Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“Macam-Macam Klien Dalam Psikoterapi Islam Menyangkut Komunikasi Pada anak,


Remaja Dan Keluarga ”

Dosen Pengampu : Dr. Fitri Yanti,M.A

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Ayu Hartini (2041040231)

2. Diansyah (2041040187)

3. Purwaningsih (2041040196)

4. Venty Virnanda (2041040209)

5. Tania Inge Lodra (2041040185)

Kelas :BKI’C
PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Macam-Macam Klien Dalam Psikoterapi Islam
Menyangkut Komunikasi Pada anak, Remaja Dan Keluarga” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah komunikasi konseling Selain itu, makalah ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan dan pengkayaan bagi semua pihak yang ingin
mendalami bidang konseling khususnya komunikasi konseling Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Fitri Yanti,M.A selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah komunikasi konseling.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 2021

Penyususn
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

2. 1. PENGERTIAN KLIEN.................................................................................................................5

2.2. MACAM-MACAM KLIEN DAN KARAKTERISTIK KLIEN ISLAM...................................................5

2.3. PENGERTIAN KOMUNIKASI PADA ANAK................................................................................10

2.4. PENGERTIAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DAN KELUARGA..................................................11

BAB III.........................................................................................................................................13

PENUTUP....................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh problem kehidupan manusia menuntut adanya penyelesaian. Akan tetapi tidak
setiap problem dapat diselesaikan sendiri oleh individu, sehingga ia kadangkala membutuhkan
seorang ahli sesuai dengan jenis problemnya. Adapun konseling merupakan proses yng meliputi
segala kegiatan tatap muka antara konselor dan klien dalam rangka mengatasi masalah klien
melalui hubungan yang mendalam dan berorientasi pada pemecahan masalah klien. Proses
konseling yang melibatkn konselor dan klien secara tatap muka di dalamnya terdapat komunikasi
antara dua pihak yaitu konselor dan klien selama proses konseling sangat ditentukan oleh
keefektifan komunikasi diantara konselor dan klien. Dalam hal ini, konselor ditunutut untuk
mampu berkomunikasi secara efektif untuk menunjang pelaksanaan proses konseling

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari klien ?


2. Apa saja macam-macam klien dan karakteristik klien islam ?
3. Apa pengertian komunikasi pada anak ?
4. Apa pengertian komunikasi pada remaja dan keluarga ?
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. PENGERTIAN KLIEN

Klien adalah individu yang diberi bantuan professional oleh seorang konselor atas
permintaan dia sendiri atau orang lain. Klien yang datang atas kemauannya sendiri karena dia
membutuhkan bantuan, dia sadar bahwa dalam dirinya ada masalah yang memerlukan bantuan
seorang ahli. Klien yang datang atas permintaan orang lain seperti orang tua dan guru, berarti dia
tidak sadar akan masalah yang dialami dirinya sendiri karena kurangnya kesadaran diri. Apabila
klien sudah sadar akan diri dan masalahnya, maka dia mempunyai harapan terhadap konselor dan
proses konseling, yaitu supaya dia tumbuh, berkembang, produktif, kreatif, dan mandiri,
sehingga dapat menentukan keberhasilan proses konseling

2.2. MACAM-MACAM KLIEN DAN KARAKTERISTIK KLIEN ISLAM

Berikut ini akan diuraikan berbagai macam klien yang diungkapkan oleh Willis (2009).

1. Klien Sukarela
Klien sukarela adalah klien yang datang pada konselor atas kesadaran sendiri
karena memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hal ini dapat berupa keinginan
memperoleh informasi, mencari penjelasan tentang masalahny, tentang karier dan
lanjutan studi dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri klien sukarela adalah:
 Datang atas kemauan sendiri.
 Dapat beradaptasi dengan konselor.
 Mudah terbuka, seperti dalam membicarakan persoalannya.
 Bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling.
 Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.
 Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan.
 Bersedia mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.

Meskipun klien sukarela datang atas kesadarannya sendiri, tetapi konselor juga harus
tetap mempelajari sikap, emosi, dan harapannya terhadap proses konseling. Hal ini sangat
berpengaruh pada diri klien yang mengharapkan bahwa konseling dapat memenuhi harapan dan
kebutuhannya.

2. Klien Terpaksa
Apabila klien sukarela datang pada konselor atas kemauannya sendiri, maka klien
terpaksa adalah klien yang datang pada konselor atas dorongan teman atau
keluarga. Adapun ciri-ciri klien terpaksa adalah:
 Klien bersifat tertutup.
 Enggan berbicara.
 Curiga terhadap konselor.
 Kurang bersahabat.
 Menolak secara halus bantuan konselor.

Dalam menghadapi klien seperti ini, konselor harus dapat meyakinkan klien bahwa konseling
bukanlah wadah yang diperuntukkan untuk orang-orang yang mengalami gangguan dalam
kepribadiannya semata. Hal ini akan menciptakan perasaan aman pada diri klien sehingga
dengan sendirinya klien akan membuka dirinya pada konselor.

