Anda di halaman 1dari 15

MASALAH INDIVIDU DALAM PERSPEKTIF Thinking, Feeling dan

Acting(TFA)
‘’Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Konseling"
Dosen Pengampu: Annisa Arrumaisyah Daulay,M.Pd,Kons

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

Tiara Ash Syafa (0102202100)


Rani Hartati Tarigan (0102203032 )
Taufiq Ismail Koto ( 0102203108 )
M.Alfarabi ( 012202102 )

BPI-C/SEMESTER VI

PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023
Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat
serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga
untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“Masalah Individu Dalam Perspektif Thinking, Feeling dan Acting(TFA)”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada ibu Annisa Arrumaisyah Daulay,M.Pd,Kons selaku dosen
pengampu, teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Penyusunan materi dalam makalah ini disesuaikan dengan referensi yang
didapat dari buku maupun jurnal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini. Besar harapan penulis agar penulisan makalah ini dapat berguna bagi
siapapun dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca dalam
mengembangkan ilmu.

Medan,24 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................................1
B.Rumusan masalah...................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Konsep Dasar Pendekatan Thinking,Feeling dan Acting(TFA).............................2
B. Pandangan Tentang Manusia................................................................................4
C. Manusia Sehat dan Tidak Sehat Berdasarkan Pendekatan TFA...........................6
D. Masalah Individu Dalam Perspektif Pendekatan TFA..........................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang menghadapi masalah sepanjang hidup mereka yang dapat
memengaruhi mereka, orang lain, atau lingkungan mereka. Setiap orang harus
mengambil tindakan segera untuk mengatasi masalah ini agar dapat hidup damai dan
berdampak pada lingkungan. Meskipun setiap orang memiliki ide dan metode sendiri
untuk menyelesaikan masalah, apakah mereka dapat melakukannya sendiri atau
membutuhkan bantuan, sebagai sesama makhluk kita harus saling mendukung, dan
konseling adalah salah satu dukungan tersebut.
Tujuan inti konseling adalah untuk mengajarkan klien bagaimana membuat
pilihan dan menggunakan waktu dan energi mereka seefektif mungkin untuk
menemukan solusi atas masalah mereka. Akibatnya, konselor sebagai ahli dalam
bidang konseling menggunakan berbagai teknik dalam mendampingi kliennya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Konsep Dasar Pendekatan Thinking,Feeling dan
Acting(TFA)?
2. Apa Yang Dimaksud Pandangan Tentang Manusia?
3. Apa Itu Manusia Sehat dan Tidak Sehat Berdasarkan Pendekatan TFA?
4. Apa Saja Masalah Individu Dalam Perspektif Pendekatan TFA?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Pendekatan Thinking,Feeling dan Acting(TFA)
2. Untuk Mengetahui Pandangan Tentang Manusia
3. Untuk Mengetahui Manusia Sehat dan Tidak Sehat Berdasarkan Pendekatan TFA?
4. Untuk Mengetahui Masalah Individu Dalam Perspektif Pendekatan TFA?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendekatan Thinking,Feeling dan Acting(TFA)
Tahap pendekatan, yang diselesaikan oleh konselor sebagai bagian dari proses
konseling, meliputi tahap yang berfokus pada Thinking, Feeling, and Acting (TFA),
suatu metode terpadu yang sistematis yang menggambarkan banyak pendekatan dan
teknik yang digunakan dalam konseling,(Mulawarman,Ph.D, 2016)
Jika dibandingkan dengan organisme lain, pemikiranlah yang paling membedakan
manusia. Manusia menggunakan pikirannya, yang merupakan fungsi kognitif, untuk
memilih apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Manusia atau individu mencerna
informasi yang mereka pelajari melalui pengalaman mereka dalam hidup selain apa
yang mereka rasakan melalui indera atau cara lain.
Mereka yang memiliki pikiran negatif, perasaan tidak nyaman, dan tindakan tidak
menyenangkan lebih cenderung mengalami masalah psikologis yang parah seperti
depresi dan gangguan kecemasan. Emosi negatif biasanya dihasilkan oleh ide dan
tindakan disfungsional. Dalam proses konseling, keyakinan dan perilaku
disfungsional konseli harus dibangun kembali agar dapat kembali menjadi manusia
yang sehat. .(Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si, 2020)

Berdasarkan gagasan bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk menyerap


konsep rasional dan irasional, dengan pemikiran irasional memiliki kemampuan
untuk menyebabkan gangguan emosional dan perilaku yang tidak diinginkan atau
tidak normal. Pendekatan TFA sangat menekankan bagaimana otak berfungsi saat
menganalisis, membuat keputusan, dan berperilaku untuk mengubah pemikiran,
emosi, dan tindakan. (Nurul Hartini, 2015)

TFA adalah jenis konseling yang membebani perbaikan kognitif ketika datang ke
kejadian yang berbahaya bagi kesehatan tubuh dan mental seseorang. TFA adalah
salah satu jenis konseling yang dimaksudkan untuk membantu kesehatan mental
konseli. Dengan fokus pada otak, konseling ini dimaksudkan untuk mengubah atau

2
memodifikasi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak. Tujuan TFA adalah
mendorong orang untuk mengadopsi perilaku baru, menenangkan tubuh dan pikiran
mereka sehingga mereka dapat berpikir lebih jernih dan membuat keputusan yang
lebih baik. Pada akhirnya, TFA berharap dapat membantu konseli dalam
menyeimbangkan pikiran, perasaan, dan tindakannya(Jeremy Safron, 2015)

1. Pendekatan pemikiran(Thinking)
Premis utama dari metode berpikir ini adalah jika seseorang memiliki
keyakinan yang tidak logis atau tidak rasional, mereka bermasalah atau tidak
sehat, dan mereka hanya akan menjadi sehat jika upaya konseli berhasil
membuat mereka berpikir secara logis dan logis. secara rasional.
Berpikir, atau berpikir dengan proses berpikir kritis dalam setiap
situasi, merupakan salah satu kualitas pribadi yang krusial yang harus
dimiliki. Ketika seseorang mampu berpikir kritis, mereka menjadi seseorang
yang pandai membuat penilaian, memecahkan kesulitan, dan lain-lain.
2. Pendekatan perasaan(Feeling)
Sebagai seorang konselor, sudah seharusnya menjadi poin utama
keseharian konseli yang berfokus pada emosinya karena setiap individu ketika
dihadapkan atau tersentuh oleh suatu masalah pasti berdampak pada
perasaannya. Premis mendasar dari metode ini adalah bahwa seseorang tidak
sehat atau dapat dicirikan sebagai bermasalah jika mereka tidak dapat
mengartikulasikan dan memahami perasaan atau emosi mereka. Jika
seseorang mampu memahami dan mengomunikasikan emosi yang dialaminya,
maka dikatakan dalam keadaan pikiran yang sehat karena akan dapat
memperoleh pemahaman dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam metode ini, konselor bertujuan untuk membantu klien dalam
mengungkapkan, menguraikan, menggambarkan, dan memahami perasaan
atau emosi yang terjadi sehingga klien dapat memutuskan tindakan yang
terbaik.
3. Pendekatan tindakan(acting)

3
Premis mendasar dari strategi ini adalah bahwa jika seseorang tidak
dapat mengubah perilaku yang berpotensi bermasalah menjadi perilaku yang
sesuai dan bermanfaat, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sedang
menghadapi masalah. Dalam metode ini, konselor bekerja dengan klien untuk
menciptakan penyesuaian perilaku mereka yang lebih baik dan lebih
produktif, seperti mengubah lingkungan mereka, pekerjaan mereka, sikap
mereka, atau metode operasi mereka. Itu perlu bertindak sebagai konselor
dengan menawarkan pilihan yang berbeda dan menginspirasi orang untuk
membuat keputusan moral. Dengan bantuan strategi ini, klien akan dipaksa
untuk bertindak sendiri, dimulai dengan memilih opsi dan menemukan solusi
untuk masalah yang dihadapi. Perbuatan berperilaku (actions) akan
memungkinkan konseli berpikir untuk dirinya sendiri dan mengambil
keputusan tentang apa yang terbaik dan terburuk bagi dirinya. .(Annisa
Arrumaisyah Daulay, 2021)

B. Pandangan Tentang Manusia


Salah satu dari berbagai spesies ciptaan Tuhan, manusia memiliki manfaat
yang signifikan dibandingkan makhluk ciptaan lainnya. Manusia adalah makhluk
hidup dengan emosi dan cara hidup yang khas. Manusia diciptakan, memiliki
kehidupan, dan berkembang sebagai respons terhadap tuntutan dan kebutuhan.
Manusia adalah makhluk sosial yang bergantung pada orang lain untuk bertahan
hidup. Manusia memiliki kapasitas untuk bertindak, merasakan, dan bertindak karena
mereka terkait erat dengan individu lain.

(Jiang & Chen, 2022)Dalam terapi, individu yang bermasalah dibantu untuk
membuat keputusan penyesuaian dalam pikiran, perasaan, dan perilaku mereka
sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah mereka dan kemudian memahami diri
mereka sendiri untuk mencapai penyesuaian.

