Anda di halaman 1dari 22

KESEHATAN MENTAL

“Bentuk-Bentuk Psikoneurosa dan Penyebabnya”

DiSusun Oleh :

1.Dwi Gustiara Putri


2.Talitha Sofie Azzahra
3.Tengku Shaffan Ristanury

Dosen Pengampu :

1. Drs.Syafruddin Gani,M.Si,Kons.
2. Fadhlina Rozzaqyah,M.Pd

BIMBINGAN KONSELING

ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Bentuk-BentukPsikoneuros”.Kami berharap
tugas ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam bidang pendidikan.Serta pembaca
dapat mengetahui bagaimana dan apa sebenarnya isi
dari bentuk-bentuk psikoneuros.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam


penyusunan makalah ini.karena itu,kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca
untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan
dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini.

Palembang,16 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul ................................................................................................. 1

Kata Pengantar ................................................................................................. 2

Daftar Isi .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang .......................................................................................4


B.Rumusan Masalah ..................................................................................4
C.Tujuan ....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Psikoneurosis........................................................................6
B.Karakteristik Umum Perilaku Psikoneurosis..........................................7
C.Jenis-jenis Psikoneurosa..........................................................................8
D.Cara Penanggulangan Gangguan Psikoneurosis…………………...…..19

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ............................................................................................21
B.Saran .......................................................................................................21

Daftar Pustaka ...............................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja adalah


gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari pada kepribadian, sehingga
orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa
atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Permasalahan seperti ini sering terjadi pada orang yang memendam permasalahan
sendiri, sehingga menimbulkan permasalahn pada diri pribadinya, sebagai akibat
dari apa yang dia pikirkan.

Akibatnya, kegaiatan yang dijalani oleh orang yang mederita neurosa ini,
tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan efektif. Untuk lebih
mengetahui karakteristiknya, maka akan dibahas melalui penjelasan berikut ini.
Dengan judul “ Gangguan Mental Psikoneurisis”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan psikoneurisis?

2. Apa karakteristik dari psikoneurosis ?

3. Apa jenis-jenis dari psikoneurosis ?

4. Bagaimana cara penanggulangan gangguan psikoneurosis ?

4
C. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian psikoneurosis

2. Mengetahui karakteristik dari psikoneurosis

3. Mengetahui jenis-jenis psikoneurosis

4. Mengetahui penanggulangan bagi penderia psikoneurosis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikoneurosis

Psikoneurosis atau yang lebih singkat disebut neurosis merupakan satu


penyakit mental yag lunak, dicirikan dengan tanda – tanda wawasan yang tidak
lengkap mengenai sifat – sifat dari kesukarannya, konflik, reaksi kecemasan,
kerusakan parsial atau sebagian dari kepribadiannya dan seringkali tetapi tidak
selalu perlu ada, disertai fobia, gagguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif-
kompulsif (Chaplin, 2009: 327)

Menurut Andi Mappiare ( 2006: 221) neurosis adalah mengacu pada kekacauan
pribadi ringan disebabkan oleh konflik dan disertai pula perilaku tidak rasional,
hambatan, dan kecemasan, dalam pandangan teori behavior, neurosis adalah
perilaku tidak adaptif yang dipelajari.

Neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada


sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan
keadaan cemas yang kronis, gangguan – gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki
energi fisik (Dali Gulo, dalam Deekece, 2012).

Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian.


Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan
masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehai-hari. Sebenarnya psikoneurosis
bukanah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut
normal.Psikoneurosis pada hakikatnya bukanlah suatu penyakit. Orang-orang
yang menderita psikoneurosis pada umumnya dapat kita golongkan sebagai orang
yang normal. Yang diderita oleh psikoneurosis adalah ketegangan pribadi yang
terus menerus. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya sehingga
ketegangan tidak kunjung reda dan akhirnya menjadi neurosis. Psikoneurosis

6
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang datang dari luar maupun yang datang
dari dalam diri sendiri.

Jadi, psikoneurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari
kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan
– pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat – tempat tertentu.

B. Karakteristik Umum Perilaku Psikoneurosis

Menurut Chaplin (2009: 82) yang menjadi karakteristik neurosis adalah (1)
satu bentuk neurosa yang sudah berlanjut lama, atau gangguan jiwa yag muncul
pada masa kanak – kanak dan (2) satu gangguan psikologis yang ditandai dengan
kebimbingan dalam kemauan.

Chaplin (2009: 465) juga menyebutkan bahwa suatu gangguan neurosis


disebabkan oleh satu situasi yang sangat traumatis sifatnya, misalnya satu
pertempuran, sebagai lawan dari neurosa karakter, yang diakibatkan oleh
gangguan kepribadian yang parah pada masa kanak – kanak.

Sedangkan Kartini Kartono (dalam Deekece, 2012) berpendapat sebab – sebab


dari timbulnya psikoneurosis adalah:

1. Tekanan – tekanan sosial yang berat dan tekana kultural yang sangat kuat,
yang menyebabkan ketakutan – kecemasan dan ketegangan – ketegangan dalam
batin sendiri yag kronis dan berat, sehingga individu yang bersangkutan
mengalami kepatahan mental

2. Individu mengalami banyak frustasi, konflik – konflik emosional, dan konflik


internal yang serius, yang sudah dimulai sejak masa kanak – kanak

3. Individu pada umumnya menjadi tidak rasional sebab sering memakai


defence mekanisme yang negatif dan lemahlah pertahanan diri secara fisik dan
mental

4. Pribadinya sangat labil, tidak imbang, dan kemauannya sangat lemah.

7
Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya penyebab dari psikoneurosis
adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi masalah – masalah yang
dialaminya disebabkan karena pribadi individu tidak terintegrasi.

C. Jenis-Jenis Psikoneurosa

Jenis-jenis gangguan yang termasuk psikoneurosis antara lain:

1.    Histeria
a.    Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional
yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya
terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan
jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering
timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b.    Jenis-jenis Histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor
dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1)   Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga
disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf
somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala: lumpuh, kejang-kejang, mati
raba, buta, tuli, dst.
2)   Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita
demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu
dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom,
sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue dan kepribadian
ganda.
c.    Faktor penyebab histeria

8
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis
(pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam
tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman
tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu
saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat
muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
d.   Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan
hysteria yaitu:
a)    Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
b)   Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
c)    Psikoterapi suportif.
d)   Farmakoterapi.

2. Fobia,Obsesi,dan Komplusi
a. Fobia yaitu ketakutan-ketakutan yang abnormal, tidak riil, irasional, dan
tidak bisa dikontrol terhadap suatu situasi atau objek tertentu dan merupakan
ketakutan khas neurotis, sebagai simbol dari konflik-konflik neurotis. Seperi takut
suara, takut ketinggian, takut pada angin, dan lain-lain.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang
menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
a) Hematophobia: takut melihat darah
b) Hydrophobia: takut pada air
c) Pyrophibia: takut pada api
d) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
1. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan
shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan
malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke
dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan
akan muncul bila ada rangsangan serupa.

9
2. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis (dalam Deekece, 2012) neurosa fobik sulit untuk
dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau
berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif
baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat
dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
a) Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang
sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
b) Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa
takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
c) Terapi kelompok.
d) Manipulasi lingkungan.

2. Obsesi ialah gangguan jiwa, di mana penderita dikuasai oleh suatu pikiran
yang tidak bisa dihindarinya. Gangguan ini ditandai dengan merasa dikejar-kejar,
tidak tenang, merasa selalu terganggu, penuh ketegangan, seperti mau gila, kalau
malam mendapat mimpi yang menakutkan.

3. Kompulsi ialah gangguan jiwa yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik


masuk akal ataupun itu tidak dilakukannya.Keinginan ini tidak bisa dikontrol dan
dikendalikan dan bertentangan dengan kemauan yang sadar sewaktu-waktu
melakukannya. Misalnya keinginan mandi terus menerus mandi dan mencuci
tangan, menghitung tiang listrik waktu naik kereta api, mengitari kursi sebelum
duduk di atasnya.
1. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran
atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsif menunjuk pada dorongan atau
impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan meskipun sebenarnya
perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain :

10
a) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak
membutuhkan barang yang ia curi.
b) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
c) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
d) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.

2. Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif


Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia, dalam
Deekece, 2012):
a) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
b) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).

3. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif


a) psikoterapi suportif;
b) penjelasan dan pendidikan;
c) terapi perilaku.

4. Disoasi Kepribadian
Penderita gangguan identitas disosiatif biasanya memiliki latar belakang
pengalaman traumatis, terutama pada saat masa kecilnya. Pengalaman traumatis
ini bisa berupa penyiksaan berulang kali baik secara emosional, kekerasan fisik,
maupun pelecehan seksual. Karena pengalaman ini, seseorang kemudian seolah-
olah menciptakan mekanisme pertahanan diri dengan cara menciptakan
kepribadian lain di luar kesadarannya agar terlepas dari rasa trauma hebat yang
dialaminya.
a.Gejala-gejala gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda
 Karakteristik utama dari gangguan kepribadian ganda adalah munculnya
dua atau lebih kepribadian berbeda-beda yang secara bergiliran mengambil
alih atau kendali atas diri penderitanya.
 Masing-masing dari kepribadian ini memiliki nama, pola pikir, kebiasaan,
gaya berbicara, ciri fisik, bahkan gaya tulisan yang berbeda-beda.

11
 Tanda-tanda seperti depresi, kecemasan berlebihan, sering merasa
bersalah, hingga agresif dapat muncul. Halusinasi baik audio maupun
visual juga mungkin terjadi. Pada saat masa kanak-kanak, penderita
gangguan identitas disosiatif juga memiliki kecenderungan untuk memiliki
masalah perilaku dan kesulitan memfokuskan diri saat di sekolah.
 Perubahan mood (mood swings), serangan panik, fobia, gangguan makan,
gangguan tidur (seperti insomnia dan berjalan saat tidur), sakit kepala
berlebihan, serta disfungsi ereksi juga biasanya menyertai gangguan
identitas disosiatif.
 Masalah dalam hal memori juga sering ditemui, terutama ingatan terkait
kejadian saat ini maupun masa lampau, orang yang terlibat, tempat, hingga
waktu. Masing-masing kepribadian dalam satu orang mungkin memiliki
ingatan yang berbeda. Ketika kepribadian pasif sedang mengambil alih,
ingatan yang muncul biasanya samar-samar atau bahkan bertentangan
dengan kejadian aslinya. Sementara kepribadian yang lebih dominan atau
protektif memiliki ingatan yang lebih lengkap atas suatu kejadian.
Sehingga tidak jarang penderita tidak mengingat mengapa ia ada di waktu
dan tempat tertentu.
 Masing-masing kepribadian biasanya muncul karena ada pemicunya. Saat
salah satu kepribadian mengambil alih, kepribadian dominan ini mungkin
mengabaikan kepribadian yang lain atau bahkan mengalami konflik
tersendiri. Transisi dari satu kepribadian ke kepribadian lain biasanya
dipicu oleh stres psikososial.

b.Terapi untuk penderita gangguan identitas disosiatif

Treatment untuk penderita gangguan identitas disosiatif dapat berlangsung


hingga bertahun-tahun. Beberapa jenis terapi yang disarankan bagi penderita
gangguan identitas disosiatif yaitu:

12
 Psikoterapi: pada orang dewasa, psikoterapi dapat berlangsung selama
lima hingga tujuh tahun. Tujuan utama dari terapi adalah ‘menyatukan’
beberapa kepribadian yang ada sehingga menjadi satu kepribadian yang
utuh. Psikoterapi juga membantu penderita menghadapi trauma yang
memicu munculnya kepribadian lain. Tahapan yang dilakukan biasanya
mempelajari kepribadian apa saja yang muncul, mengatasi trauma, dan
menyatukan beberapa kepribadian yang ada menjadi satu.
 Terapi keluarga: dilakukan untuk memberi penjelasan lebih kepada
keluarga terkait gangguan identitas disosiatif. Menginformasikan keluarga,
perubahan apa yang akan terjadi dan mengamati tanda-tanda atau gejala
perubahan kepribadian.
 Pengobatan: meskipun tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan
gangguan identitas disosiatif, tetapi gejala-gejala yang muncul seperti
kecemasan berlebih dan depresi dapat diatasi dengan antidepresan.

5. Tics

Sindrom Tourette adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya tiba-


tiba melakukan gerakan atau ucapan berulang yang tidak disengaja dan di luar
kendali, yang disebut tic. Kondisi ini biasanya dimulai pada usia 2-15 tahun, dan
lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.Tic umum
terjadi pada anak-anak, dan biasanya tidak bertahan lebih dari satu tahun. Namun
pada anak-anak dengan sindrom Tourette, tic berlangsung selama lebih dari satu
tahun dan muncul dalam berbagai macam perilaku.

a. Gejala Sindrom Tourette

Gejala umum sindrom Tourette adalah tic. Tic dapat diklasifikasikan


dalam beberapa jenis, yaitu:

 Motor tics, yaitu melakukan gerakan yang sama secara


berulang. Motor tics dapat melibatkan kelompok otot dalam

13
jumlah terbatas (simple tics), maupun beberapa otot sekaligus
(complex tics). Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam
simple motor tics adalah berkedip, mengangguk, menggeleng,
dan menggerak-gerakkan mulut. Sedangkan pada complex
motor tics, penderita umumnya mengulang gerakan seperti
menyentuh atau mencium suatu benda, meniru pergerakan
suatu benda, menekuk atau memutar badan, meloncat, dan
melangkah dalam pola tertentu.

 Vocal tics, yaitu membuat suara yang berulang. Sama seperti


motor tics, vocal tics juga bisa terjadi dalam bentuk simple tics
maupun complex tics.eberapa contoh dari simple vocal tics
adalah batuk, berdeham, dan membuat suara menyerupai
binatang seperti menggonggong. Sedangkan pada complex
vocal tics, gejala yang muncul antara lain mengulang perkataan
sendiri (palilalia) atau perkataan orang lain (echophenomena),
dan mengucapkan kata-kata kasar dan vulgar (koprolalia).

Stres, cemas, kelelahan, atau sebaliknya terlalu bersemangat, bisa


memperburuk tic. Selain itu, tic juga bisa memburuk di awal masa remaja, dan
berkembang saat masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa.

b.Pengobatan Sindrom Tourette

Sindrom Tourette dengan gejala yang ringan umumnya tidak memerlukan


pengobatan. Namun jika gejala yang dialami cukup parah, mengganggu aktivitas
keseharian, atau membahayakan diri, ada beberapa metode pengobatan yang bisa
dilakukan, seperti:

1. Psikoterapi

14
Terapi yang dapat dijalani pasien antara lain adalah terapi perilaku
kognitif. Terapi tersebut berguna untuk meringankan gejala dari ADHD, OCD dan
depresi. Dalam sesi psikoterapi, terapis juga dapat menggunakan beberapa metode
bantuan seperti hipnosis, meditasi, teknik pernapasan atau relaksasi.

2. Obat-obatan

Hingga saat ini belum ada obat untuk menangani sindrom Tourette, namun
ada beberapa obat yang bisa membantu pasien untuk mengendalikan tics, seperti
obat antipsikotik (misalnya haloperidol), antidepresan, suntik botox, atau obat
antikonvulsan.

3. DBS (deep brain stimulation)

Prosedur ini menggunakan elektroda yang ditanam ke dalam otak pasien,


untuk merangsang reaksi otak dalam. DBS hanya direkomendasikan bagi
penderita dengan gejala yang parah, dan tidak tertangani dengan terapi lain.

6. Hipokondria

Hipokondria ialah kondisi kecemasan yang kronis dan berlebih-lebihan.


Terhadap kesehatan badannya. Orang tersebut merasa betul-betul yakin bahwa
dirinya mengidap penyakit yang serius. Setiap kesakitan yang sekecil-kecilnya
pun dirasakan sebagai suatu bencana yang luar biasa hebatnya. Dan dirasakan bisa
menyebabkan kematiannya. Pada dasarnya adalah terlalu pedulinya ia pada
badannya. Misalnya terjadi pada mereka yang sewaktu berusia muda terlalu dijaga
dari kegiatan yang memungkinkan sakit, misalnya hujan-hujanan atau panas-
panasan.

a.Tanda-tanda dan gejala dari hipokondria dapat bervariasi antara satu orang
dengan orang lainnya. Beberapa tanda dan gejala hipokondria umum meliputi:

 Disibukkan dengan merasa memiliki penyakit atau kondisi


kesehatan serius

15
 Khawatir bahwa gejala minor atau sensasi tubuh berarti Anda
memiliki penyakit serius
 Mudah khawatir tentang status kesehatan Anda
 Tidak tenang dari hasil tes yang negatif atau pernyataan dokter
bahwa Anda sehat
 Khawatir berlebih mengenai kondisi medis tertentu atau risiko
terkena kondisi medis karena kondisi menurun di keluarga
Anda
 Sangat stres terhadap kemungkinan penyakit yang menghambat
kehidupan Anda
 Berulang kali memeriksa tubuh untuk tanda-tanda penyakit

b.Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hipokondria.Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang
dapat membantu Anda mengatasi hipokondria:

 Bekerja sama dengan dokter atau ahli jiwa untuk


menjadwalkan konsultasi rutin demi mendiskusikan
kekhawatiran Anda dan membangun kepercayaan
 Berlatih penanganan stres dan teknik relaksasi
 Aktif secara fisik
 Bergabung dalam aktivitas
 Hindari penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
 Hindari mencari kemungkinan penyakit di internet secara
berlebihan

7. Effort syndrome 

adalah reaksi somatisasi  dalam bentuk sekelompok tanda-tanda dan


simptom-simptom penyakit, luka-luka atau kerusakan, dengan gejala pengeluaran
tenaga fisik yang sedikit saja sudah menyebabkan bertambah cepatnya detak
jantung, disertai kesukaran bernapas dan perasaan mau pingsan. Simptom tersebut

16
pada dasarnya disebabkan oleh kecemasan-kecemasan dan ketakutan-ketakutan
mengenai aktivitas jasmaniah, yang sering disertai perasaan-perasaan berdosa;
atau diikuti kecemasan-ketakutan terhadap implus-implus agresivitas sendiri.

8.Psikosomatic

Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma).
Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di
mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi
bertambah parah. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan
keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau
mental, seperti stres dan rasa cemas.

a.GejalaPsikomatic

Gangguan psikosomatis, gejala-gejala yang muncul dan tanda kelainan


fisik yang terdapat pada penderitanya tidak selalu jelas, dan tidak terdeteksi oleh
dokter. Namun, keluhan dan dampak dari gangguan tersebut dirasakan nyata oleh
pasien. Hal inilah yang menyebabkan gangguan psikosomatis terkadang sulit
untuk dideteksi.

b. Cara Mengatasi Psikosomatis

Gangguan psikosomatis dapat diatasi atau diringankan dengan beberapa


metode terapi dan pengobatan, seperti:

 Psikoterapi, salah satunya dengan metode terapi kognitif


perilaku.
 Latihan relaksasi atau meditasi.
 Teknik pengalihan.
 Akupunktur.
 Hipnosis atau hipnoterapi.

17
 Terapi listrik, yaitu dengan transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS).
 Fisioterapi.
 Obat-obatan, seperti antidepresan atau obat penghilang rasa
sakit yang diresepkan dokter.

9. Hypertension

dapat disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah, ginjal, jantung,


atau sistem kelenjar endokrin. Untuk mengobati hipertensi sekunder, penyebabnya
perlu diobati terlebih dahulu, bukan sekadar dengan perubahan gaya hidup dan
pemberian obat antihipertensi.

a.Gejala Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder jarang menimbulkan gejala. Gejala yang muncul


umumnya berasal dari penyakit yang mendasari hipertensi sekunder dan bisa baru
diketahui saat penderita melakukan pemeriksaan untuk penyakit tersebut.Meski
demikian, ada beberapa tanda yang mungkin membedakan antara hipertensi
sekunder dengan hipertensi primer, antara lain:

 Hipertensi muncul mendadak sebelum usia 30 tahun atau


setelah usia 55 tahun.
 Tidak ada anggota keluarga penderita yang menderita
hipertensi.
 Penderita tidak obesitas.
 Tekanan darah bisa mencapai lebih dari 180/120 mmHg.
 Darah tinggi tidak dapat diatasi dengan hanya satu atau dua
obat hipertensi (hipertensi resisten).

b.Pengobatan Hipertensi Sekunder

18
hipertensi sekunder adalah mengobati penyebab penyakit yang
mendasarinya. Jika hipertensi sekunder disebabkan oleh tumor atau kelainan pada
pembuluh darah, maka tindakan operasi bisa dilakukan.Obat antihipertensi juga
akan diberikan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa obat antihipertensi
tersebut adalah:

 ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril.


 ARB, seperti candesartan dan valsartan.
 Obat antagonis kalsium, misalnya amlodipin.
 Diuretik, seperti furosemide.
 Obat penghambat beta, seperti atenolol dan carvedilol.
 Obat penghambat renin, misalnya aliskiren.

D. Cara Penanggulangan Gangguan Psikoneurosis

Penderita Neurosis bisa ditolong dengan memberikan obat untuk


menenangkan dirinya namun itu hanya langkah awal untuk melakukan
pencegahan, hal berikutnya yang dilakukan dengan memberikan terapi kejiwaan
kepada sipenderita melalui jasa psikiater. Namun tidak lupa diberikan bimbingan
untuk melakukan pendekatan kepada sang pencipta dengan membiasakan
beribadah.

Secara umum penanganannya meliputi 3 strategi (Sri,2013) yaitu:

1. Membantu individu untuk membedakan antara pikiran dengan tindakan.


Menerima segala sesuatu seperti pantangannya sebagaimana orang lainnya
dan mengintegrasikannya kedalam struktur pribadi

2. Membantu individu untuk membedakan antara bahaya yang memang real


dengan bahaya yang hanya bersifat bayangan saja/pikiran dan berespon
secara tepat terhadap bahaya yang dirasakan

19
3. Memblock perilaku yang mengganggu dengan cara memberikan ganjaran
yang setimpal bagi yang bersangkutan.

Keseluruhan strategi tersebut bertujuan untuk mengurangi gangguan


psikoneurosis dan membantu individu untuk bertindak secara wajar dan
normal. Namun, upaya ini membutuhkan waktu sampai dengan gangguan
tersebut benar – benar hilang.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada


sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan
keadaan cemas yang kronis, gangguan – gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki
energi fisik.

Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian


kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang
bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehai-hari.

Psikoneurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari


kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan
– pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat – tempat tertentu.

B. Saran

Sebagai seorang calon konselor atau guru pembimbing disekolah, sudah


layaknya kita membekali diri dengan pengetahuan dan wawasan yang luas
mengenal bagaimana gangguan psikoneurosa yang dapat mengganggu mental
siswa. Sehingga pada akhirnya dapat membantu siswa dalam mencegah dan
menanggulangi masalah gangguan psikoneurosa yang mungkin dialami oleh siswa
tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J. P., 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Deekece. 2012. (online). (http://deekece.blogspot.com/2012_09_01_archive.html)


Diakses kamis, 11 April 2013

Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada

Sri. 2013. (online). (http://sri89.blogspot.com/2013/01/psikoneurosis.html)


Diakses kamis, 10 April 2013

Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal, (Bandung: PT. Refika


Aditama, 2005), h.67.

Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, (Bandung: CV.


Mandar Maju, 2009), h. 97.

Zakiah Darajadjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), h.29

22

Anda mungkin juga menyukai