DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
SULTAN PARANSI
SISMAWATI KANGO
Puji syukur penyusun hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu Kesehatan
Mental. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah keperawatan
komunitas II.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini kurang sempurna dan
masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.
Manado, 5 April
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep keluarga
B. Tahap perkembangan keluarga Kesehatan Mental
C. Proses keperawatan keluarga Kesehatan Mental
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan mental berasal dari dua kata yaitu, “kesehatan” dan “mental”.
Kesehatan berasal dari kata sehat yang menuju pada keaadaan fisik, individu yang
sehat ialah individu yang berada dalam keadaan fisik yang baik dan bebas dari
penyakit. Sedangkan mental ialah kepribadiaan yang merupakan dinamik yang
tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan. Selain itu mental juga mencakup
unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasan yang dalam
keseluruhannya akan menentukan tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang
menekan perasaan, mengecewakan atau yang menggembirakan serta menyenangkan.
Kesehatan mental menggambarka tingkat kesejahteraan psikologi atau adanya
gangguan mental.kesehatan mental dapat diartikan sebagai suatu ekspresi emosi dan
sebagai penanda adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan.
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kesehatan mental
adalah suatu keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif
dan baik dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
B. TUJUAN
1) Untuk mengetahui tipe-tipe keluarga
2) Untuk mengetahui fungsi keluarga
3) Untuk mengetahui tipe-tipe keluarga sejahtera
4) Untuk mengetahui tahap perkembangan kesehatan mental
5) Untuk mengetahui proses keperawatan keluarga kesehatan mental
C. MANFAAT
Di harapkan dari adanya tugas pengkajian ini, keluarga binaan yang di kaji
mengetahui tentang masalah kesehatan yang ad di keluarganya, serta dapat
mengatasi cara pencegahannya, serta dapat memenuhi apa saja tugas perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA
1. Tipe-tipe keluarga
1. Tradisional
a) Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-
sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
b) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
c) Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan / meniti karier.
d) Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
e) Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f) Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g) Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h) Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
i) Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j) Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2. Non Tradisional
a) Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang
sama, pengalaman yang sama.
b) Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c) Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d) Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
2. Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan Identitas anggota keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
5. Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokol kelurga terhadap keluarga
lainnya, yaitu :
1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan,pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-
anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
a. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB.
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkungan tempat tinggal, dantransportasi.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, sepertikebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
12 – 15 tahun
masa remaja awal, 15 – 18 tahun
masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15
tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti
Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian
jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja
ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada
wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase
pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena
dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia
anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”,
suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi
yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan
kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh
konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan
psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan
hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang
realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat
yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi
dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional
yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan
masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi mental remaja, yaitu :
A. Faktor Internal
Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat,
bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik,
pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni
misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain.
Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri,
dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang
dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat
dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak,
adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial
budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya.
Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor
external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak
sehat.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan
tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja
menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja
tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan
psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya
fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian
dalam mengemukakan pendapat.
Manusia pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat
emosinya menjadi sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya.
Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut :
1) Dapat menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya
dengan lapang dada
2) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya
3) Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya
4) Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebu
5) Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebaya
6) Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun
lingkungan sosialnya
7) Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan
penyelesaian dengan pikiran yang jernih
8) Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan
untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9) Memiliki integrasi kepribadian
10) Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya
b. Komposisi Keluarga
Status
Hub. Pekerjaa
No Nama L/P Umur Pendidikan Imunis
Klg n
asi
1
Bapak Laki-laki 41 Suami Pegawai SMA
W tahun (kepala swasta
keluarga
)
2
Ibu. E perempua 40 isteri Ibu SD
n tahun Rumah
Tangga
3
An. I perempua 18 Anak Tidak SLB (SD)
n tahun bekerja
c. Genogram:
Keterangan :
d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga:
Tipe keluarga pada kasus diatas merupakan keluarga inti (nuclear family),
karena terdiri dari suami (Bapak W), isteri (Ibu E) dan seorang anak (An. I)
tinggal dalam satu rumah dan mempunyai ikatan perkawinan
b) Masalah yang terjadi dg type tersebut:
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa:
Indonesia Keturunan Sunda
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan:
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Islam, Ritual keagamaan di keluarga yaitu kadang-kadang mengikuti pengajian ke
masjid, An. I setiap hari mengikuti kegiatan pengajian.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Bapak W sebagai kepala keluarga berpenghasilan.
b) Penghasilan : diatas 1,5 juta per bulannya
c) Upaya lain:
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
TV, motor, mesin jahit.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Ibu E mengatakan sering menghabiskan waktu luang mereka dengan menonton TV
bersama, Mereka tidak memiliki tempat rekreasi khusus dan tidak menjadwalkan
rekreasi khusus.
