Anda di halaman 1dari 23

By Warjiman,S.Kep.,MSN.

STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN


1. Tahap I : Corning Together (Therapeutic
Alliance)
2. Tahap II : Exploring Together
(Reconnaissance)
3. Tahap III : Acting Together (Interventions)
Seseorang yang memasuki counseling bisa
saja mengalami rasa cemas. Timbulnya rasa
cemas bisa disebabkan :
Macam dan tingkat tuntutan yang dialami klien.
Harapan-harapannya dari counselor atau
harapan-harapan counselor dari dia.
Pada tahap ini tugas utama dari counselor
adalah menolong klien mengurangi perasaan
cemas dan mempermudah tumbuhnya
hubungan therapeutis. Counselor perlu
menunjukkan sikap peduli (caring).
1. Mengurangi rasa cemas
Kadang-kadang klien memasuki counseling
dengan perasaan malu (apa yang dikatakan
teman-teman apabila mereka tahu) ; ada pula
yang merasa seperti orang bodoh.
Maka counselor perlu menyambut klien dengan
hangat agar klien merasa bahwa dia diterima.
Beberapa kata sambutan seperti . Selamat
Pagi.. Apa Kabar . Apa yang bisa
saya bantu
2. Memperlancar Kerjasama (Facilitating an Alliance)
Alliance therapeutis yang efektif antara counselor dan
klien menuntut agar klien merasa bahwa dia diterima
dengan tulus dan dimengerti dengan tepat.
Fiedler mengatakan bahwa counselor yang efektif
menunjukkan :
Kemampuan yang tinggi untuk mengerti perasaan kliennya.
Merasa aman dalam session counseling.
Kemampuan yang tinggi untuk menunjukkan kehangatan tanpa
melibatkan diri secara emosional.
3. Menerima (Acceptance)
Agar counseling menjadi efektif, harus ada suasana
saling menerima.
Menerima, berarti counselor menolak segala bentuk
paksaan maupun pengendalian kebebasan terhadap
klein.
Menerima, tidak berarti bahwa counselor setuju
seratus persen.
Jelas, bahwa tingkahlaku yang merusak tidak
disetujui, akan tetapi counselor tetap menerima
dan menghargai pelakunya.
Hal ini memang sulit untuk manusia. Oleh karena
itu counselor perlu merefleksikan KASIH ALLAH
terhadap manusia.
Counselor perlu memiliki keyakinan bahwa manusia
pada dasarnya adalah baik, dia dinamis dan
cenderung untuk menjadi.
4. Non Posessive Warmth and Respect
Klien perlu merasakan bahwa dia adalah berharga dan
dihargai sebagai individu yang bebas.
Menerima tanpa syarat tetapi tidak memiliki dapat
menunjukkan penghargaan yang non-evaluative
terhadap perasaan, pikiran, keinginan dan potensial-
potensial dari klien untuk menjadi individu dewasa,
bebas, dan bertanggungjawab
5. Genuinness
Pertama-tama, counselor harus asli authentic) dan
tulus dalam hubungannya dengan klien.
Counselor yang genuine menunjukkan keserasian
dalam perasaan, ekspresi muka, nada suara dan
perbuatannya.
Mengakui dan menyatakan perasaan tidak enak,
kecewa, marah dan seterusnya.
Adalah lebih menolong hubungan dari pada
memperlihatkan yang sebaliknya rasa enak,
senang, relaks sekalipun itu tidak dirasakan
1. Role freeness
Counselor tidak bersembunyi dibalik peranannya,
gelarnya, statusnya dan seterusnya. Counselor
menolak segala cara pembenaran untuk
memanipulasi kliennya.
2. Spontaniety
Counselor menanggapi apa adanya saat itu. Bisa
saja pada saat-saat tertentu dimana counselor
menolak memberi tanggapan tetapi penolakan itu
disadari penuh.
3. Non-defenssiveness
Sekalipun dikritik kliennya, counselor harus tetap
menunjukkan sikap mendengarkan secara empathic
dan kesediaan yang tulus untuk menanggapi
kliennya. Dia tidak mundur atau melakukan
serangan balasan.
4. Congruency
Counselor harus nampak serasi dalam menyatakan
pikiran, perasaan dan tingkahlaku.
5. Openness
Counselor menunjukkan kemampuan dalam
membuka diri dan membagi diri sesuai dengan
kepatutan hubungan counseling.
Pada tahap kedua ini, counselor
memberanikan dan memberi kesempatan
pada kliennya untuk bicara, melepaskan
perasaan-perasaan, mengungkapkan
kecemasan, masalah-masalahnya membuka
diri.
Tugas utama dari counselor mendengarkan
dan mengerti dengan akurat apa yang
disampaikan kliennya.
Pada saat ini, counselor perlu mengosongkan
diri agar dia mampu menerima segala
informasi yang disampaikan klien.
Membantu dan mempermudah bagi klien
untuk membuka diri.
Mengerti dengan akurat segala informasi
yang disampaikan klien.
Mengkomunikasikan pada klien bahwa
informasi-informasi yang disampaikan telah
dimengerti dengan akurat.
Banyak mahasiswa yang mempelajari counseling,
mengira bahwa interview (wawancara) dalam
counseling adalah sekedar pertukaran
pengalaman antara dua orang sahabat.
Lebih dari itu, interview dalam counseling
merupakan pertukaran komunikasi yang sangat
intense dan melelahkan.
Dalam interview, counselor memberanikan klien
mengungkapkan informasi-informasi personal
yang relevan. Salah satu cara mempermudah
membuka diri adalah keterampilan dari
counselor dalam memberikan pertanyaan-
pertanyaan.
Attending atau being with another, memerlukan
kehadiran fisik, suatu sikap tubuh dan orientasi
psychologis untuk mendengarkan dan mengerti.
Gerard Egans menyebutkan ciri-ciri sikap tubuh yang
bisa dikatakan sebagai attending duduk
berhadapan dengan klien muka ke muka, tubuh
tegak tetapi relaks dengan membungkuk sedikit ke
depan sambil mempertahankan kontak mata.
Disamping mempertahankan sikap tubuh, counselor
perlu juga memperhatikan spychological attending
skills yaitu kesiapan menerima dan mengerti dengan
akurat apa yang disampaikan klien dan membuat
klien merasa bahwa yang disampaikannya dimengerti
dengan tepat.
Mendengar dengan efektif adalah suatu
proses yang aktif sama sekali tidak pasif.
Counselor harus mengosongkan diri ; dia
harus bisa mengatasi rasa jenuh, gangguan
pikiran karena menghambat konsentrasi dan
seterusnya. Agar dia bisa memasuki dunia
kliennya.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang relevan
dan tepat dapat membantu klien
menjernihkan masalahnya.
Perlu dihindari pertanyaan-pertanyaan
tertutup atau pertanyaan-pertanyaan yang
memberi kesan bahwa kita menyelidiki klien
sehingga klien merasa harus memberi
jawaban untuk membenarkan dirinya, atau
mencari-cari alasan atas perbuatannya.
Mendengarkan secara aktif menuntut dari
seorang counselor untuk memusatkan
perhatiannya tidak hanya pada apa yang
diungkapkan klien tetapi lebih-lebih pada
bagaimana dia mengungkapkannya.
Disamping itu, counselor perlu juga melihat
apakah informasi yang disampaikan klien sudah
dimengerti dengan akurat.
Maka, counselor harus juga peka terhadap
perasaan-perasaan yang tidak kentara dan
mampu mengkomunikasikan ini kepada klien
sehingga klien bisa jadi sadar akan perasaan
tersebut serta pengaruhnya pada
tingkahlakunya.
Counselor memahami dan menyatukan informasi
yang disampaikan klien kemudian
mengkomunikasikan pemahamannya itu kepada
klien.
Contoh :
Klien: Ketika dia melakukan itu saya langsung
meletus dengan kemarahan (dahi mengkerut). Saya
sangat tidak senang dibohongi (suara mengecil,
lembut).
Counselor:Saya mengerti, Anda mengatakan kau bisa
marah sekali ketika dibohongi, tetapi dahimu yang
mengkerut dan suaramu yang lembut seperti lebih
menunjukkan kau merasa sakit dan sedih dari pada
marah.
Setelah hubungan counseling yang hangat,
penuh kepedulian, serta suportif telah
terbentuk dan masalah-masalah klien sudah
jelas dan dimengerti dengan akurat oleh
kedua pihak, intervensi dapat dibicarakan.
Tugas-tugas counselor pada tahap ini :
1. Membantu klien mengembangkan coping
mechanism yang lebih efektif.
2. Membantu klien meningkatkan kemampuan
melakukan problem-solving dan mekanisme
mengadakan adaptasi agar masalah-
masalah potential dapat dicegah.
Para counselor perlu menyadari bahwa ada
batas pada keterampilan dan kemampuan
mereka. Apabila perlu referral, counselor
harus membicarakan dengan klien.
Apabila referral tidak diperlukan, maka
planning akan menjadi tanggungjawab dari
counselor. Klien bisa merasa cemas kalau
nanti rencana akan gagal.
Counselor bisa membuat klien merasa aman
dengan menjelaskan bahwa rencana bisa
dicoba dan keberhasilannya dapat diketahui
hanya sesudah dilaksanakan dan di evaluasi.
Counselor perlu memberi sokongan kepada
klien agar dia memperoleh pandangan yang
realistis.
Misalnya, klien ingin menumbuhkan rasa
percaya diri (assertive). Maka ada baiknya
apabila klien memulai dulu dengan yang
mudah dan tidak memberi banyak tekanan
atau mengancam dirinya baru ke yang lebih
sulit.
Counselor membuat ringkasan tentang
pengalaman-pengalaman akan masalah-
masalah serta proses penyelesaiannya ;
insights, kemampuan dan rasa percaya diri
yang telah diperoleh klien.
Apabila kedua pihak sepakat bahwa
counseling sudah tidak diperlukan maka
counseling dapat dihentikan. Sekalipun
demikian, counselor bisa membuat klien
merasa bahwa counselor selalu bersedia
membantu apabila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai