0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan23 halaman
1. Tahapan counseling meliputi pembentukan aliansi terapeutik, eksplorasi masalah, dan intervensi.
2. Pada tahap pertama, counselor membantu mengurangi rasa cemas klien dan membangun hubungan saling peduli.
3. Pada tahap kedua, counselor mendengarkan secara aktif untuk memahami masalah klien.
4. Pada tahap ketiga, counselor membantu klien mengembangkan mekanisme penyeles
1. Tahapan counseling meliputi pembentukan aliansi terapeutik, eksplorasi masalah, dan intervensi.
2. Pada tahap pertama, counselor membantu mengurangi rasa cemas klien dan membangun hubungan saling peduli.
3. Pada tahap kedua, counselor mendengarkan secara aktif untuk memahami masalah klien.
4. Pada tahap ketiga, counselor membantu klien mengembangkan mekanisme penyeles
1. Tahapan counseling meliputi pembentukan aliansi terapeutik, eksplorasi masalah, dan intervensi.
2. Pada tahap pertama, counselor membantu mengurangi rasa cemas klien dan membangun hubungan saling peduli.
3. Pada tahap kedua, counselor mendengarkan secara aktif untuk memahami masalah klien.
4. Pada tahap ketiga, counselor membantu klien mengembangkan mekanisme penyeles
1. Tahap I : Corning Together (Therapeutic Alliance) 2. Tahap II : Exploring Together (Reconnaissance) 3. Tahap III : Acting Together (Interventions) Seseorang yang memasuki counseling bisa saja mengalami rasa cemas. Timbulnya rasa cemas bisa disebabkan : Macam dan tingkat tuntutan yang dialami klien. Harapan-harapannya dari counselor atau harapan-harapan counselor dari dia. Pada tahap ini tugas utama dari counselor adalah menolong klien mengurangi perasaan cemas dan mempermudah tumbuhnya hubungan therapeutis. Counselor perlu menunjukkan sikap peduli (caring). 1. Mengurangi rasa cemas Kadang-kadang klien memasuki counseling dengan perasaan malu (apa yang dikatakan teman-teman apabila mereka tahu) ; ada pula yang merasa seperti orang bodoh. Maka counselor perlu menyambut klien dengan hangat agar klien merasa bahwa dia diterima. Beberapa kata sambutan seperti . Selamat Pagi.. Apa Kabar . Apa yang bisa saya bantu 2. Memperlancar Kerjasama (Facilitating an Alliance) Alliance therapeutis yang efektif antara counselor dan klien menuntut agar klien merasa bahwa dia diterima dengan tulus dan dimengerti dengan tepat. Fiedler mengatakan bahwa counselor yang efektif menunjukkan : Kemampuan yang tinggi untuk mengerti perasaan kliennya. Merasa aman dalam session counseling. Kemampuan yang tinggi untuk menunjukkan kehangatan tanpa melibatkan diri secara emosional. 3. Menerima (Acceptance) Agar counseling menjadi efektif, harus ada suasana saling menerima. Menerima, berarti counselor menolak segala bentuk paksaan maupun pengendalian kebebasan terhadap klein. Menerima, tidak berarti bahwa counselor setuju seratus persen. Jelas, bahwa tingkahlaku yang merusak tidak disetujui, akan tetapi counselor tetap menerima dan menghargai pelakunya. Hal ini memang sulit untuk manusia. Oleh karena itu counselor perlu merefleksikan KASIH ALLAH terhadap manusia. Counselor perlu memiliki keyakinan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, dia dinamis dan cenderung untuk menjadi. 4. Non Posessive Warmth and Respect Klien perlu merasakan bahwa dia adalah berharga dan dihargai sebagai individu yang bebas. Menerima tanpa syarat tetapi tidak memiliki dapat menunjukkan penghargaan yang non-evaluative terhadap perasaan, pikiran, keinginan dan potensial- potensial dari klien untuk menjadi individu dewasa, bebas, dan bertanggungjawab 5. Genuinness Pertama-tama, counselor harus asli authentic) dan tulus dalam hubungannya dengan klien. Counselor yang genuine menunjukkan keserasian dalam perasaan, ekspresi muka, nada suara dan perbuatannya. Mengakui dan menyatakan perasaan tidak enak, kecewa, marah dan seterusnya. Adalah lebih menolong hubungan dari pada memperlihatkan yang sebaliknya rasa enak, senang, relaks sekalipun itu tidak dirasakan 1. Role freeness Counselor tidak bersembunyi dibalik peranannya, gelarnya, statusnya dan seterusnya. Counselor menolak segala cara pembenaran untuk memanipulasi kliennya. 2. Spontaniety Counselor menanggapi apa adanya saat itu. Bisa saja pada saat-saat tertentu dimana counselor menolak memberi tanggapan tetapi penolakan itu disadari penuh. 3. Non-defenssiveness Sekalipun dikritik kliennya, counselor harus tetap menunjukkan sikap mendengarkan secara empathic dan kesediaan yang tulus untuk menanggapi kliennya. Dia tidak mundur atau melakukan serangan balasan. 4. Congruency Counselor harus nampak serasi dalam menyatakan pikiran, perasaan dan tingkahlaku. 