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota keluarga
Bapak W sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain sangat
baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka saling memabantu, atau jika
kesulitan dana maka anggota keluarga lain saling membantu sesuai dengan
kemampuannya.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
.Mematuhi serta menghormati norma dan budaya keluarga
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Bapak W baik
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
d) Kegiatan keluarga waktu senggang:
e) Partisipasi dalam kegiatan social:
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya: Keluarga Bapak W mengetahui bahwa anaknya mengalami
gangguan perkembangan
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat:
Keluarga Bapak W dulu pernah membawa anaknya berobat, akan tetapi saat ini
sudah tidak pernah membawa anaknya berobat kembali karena merasa anaknya
tidak mengalami masalah kesehatan.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:
Ibu E mengatakan kurang mengerti cara merawat An. I unutk memenuhi
kebutuhannya
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:
Kelurga Bapak W bisa membuat lingkungan rumah yang nyaman bagi An. I
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Menurut Ibu E, keluarga sudah tidak membawa An. I ke pelayanan kesehatan
karena merasa bosan dengan pengobatan dan sudah pasrah dengan takdir
tentang keadaan An. I
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak:
b) Akseptor:
c) Akseptor:
d) Keterangan lain:
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan:
b) Pemanfaatan sumber di msyarakat:
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek:
Ibu E menyatakan dirinya merasa bisan dan jenuh diam di rumah tidak melakukan
aktifitas karena sebelumnya pernah bekerja di pabrik.
b. Stressor jangka panjang:
Ibu E mengatakan merasa khawatir dengan keadaan anaknya sekarang
c. Respon keluarga terhada stressor:
Mendikskusikan bersama dengan Bapak W mengenai masalah yang terjadi di
dalam keluarganya.
d. Strategi koping:
Jika ada masalah Bapak W dan Ibu A selalu mencari informasi yang lengkap,
terbuka, menggunakan kekuatan ikatan keluarga, minta nasehat orang tuanya dan
mencari juga dukungan spiritual.
e. Strategi adaptasi disfungsional:
VII. KEADAAN GIZI KELUARGA
Pemenuhan gizi:
Upaya lain:
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
Nama : An. I
Umur : 18 tahun
L/P :P
Pendidikan : SLB (SD)
Pekerjaan :-
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini :
Gangguan perkembangan dan keterbatasan intelektual
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
d. Tanda-tanda vital : 110/80 mmHg
e. System Cardio Vascular : normal
f. System Respirasi :normal
g. System Gastrointestinal (GI Tract) :
h. System Persyarafan:
i. System Muskuloskeletal: normal
j. System Genitalia: tidak di kaji
IX. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya:
dan sangat berharap perawat dapat membantu keluarganya dalam mencegah
penyakit dan mengatasi masalah kesehatan.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada:
Keluarga Bapak E menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat ke
rumahnya,
2. Diagnoasa keperawatan
a. Analiasa data
DO:
An. I mengalami
gangguan
perkembangan dan
intelektual.
An. I kesulitan
berbicara.
Rambut An. I
mengalami kebotakan .
DO:
b. Prioritas masalah
Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart
1. Gangguan Setelah dilakukan 6x Setelah 6x30 m3nit, Verbal/ Retardasi mental 1.a.1 kaji
pertumbuhan dan pertemuan dengan keluarga dapat mencapai kognitif adalah suatu kondisi pengetahuan
perkembangan keluarga diharapkan 5 tugas kesehatan yang ditandai oleh
keluarga tentang
berhubungan keluarga mampu keluarga terkait dengan intelegensi yang
dengan merawat masalah Retardasi rendah yang Retardasi Mental.
Ketidakmauan memodifikasi Mental: menyebabkan 1.a.2 Diskusikan
keluarga Bapak W lingkungan dan ketidakmampuan
1. dengan keluarga
membawa An.I ke memanfaatkan individu untuk belajar
pelayanan pelayanan kesehatan keluarga mampu dan beradaptasi tentang pengertian
kesehatan.. menganl masalah RM terhadap tuntutan retardasi mental
masyarakat atas
dengan: menggunakan
kemampuan yang
a. Men dianggap normal. lembar balik.
yebutkan (Carter, 2005) 1.a.3 Beri
pengertian kesempatan
Retardasi mental kepada keluarga
untuk betanya hal-
hal yang belum
jelas.
1.a.4 Motivasi
keluarga untuk
mengulangi apa
yang telah
disampaikan.
1.a.5 Beri
reinforcement
positif atas
jawaban yang
benar.
4. beri reinforcement
positif kepada keluarga
3. beri kesempatan
kepada keluarga untuk
menayakan hal yang
belum jelas.
2. beri kesempatan
kepada keluarga untuk
menanyakan hal yang
belum jelas.
3. motivasi keluarga
untuk mengulangi hal
yang telah dijelaskan.
3. beri reinforcement
yang positif atas
jawaban yang benar.
A. Kesimpulan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kesehatan mental adalah suatu
keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan
baik dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Kesehatan dalam keluarga peran yang sangat penting. Di dalam keluarga kesehatan
mental membantu anak menjadi pribadi yang sehat dalam bidang agama, sosial
budaya dan pendidikan tentang nilai kehidupan.
Dalam keluarga orang tua pun sangat berperan dalam kesehatn mental.
Dalam proses itu muncul masalah yang akan menghambat perbaikan dan
pembentukan kesehatan mental yaitu salah satunya dalam keluarga, misalnya sifat
ayah atau ibu yang kurang baik, maka si anak kadang mengikutinya.
B. Saran
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
mungkin jauh dari tahapan kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya penyusunan
makalah yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://aeppsikologi.blogspot.com/2011/10/makalah-kesehatan-mental.html
https://www.academia.edu/6089728/Makalah_Keluarga_Sejahtera