3. Klien Enggan (Reluctant Client)


Berbeda lagi dengan klien enggan. Klien enggan adalah klien yang datang pada
konselor bukan untuk dibantu menyelesaikan masalahnya, melainkan karena
senang berbincang-bincang dengan konselor. Ada juga beberapa klien enggan
yang hanya diam karena tidak suka dibantu masalahnya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi klien enggan adalah:
 Menyadarkan kekeliruannya.
 Memberi kesempatan agar klien dibimbing oleh konselor atau lawan
bicara yang lain.
 Klien Bermusuhan/Menentang

Klien bermusuhan/menentang merupakan kelanjutan dari klien terpaksa yang bermasalah


dengan cukup serius. Ciri-ciri dari klien bermusuhan/menentang adalah: tertutup, menentang,
bermusuhan, dan menolak secara terbuka.
Cara-cara efektif menghadapi klien ini adalah:

 Ramah, bersahabat, dan empati.


 Toleransi terhadap perilaku klien yang tampak.
 Meningkatkan kesabaran, menanti saat yang tepat untuk berbicara sesuai bahasa
tubuh klien.
 Memahami keinginan klien yang tidak mau dibimbing.
 Mengajak negosiasi atau kontrak waktu dan penjelasan tentang konseling.

4. Klien Krisis
Klien krisis merupakan klien yang mendapat musibah seperti kematian orang-
orang terdekat, kebakaran rumah, dan pemerkosaan. Tugas konselor disini adalah
memberikan bantuan yang dapat membuat klien menjadi stabil dan mampu
menyesuaikan diri dengan situasi yang baru,
Ciri-ciri dari klien krisis adalah:
 Tertutup atau menutup diri dari dunia luar.
 Sangat emosional.
 Tidak berdaya.
 Ada yang mengalami histeria.
 Kurang mampu berpikir rasional.
 Tidak mampu mengurus diri dan keluarga.
 Membutuhkan orang yang dipercaya.

Klien krisis ini sangat membutuhkan penanganan yang cepat. Brammer (dikutip dari Willis,
2009) mengatakan bahwa ada tiga langkah penting untuk membantu klien krisis, yaitu:

 Menentukan sejauh mana kondisi krisis klien.


 Menentukan sumber-sumber yang dapat membantu klien, misalnya: orangtua, saudara,
dan teman.
 Bantuan dalam bentuk pertolongan langsung. Misalnya, memberikan klien peluang untuk
menyalurkan perasaannya kemudian memberi bantuan psikologis.

Tujuan utama membantu klien yang mengalami kesedihan yang mendalam (Grief) di antaranya:

 Agar klien dapat dapat menerima kesedihannya secara wajar.


 Agar klien dapat mengekspresikan segala rasa kesedihannya.
 Membentuk lagi lingkungan yang baru yang dapat melupakan semua kesedihannya.
 Membentuk relasi (kawan atau sahabat) yang baru.
 Menghilangkan ingatan terhadap kesedihan.

Karakteristik Klien

Semua individu yang diberi bantuan professional oleh seorang konselor atas permintaan dia
sendiri atau atas permintaan orang lain, dinamakan klien. Ada klien yang datang atas kemauan
sendiri, karena dia membutuhkan bantuan. Dia sadar bahwa dalam dirinya ada suatu kekurangan
atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli. Akan tetapi ada pula individu yang tidak
sadar akan masalah yang dialaminya, karena kurangnya kesadaran diri. Dia mungkin dikirim
kepada konselor oleh orang tua atau gurunya. Erhamwilda (2009) menyebutkan beberapa
karakteristik klien Islami, yaitu:

 Klien yang dibantu melalui konseling Islami adalah klien yang beragama Islam atau non-
muslim yang bersedia diberi bantuan melalui pendekatan yang menggunakan nilai-nilai
Islam.
 Klien adalah individu yang sedang mengalami hambatan/masalah untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup (ketentraman).
 Klien secara sukarela/didorong untuk mengikuti proses konseling.
 Klien adalah seorang yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, dan akan
bertanggungjawab atas dirinya setelah baligh/dewasa untuk kehidupan dunia maupun
akhiratnya.
 Pada dasarnya setiap klien adalah baik, karena Allah SWT telah membekali setiap
individu dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk pada aturan dan petunjuk
Allah Yang Maha Esa.
 Ketidaktentraman/ketidakbahagiaan klien dalam hidupnya umumnya bersumber dari
belum dijalankannya ajaran agama sesuai tuntunan al-Qur’an dan Hadits, sehingga perlu
didiagnosis secara mendalam bersama klien.
 Klien yang bermasalah pada hakekatnya orang yang membutuhkan bantuan untuk
memfungsikan jasmani, qolb, a’qal, dan basyirohnya dalam mengendalikan dorongan
hawa nafsunya.

Perubahan Klien

Konseling diselenggarakan dengan maksud untuk melakukan perubahan pada diri klien.
Aspek apakah pada diri klien yang dapat berubah karena intervensi konseling dan kapan
perubahan tersebut dapat diperoleh? Untuk menjawab permasalahan ini akan diuraikan secara
singkat kedua hal tersebut pada bagian berikut ini.

