Anda di halaman 1dari 34

KESULITAN KESULITAN DALAM

KONSELING
Sri winarsih
• Dalam proses konseling selalu melibatkan
konselor dengan konseli.Dalam pelaksanaannya
bisa 1 konselor dengan 1 /2 atau lebih dari 2
konseli atau dalam bentuk konseling kelompok.
• Dalam setiap proses konseling dapat berjalan
dengan lancar ataupun mengalami kesulitan.
• Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam
proses konseling bisa disebabkan dari faktor
konselor maupun konselinya.
A. KONSELI : Reaksi konseli terhadap proses konseling

1. Klien yang bersikap enggan


Klien datang untuk konseling di bawah paksaan dari
keluarga atau dari lembaga-lembaga yang secara
resmi mempunyai kekuatan untuk memaksa (sekolah,
perusahaan,dsb).
Mereka beranggapan bahwa dirinya tidak bermasalah
dan sejumlah klien memperlihatkan keraguan tentang
manfaat konseling.
Dengan keadaan seperti itu, klien biasanya tetap diam,
menolak bekerjasama dengan konselor, datang
terlambat atau sama sekali mengabaikan janji untuk
bertemu konselor.
2. Klien yang menutup diri
Sikap  memperlambat proses konseling.
Dalam hal ini klien cemas terhadap suatu
hubungan ketergantungan (konseling) karena
klien menganggap setiap saat dan setiap
waktu ketika ia menghadapi masalah
tergantung dengan konselor
3. Ketakutan akan hal yang tidak diketahui
Apa yang tersirat dalam konseling adalah
tuntutan untuk berubah dan hal ini dapat
menjadi satu gagasan yang menakutkan.
4. Relasi dengan konselor
Ia tidak yakin konselor dapat menolong karena
usia, pengalaman, atau kemampuan konselor.
5. Bingung dan takut
Mereka membutuhkan konseling, namun
sayangnya konselor tidak menjelaskan secara
tepat apa saja yang tercakup dalam konseling
jenis bantuan apa saja yang sedang diberikan.
Ungkapan-ungkapan Sikap Enggan dan Menutup Diri
Konseli

1. Membisu
Klien datang untuk mendapatkan pertolongan, tetapi
ia tidak bersedia berbicara. Ia sekedar duduk dan
menatap, atau bersikap mempertahankan jawaban-
jawabannya.
2. Tidak serius
Ada klien yang membicarakan berbagai hal dengan
ringannya dan kelihatannya tidak mempunyai masalah-
masalah. Mungkin ia setuju bahwa ia memiliki
masalah-masalah yang harus dipecahkan, namun ia
tidak mengijinkan konselor mengeksplorasi lebih jauh.
Lanjutan ungkapan-ungkapan Sikap Enggan dan Menutup Diri Klien

3. Berbicara Berlebihan
Terkadang konselor menemukan klien yang berbicara
berlebihan, sampai-sampai konselor tidak banyak
mendapat kesempatan untuk memberi jawaban
”mengarahkan”.Klien macam ini biasanya memiliki
banyak masalah yang perlu diselesaikan.
4. Mendebat
Klien seringkali berusaha mendebat konselor atas
rencana terapi yang akan dilakukan bersama klien.
Klien cenderung beralasan sekan-akan ia tidak merasa
bermasalah, menilai apa yang dikatakan konselor
sekedar omong kosong.
Ungkapan-ungkapan Sikap Enggan dan Menutup Diri Klien

5. Intelektualisme
Klien yang memiliki intelektual tinggi cenderung hanya
tertarik pada suatu diskusi inteletual atas masalah-masalah
yang dialaminya.
6. Menolak bekerja sama
a. Ada klien yang terus-menerus tidak bersedia atau acuh
menyelesaikan komitmen (tugas hasil konseling) yang
dibuatnya bersama konselor.
b. Ia akan setuju rencana untuk memecahkan masalahnya.
Ketika ia meninggalkan konselor, ia lupa untuk
melaksanakan dan mengabaikan begitu saja.
c. Ia juga akan datang terlambat atau tidak menepati janji
setelah menyetujui sendiri untuk melakukan konseling.
B. KONSELOR : KARAKTERISTIK KONSELOR

1. Pengetahuan mengenai diri sendiri.


Bahwa konselor memahami dengan baik : baik
dirinya, apa yang dilakukannya, masalah yang
dihadapinya, dan masalah klien yang terkait
dengan konseling.
2. Kompetensi
Ditunjukkan dengan kualitas fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan moral yang harus
dimiliki konselor dalam membantu klien.
Lanjutan karakteristik konselor

3. Kesehatan psikologis yang baik


Konselor memiliki kesehatan psikis yang lebih
daripada kliennya.
4. Dapat dipercaya
(a) menepati janji dalam setiap perjanjian
konseling,
(b) dapat menjamin kerahasiaan klien,
(c) berTJ terhadap semua ucapannya dalam
konseling.
Lanjutan karakteristik konselor

