Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KESEHATAN MENTAL KELUARGA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
SULTAN PARANSI
SISMAWATI KANGO

SEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu Kesehatan
Mental. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah keperawatan
komunitas II.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini kurang sempurna dan
masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

                                                                       Manado, 5 April

                Penyusun


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep keluarga
B. Tahap perkembangan keluarga Kesehatan Mental
C. Proses keperawatan keluarga Kesehatan Mental
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan mental berasal dari dua kata yaitu, “kesehatan” dan “mental”.
Kesehatan berasal dari kata sehat yang menuju pada keaadaan fisik, individu yang
sehat ialah individu yang berada dalam keadaan fisik yang baik dan bebas dari
penyakit. Sedangkan mental ialah kepribadiaan yang merupakan dinamik yang
tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan. Selain itu mental juga mencakup
unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasan yang dalam
keseluruhannya akan menentukan tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang
menekan perasaan, mengecewakan atau yang menggembirakan serta menyenangkan.
Kesehatan mental menggambarka  tingkat kesejahteraan psikologi atau adanya
gangguan mental.kesehatan mental dapat diartikan sebagai suatu ekspresi emosi dan
sebagai penanda adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan.
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kesehatan mental
adalah suatu keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif
dan baik dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
B. TUJUAN
1) Untuk mengetahui tipe-tipe keluarga
2) Untuk mengetahui fungsi keluarga
3) Untuk mengetahui tipe-tipe keluarga sejahtera
4) Untuk mengetahui tahap perkembangan kesehatan mental
5) Untuk mengetahui proses keperawatan keluarga kesehatan mental
C. MANFAAT
Di harapkan dari adanya tugas pengkajian ini, keluarga binaan yang di kaji
mengetahui tentang masalah kesehatan yang ad di keluarganya, serta dapat
mengatasi cara pencegahannya, serta dapat memenuhi apa saja tugas perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KELUARGA
1. Tipe-tipe keluarga
1.      Tradisional
a)    Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-
sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
b)   Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
c)   Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan / meniti karier.
d)   Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
e)   Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f)    Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g)   Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h)   Single Adult
Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.
i)    Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j)     Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2.      Non Tradisional
a)   Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang
sama, pengalaman yang sama.
b)   Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
c)    Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d)    Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
2. Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
1.      Fungsi Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2.      Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d) Memberikan Identitas anggota keluarga.
3.      Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4.      Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
5.      Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokol kelurga terhadap keluarga
lainnya, yaitu :
1. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan,pada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-
anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.

3. Tipe-tipe keluarga sejahtera


Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada TYME, memilikihubungan serasi, selaras, dan seimbang
antar anggota dan antarkeluarga denganmasyarakat dan lingkungan. Menurut
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:

a. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB.

b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkungan tempat tinggal, dantransportasi.

c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan
kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, sepertikebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.

d. Keluarga Sejahtera III


Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
yang teratur bag masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi
seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat

e. Keluarga Sejahtera III plus


Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan
yang teratur dan berperanaktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau
memiliki kepedulian social yang tinggi.

B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a) Kesehatan Mental pada Anak
Pada usia 5-7 tahun, Usia ini adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk
Taman Kanak-kanak. Ia memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya.
Ia tidak lagi berada di sisi ibunya terus-menerus. Di TK ia akan mulai berlatih
berbagai keterampilan. Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir,
berbahasa, yang masih sederhana akan dikembangkan dengan berhadapan
langsung dengan dunia luar.  Hal-hal yang dialaminya secara langsung akan
semakin banyak dan semakin bervariasi.
Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam
rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat
dunia yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di
sinilah orang  tua sering menjadi cemas, sebab khawatir  perilaku orang lain akan
memberi pengaruh yang tidak baik bagi anak.
Dalam proses mengasah ketrampilan ini, setiap anak memiliki kecepatan
yang berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal. Di sinilah peran ibu /
orang tua cukup besar. Kadang kala ibu merasa cemas dan “senewen” melihat
anaknya kurang cepat dibanding anak lain, dan akhirnya menyuruh anak untuk
lebih cepat. Ini kadang malah berakibat anak menjadi  semakin tegang dan
bertentangan dengan ibunya.
Hal lain yang sering dilakukan ibu adalah mengambil alih tugas
mengerjakan  pekerjaan rumah atau prakarya yang diberikan gurunya.
Pengambilalihan ini bisa juga berupa menyuruh kakaknya yang lebih besar untuk
mengerjakannya. Memang akhirnya si anak akan mengumpulkan hasil karya yang
baik, mungkin malah paling baik di kelasnya, dan memperoleh nilai yang tinggi,
akan tetapi hal ini sebenarnya malah berakibat tidak baik bagi perkembangan
anak. Anak akan menjadi tidak bertambah terampil (malah ibu atau kakaknya
yang tambah terampil), dan secara tidak sadar akan menanamkan pada
anak  bahwa ia tidak perlu repot-repot karena akan selalu dibantu ibunya.  Fungsi
sekolah yang bertujuan untuk membentuk tanggung jawab,kewajiban, dan
keterampilan  pun tidak tercapai sebagaimana direncanakan. Hal yang mungkin
terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih ibunya itu
dengan berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan
diambil alih oleh ibunya.
Pertentangan lain yang sering terjadi juga di usia ini adalah pertentangan
antara pengaruh ayah dan pengaruh ibu. Pada usia ini, di mana dunia si anak
sudah mulai meluas dan ia mulai bisa membedakan banyak orang, ia akan dapat
melihat ayah dan ibunya sebagai orang yang berbeda. Jika ia melihat bahwa
ayahnya mengharapkan lain dengan apa yang ibunya harapkan, ia  akan
mengalami pertentangan, sebab tidak mungkin baginya memenuhi harapan
keduanya sekaligus. Hal ini dapat memberikan pengaruh buruk  pada usahanya
untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan berdiri sendiri.
Pada usia 7-11 tahun, keseimbangan antara ketergantungan dan mampu
berdiri sendiri mulai tampak. Anak (terutama anak laki-laki) akan semakin senang
bermain sendiri / bersama temannya di luar rumah. Pada saat anak ini bermain, ia
secara tak sadar sebenarnya sedang berusaha melepaskan ketergantungannya
dengan ibunya di rumah, dan berdiri sendiri bersama teman-temannya di sekitar
rumah. Seorang anak laki-laki di usia ini, jika masih memperlihatkan
ketergantungan  secara terang-terangan terhadap ibunya, malah merupakan hal
yang tidak normal dan harus diwaspadai.
            Di saat seorang anak masuk Sekolah Dasar, ia mengalami peralihan antara
bermain dengan “bekerja”. Perkembangan yang terjadi selain berusaha berdiri
sendiri, juga sudah mulai rasa tanggung jawab dan memiliki kewajiban terhadap
tugas belajarnya di sekolah. Di sini peranan sekolah selain mengajarkan ilmu
pengetahuan ,adalah memberi tugas-tugas yang merangsang
perkembangan  tanggung jawab dan rasa punya kewajiban . Tugas dari sekolah
diarahkan untuk merangsang inisiatif dan kemampuan berusaha mengatasi
masalah yang dihadapi. Kadangkala orang tua ingin memberikan anak suatu masa
kanak-kanak yang menyenangkan, sehingga akibatnya mereka malah terlalu
melonggarkan anak dari kewajiban  dan tugas yang diberikan dari sekolah. Orang
tua kadangkala malah mengajak anak bermain-main  dan tidak mengharuskan si
anak mengerjakan tugas sekolah. Ini malah  berakibat anak tidak dapat belajar
disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Sering terjadi juga orang tua mengerjakan
tugas sekolah si anak, dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan agar si anak
tidak terlalu repot, atau agar si anak punya nilai yang bagus, dan lain
sebagainya.  Hal ini tidaklah baik, sebab malah akan mengakibatkan  si anak
terhambat perkembangannya.
Selain itu, anak juga akan mulai banyak bergaul dengan teman sebayanya.
Mulanya ia akan tetap berbaur dengan laki-laki dan perempuan, tapi lama-
kelamaan mereka akan berkelompok sejenis. Anak laki-laki akan banyak
melakukan aktifitas yang dilarang, misalnya bermain di tempat yang dilarang. Hal
ini mereka lakukan karena mau menunjukkan sikap jantannya. Hal ini tidak perlu
menjadi kekuatiran yang  berlebihan selama kenakalan mereka tidak keterlaluan
dan tidak membahayakan. Akan tetapi tentunya juga tidak berarti orang tua bisa
melepas begitu saja.
b) Kesehatan Mental pada Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-
anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak
anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula
pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang
dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia
belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi
dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang
lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan
remaja menuju kedewasaan Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence"
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti
yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk
memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di
antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :

 12 – 15 tahun
 masa remaja awal, 15 – 18 tahun
 masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
 masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15
tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti
Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian
jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja
ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada
wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase
pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena
dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia
anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”,
suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi
yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan
kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh
konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan
psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan
hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang
realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat
yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi
dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional
yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan
masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi mental remaja, yaitu :
A. Faktor Internal
            Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat,
bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik,
pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni
misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain.
Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri,
dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
            Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang
dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat
dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak,
adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial
budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya.
Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor
external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak
sehat.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan
tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja
menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja
tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan
psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya
fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian
dalam mengemukakan pendapat.
Manusia pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat
emosinya menjadi sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya.
Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut :
1) Dapat menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya
dengan lapang dada
2) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya
3) Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya
4) Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebu
5) Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebaya
6) Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun
lingkungan sosialnya
7) Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan
penyelesaian dengan pikiran yang jernih
8) Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan
untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9) Memiliki integrasi kepribadian
10) Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya

c) Kesehatan Mental pada Dewasa dan Usia lanjut


Orang dewasa merupakan kelompok usia yang perlu memperoleh perhatian
dari berbagai bidang keilmuan. Namun demikian, problem-problem kesehatan,
khususnya kesehatan mental dikalangan mereka juga makin kompleks. Orang
dewasa dan lanjut usia termasuk kelompok yang memiliki masalah dengan
kesehatan mental. Orang dewasa, yaitu yang usianya di bawah 55 tahun, banyak
mengalami masalah sehubungan dengan problem keluarga dan pekerjaan. Yang
sangat banyak dihadapi oeleh mereka adalah konflik-konflik keluarga, peran
sosial keluarganya, pengasuhan anak, pertanggung jawaban sosial ekonomi
keluarga dan dunia kerja.
Dikalangan orang lanjut usia, problem kesehatan mental juga perlu
memperoleh perhatian. Problem yang umum terjadi adalah depresi. Karena
terjadinya penurunan relasi sosial dan peran-peran sosial, dan kemungkinan
adanya fakto genetik, depresi di kalangan lansia sering terjadi. Demikian
jugademensia, yaitu penurunan kemampuan kognitif secaraprogresif, di kalangan
lansia ini banyak di jumpai. Gangguan mental lain yang di alami banyak lansia
adalah obsesif, kecemasan, hilangnya relasi sosial dan pekerjaan. Pencegahan itu
menghindari terjadinya resiko lebih buruk bagi kalangan orang dewasa dan lansia
sehubungan dengan kesehatan mentalnya. Pecegahan, di lakukan dengan
melibatkan banyak pihak, termasuk keluarganya sendiri.

C. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga:
Nama : bapak W Pendidikan : SMA
Umur : 41 tahun Pekerjaan : pegawai swasta
: Cibaduyut Kidul
Agama : islam Alamat
Gg. Babakan TVRI 5
Nomor
Suku : indonesia :
Telpon

b. Komposisi Keluarga
Status
Hub. Pekerjaa
No Nama L/P Umur Pendidikan Imunis
Klg n
asi
1
Bapak Laki-laki 41 Suami Pegawai SMA
W tahun (kepala swasta
keluarga
)

2
Ibu. E perempua 40 isteri Ibu SD
n tahun Rumah
Tangga

3
An. I perempua 18 Anak Tidak SLB (SD)
n tahun bekerja

c. Genogram:
Keterangan :

Laki-laki Bercerai Meniggal

Perempuan Serumah Entry

d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga:
Tipe keluarga pada kasus diatas merupakan keluarga inti (nuclear family),
karena terdiri dari suami (Bapak W), isteri (Ibu E) dan seorang anak (An. I)
tinggal dalam satu rumah dan mempunyai ikatan perkawinan
b) Masalah yang terjadi dg type tersebut:
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa:
Indonesia Keturunan Sunda
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan:
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Islam, Ritual keagamaan di keluarga yaitu kadang-kadang mengikuti pengajian ke
masjid, An. I setiap hari mengikuti kegiatan pengajian.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Bapak W sebagai kepala keluarga berpenghasilan.
b) Penghasilan : diatas 1,5 juta per bulannya
c) Upaya lain:
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
TV, motor, mesin jahit.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Ibu E mengatakan sering menghabiskan waktu luang mereka dengan menonton TV
bersama, Mereka tidak memiliki tempat rekreasi khusus dan tidak menjadwalkan
rekreasi khusus.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Keluarga pada kasus diatas merupakan keluarga dengan anak dewasa, karena
dalam keluarga ini terdapat anak dewasa berumur 18 tahun.
Tugas perkembangan keluarga dengan anaka dewasa yaitu:

a. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.

c. Membantu anak untuk mendiri sebagai keluarga baru di masyarakat.

d. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalnya:


Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu:
a. Memperluas jaringan dari keluarga inti menjadi keluarga besar
Tugas ini belum terpenuhi karena An. I mengalami masalah kesehatan, yang
berhubungan dengan kelambatan perkembangan intelektual, sehingga
keluarga Bapak W belum bisa menjadi keluarga besar, karena masalah
tersebut.
b. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
Keluarga Bapak W belum bisa memenuhi tugas ini karena keterbatasan yang
di miliki oleh An. I menyebabkan An. I dengan usia yang mulai dewasa
belum bisa melakukan segala hal secara mandiri dan harus di bantu oleh
kedua orang tuamnya.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Dari hasil wawancara didapatkan tidak ada keluarga Keluarga Bapak. W yang
memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, ataupun diabetes melitus.
b) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Tindakan
Keadaan Masalah
No Nama Umur BB Yang telah
Kesehatan kesehatan
dilakukan
1 Bpk. W 41 thn Sehat -

2 Ny. E 40 thn Alergi kulit ke dokter


akibat sabun
cuci pakaian
3 By. I 18 thn gangguan Ke dokter
perkembanga
n dan
keterbatasan
intelektual

c) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


Praktik Dokter Swasta
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Bapak W belum pernah sakit parah ataupun di rawat di rumah sakit, Ibu E sejak
dahulu memiliki riwayat alergi sabun pencuci pakaian, An. I pernah di operasi
beberapa kali untuk mengangkat kelenjar yang berada di lehernya.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah:
b) Type rumah: permanen
c) Kepemilikan: pribadi
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: 3 kamar tidur
e) Ventilasi/cendela:
f) Pemanfaatan ruangan:
g) Septic tank: ada/tidak letak
h) Sumber air minum: air perpipaan artesis
i) Kamar mandi/WC:
j) Sampah: limbah RT
k) Kebersihan lingkungan: besih
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan:
b) Aturan/kesepakatan:
c) Budaya:
c. Mobilitas Geografis Keluarga/ mulai kapan tinggal:
Anggota keluarga tinggal dalam komunitas dan lingkungan sekitar rumah yang
sama selama kehidupan mereka
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Bapak W selalu berdiskusi pada malam hari mengenai kegiatan yang
telah dilakukan pada siang hari. Bapak W tidak mengikuti organisasi
kemasyarakatan karena kesibukan dalam bekerja, akan tetapi Bapak W mengikuti
kegiatan pengajian yang ada di tempatnya.
e. System Pendudukung Keluarga
Ibu E selalu mendukung apabila Bapak W mendapatkan masalah di pekerjaannya.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka, dimana setiap
anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
b. Struktur Kekuatan Keluarga KK siapa:
Keluarga Bapak W saling menghargai satu sama lain, saling membantu dalam
mengatasi masalah keluarga. Apabila ada masalah, Ibu E selalu mendiskusikan
dengan suaminya
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)
a. Peran formal :
- Bapak W: sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,.
- Ibu E: istri dan ibu rumah tangga, mempertahankan komunikasi,
memfasilitasi kontak, pertukaran pada benda dan jasa serta memonitor
hubungan keluarga.
- An. I: sebagai anak
b. Peran informal :
- Bapak W: berperan sebagai motivator bagi keluarga.
- Ibu E: seorang yang tunduk dan patuh kepada suaminya, bertanggung jawab
pada kehidupan rumah tangga dan sebagai penyeimbang dalam keluarga.
- An. I: berperan sebagai penyemangat Bapak W dan Ibu E untuk tetap
menajalankan kehidupan.

d. Nilai dan Norma Keluarga


Keluarga Bapak W menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan sesuai dengan
ajaran agama islam dan mengharapkan anaknya menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan menggunakan sabun dan air
mengalir atau tidak menggunakan kobokan.. Keluarga Bapak W mengungkapkan
bahwa kesehatan itu penting mereka juga menyisihkan sedikit tabungannya untuk
biaya kesehatan

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota keluarga
Bapak W sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain sangat
baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka saling memabantu, atau jika
kesulitan dana maka anggota keluarga lain saling membantu sesuai dengan
kemampuannya.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga:
.Mematuhi serta menghormati norma dan budaya keluarga
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Bapak W baik
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
d) Kegiatan keluarga waktu senggang:
e) Partisipasi dalam kegiatan social:
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya: Keluarga Bapak W mengetahui bahwa anaknya mengalami
gangguan perkembangan
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat:
Keluarga Bapak W dulu pernah membawa anaknya berobat, akan tetapi saat ini
sudah tidak pernah membawa anaknya berobat kembali karena merasa anaknya
tidak mengalami masalah kesehatan.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:
Ibu E mengatakan kurang mengerti cara merawat An. I unutk memenuhi
kebutuhannya
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:
Kelurga Bapak W bisa membuat lingkungan rumah yang nyaman bagi An. I
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Menurut Ibu E, keluarga sudah tidak membawa An. I ke pelayanan kesehatan
karena merasa bosan dengan pengobatan dan sudah pasrah dengan takdir
tentang keadaan An. I
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak:
b) Akseptor:
c) Akseptor:
d) Keterangan lain:
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan:
b) Pemanfaatan sumber di msyarakat:
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek:
Ibu E menyatakan dirinya merasa bisan dan jenuh diam di rumah tidak melakukan
aktifitas karena sebelumnya pernah bekerja di pabrik.
b. Stressor jangka panjang:
Ibu E mengatakan merasa khawatir dengan keadaan anaknya sekarang
c. Respon keluarga terhada stressor:
Mendikskusikan bersama dengan Bapak W mengenai masalah yang terjadi di
dalam keluarganya.
d. Strategi koping:
Jika ada masalah Bapak W dan Ibu A selalu mencari informasi yang lengkap,
terbuka, menggunakan kekuatan ikatan keluarga, minta nasehat orang tuanya dan
mencari juga dukungan spiritual.
e. Strategi adaptasi disfungsional:
VII. KEADAAN GIZI KELUARGA
Pemenuhan gizi:

Upaya lain:
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
Nama : An. I
Umur : 18 tahun
L/P :P
Pendidikan : SLB (SD)
Pekerjaan :-
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini :
Gangguan perkembangan dan keterbatasan intelektual
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
d. Tanda-tanda vital : 110/80 mmHg
e. System Cardio Vascular : normal
f. System Respirasi :normal
g. System Gastrointestinal (GI Tract) :
h. System Persyarafan:
i. System Muskuloskeletal: normal
j. System Genitalia: tidak di kaji
IX. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya:
dan sangat berharap perawat dapat membantu keluarganya dalam mencegah
penyakit dan mengatasi masalah kesehatan.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada:
Keluarga Bapak E menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat ke
rumahnya,

2. Diagnoasa keperawatan
a. Analiasa data

ANALISA DATA DAN


PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Data Fokus Masalah Kemungkinan


Etiologi

1. DS: Gangguan pertumbuhan Ketidakmauan


dan perkembangan keluarga Bapak W
Ibu E mengatakan sudah membawa An.I ke
bosan membawa An. I ke pelayanan
pelayanan kesehatan. kesehatan.

DO:

 An. I mengalami
gangguan
perkembangan dan
intelektual.

 An. I kesulitan
berbicara.

 Rambut An. I
mengalami kebotakan .

2. DS: Risiko Cedera Ketidaktahuan


keluarga Bapak W
Ibu E mengatakan An. I dalam merawat An.
sering mengamuk apabila I
keinginannya tidak di ikuti

DO:

 An. I sering bermain


sendiri di luar rumah

 Ibu E selalu mengikuti


keinginan An. I

 An. I bersikap agresif


apabila keinginannya
tidak terpenuhi.

b. Prioritas masalah

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan skor

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d


1 Ketidakmauan keluarga Bapak W membawa An.I
ke pelayanan kesehatan.

Risiko Cedera b/d Ketidaktahuan keluarga Bapak


2 W dalam merawat An. I
3. intervensi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Evaluasi
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Keperawatan Kriteria Standart

1. Gangguan Setelah dilakukan 6x Setelah 6x30 m3nit, Verbal/ Retardasi mental 1.a.1 kaji
pertumbuhan dan pertemuan dengan keluarga dapat mencapai kognitif adalah suatu kondisi pengetahuan
perkembangan keluarga diharapkan 5 tugas kesehatan yang ditandai oleh
keluarga tentang
berhubungan keluarga mampu keluarga terkait dengan intelegensi yang
dengan merawat masalah Retardasi rendah yang Retardasi Mental.
Ketidakmauan memodifikasi Mental: menyebabkan 1.a.2 Diskusikan
keluarga Bapak W lingkungan dan ketidakmampuan
1. dengan keluarga
membawa An.I ke memanfaatkan individu untuk belajar
pelayanan pelayanan kesehatan keluarga mampu dan beradaptasi tentang pengertian
kesehatan.. menganl masalah RM terhadap tuntutan retardasi mental
masyarakat atas
dengan: menggunakan
kemampuan yang
a. Men dianggap normal. lembar balik.
yebutkan (Carter, 2005) 1.a.3 Beri
pengertian kesempatan
Retardasi mental kepada keluarga
untuk betanya hal-
hal yang belum
jelas.
1.a.4 Motivasi
keluarga untuk
mengulangi apa
yang telah
disampaikan.
1.a.5 Beri
reinforcement
positif atas
jawaban yang
benar.

b. Men Verbal/ Klasifikasi retardasi 1.b.1 Kaji


yebutkan klasifikasi kognitif mental berdasarkan pengetahuan
IQ yaitu:
Retardasi Mental keluarga tentang
a. Sangat superor klasifikasi
b. Superior retardasi mental.
c. Di atas rata-rata 1.b.2 Diskusikan
d. Di bawah rata-rata dengan keluarga
e. Retadasi mental tentang klasifikasi
borderline retardasi mental
f. Retardasi mental dengan
ringan menggunakan
g. Retardasi mental lembar balik.
sedari 1.b.3 Beri
h. Retardasi mental kesempatan
berat kepada keluarga
i. Retardai mental untuk betanya
sangat berat tentang hal-hal
yang belum jelas.
1.b.4 Motivasi
keluarga untuk
mengulangi apa
yang telah
disampaikan.
1.b.5 Beri
reinforcement
positif atas
jawaban yang
benar
c. Men Verbal/ 1. Faktor non- 1.c.1 Kaj
yebutkan kognitif organik i pengetahuan
penyebab 2. Faktor pra keluarga tentang
retardasi mental konsepsi penyebab retardasi
3. Faktor pra natal mental
4. Faktor perinatal 1.c.2 Dis
5. Faktor post natal kusikan dengan
keluarga penyebab
retardasi mental
denganmenggunak
an lembar balik.
1.c.3 Ber
i kesempatan
kepada keluarga
untuk bertanya hal
yang belum jelas.
1.c.4 Mot
ivasi keluarga
untuk mengulangi
apa yang telah
disampaikan.
2. Setelah 2x30 Verbal/ Akibat lanjut dari 2.a.1
menit pertemuan, kognitif retardasi mental keluarga tentang
adalah serebral paslsi,
keluarga dapat akibat lanjut dari
gangguan kejang,
melakukan tindakan gangguan kejiwaan, retardasi mental
yang tepat dengan: gangguan 2.a.2
konsentrasi/hiperaktif
a. Menyebutkan keluarga tentang
, defisit komunikasi
akibat lanjut dari dan konstipasi. akibat lanjut dari
retardasi mental retardasi mental.
2.a.3
kepada keluarga
untuk hal-hal yang
belum jelas.
2.a.4
untuk mengulangi
apa yang telah
disampaikan.
2.a.5
positif atas
jawaban yang
benar.
a. Kelu Afektif/ Pencegahan dari 2.b.1 Kaji pengetahuan
arga mampu sikap retardasi mental yaitu: keluarga tentang
mengambil a. pencegahan
keputusan untuk pada saat retardasi mental.
merawat anggota kehamilan. 2.b.2 Diskusikan
keluarga yang b. dengan keluarga
menderita kehamilan secara tentang
retardasi mental. rutin. pencegahan
retardasi mental.
2.b.3 Beri kesempatan
keluarga untuk
menanyakan hal
yang belum jelas.
2.b.4 Motivasi keluarga
untuk mengulangi
apa yang telah
disampaikan.
2.b.5 Beri reinforment
positif untuk
jawaban yang
benar.
3. Setelah 3x30 psikomotor Perawatan retardasi 1. Kaji pengetahuan
menit pertemuan mental: keluarga tentang
keluarga mampu a. memberikan cara perawatan.
merawat anggota pendidikan kepada 2. Diskusikan dengan
keluarga dengan anak, secara umum keluarga tentang
retardasi mental meliputi cara perawatan anak
memepergunakan dengan retardasi
dan mental.
mengembangkan 3. Beri kesempatan
sebaik-baiknya kepada keluarga
kapasitas yang ada, untuk menanyakan
memperbaiki sifat- hal yang belum
sifat yang salah jelas.
atau anti sosial, 4. Motivasi keluarga
mengajarkan suau untuk mengulangi
keahlian agar anak apa yang telah
dapat mencari dijelaskan.
nafkah kelak 5. Beri reinforcement
b. berikan pelajaran- atas jawaban yang
pelajaran benar.
mengenai makan
sendiri, berpakaian
sendiri dan
kebersihan badan.
c. Beritahukan anak
sejak dini mana
yang baik dan
mana yang tidak
baik.
d. Berikan pelatihan
sesuai dengan
minat anak dan
jenis kelamin.
4. Setelah 3x30 Verbal/ Lingkungan untuk 1. Anjurkan keluarga
menit keluarga dapat kognitif penderita retardasi untuk menyiapkan
mental harus
memodifikasi lingkungan yang
lingkungan yang
lingkungan untuk nyaman serta nyaman serta
penderita retardasi kondusif bagi kondusif bagi
penderita.
mental kebutuhan anak.
2. Ciptakan
lingkungan yang
responsif dan kaya
akan bahasa
sehingga
memungkinkan anaj
untuk
berkomunikasi.
5. Setelah 3x30 Verbal/ Menjelaskan manfaat 5.a.1 Kaji
menit pertemuan kognitif fasilitas kesehatan pengetahuan
yang dapat digunakan
keluarga mampu keluarga tentang
untuk mendapatkan
memanfaatkan pengobatan pada manfaat fasilitas
fasilitas kesehatan. kesehatan.
a. Menyebutkan retardasi mentyal. 5.a.2 Diskusikan
manfaat fasilitas dengan keluarga
kesehatan tentang
pelayanan
kesehatan.
5.a.3 Anjurkan
keluarga untuk
periksa ke
pelayanan
kesehatan.
b. Memanfaatkan psikomotor Kunjungan keluarga 5.b.1 Tanyakan
fasilitas pelayanan ke fasilitas kesehatan perasaan
untuk mendapatkan
kesehatan keluarga setelah
pengobatan.
mengunjungi
fasilitas
kesehatan.
5.b.2 Motivasi
keluarga
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan untuk
kunjungan
selanjutnya.
2. Risiko Cedera Setelah dilakukan 6x 1. setelah 3x30 menit verbal a. Dapat 1. kaji pengetahuan
berhubungan pertemuan dengan pertemuan keluarga menyebutkan keluarga tentang
dengan keluarga, diharapkan mampu mengenal cedera.
pengertian
Ketidaktahuan keluarga mampu masalah yang
keluarga Bapak W menciptakan berhubungan dengan cedera. 2. jelaskan kepada
dalam merawat lingkungan yang cedera dan cara merawat keluarga mengenai
b. Dapat
An. I aman. An I. peyebab dari cedera.
menyebutkan
3. beri kesempatan
penyebab dari
kepada keluarga untuk
cedera menyakan hal yang
belum jelas.

4. beri reinforcement
positif kepada keluarga

2. setelah 2x30 menit verbal Keluarga mampu 1. Jelaskan kepada


pertemuan keluarga mengetahui akibat keluarga tentang akibat
mampu melakukan dari cedera dari cedera.
tindakan yang tepat
menanggulangi cedera 2. motivasi keluarga
yang di alami oleh anak untuk mengulangi hal
I yang telah dijelaskan.

3. beri kesempatan
kepada keluarga untuk
menayakan hal yang
belum jelas.

3. setelah 2x30 menit psikomotor Memberikan 1. Jelaskan kepada


pertemuan keluarga pengertian kepada keluarga tentang hal-
mampu merawat anak mengenai sikap hal yang harus di
anggota keluarga yang yang benar kepada sampaikan kepada anak
menderita retardasi anak. agar tidak bersikap
mental. agresif

2. beri kesempatan
kepada keluarga untuk
menanyakan hal yang
belum jelas.

3. motivasi keluarga
untuk mengulangi hal
yang telah dijelaskan.

4. setelah 2x30 menit afektif Jelaskan kepada 1. Jelaskan dan


pertemuan keluarga keluarga lingkungan demonstrasikan kepada
mampu memodifikasi yang amandan tidak lingkungan yang
lingkungan bagi An. I membahayakan bagi sesuai.
agar terhindar dari An. I
cedera. 2. motivasi keluarga
untuk memakukan
ulang yang sudag di
demonstrasikan.

3. beri reinforcement
yang positif atas
jawaban yang benar.

5. setelah 2x30 menit psikomotor a. Menjelaskan 1. diskusikan dengan


pertemuan keluarga manfaat fasilitas keluarga tentang
mampu memanfaatkan manfaat fasilitas
kesehatan.
fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan terdekat b. Menjelaskan
2. anjurkan kepada
kunjungan fasilitas
keluarga untuk
kesehatan. melakukan kunjungan
atau pemeriksaan ke
fasilitas kesehatan
terdekat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kesehatan mental adalah suatu
keadaan kesejahteraan dimana individu menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan
baik dan mampu memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Kesehatan dalam keluarga peran yang sangat penting. Di dalam keluarga kesehatan
mental membantu anak menjadi pribadi yang sehat dalam bidang agama, sosial
budaya dan pendidikan tentang nilai kehidupan.
Dalam keluarga orang tua pun sangat berperan dalam kesehatn mental.
Dalam proses itu muncul masalah yang akan menghambat perbaikan dan
pembentukan kesehatan mental yaitu salah satunya dalam keluarga, misalnya sifat
ayah atau ibu yang kurang baik, maka si anak kadang mengikutinya.
B. Saran
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
mungkin jauh dari tahapan kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya penyusunan
makalah yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

https://aeppsikologi.blogspot.com/2011/10/makalah-kesehatan-mental.html
https://www.academia.edu/6089728/Makalah_Keluarga_Sejahtera

Anda mungkin juga menyukai