5. Openness Counselor menunjukkan kemampuan dalam membuka diri dan membagi diri sesuai dengan kepatutan hubungan counseling. Pada tahap kedua ini, counselor memberanikan dan memberi kesempatan pada kliennya untuk bicara, melepaskan perasaan-perasaan, mengungkapkan kecemasan, masalah-masalahnya membuka diri. Tugas utama dari counselor mendengarkan dan mengerti dengan akurat apa yang disampaikan kliennya. Pada saat ini, counselor perlu mengosongkan diri agar dia mampu menerima segala informasi yang disampaikan klien. Membantu dan mempermudah bagi klien untuk membuka diri. Mengerti dengan akurat segala informasi yang disampaikan klien. Mengkomunikasikan pada klien bahwa informasi-informasi yang disampaikan telah dimengerti dengan akurat. Banyak mahasiswa yang mempelajari counseling, mengira bahwa interview (wawancara) dalam counseling adalah sekedar pertukaran pengalaman antara dua orang sahabat. Lebih dari itu, interview dalam counseling merupakan pertukaran komunikasi yang sangat intense dan melelahkan. Dalam interview, counselor memberanikan klien mengungkapkan informasi-informasi personal yang relevan. Salah satu cara mempermudah membuka diri adalah keterampilan dari counselor dalam memberikan pertanyaan- pertanyaan. Attending atau being with another, memerlukan kehadiran fisik, suatu sikap tubuh dan orientasi psychologis untuk mendengarkan dan mengerti. Gerard Egans menyebutkan ciri-ciri sikap tubuh yang bisa dikatakan sebagai attending duduk berhadapan dengan klien muka ke muka, tubuh tegak tetapi relaks dengan membungkuk sedikit ke depan sambil mempertahankan kontak mata. Disamping mempertahankan sikap tubuh, counselor perlu juga memperhatikan spychological attending skills yaitu kesiapan menerima dan mengerti dengan akurat apa yang disampaikan klien dan membuat klien merasa bahwa yang disampaikannya dimengerti dengan tepat. Mendengar dengan efektif adalah suatu proses yang aktif sama sekali tidak pasif. Counselor harus mengosongkan diri ; dia harus bisa mengatasi rasa jenuh, gangguan pikiran karena menghambat konsentrasi dan seterusnya. Agar dia bisa memasuki dunia kliennya. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang relevan dan tepat dapat membantu klien menjernihkan masalahnya. Perlu dihindari pertanyaan-pertanyaan tertutup atau pertanyaan-pertanyaan yang memberi kesan bahwa kita menyelidiki klien sehingga klien merasa harus memberi jawaban untuk membenarkan dirinya, atau mencari-cari alasan atas perbuatannya. Mendengarkan secara aktif menuntut dari seorang counselor untuk memusatkan perhatiannya tidak hanya pada apa yang diungkapkan klien tetapi lebih-lebih pada bagaimana dia mengungkapkannya. Disamping itu, counselor perlu juga melihat apakah informasi yang disampaikan klien sudah dimengerti dengan akurat. Maka, counselor harus juga peka terhadap perasaan-perasaan yang tidak kentara dan mampu mengkomunikasikan ini kepada klien sehingga klien bisa jadi sadar akan perasaan tersebut serta pengaruhnya pada tingkahlakunya. Counselor memahami dan menyatukan informasi yang disampaikan klien kemudian mengkomunikasikan pemahamannya itu kepada klien. Contoh : Klien: Ketika dia melakukan itu saya langsung meletus dengan kemarahan (dahi mengkerut). Saya sangat tidak senang dibohongi (suara mengecil, lembut). Counselor:Saya mengerti, Anda mengatakan kau bisa marah sekali ketika dibohongi, tetapi dahimu yang mengkerut dan suaramu yang lembut seperti lebih menunjukkan kau merasa sakit dan sedih dari pada marah. Setelah hubungan counseling yang hangat, penuh kepedulian, serta suportif telah terbentuk dan masalah-masalah klien sudah jelas dan dimengerti dengan akurat oleh kedua pihak, intervensi dapat dibicarakan. Tugas-tugas counselor pada tahap ini : 1. Membantu klien mengembangkan coping mechanism yang lebih efektif. 2. Membantu klien meningkatkan kemampuan melakukan problem-solving dan mekanisme mengadakan adaptasi agar masalah- masalah potential dapat dicegah. Para counselor perlu menyadari bahwa ada batas pada keterampilan dan kemampuan mereka. Apabila perlu referral, counselor harus membicarakan dengan klien. Apabila referral tidak diperlukan, maka planning akan menjadi tanggungjawab dari counselor. Klien bisa merasa cemas kalau nanti rencana akan gagal. Counselor bisa membuat klien merasa aman dengan menjelaskan bahwa rencana bisa dicoba dan keberhasilannya dapat diketahui hanya sesudah dilaksanakan dan di evaluasi. Counselor perlu memberi sokongan kepada klien agar dia memperoleh pandangan yang realistis. Misalnya, klien ingin menumbuhkan rasa percaya diri (assertive). Maka ada baiknya apabila klien memulai dulu dengan yang mudah dan tidak memberi banyak tekanan atau mengancam dirinya baru ke yang lebih sulit. Counselor membuat ringkasan tentang pengalaman-pengalaman akan masalah- masalah serta proses penyelesaiannya ; insights, kemampuan dan rasa percaya diri yang telah diperoleh klien. Apabila kedua pihak sepakat bahwa counseling sudah tidak diperlukan maka counseling dapat dihentikan. Sekalipun demikian, counselor bisa membuat klien merasa bahwa counselor selalu bersedia membantu apabila diperlukan.
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita