DiSusun Oleh :
Dosen Pengampu :
1. Drs.Syafruddin Gani,M.Si,Kons.
2. Fadhlina Rozzaqyah,M.Pd
BIMBINGAN KONSELING
ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Halaman Judul ................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Psikoneurosis........................................................................6
B.Karakteristik Umum Perilaku Psikoneurosis..........................................7
C.Jenis-jenis Psikoneurosa..........................................................................8
D.Cara Penanggulangan Gangguan Psikoneurosis…………………...…..19
A.Kesimpulan ............................................................................................21
B.Saran .......................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akibatnya, kegaiatan yang dijalani oleh orang yang mederita neurosa ini,
tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan efektif. Untuk lebih
mengetahui karakteristiknya, maka akan dibahas melalui penjelasan berikut ini.
Dengan judul “ Gangguan Mental Psikoneurisis”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah:
4
C. TUJUAN PENULISAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoneurosis
Menurut Andi Mappiare ( 2006: 221) neurosis adalah mengacu pada kekacauan
pribadi ringan disebabkan oleh konflik dan disertai pula perilaku tidak rasional,
hambatan, dan kecemasan, dalam pandangan teori behavior, neurosis adalah
perilaku tidak adaptif yang dipelajari.
6
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang datang dari luar maupun yang datang
dari dalam diri sendiri.
Jadi, psikoneurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari
kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan
– pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat – tempat tertentu.
Menurut Chaplin (2009: 82) yang menjadi karakteristik neurosis adalah (1)
satu bentuk neurosa yang sudah berlanjut lama, atau gangguan jiwa yag muncul
pada masa kanak – kanak dan (2) satu gangguan psikologis yang ditandai dengan
kebimbingan dalam kemauan.
1. Tekanan – tekanan sosial yang berat dan tekana kultural yang sangat kuat,
yang menyebabkan ketakutan – kecemasan dan ketegangan – ketegangan dalam
batin sendiri yag kronis dan berat, sehingga individu yang bersangkutan
mengalami kepatahan mental
7
Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya penyebab dari psikoneurosis
adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi masalah – masalah yang
dialaminya disebabkan karena pribadi individu tidak terintegrasi.
C. Jenis-Jenis Psikoneurosa
1. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional
yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya
terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan
jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering
timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis Histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor
dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga
disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf
somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala: lumpuh, kejang-kejang, mati
raba, buta, tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita
demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu
dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom,
sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue dan kepribadian
ganda.
c. Faktor penyebab histeria
8
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis
(pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam
tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman
tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu
saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat
muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan
hysteria yaitu:
a) Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
b) Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
c) Psikoterapi suportif.
d) Farmakoterapi.
2. Fobia,Obsesi,dan Komplusi
a. Fobia yaitu ketakutan-ketakutan yang abnormal, tidak riil, irasional, dan
tidak bisa dikontrol terhadap suatu situasi atau objek tertentu dan merupakan
ketakutan khas neurotis, sebagai simbol dari konflik-konflik neurotis. Seperi takut
suara, takut ketinggian, takut pada angin, dan lain-lain.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang
menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
a) Hematophobia: takut melihat darah
b) Hydrophobia: takut pada air
c) Pyrophibia: takut pada api
d) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
1. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan
shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan
malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke
dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan
akan muncul bila ada rangsangan serupa.
9
2. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis (dalam Deekece, 2012) neurosa fobik sulit untuk
dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau
berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif
baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat
dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
a) Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang
sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
b) Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa
takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
c) Terapi kelompok.
d) Manipulasi lingkungan.
2. Obsesi ialah gangguan jiwa, di mana penderita dikuasai oleh suatu pikiran
yang tidak bisa dihindarinya. Gangguan ini ditandai dengan merasa dikejar-kejar,
tidak tenang, merasa selalu terganggu, penuh ketegangan, seperti mau gila, kalau
malam mendapat mimpi yang menakutkan.
10
a) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak
membutuhkan barang yang ia curi.
b) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
c) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
d) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
4. Disoasi Kepribadian
Penderita gangguan identitas disosiatif biasanya memiliki latar belakang
pengalaman traumatis, terutama pada saat masa kecilnya. Pengalaman traumatis
ini bisa berupa penyiksaan berulang kali baik secara emosional, kekerasan fisik,
maupun pelecehan seksual. Karena pengalaman ini, seseorang kemudian seolah-
olah menciptakan mekanisme pertahanan diri dengan cara menciptakan
kepribadian lain di luar kesadarannya agar terlepas dari rasa trauma hebat yang
dialaminya.
a.Gejala-gejala gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda
Karakteristik utama dari gangguan kepribadian ganda adalah munculnya
dua atau lebih kepribadian berbeda-beda yang secara bergiliran mengambil
alih atau kendali atas diri penderitanya.
Masing-masing dari kepribadian ini memiliki nama, pola pikir, kebiasaan,
gaya berbicara, ciri fisik, bahkan gaya tulisan yang berbeda-beda.
11
Tanda-tanda seperti depresi, kecemasan berlebihan, sering merasa
bersalah, hingga agresif dapat muncul. Halusinasi baik audio maupun
visual juga mungkin terjadi. Pada saat masa kanak-kanak, penderita
gangguan identitas disosiatif juga memiliki kecenderungan untuk memiliki
masalah perilaku dan kesulitan memfokuskan diri saat di sekolah.
Perubahan mood (mood swings), serangan panik, fobia, gangguan makan,
gangguan tidur (seperti insomnia dan berjalan saat tidur), sakit kepala
berlebihan, serta disfungsi ereksi juga biasanya menyertai gangguan
identitas disosiatif.
Masalah dalam hal memori juga sering ditemui, terutama ingatan terkait
kejadian saat ini maupun masa lampau, orang yang terlibat, tempat, hingga
waktu. Masing-masing kepribadian dalam satu orang mungkin memiliki
ingatan yang berbeda. Ketika kepribadian pasif sedang mengambil alih,
ingatan yang muncul biasanya samar-samar atau bahkan bertentangan
dengan kejadian aslinya. Sementara kepribadian yang lebih dominan atau
protektif memiliki ingatan yang lebih lengkap atas suatu kejadian.
Sehingga tidak jarang penderita tidak mengingat mengapa ia ada di waktu
dan tempat tertentu.
Masing-masing kepribadian biasanya muncul karena ada pemicunya. Saat
salah satu kepribadian mengambil alih, kepribadian dominan ini mungkin
mengabaikan kepribadian yang lain atau bahkan mengalami konflik
tersendiri. Transisi dari satu kepribadian ke kepribadian lain biasanya
dipicu oleh stres psikososial.
12
Psikoterapi: pada orang dewasa, psikoterapi dapat berlangsung selama
lima hingga tujuh tahun. Tujuan utama dari terapi adalah ‘menyatukan’
beberapa kepribadian yang ada sehingga menjadi satu kepribadian yang
utuh. Psikoterapi juga membantu penderita menghadapi trauma yang
memicu munculnya kepribadian lain. Tahapan yang dilakukan biasanya
mempelajari kepribadian apa saja yang muncul, mengatasi trauma, dan
menyatukan beberapa kepribadian yang ada menjadi satu.
Terapi keluarga: dilakukan untuk memberi penjelasan lebih kepada
keluarga terkait gangguan identitas disosiatif. Menginformasikan keluarga,
perubahan apa yang akan terjadi dan mengamati tanda-tanda atau gejala
perubahan kepribadian.
Pengobatan: meskipun tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan
gangguan identitas disosiatif, tetapi gejala-gejala yang muncul seperti
kecemasan berlebih dan depresi dapat diatasi dengan antidepresan.
5. Tics
13
jumlah terbatas (simple tics), maupun beberapa otot sekaligus
(complex tics). Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam
simple motor tics adalah berkedip, mengangguk, menggeleng,
dan menggerak-gerakkan mulut. Sedangkan pada complex
motor tics, penderita umumnya mengulang gerakan seperti
menyentuh atau mencium suatu benda, meniru pergerakan
suatu benda, menekuk atau memutar badan, meloncat, dan
melangkah dalam pola tertentu.
1. Psikoterapi
14
Terapi yang dapat dijalani pasien antara lain adalah terapi perilaku
kognitif. Terapi tersebut berguna untuk meringankan gejala dari ADHD, OCD dan
depresi. Dalam sesi psikoterapi, terapis juga dapat menggunakan beberapa metode
bantuan seperti hipnosis, meditasi, teknik pernapasan atau relaksasi.
2. Obat-obatan
Hingga saat ini belum ada obat untuk menangani sindrom Tourette, namun
ada beberapa obat yang bisa membantu pasien untuk mengendalikan tics, seperti
obat antipsikotik (misalnya haloperidol), antidepresan, suntik botox, atau obat
antikonvulsan.
6. Hipokondria
a.Tanda-tanda dan gejala dari hipokondria dapat bervariasi antara satu orang
dengan orang lainnya. Beberapa tanda dan gejala hipokondria umum meliputi:
15
Khawatir bahwa gejala minor atau sensasi tubuh berarti Anda
memiliki penyakit serius
Mudah khawatir tentang status kesehatan Anda
Tidak tenang dari hasil tes yang negatif atau pernyataan dokter
bahwa Anda sehat
Khawatir berlebih mengenai kondisi medis tertentu atau risiko
terkena kondisi medis karena kondisi menurun di keluarga
Anda
Sangat stres terhadap kemungkinan penyakit yang menghambat
kehidupan Anda
Berulang kali memeriksa tubuh untuk tanda-tanda penyakit
b.Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hipokondria.Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang
dapat membantu Anda mengatasi hipokondria:
7. Effort syndrome
16
pada dasarnya disebabkan oleh kecemasan-kecemasan dan ketakutan-ketakutan
mengenai aktivitas jasmaniah, yang sering disertai perasaan-perasaan berdosa;
atau diikuti kecemasan-ketakutan terhadap implus-implus agresivitas sendiri.
8.Psikosomatic
Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma).
Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di
mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi
bertambah parah. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan
keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau
mental, seperti stres dan rasa cemas.
a.GejalaPsikomatic
17
Terapi listrik, yaitu dengan transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS).
Fisioterapi.
Obat-obatan, seperti antidepresan atau obat penghilang rasa
sakit yang diresepkan dokter.
9. Hypertension
18
hipertensi sekunder adalah mengobati penyebab penyakit yang
mendasarinya. Jika hipertensi sekunder disebabkan oleh tumor atau kelainan pada
pembuluh darah, maka tindakan operasi bisa dilakukan.Obat antihipertensi juga
akan diberikan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa obat antihipertensi
tersebut adalah:
19
3. Memblock perilaku yang mengganggu dengan cara memberikan ganjaran
yang setimpal bagi yang bersangkutan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J. P., 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Zakiah Darajadjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), h.29
22