4
Memang benar bahwa Tuhan, yang adalah Roh dan memiliki kehendak,
pikiran, dan perasaan, memberi manusia kekuatan untuk berkehendak, merasa, dan
berpikir. Sebenarnya, ada kesejajaran mendasar antara kata kehendak, sensasi, dan
pikiran, serta variasi yang unik. Kehendak batin atau spiritual manusia, khususnya
keinginan untuk merasakan dan berpikir, diwakili oleh perasaan dan pikiran. Dalam
pembahasan ini, istilah “kehendak bebas” digunakan untuk menggambarkan
perlakuan yang benar terhadap pikiran dan perasaan manusia daripada kenyataan atau
perwujudan dalam tingkah laku ke dalam dunia nyata untuk bertanggung jawab
memelihara diri sendiri. (Tarmizi, 2017)
Manusia adalah makhluk ideal, dan karena mereka bertindak bijaksana atau
sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka, mereka memiliki kemampuan untuk
kembali ke kesempurnaan. makhluk juga Akibatnya, dia memiliki kemampuan untuk
secara rasional membuat keputusan yang akan membuat dia dan semua orang di
sekitarnya bahagia. Orang memiliki kecenderungan untuk mengeluh, merasa tidak
berdaya, mudah menyerah, bertindak, dan, ketika ragu, setiap orang memutuskan
bahwa mereka tidak dapat mengambil keputusan. Dia dan sekitarnya tidak dapat
memahami batasan ini.
Orang tersebut menyadari berbagai kekuatan dan kekurangannya, dan
berdasarkan pengetahuan itu, mereka dapat bekerja untuk memperkuat dan
memanfaatkan kelemahan mereka. Dia memiliki kebebasan dengan keragaman untuk
memilih apa yang terbaik untuknya, juga dikenal sebagai "The Self", yang
menentukan keberadaan. Pilihan menjadi sangat beragam. Kebebasan ini perlu
diseimbangkan dengan tepat. Kebebasan tanpa kewajiban Sangat mudah untuk
mengalihkan perilaku sewenang-wenang pada diri sendiri atau lingkungan orang lain.
.(Septi Guimandari, 2011)

Manusia pada dasarnya bertahan hidup dengan terus-menerus berinteraksi dengan


orang lain dalam konteks keluarga, pertemanan, tempat kerja, komunitas, lingkungan
tempat tinggal, dan jenis hubungan sosial lainnya. Sebagai sifat manusia, kreativitas,

5
perasaan, tujuan, norma, dan hati nurani menjadi yang utama bagi manusia.
Bersamaan dengan hubungan mereka dengan penciptanya, agama juga menjadi jelas
baginya.

C. Manusia Sehat dan Tidak Sehat Berdasarkan Pendekatan TFA


Banyak tuntutan dan kesulitan yang muncul dalam kehidupan manusia yang
kompleks yang harus disikapi agar dapat terpuaskan. Dalam situasi ini, tidak semua
orang dapat memenuhi persyaratan atau menemukan solusi untuk berbagai masalah
untuk mempertahankan sikap normal, masuk akal, atau sehat. Orang sehat adalah
mereka yang dapat memenuhi kebutuhan mereka atau menangani masalah dengan
cara yang logis. Di sisi lain, individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya
secara memadai atau mengatasi masalah mereka disebut sebagai manusia yang tidak
sehat.

Ciri-ciri kepribadian yang sehat, seperti kemandirian, pengendalian emosi,


penerimaan sosial, memiliki tujuan hidup, dan lain-lain, termasuk dalam E.B.
Pandangan Hurlock dalam Syamsu Yusuf LN. Ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat
juga termasuk mudah tersinggung, kejam kepada orang lain, kurang tanggung jawab,
tidak menyadari pentingnya menaati ajaran agama, pesimis terhadap kehidupan, dll.
(Saifullah, 2018)
Menurut Sjarkawi, kepribadian manusia yang sehat adalah sifat, watak, atau
gaya seseorang, yang dibentuk oleh pola asuh dan lingkungannya. Ini menyiratkan
bahwa kepribadian karakter yang berbeda dianggap sebagai individu yang unik secara
sosial dan pribadi. (Sjarkawi, 2006)
Menurut Made Pidarta, kepribadian seseorang dapat digambarkan sebagai
sikap umum mereka, termasuk sikap, dorongan, motivasi, kesiapan untuk mengatasi
tantangan, menghormati orang lain, kesopanan, toleransi, dll. Karakter, kemampuan
umum dan unik, pengaruh kontekstual, pembelajaran proses, dan latar belakang

6
kehidupan seseorang semuanya berkontribusi pada kepribadian. (Ani Widayati Yeni
Kartika Sari, 2018)
Kata penting untuk konsep kepribadian adalah "adaptasi", hal ini dapat
disimpulkan dari informasi yang disajikan di atas. Respons individu terhadap upaya
perilaku dan mental untuk mengatasi kebutuhan dan tantangan batin, emosi, frustrasi,
dan konflik, serta untuk menjaga keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan dan
mempertahankan harapan (norma) masyarakat, dikenal sebagai adaptasi.

D. Masalah Individu Dalam Perspektif Pendekatan TFA

(Cavanagh,Micheal, 2002)Mendeskripsikan masalah berdasarkan kebutuhan


terpenuhi atau tidak terpenuhi secara individual:

1. Kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang


Membuat seseorang merasa disukai, diterima, dan hangat itu penting,
terutama bagi mereka yang menjadi penerima cinta. Jika seseorang
menunjukkan kasih sayang kepada orang lain, orang itu dapat membalas budi
dengan menunjukkan kasih sayang kepada orang lain. Kasih sayang tidak
hanya sangat penting dan diperlukan untuk bertemu seseorang; itu juga
sejalan dengan menerima dan memberi cinta. Mereka yang tidak
menunjukkan kasih sayang sering merasa kesal, tidak berguna, dan emosinya
tidak stabil. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam menerima dan
mengungkapkan kasih sayang Salah satu ciri dilema konseling.
2. kebutuhan akan kebebasan
Kebebasan mengambil keputusan dalam hidup merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi oleh manusia. Dengan kebebasan memilih, orang
dapat memilih untuk bertindak sesuai dengan siapa mereka dan bagaimana
mereka menunjukkan diri daripada apa yang mungkin diantisipasi orang lain
dari mereka. Di sini kebebasan diartikan sebagai kebebasan yang dapat
dibenarkan. Kebebasan tanpa tanggung jawab, bagaimanapun, adalah hidup

7
tanpa pilihan, makna, atau tujuan dan egois, kejam, dan merusak. Ketika
orang tidak memiliki kebebasan untuk mengatur kehidupan mereka sendiri,
masalah muncul.
3. Kebutuhan akan bermain dan hiburan
Bermain game menumbuhkan kreativitas dan eksplorasi. Selama
bermain, anak-anak dapat mengasah bakat uniknya, belajar bagaimana
beradaptasi dengan lingkungannya, dan menampilkan perilaku yang lebih
adaptif. langsung Bermain atau rekreasi untuk orang dewasa dapat
meningkatkan kesehatan mental. Jika memungkinkan, dorong orang dewasa
untuk memiliki hobi. Meningkatkan kesehatan psikologis setiap orang.
Masalah mungkin timbul jika hiburan tidak dimainkan.
4. Kebutuhan akan penerimaan stimulus
Kebutuhan setiap orang Untuk mengatasi kebosanan, cari tahu
berbagai peristiwa dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari Anda. Mereka
membutuhkan tantangan dan pengalaman baru yang terasa lebih hidup. Orang
harus menyisihkan waktu untuk kegiatan sehari-hari, seperti bekerja atau
berteman, serta pengalaman baru. Jika tidak ada rangsangan, orang lebih
cenderung merasa bosan.
5. Kebutuhan terhadap penghargaan
Banyak orang percaya bahwa usaha mereka tidak dihargai. Banyak
orang mencari konseling untuk masalah yang berkaitan dengan perasaan tidak
dihargai di tempat kerja, di rumah, atau oleh teman mereka.
6. Kebutuhan akan harapan
Kehidupan setiap orang sangat bergantung pada harapan. Kekuatan
pendorong terbesar di balik keputusan orang untuk hidup adalah harapan.
Semangat hidup sehari-hari juga bisa ditopang oleh harapan. Seseorang
mungkin kehilangan keinginan untuk hidup dan berhenti mencoba kegiatan
dan pengalaman baru jika mereka kehilangan harapan. Salah satu isu yang
muncul selama proses konsultasi adalah hilangnya harapan. Orang sering
tidak sadar. Orang tiba-tiba mengalami kehilangan harapan dalam hidup.

