau proses
hubungan yang dapat menimbulkan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi seluruh
individu yang terlibat

Media lainnya yang dapat digunakan adalah media internet dengan membangun situs-
situs website yang bernuasa pembinaan bagi masyarakat muslin di berbagai lapisan masyarakat
di berbagai penjuru tanah air, bahkan dunia sekalipun. Karena internet sangat mudah dikelola
dan dimaksimalkan bagi kepentingan umat islam. Media yang tidak kalah pentingnya adalah
media audio dan audio visual, bahkan media cetak sudah menjadi konsumsi publik adalah buletin
jumat, sebagai media untuk pembinaan dan penyuluhan internal komunitas masyarakat muslim.
Media siaran radio dan televisi, sudah lama sekali menayangkan program rohani setelah selesai
shalat subuh, hampir di seluruh stasiun TV dan Radio memiliki acara tausiah ini.Kemudian
bagaimana memanfaatkan masjid sebagai pusat pengelolaan dan pengembangan media
penyuluhan masyarakat sosial islam, tidak hanya mengandalkan papan pengumunan dan media
buletin saja, tetapi juga media lainnya yang dapat menunjang keberhasilan program pembinaan
dan penyuluhan masyarakat sosial islam yang utuh dan sesuai harapan Rasulullah SAW.

2.4 Media menggambar dalam psikoterapi dan disekolah


Media Psikoterapi

Musik Sebagai Media Psikoterapi


Asal kata musik bersumber dari kata “muse” yang diadaptasi ke dalam Bahasa Inggris
menjadi “music” yang mengandung makna “bentuk renungan”. Musik lahir dari kecintaan
manusia pada kehidupan dan dilandasi oleh ingatan manusia akan pengalaman-pengalaman
hidup yang telah dialami (Campbell, 1997). Musik merupakan hasil teknologi media audio yang
mengandalkan fungsi indera pendengaran sebagai penangkap musik bagi manusia. Mendengar
menurut Campbell (1997) adalah kemampuan untuk menerima informasi auditif melalui telinga,
kulit dan tulang-belulang. Sedangkan, mendengarkan adalah kemampuan menyaring,
memusatkan perhatian secara selektif, mengingat, dan menanggapi bunyi. Jadi, mendengar
adalah tindakan pasif sedangkan mendengarkan adalah tindakan aktif. Seseorang menangkap
stimulus ritmis bunyi lewat indra pendengarannya, lalu stimulus ritmis diteruskan ke sistem saraf
di otak yang mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengar. Interpretasi
bunyi yang sesuai dengan ritme internal pendengar akan mempengaruhi proses metabolisme
tubuh menjadi lebih baik. Metabolisme tubuh yang lebih baik akan meningkatkan sistem
kekebalan, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik maka tubuh menjadi lebih tangguh
terhadap kemungkinan serangan penyakit.
Kata “musik” dan “terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan
secara khusus da;am rangkaian terapi. Terpi musik adalah terapi yang bersifat nonverbal. Dengan
bantuan musik, pikiran klien dibiarkan untuk mengembara, baik mengenang hal-hal yang
membahagiakan, membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan, mengangankan hal-hal
yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan yang
sedang dihadapi (Djohan, 2006: 24).
Menurut Darrow dkk (1985) media musik sebagai bagian dari psikoterapi didasarkan
pada delapan alasan, yaitu; (i) keberhasilan musik (sebagai terapeutik) tidak tergantung pada
pencapaian keahlian yang telah ditetapkan sebelumnya, (ii) bahwa musik dapat merubah dan
membangkitkan emosi, (iii) musik dapat menstimulasi asosiasi diluar musikal, (iv) musik yang
mestimulasi dan menenangkan dapat mempunyai pengaruh yang berbeda pada individu yang
berbeda, (v) musik dapat mempengaruhi proses fisiologis, (vi) musik dapat melukai dalam
kondisi-kondisi tertentu, (vii) musik mempunyai penerapan terapeutik yang variatif, (viii) musik
dapat digunakan dalam preventif an kesehatan.
Berdasarkan hasil Simposium Internasional Terapis Musik pada tahun 1982
menghasilkan formulasi bahwa terapi musik memfasilitasi proses kreatif keluar dari kekosongan
secara fisik, emosional, mental, dan self-spiritual ke suatu area seperti kemandirian, kebebasan
untuk berubah, kemampuan menyesuaikan diri, keseimbangan dan integritas pribadi. Penerapan
terapi musik melibatkan interaksi terapis, klien dan musik. Interaksi- interaksi ini akan
merangsang dan mempertahankan proses perubahan yang mungkin dapat diamati atau tidak.
Seiring dengan berkembangnya elemen-elemen musik seperti rithm, melodi dan harmoni dalam
waktu, terapis dan klien dapat membangun hubungan yang mengoptimalkan kualitas hidup.
Lundberg (dalam Feinstein, 1999) menjelaskan bahwa terapi musik pada  hakekatnya adalah
membangun hubungan antara pasien dan terapis yang terlatih menggunakan musik sebagai dasar
komunikasi. Pasien dan terapist berpartisipasi aktif dalam sesi terapi lewat memainkan alat
musik, menyanyi, atau mendengarkan musik. Terapis tidak mengajarkan bagaimana bernyanyi
atau memainkan alat musik, lebih pada pemanfaatan alat musik dan bunyi untuk mengeksplorasi
dunia bunyi dan menciptakan bahasa musik secara umum. Perhimpunan Terapis Musik Kanada
(1984) mendefinisikan terapi musik sebagai pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik
oleh terapis untuk menaikkan, merawat, dan memperbaiki mental, emosional, dan kesehatan
spiritual. Musik mengandung kualitas nonverbal, struktur kreatif, dan emosional. Inilah yang
digunakan dalam hubungan terapeutik untuk memfasilitasi kontak, selfawareness, belajar,
ekspresi diri, komunikasi, dan perkembangan pribadi.
Melalui media berupa alat musik menurut Djohan (2006: 24) klien juga didorong untuk
berinteraksi, berimprovisasi, mendengarkan atau aktif bermain musik, tanpa harus mengucapkan
kata-kata. Mislanya, klien dapat mengekspresikan kemarahannya dengan berimprovisasi di alat
musik. Pada penderita alzheimer yang kehilangan kemampuan berbahasa dapat dilakukan
memperdengarkan lagu-lau kenangan atau hanya sekedar mendengar mengikuti irama musik.
Lewinsohn dan Graf (dalam Rathus, 1986) berpendapat bahwa salah satu cara mengatasi depresi
adalah melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan emosi positif, aktivitas yang
tidak sesuai dengan keadaan depresi. Aktivitas yang berhubungan dengan emosi positif misalkan
tertawa, memikirkan orang yang dicintai, melihat pemandangan yang indah, mendengarkan
musik, dan lain sebagainya. Mendengarkan musik dapat membuat seseorang merasa sedih,
gembira, dan mengalami berbagai pengalaman emosi lainnya.
Secara psikologis musik berkaitan dengan emosi manusia. Fisher, dkk (1990) membagi
emosi ke dalam dua kategori, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif terdiri atas
cinta dan bahagia. Emosi negatif terdiri atas marah, sedih, dan takut. Cinta terdiri atas kesukaan
dan birahi. Bahagia terdiri atas bliss, kepuasaan dan kebanggaan. Istilah bliss agak sulit
diterjemahkan karena pada hakekatnya menunjukkan rasa bahagia juga, tapi dalam bliss ini
kebahagiaan yang dimaksud cenderung melibatkan perasaan terlepas dari tekanan dan dirasakan
sebagai perasaaan yang amat ringan. Emosi negatif marah terdiri dari perasaan terganggu,
perasaan bermusuhan, perasaan terhina, dan perasaan iri. Adapun kesedihan meliputi perasaan
menderita, duka, rasa bersalah dan kesepian. Selanjutnya rasa takut terdiri atas perasaan seram
dan cemas. Penjelasan emosi dari Fisher tersebut membuktikan bahwa setiap individu memiliki
rentang serta kedalaman emosi yang unik. Luasnya rentang emosi pada diri individu perlu
dijadikan bahan pertimbangan dalam memanfaatkan musik tertentu untuk menggugah kondisi
emosi individu yang bersangkutan. Jika individu yang bersangkutan tengah mengalami tekanan
hidup yang menyebabkan depresi, perlu diwaspadai bila diperdengarkan musik-musik yang
bernuansa kesedihan. Secara umum musik-musik tersebut mungkin menambah rasa sedih yang
dialaminya menjadi suatu penderitaan, rasa bersalah atau kesepian. Jika hal ini terjadi individu
akan semakin menarik diri dari kehidupan sosial, merasa hidup tidak lagi berharga, dan semakin
lama hal ini semakin kuat mendorong individu untuk mengakhiri hidup (Satiadarma, 2002). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mendengarkan musik tertentu dapat mengalami emosi
tertentu pula, dan emosi yang timbul tidak sama diantara beberapa individu. Sebaliknya, ketika
menciptakan musik, pencipta dipengaruhi oleh nada emosional tertentu sehingga ada
kesenjangan antara emosi pencipta dan pendengar, meskipun demikian kesenjangan yang
muncul biasanya masih berada dalam kelompok emosi tertentu bukan yang berlawanan. Oleh
karena itulah untuk menggugah emosi seseorang perlu mempertimbangkan nuansa emosi dalam
musik yang akan diperdengarkan.

Media menggambar dalam psikoterapi dan disekolah


Tidak dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh
sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi, terutama teknologi komunikasi.
Bahkan menurut Peling ketergantungan kepada teknologi ini tidak saja dikantor tetapi sampai
dirumah-rumah. Konseling sebagai usaha bantuan pada siswa, saat ini telah mengalami
perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini ditemukan pada bagaimana teori-teori
konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi
bersinggungan dengan konseling. Media dengan konseling antara lain adalah computer dan
perangkat audiovisual. Computer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh
konselor dalam proses konseling. Dapat disimpulkan bahwa kemajuan dibidang teknologi
informasi yang menawarkan berbagai kemudahan dalam komunikasi dan interaksi social
manusia di belahan bumi mana pun berada.

Melalui program ini yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin
sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang
menarik yang tersedia dalam program powerpoint. Melalui fasilitas ini konselor dapat pula
memasukkan gambar-gambar diluar fasilitas power point, sehingga sasaran yang dicapai menjadi
lebih optimal. Gambar-gambar yang disajikan melalui program powerpoint tidak statis seperti
yang terdapat pada Over Head Projector(OHP). Dari referensi diatas dapat disimpulkan bahwa
media bimbingan dan konseling dapat dikemukakan melakukan uji validitas dan melakukan
revisi dalam mengembangkan sebuah media dalam layana bimbingan dan konseling.
Sadiman (2002) menyatakan bahwa kegiatan belajar dan kegiatan layanan bimbingan
dan konseling dikelas pada dasarnya adalah proses komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa
konselor atau guru pembimbing sebagai sumber informasi. ini dapat melalui cara-cara biasa
seperti berbicra kepada siswa, atau melalui perantara yang disebut sebagai media.Briggs
(Sadirman, dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan menerima layanan bimbingan dan konseling.
Media komunikasi yang dimaksud adalah media untuk membantu pelaksanaan bimbingan dan
konseling disekolah. Media dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Media sederhana (simple media)
Yaitu media yang dapat dibuat sendiri oleh guru dan biasanya tidak memerlukan arus
listrik dalam penyajiannya. Termasuk dalam media serdehana , yaitu gambar diam, grafis,
display, dan realita.Dapat disimpulkan bahwa media yang berbasis teknologi, dapat dibuat
sendiri dan tidak memerlukan media mahal.
2. Media canggih (sophisticate media)
Yaitu media yang hanya dapat dibuat di pabrik dan biasanya memerlukan listrik dalam
penyajiannya. Termasuk dalam media canggih , yaitu radio, tape , TV, CD, VCD, DVD,
proyektor, computer dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Media grafis ini dapat digunakan untuk berbagai macam layanan bimbingan dan
konseling misalnya: a. Grafik, dapat digunakan dalam layanan konseling yang menggunakan
strategio pengelollan diri. Pada strategi pengelolaan diri, setelah klien melakukan self-monitoring
(memonitor diri) terhadap perilakunya selama beberapa waktu, maka klien diminta untuk
menggambarkan respons tersebut pada peta resposn. Peta respons ini merupakan salah satu
bentuk media grafis. b. Sketsa, jenis media ini dapat digunakan untuk memperlancar proses
konseling, misalnya sketasa yang digunakan pada strategi inner circle dan sketsa Johari Window.
Kedua jenis media ini dapat digunakan untuk memberi penjelasan pada konseli yang tertutup
atau konseli yang tidak mau terbuka tentang masalah yang dialami. c. Papan Bimbingan, yaitu
suatu papan (semacam papan tulis/whiteboard, dapat juga dari lembaran streoform) yang memuat
berbagai informasi maupun pesan tentang layanan bimbingan dan konseling, misalnya informasi
tentang perguruan tinggi, informasi penjurusan d. Poster, media ini dapat digunakan untuk
memberi informasi tentang bahaya narkoba atau bahaya merokok. e. Leaflet, dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, diantaranya leaflet yang berisi tentang pelayanan bimbingan konseling
di sekolah, leaflet tentang penjurusan dan leaflet tentang career day.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun pada khususnya pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetiawan, H., & Alhadi, S. 2018. Media Bimbingan dan Konseling di Sekolah Jurnal Kajian
Bimbingan dan Konseling, 3(2), 87-98

Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

Andrian D. Hagijanto”Jurnal Pendidikan Media Pembelajaran”, Vol 02 No.02 Agustus 2009

Ahmad Muntaha, Jurnalistik dan Produksi Media Sekolah, Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2009.

Anda mungkin juga menyukai