1. Bentuk Perubahan
Perubahan sebagai akibat hubungan konseling tidak hanya sekedar perubahan, tetapi
adanya peningkatan secara positif atau peningkatan pada fungsi klien (Todd dan Bohart,
1992; Kazdin, 1988). Jika klien adalah orang yang mengalami ketergantungan obat, maka
perubahan itu berupa pengurangan gejala-gejala yang berhubungan dengan
ketergantungan obat. Jika klien menunjukkan mengalami gangguan kecemasan, maka
dianggap terjadi perubahan jika ada pengurangan tingkat kecemasannya Dalam
melakukan risetnya, selain menggunakan pengertian konseptual sebagaimana falsafah
yang dianutnya, peneliti juga membuat pengertian operasional tentang “perubahan” yang
dimaksud. Secara sederhana batasan operasional perubahan itu dihubungkan dengan
aspek perubahan yang menjadi target suatu terapi ,
2. Waktu Perubahan
Peneliti konseling tentunya menyadari bahwa “waktu” perubahan ini mengandung
dua aspek, yaitu waktu mulai terjadinya perubahan dan selang waktu perubahan yang
ditargetkan itu dapat dipertahankan oleh klien.Berhubungan dengan waktu mulai terjadi
perubahan pada klien ini, konselor atau peneliti dapat menetapkan kapan perubahan itu
diharapkan terjadi. Apakah sesaat, seminggu, sebulan, setahun seteah konseling berakhir,
atau pad akurun waktu yang lebih lama lagi? Jadi tidak selalu perubahan itu terjadi pada
saat beberapa waktu setelah proses konseling berlangsung. Misalnya, suatu konseling
diharapkan dapat meningkatkan prestasi akademik klien. Terhadap target perubahan ini,
tidak mungkin prestasi akademik klien dapat meningkat sesaat setelah proses konseling
terjadi, tetapi hanya diketahui setelah kliennya mengikuti ujian yang diselenggarakan
gurunya. Jika selang waktu perubahan ini menjadi perhatian dalam penelitian, maka
peneliti dapat menetapkan berapa lama kemungkinan klien dapat mempertahankan
perubahan-perubahan perilakunya. Untuk mengetahui interval perubahan ini, peneliti
dapat mengukur perkembangan perubahan itu setelah konseling diberikan. Dengan
demikian kita mengetahui kecenderungan perubahannya, apakah terus terjadi
peningkatan, berlangsung tetap, atau menurun

2.3. PENGERTIAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri
kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa pecaya, rasa kasih sayang, dan
selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. "anak ahli komunikasi
memberikan pengertiantentang komunikasi seperti komunikasi merupakan pengiriman atau tukar
menukar informasi, ide atau lainnya yang dapat memberikan suatu pengetahuan tentang ide atau
informasi yang disampaikan. Kemudian dalam praktik keperawatan istilah komunikasi sering
digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien,.Secara umum komunikasi anak merupakan
proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain denganharapan orang
yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampumemenuhi kebutuhannya. anak
merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang,sebagai kebutuhan
khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi

Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi yng
melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini
melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang-lambang
sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerm berita mengamati dan
menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran. Pada anak
komunikaso yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan yang terjadi
komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat di ketahui oleh orang lain.

Teknik komunikasi pada anak

 Teknik verbal
a. Melelui orang lain atau pihak ketiga
b. Bercerita
c. Memfasilitas anak adalah bagian cara komunikasi, melalui ini eksoresi
anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima
d. Meminta untuk menyebutkan keinginan
 Teknik non verbal
a. Menulis, adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja
b. Menggambar
c. Gerakan gambar keluarga
d. Bermain

2.4. PENGERTIAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DAN KELUARGA

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan harapan dan pesan yang disampaikan
melalui lambang-lambang tertentu mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan
kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengananak tehnik
komunikasi tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.Seperti pada anak
dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk jati dirinya dia akan lebih diam dengan
orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia. Masa remajamerupakan masa-masa panjang
yang dialami seorang anak. Saat remaja mereka mulai mengalami berbagai perubahan baik fisik
maupun non fisik dalam kehidupan mereka
Komunikasi yang dilakukan oleh remaja adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyan yang dapat menimbulkan rasa malu dan juga jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan
masa transisi dalam bersikap dewasa

Komunikasi pada keluarga


komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting dalam perawatan anak,menginat
pemberian asuhan pada anak selalu melibatkan peran orang tua yang memiliki peranan penting
dalam mempertahankankomunikasi dengan anak, ada bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam
komunikasi yaitu

 Anjurkan orangtua untuk berbicara


 Arahkan ke fokus
 Mendengarkan
 Empati
 Meyakinkan kembali
 Memberikan petunjuk kemungkinan apa yang terjadi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan harapan dan pesan yang disampaikan
melalui lambang-lambang tertentu mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan
kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengananak tehnik
komunikasi tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.Seperti pada anak
dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk jati dirinya dia akan lebih diam dengan
orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia. Masa remajamerupakan masa-masa panjang
yang dialami seorang anak. Saat remaja mereka mulai mengalami berbagai perubahan baik fisik
maupun non fisik dalam kehidupan mereka

Anda mungkin juga menyukai