8
Anda tidak memiliki harapan untuk diri sendiri, hubungan interpersonal, atau
karier Anda.
7. Kebutuhan akan tujuan hidup
Peta jalan menuju tujuan hidup seseorang. Dengan kemajuan teknologi
dan media sosial, banyak orang kehilangan tujuan mereka. Komunitas dan
individu kurang bebas untuk berefleksi dan lebih terpengaruh oleh apa yang
dibagikan di media sosial, atau mereka disibukkan dengan penggunaan
teknologi baru tanpa mempertimbangkan makna hidup. .(Annisa Arrumaisyah
Daulay, 2021)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Fase pendekatan konselor yang salah satunya difokuskan pada Thinking, Feeling,
and Acting (TFA), merupakan strategi terpadu metodis yang menggambarkan
pendekatan dan prosedur yang berbeda dalam proses konseling.
Salah satu dari berbagai spesies ciptaan Tuhan, manusia memiliki manfaat yang
signifikan dibandingkan makhluk ciptaan lainnya. Manusia adalah makhluk hidup
dengan emosi dan cara hidup yang khas. Manusia diciptakan, memiliki kehidupan,
dan berkembang sebagai respons terhadap tuntutan dan kebutuhan. Manusia adalah
makhluk sosial yang bergantung pada orang lain untuk bertahan hidup. Manusia
memiliki kapasitas untuk bertindak, merasakan, dan bertindak karena mereka terkait
erat dengan individu lain.
Banyak tuntutan dan kesulitan yang muncul dalam kehidupan manusia yang
kompleks yang harus disikapi agar dapat terpuaskan. Dalam situasi ini, tidak semua
orang dapat memenuhi persyaratan atau menemukan solusi untuk berbagai masalah
untuk mempertahankan sikap normal, masuk akal, atau sehat. Orang sehat adalah
mereka yang dapat memenuhi kebutuhan mereka atau menangani masalah dengan
cara yang logis. Di sisi lain, mereka yang tidak mampu memuaskan keinginannya

9
atau mengatasi masalah mereka secara memadai disebut sebagai manusia yang tidak
sehat.

Menurut bagaimana setiap kebutuhan terpuaskan atau tidak terpuaskan, Cavanagh


dan Levitov (2002) menjelaskan masalah tersebut: a. kebutuhan akan kasih sayang, b.
kebutuhan akan kebebasan, c. kebutuhan bermain dan hiburan, d. kebutuhan
penerimaan stimulus, e. kebutuhan akan penghargaan, f. kebutuhan akan harapan, dan
g. kebutuhan tujuan hidup.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami sampaikan, atas kesalahan kami memohon maaf
dan kami berharap kritik dan saran yang membangun kepada pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ani Widayati Yeni Kartika Sari. (2018). Pengaruh Konseling Dengan Pendekatan

Thinking, Felling Dan Acthing (TFA) Terhadap Tekanan Darah Pasien

Preoperasi Katarak. 5. https://doi.org/1026699/jnkv5.2artp090-096

Annisa Arrumaisyah Daulay. (2021). Psikologi Konseling (hlm. 19).

Cavanagh,Micheal, L., Justin. (2002). The Counseling Experience,A Thepritical And

Practical Approach. lllionis: Waveland Press inc.

Jeremy Safron, L. S. G. (2015). Feeling,Thinking And Acting: A Cognitive

Framework For Psychotherapy Integration.

Jiang, Y., & Chen, Z. (2022). Handbook of Embodied Psychology: Thinking,

Feeling, and ActingMichael D.Robinson & Laura E.Thomas (Eds.) Springer

International Publishing, 2021. Hardcover US$349.99, ISBN 9783030784713.

British Journal of Psychology, 113(4), 1195–1197.

https://doi.org/10.1111/bjop.12584

Mulawarman,Ph.D, E. M., M. Pd. (2016). Psikologi Konseling:Sebuah Pengantar

Bagi Konselor Pendidikan (hlm. 9).

Nurul Hartini, A. D. A. (2015). Psikologi Konseling: Perkembangan dan Penerapan

Konseling Dalam Psikologi. Airlangga University Publisher.

Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si. (2020). Psikologi Konseling Teori Dan Implementasi.

Kencana.

Saifullah. (2018). Konsepsi Pembinaan Kepribadian Sehat Pada Anak Dalam

Keluarga. Takammul, 7.

11
Septi Guimandari. (2011). KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF

PSIKOLOGI ISLAM. 12.

Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak:Peran

Moral,Intelektual,Emosional dan Sosial Sebagai wujud Integritas

Membangun Jati Diri (hlm. 11). Jakarta:Bumi Aksara.

Tarmizi. (2017). Konsep Manusia Dalam Psikologi Islam. 7, 28.

12

Anda mungkin juga menyukai