5. Kejujuran
Konselor harus terbuka, otentik, dan sejati
dalam penampilannya.
6. Kekuatan atau daya
Konselor memerlukan kekuatan untuk
mengatasi serangan dan manipulasi klien
dalam konseling.
Lanjutan karakteristik konselor

7. Kehangatan
Ramah, peduli, dan dapat menghibur orang
lain,
8. Pendengar yang aktif
Komunikasi dengan penuh kepedulian,
merangsang dan memberanikan klien untuk
bereaksi spontan terhadap konselor dan klien
membutuhkan ide baru yang menarik klien.
Lanjutan karakteristik konselor

9. Kesabaran
Konselor tidak dapat memaksa atau mempercepat
pertumbuhan psikologis klien untuk segera
mengubah perilaku yang maladaptif.
10. Kepekaan
Konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul
dalam diri klien dan konselor sendiri. karena hal ini
akan memberikan rasa aman bagi klien dan akan
lebih percaya diri manakala berkonsultasi dengan
konselor yang memiliki kepekaan.
Lanjutan karakteristik konselor

11. Kebebasan
Konselor tidak memaksakan kehendak
maupun nilai-nilai yang dimilikinya, walaupun
setiap konselor membawa nilai-nilai yang
mungkin akan berpengaruh pada proses
konseling.
12. Kesadaran Holistik atau Utuh
Konselor mampu memahami klien dari
berbagai dimensi (dimensi pikiran, perasaan
atau tindakannya).
KETERBATASAN-KETERBATASAN
KONSELOR YG DAPAT MENJADI PENYULIT DALAM
KONSELING
1. Pengetahuan dan keterampilan
Seringkali konselor memiliki hambatan karena
tidak dilengkapi dengan pengetahuan dan
keterampilan konseling yang mencukupi.
2. Usia dan pengalaman
Konselor yang memiliki usia dan pengalaman
yang mencukupi dilihat sebagai orang yang
bijak. Klien mungkin merasakan perbedaan
usia yang terlalu besar dan memilih konselor
yang kira-kira seusianya dengannya.
3. Kebudayaan, bahasa dan agama
Konselor yg memiliki penyakit “burnout”,
yaitu suatu suasana tidak gairah kerja dan
berprestasi, kadang2 diartikan juga sebagai
stres kerja .
Ia harus tidak kaku, mampu menghayati dan
memahami, tetapi tidak terlibat sampai
menjadi lekat.
MASALAH UMUM YANG DAPAT MENGHAMBAT
DALAM SUATU HUBUNGAN KONSELING
1. Kebosanan
Beberapa hal yang dapat timbul karena
kebosanan adalah:
a. Konselor mengambil jarak dari kliennya, makin
lama makin menjauh.
b. Konselor terkadang mengambil cara negatif
dalam menangani kebosanannya. Ia mencoba
mengangguk, tersenyum tapi tanpa tahu apa
yang dibicarakan klien, atau kurang perhatian,
kurang konsentrasi .
2. Distansi emosional ( kesenjangan emosional)
Konselor yang distan secara emosional tidak
dapat ”masuk” ke dalam diri klien. Ia tidak dapat
menyatukan dirinya dengan pikiran, perasaan dan
persepsi klien sehingga bisa benar2 berempati.
3. Kelekatan emosional
Yaitu konselor &/ klien bergantung pada yang lain
untuk pemuasaan kebutuhan dasar mereka : rasa
aman, untuk menerima dan memberi cinta, untuk
dikagumi dan dibutuhkan
Konselor sebagai pendengar yang baik memiliki
kualitas :
1. Mampu berhubungan dengan orang-orang dari
kalangan sendiri, dan berbagi ide.
2. Menghadapi klien dalam konseling dengan cara-
cara yang bersifat membantu.
3. Memperlakukan klien dengan cara-cara yang
dapat menimbulkan respons yang bermakna.
4. Keinginan untuk berbagi tanggung jawab secara
seimbang dengan klien dalam konseling.
Keberhasilan atau kegagalan proses konseling
ditentukan oleh tiga hal, yaitu
1. kepribadian klien,
2. harapan klien,
3. pengalaman atau pendidikan klien.
1.   Kepribadian Klien
Meliputi emosi, sikap, intelektual, motivasi, dsb.
Kecemasan klien akan tampak di hadapan
konselor. Oleh sebab itu, konselor yang efektif
akan mengeksplorasi perasaan-perasaan tersebut
dan adanya keterbukaan. Klien juga
dilatarbelakangi oleh sikap, nilai-nilai,
pengalaman, perasaan, budaya, sosial, ekonomi,
yang ikut serta membentuk kepribadiannya.
2.   Harapan Klien
Harapan klien terhadap konseling : mendapat
informasi, menurunkan kecemasan,
memperoleh jawaban dari persoalan yang
dihadapi, serta mencari upaya agar dirinya
lebih baik dan berkembang.
3.   Pengalaman dan Pendidikan Klien
Klien yang memiliki pengalaman luas lebih
akan mudah diarahkan menuju keputusan
yang hendak diambil.
Klien yang berpendidikan tinggi dapat
mempermudah konselor dalam
berkomunikasi dengan klien.
Macam macam karakteristik klien
a.  Klien Suka Rela, cirinya :
1)     Hadir atas kehendak sendiri.
2)     Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor.
3)     Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalan.
4)     Sungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling.
5)     Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.
6)     Sikap bersahabat mengharapkan bantuan.
7)    Bersedia mengungkap rahasia, walaupun menyakitkan.
b.  Klien Terpaksa
Tertutup, enggan untuk berbicara, curiga
terhadap konselor, kurang bersahabat, dan
menolak secara halus bantuan konselor.
Strategi yang digunakan untuk menghadapi
klien jenis terpaksa adalah menjelaskan
dengan bijak tentang sesuatu yang dimaksud
dengan proses konseling yang akan dilakukan.
c.  Klien Enggan
Salah satu bentuk klien enggan adalah banyak
berbicara, yang pada prinsipnya enggan untuk
dibantu.
Upaya yang dilakukan
1. Menyadarkan kekeliruannya.
2. Memberi kesempatan agar dia dibimbing
oleh orang lain, atau mencari lawan bicara
yang lain.
d.  Klien Bermusuhan atau Menentang
Tertutup, menentang, bermusuhan, dan menolak secara
terbuka.
Cara efektif untuk menghadapi klien ini:
1)   Ramah, bersahabat, dan empati.
2)   Toleransi terhadap perilaku klien yang tampak.
3)   Tingkatkan kesabaran dalam menunggu saat yang tepat
untuk berbicara sesuai dengan bahasa tubuh klien.
4)   Memahami keinginan klien.
5)   Membuat bentuk negosiasi, kontrak waktu, dan
penjelasan tentang apa sebenarnya konseling.
e.       Klien Krisis
Klien yang sedang menghadapi musibah : kehilangan
orang yang dicintai, diperkosa, dsb.
Beberapa gejala klien krisis :
1)  Tertutup, atau menutup diri dengan dunia luar.
2)  Amat emosional, tidak berdaya, bahkan histeris.
3)  Kurang mampu berpikir secara rasional.
4)  Tidak mampu membimbing diri dan keluarga.
5)  Membutuhkan orang yang amat dipercayai.
EMPATI
• Simpati berbeda dengan empati.
• Dengan simpati, kita belum dikatakan bisa
merasakan sesuatu yang dirasakan oleh orang
lain.
Contoh, ketika terjadi bencana atau musibah,
anda bersimpati dengan menyatakan kesedihan.
Empati sesungguhnya : tidak merayakan
peringatan hari tertentu dengan foya-foya karena
berhubung terjadi bencana.
• Empati bahkan lebih powerfull jika pernah
mengalami kejadian yang sama, atau minimal
orang terdekat dengan anda.
1.   Melatih Perasaan Empati

a. Menuliskan Perasaan Positif atau Negatif


Tuliskan kejadian-kejadian yang anda alami dalam
sebuah buku atau catatan, tuliskan dengan sedetail
mungkin apa yang dirasakan.
Setelah menulis itu, simpan buku tersebut, kemudian
baca lagi buku tersebut setelah beberapa lama.
Simpulkan perasaan anda ketika anda menuliskan
tentang kejadian dalam buku tersebut pada kondisi
anda saat ini.
Lanjutan melatih perasaan EMPATI
b.      Mendengarkan Curhat Orang Lain
Mendengarkan cerita teman, saudara, atau orang
lain berkaitan dengan perasaannya atau
kondisinya saat itu. Simak cerita mereka dan
coba disimpulkan sendiri tentang perasaan orang
tersebut dalam versi anda.
c.       Membayangkan Kejadian pada Diri Sendiri
Bayangkan bahwa diri anda adalah seseorang
mengalami suatu musibah baik dalam novel, film,
berita, atau cerita. Coba disimpulkan perasaan
yang bagaimana yang dirasakan anda ketika
berada dalam posisi tersebut.
2.   Lakukan Tindakan Empati

a. Berhati-hati dalam Ucapan dan Perbuatan


Setiap melakukan sesuatu, selalu jaga sikap anda
terhadap perasaan orang lain.
b. Mulai dari Diri Sendiri
Selalu menjaga setiap hal yang anda lakukan seolah-
olah itu menjaga diri anda sendiri.
c.  Memberikan Bantuan
Selalu mulai dengan membantu orang lain, mulailah
dari orang terdekat anda atau keluarga anda.
MPUN

Anda mungkin juga menyukai