Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PSIKOANALISIS & ALIRAN FREUDIAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Aliran Psikologi

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Endah Kumala Dewi, M. Kes.

Disusun Oleh:

1. Anjelina Iik Oktavia Ubaidillah (15000121140329)


2. Bunga Mutiara Nur Absharina (15000121140319)
3. Hilma Clhariza Widya Puspita (15000121140321)
4. Indah Wulan Pratiwi (15000121140284)
5. Janet Fidela Noviandani (15000121140283)
6. Pryanda Rafi Persada Al Khudri (15000121140324)
7. Ratnamaya Keisha Rachman (15000121140332)
8. Reisha Amaliah Hamdana (15000121140330)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Aliran Psikologi dengan judul “Psikoanalisis
& Aliran Freudian”. Terima kasih juga kami ucapkan kepada ibu Dr. Dra. Endah Kumala
Dewi, M. Kes selaku dosen pengampu mata Sejarah Aliran Psikologi yang telah memberikan
tugas dan membantu membimbing kami dalam perkuliahan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata kami harap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

02 November 2021

Tim Penulis

1
Daftar Isi

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................0

KATA PENGANTAR............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan Makalah................................................................................ 4

1.4 Manfaat Pembahasan........................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5

2.1 Pengembangan dan Kritik untuk Psikoanalisis ............................... 5

2.2 Pengembangan dan Kritik Pemikiran Freud… ............................... 7

2.3 Pandangan pokok dari Alfred Adler….......................................... 12

2.4 Perbedaan Pandangan Freud dan Adler… .................................... 16

2.5 Pandangan-pandangan Pokok dari Karen Horney ........................ 17

2.6 Pandangan Pokok dari Erik Erikson.............................................. 23

2.7 Pandangan Pokok dari Erich Fromm ............................................ 25

2.8 Kesimpulan Seluruh Pandangan.................................................... 27

Bab III PENUTUP .............................................................................................. 28

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 28

5.2 Saran...............................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikoanalisis merupakan cabang teori dari Sigmund Freud yang dikembangkan pada
tahun 1890 sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia yang menjelaskan mengenai
hakikat dan perkembangan manusia. Sigmund Freud merupakan seorang neurolog yang
bergelut pada bidang kedokteran, dan psikoanalisis dikembangkan untuk membantu
profesinya dalam menolong pasiennya yang mengalami gangguan mental. Elemen prioritas
teori psikoanalitik adalah motivasi, emosi dan aspek internal lainnya. Dalam teori ini
berasumsi bahwa ketika konflik muncul atas aspek psikologis tersebut kepribadian akan
berkembang, yang terjadi pada anak-anak pada usia dini pada umumnya. Psikoanalisis
memiliki banyak hal untuk ditawarkan pendidikan. Hubungan mereka seperti perkawinan di
mana kedua pasangan menyadari kebutuhan mereka satu sama lain tetapi tidak benar-benar
memahami satu sama lain dan mengapa mereka tidak mengerti yang namanya kebersamaan.
Psikoanalisis berkembang secara bertahap sehingga sampai pada rumusan psikoanalisis.

Terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi munculnya psikoanalisis yang pertama


yaitu sudah terdapat pakar yang berspekulasi dengan adanya ketidaksadaran, seperti Gottfried
Willhelm Leibniz, Johan Friedrich Herbart, dan Fechner. Kedua, masalah gangguan
psikologis dan penangannya pun bukan hal yang baru. Karena pandangan dan penanganan
gangguan psikologis tersebut berkembang dari waktu ke waktu. Ketiga, teori evolusi dari
Charles Darwin pun mempunyai pengaruh besar terhadap Sigmund Freud, terutama ide
Darwin mengenai ketidaksadaran, konflik mental, pentingnya mimpi, perkembangan anak,
dan dorongan seksual.

Freud berpendapat bahwa struktur kepribadian memiliki tiga tingkat, yaitu sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Menurut Freud
kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (Id,
Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri. Maka, pada makalah ini kami menyajikan kajian psikoanalisis aliran
Freudian secara rinci dan detail agar kami dan pembaca lainnya dapat memahami dengan
lebih baik mengenai teori psikoanalisis.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja pengembangan dan kritik psikoanalisis?

2. Bagaimana pengembangan dan kritik pemikiran Freud?

3. Bagaimana pandangan pokok dari Alfred Adler?

4. Apa saja perbedaan pandangan Freud dan Adler?

5. Bagaimana pandangan pokok dari Karen Horney?

6. Bagaimana pandangan pokok dari Erik Erikson ?

7. Bagaimana pandangan pokok dari Erich Fromm?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui apa saja pengembangan dan kritik psikoanalisis

2. Mengetahui bagaimana pengembangan dan kritik pemikiran Freud

3. Mengetahui bagaimana pandangan pokok dari Alfred Adler

4. Mengetahui apa saja perbedaan pandangan Freud dan Adler

5. Mengetahaui bagaimana pandangan pokok dari Karen Horney

6. Mengetahui bagaimana pandangan pokok dari Erik Erikson

7. Mengetahui bagaimana pandangan pokok dari Erich Fromm

1.4 Manfaat Pembahasan


1. Memberi informasi mengenai apa saja pengembangan dan kritik psikoanalisis
2. Memberi informasi mengenai pengembangan dan kritik pemikiran Freud
3. Memberi informasi mengenai pandangan pokok dari Alfred Adler
4. Memberi informasi mengenai perbedaan pandangan Freud dan Adler
5. Memberi informasi mengenai pandangan pokok dari Karen Horney
6. Memberi informasi mengenai pandangan pokok dari Erik Erikson
7. Memberi informasi mengenai pandangan pokok dari Erich Fromm

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan dan Kritik untuk Psikoanalisis

Sigmund Freud adalah seorang dokter yang sebelumnya enggan membuka praktik
tetapi terpaksa harus membukanya karena desakan ekonomi. Dari praktek tersebut
Sigmund Freud menemukan metode pengobatan baru dan lebih maju yakni dengan cara
mencurahkan hati. Pada metode tersebut pasiennya dibiarkan mencurahkan segala
kesulitannya sedangkan dokter hanya mendengarkan. Dari sudut komunikasi kita bisa
melihat bahwa dalam pengembangan psikoanalisis, Freud menggunakan teknik
komunikasi interpersonal yang sebenarnya konsep ini terbentuk dari proses
pengembangan yang dilakukan oleh Freud sendiri. Studi-studi komunikasi hanya
mengambil posisi dengan mengambil hasil dari pengaruh
pembentukan pesan yang terbentuk dari kondisi kejiwaan seseorang yang sebenarnya
sedang dipraktekan atau dianalisis oleh Freud. Freud mempelajari hal tersebut dengan
memperhatikan ocehan-ocehan dari pasien-pasiennya sehingga ia menemukan teori
psikoanalisis.

Tidak seperti aliran pemikiran psikologi lainnya, psikoanalisis bukan merupakan


produk universitas maupun sains murni, ia muncul di dalam tradisi medis dan psikiatri,
dari upaya untuk merawat orang-orang yang disebut masyarakat sebagai berpenyakit
mental. Karena itu, psikoanalisis bukanlah (dan sampai kini masih bukan) sebuah aliran
pemikiran yang dapat dibandingkan secara langsung dengan aliran-aliran pemikiran
lainnya yang telah kita pelajari.

Dari awal berdirinya, psikoanalisis sudah berbeda dari pemikiran psikologis jalur-
utama dalam hal tujuan, pokok kajian, dan metode. Pokok kajiannya adalah
psikopatologi, atau perilaku tak normal, yang relatif diabaikan oleh aliran pemikiran
lainnya. Metode utamanya adalah observasi klinis dan bukannya eksperimentasi
laboratorium terkontrol. Dan psikoanalisis berhubungan dengan masalah unconscious
(pikiran tak-sadar), sebuah topik yang diabaikan oleh sistem pemikiran lainnya.

Kritik Terhadap Psikoanalisis

5
Metode-metode pengumpulan data Freud sejak dulu telah menjadi target dari banyak
kritisme. Dia menarik kesimpulan dan mendapatkan wawasan dari respon-repson para
pasiennya ketika mereka sedang menjalani analisis. Kritisisme melihat sejumlah
kekurangan dari pendekatan ini, membandingkannya dengan metode eksperimental
pengumpulan data sistematik dibawah kondisi observasi terkontrol.

a) Kondisi-kondisi pada saat Freud mengumpulkan data tidak sistematik dan tak
terkontrol. Dia tidak membuat transkrip dengan pilihan kata yang harafiah untuk
setiap kata yang diucapkan para pasiennya, ia bekerja dengan catatan-catatan yang
dibuat beberapa jam setelah bertemu dengan pasien. Karena itu, data yang terkumpul
hanya terdiri dari apa yang dapat diingat oleh Freud.
b) Ketika mengingat kata-kata-pasiennya, Freud mungkin saja menginterpretasikannya
kembali, karena didorong oleh keinginan untuk menemukan materi yang mendukung.
Dia bisa saja hanya mengingat dan mencatat hal-hal yang ingin dia dengar. Meskipun
tidak menutup kemungkinan bahwa catatan-catatan yang dibuat Freud akurat, kita
tidak bisa memastikannya karena data originalnya sudah tidak ada lagi.
c) Ada kemungkinan bahwa Freud hanya menarik kesimpulan dan bukannya benar-
benar mendengarkan kisah- kisah seduksi seksual pada masa kecil berdasarkan
evaluasi terhadap gejala-gejala yang ada pada pasiennya.
d) Riset Freud didasarkan pada jumlah sampel yang kecil dan tidak representatif,
terbatas pada dirinya sendiri dan mereka yang memilih menjalani psikoanalisis
dengannya.
e) Ada ketidaksesuaian antara catatan-catatan Freud mengenai sesi-sesi terapinya dengan
sejarah-sejarah kasus yang diterbitkan yang diperkirakan didasarkan pada catatan-
catatan tersebut.
f) Jika ada catatan yang akurat, kata demi kata, dari sesi-sesi terapinya yang masih
tersimpan, tidak selalu memungkinkan untuk mengonfirmasikan keakuratan dari
laporan-laporan para pasien. Kritik-kritik berpendapat bahwa seharusnya dia
mewawancarai kerabat dan teman-teman pasien mengenai peristiwa-peristiwa yang
digambarkan. Singkatnya, kita harus menggambarkan langkah pertama dalam
penciptaan teori ilmiah, bahwa pengumpulan datanya, tidak lengkap, tidak sempurna,
dan tidak akurat.
Kalangan neo-Freudian lainnya menentang penyangkalan Freud terhadap kehendak
bebas dan fokusnya pada perilaku masa lalu dan menyingkirkan harapan dan tujuan masa

6
depan. Ada juga yang mengkritik Freud karena membangun teori kepribadian dengan
hanya didasarkan pada neurotik, mengabaikan sifat-sifat dari orang yang sehat secara
emosional.

2.2 Pengembangan dan Kritik Pemikiran Freud

(Sigmund Freud)

Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia atau sekarang
disebut Republik Czekoslavia.

(Josef Breuer) (Fraulein Anna O)

Momen penting berkembangnya psikoanalisis adalah bertemunya Freud dengan Josef


Breuer yang merupakan seorang dokter. Dari Breuer ini, Freud belajar menangani dan
mendiskusikan pasien hysteria bernama Fraulein Anna O. Anna O ini seorang perempuan
berusia 21 tahun, yang kasusnya sangat mempengaruhi dalam perkembangan
psikoanalisis. Penyakit hysteria yang dia alami dikarenakan Ketika merawat ayahnya
yang sakit parah hingga meninggal.
Perawatan dimulai dengan metode hipnotis dengan cara menggali informasi saat Anna
terhipnotis dan mengingat kembali insiden-insiden yang mengganggu Anna O. Perawatan
ini berjalan setiap hari. Dengan metode hipnotis, Breuer dan Freud berhasil
meyembuhkan gejala hysteria yang dialami Anna O. Kemudian Freud dan Breuer
menyimpulkan bahwa gejala yang dialami Anna O berhubungan dengan pengalaman-

7
pengalaman menjijikan yang membuatnya traumatis yang pernah dialaminya.
Keberhasilan itu dikarenakan Anna O berhasil mengungkapkan pengalaman traumatisnya
karena pengalaman traumatis yang tidak diungkapkan aan menyebabkan gangguan
ataupun gejala fisik. Berdasarkan temuannya, Freud dan Breuer menulis artikel berjudul
On the Psychological Mechanism of Hysterical Phenomena: Preliminary Communication
pada 1893 dan Studies on Hysteria pada 1895 yang berisi tentang pokok-pokok pikiran
psikoanalisis.
a) Psikoanalisis sebagai sebuah metode perawatan
• Dengan metode asosiasi bebas
Dalam metode perawatannya, freud menggunakan resistensi yang merupakan
pemblokiran atau penolakan untuk mengungkapkan kenangan pahit selama
sesi asosiasi-bebas. Namun, Freud mengemukakan bahwa metode asosiasi-
bebas tidak selamanya beroperasi dengan bebas sehingga cepat atau lambat
dalam ingatan pasien akan mencapai pada titik dimana mereka tidak bersedia
untuk melanjutkan.
• Dengan prinsip fundamental represi
Digambarkan sebagai proses pengeluaran atau penyingkiran dari kesadaran
semua gagasan, memori, dan Hasrat yang tak dapat diterima dan
membiarkannya beroperasi di dalam pikiran tak sadar. Caranya dengan
membantu pasien untuk membawa semua materi yang ditekan dalam pikiran
tak sadar tadi untuk Kembali ke dalam kesadaran supaya dapat dihadapi dan
ditangani.
• Dengan metode analisis mimpi
Freud meyakini mimpi-mimpi sebenarnya merepresentasikan ketidakpuasan
tersamar dari hasrat yang terpendam. Freud juga yakin ketika pasien sedang
mendeskripsikan mimpi mereka, berarti mereka sedang mengeskpresikan
Hasrat-hasrat tersembunyi dalam bentuk simbolis. Simbol-simbol tersebut
kemudian dihubungkan dengan orang yang melaporkan mimpi tersebut.
Terlepas dari itu semua, menginterpretasikan mimpi untuk tujuan-tujuan
terapeutik menuntut adanya pengetahuan mengenai konflik-konflik spesifik
pasien.

8
b) Pokok pikiran Freud atau pandangan pokok aliran:
• Freud berkeyakinan semua kejadian termasuk kejadian mental, tidak terjadi
secara kebetulan, tapi bersifat deterministic. Dia percaya adanya hubungan
sebab-akibat yang mempengaruhi kejadian mental.
• Pemikiran Freud tidak terlepas dari pengaruh adanya Teori Evolusi Darwin,
maka dari itu, Freud meyakini bahwa dalam mengetahui proses alamiah maka
penting juga dalam memahami proses mental manusia.
• Freud meyakini bahwa ketidaksadaran memiliki peran penting dan sangat
berpengaruh terhadap dinamina kepribadian seseorang.
• Freud meyakini dengan adanya tahap-tahapan perkembangan mental dan
menganggap adanya tahapan terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
• Freud meyakini bahwa kategori normal dan normalitas bersifat kontinum,
yang membedakannya hanya tingkatannya saja.
• Motivasi menjadi faktor penting dalam teori freud, termasuk juga dengan
motivasi kesenangan yang menjadi salah satu motivasi yang dianggap sangat
penting.
• Teori Freud digunakan untuk kepentingan terapeutik, yang lebih menekankan
pada sejauh mana teorinya dapat diterapkan dalam membantu pasien-
pasiennya.
• Dalam membangun teorinya, Freud lebih menggunakan data-data klinis dari
pasiennya dari pada eksperimental.

c) Struktur kepribadian Freud


Pada awalnya Freud menyebutkan bahwa adanya tingkat ketidaksadaran itu
adanya:
• Kesadaran (conscious), menunjuk pada apa yang disadari dalam waktu
tertentu.

9
• Prakesadaran (preconscious), menunjuk pada apa yang tidak disadari tapi
mudah kembali disadar.
• Ketidaksadaran (unconscious), menunjuk pada hal-hal yang direpres kedalam
ketidaksadaran tidak mudah untuk menyadarinya kembali. Kemudian Freud
merevisi pandangannya itu, menurutnya elemen-elemen struktur kepribadian
menusia terdiri dari:
• Id (elemen yang bersumber dari segala dorongan dasar, jika dorongan ini
belom terpenuhi maka akan selalu berupaya untuk dipenuhi, dikendalikan oleh
prinsip kesenangan dan sifatnya tidak disadari, seperti lapar, haus, dan seks)
• Ego (pusat kepribadian seseorang, berfungsi menjaga keseimbangan
kepribadian antara dorongan Id dan harapan Superego)
• Superego (elemen yang berisi norma-norma sosial yang sudah
terinternalisasikan dalam diri seseorang, seperti halnya Id, superego pun
menuntun Ego untuk merealisasi keinginannya yang kadang tidak realistis,
tidak rasional bahkan tidak mungkin, superego memiliki prinsip
kesempurnaan)
d) Mekanisme pertahanan diri Freud
Ego akan mengalami kecemasan Ketika sesuatu tidak bisa diatasi. Freud membagi
kecemasan menjadi objective anxiety (ancaman nyata yang menghampiri seseorang),
neurotic anxiety (kurang mampu mengontrol id dan ego yang sangat kuat), dan moral
anxiety (muncul perasaan malu atau bersalah akibat adanya nilai yang dilanggar).
Untuk itu mengatasi kecemasan itu, ego berupaya melakukan beberapa
mekanisme pertahanan diri, yaitu:
• Represi, strategi pertahanan diri dengan menekankan memori, pikiran, dan
persepsi yang membahayakan diri ke dalam ketidaksadaran.
• Displacement, strategi pertahanan diri dengan mengganti objek atau tujuan
yang menimbulkan kecemasan dengan tujuan yang tidak menimbulkan
kecemasan.
• Proyeksi, strategi pertahanan diri dengan mengalamatkan kekurangan atau
kesalahan pribadi kepada benda, kejadian, ataupun orang lain.
• Regresi, strategi pertahanan diri dengan kembali ke tahap perkembangan
sebelumnya.

10
• Reaksi Formasi, strategi pertahanan diri dengan melakukan sesuatu yang
bertentangan denga napa yang diinginkan sebenarnya.
e) Tahap Psikoseksual Freud
• Oral Stage (0-18 bulan) mulut, bibir, lidah menjadi sumber kepuasan seksual.
• Anal Stage (18-36 bulan) anus menjadi organ untuk sumber kepuasannya.
• Phallic Stage (3-6 tahun) alat kelamin baik perempuan atau laki-laki menjadi
sumber kepuasannya.
• Latency Stage (6-12 tahun) berakhirnya masa puber, ketertarikan seksual
dengan lawan jenis, dan ketertarikan dengan peer group.
• Genital Stage (12 tahun keatas) sibuk mencari relasin dengan teman sebayanya
dan terlibat dalam aktivitas sosial.
f) Validasi ilmiah terhadap konsep-konsep psikoanalisis Freud
Pada tahun 1930-an dan 1940-an konsep-konsep Freudian tunduk terhadap
berbagai macam pengujian eksperimental dengan hasil-hasil yang dipertanyakan.
Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, silakukan riset validasi yang lebih besar.
Meskipun terdapat konsep yang menentang validasi ilmiah, namun beberapa lainnya
ternyata reseptif terhadap pengujian ilmiah, sebagai berikut:
• Beberapa karakteristik dari tipe kepribadian oral dan anal
• Keresahan kastrasi (pengebirian)
• Pemikiran tentang mimpi mencerminkan masalah-masalah emosional
• Aspek dari Oedipus komples pada anak laki-laki
Konsep-konsep Freudian yang diuji tapi tidak didukung oleh hasil eksperimental
sebagai berikut:
• Mimpi secara simbolis memuaskan harapan dan Hasrat terpendam
• Dalam mengatasi Oedipus komples, anak laki-laki mengidentifikasi ayah dan
menerima standar-standar superegonya tanpa rasa takut.
• Perempuan memiliki konsepsi lebih rendah terhadap tubuh mereka
• Kepribadiannya terbentuk sejak usia 5 tahun dan hanya mengalami sedikit
peubahan setelahnya.

11
2.3 Pandangan pokok dari Alfred Adler

a) Latar Belakang Alfred Adler


Alfred Adler dilahirkan di pinggiran kota Vienna, Austria pada 7 Februari
1870. Saat ia masih kecil, fisik Adler sangat lemah dan sakit-sakitan, ketika
usianya beranjak 5 tahun, ia pernah hampir meninggal karena pneumonia. Selain
itu, Rudolf adik dari Adler meninggal disampingnya saat ia berusia 4 tahun. Hal
tersebut memotivasi Adler untuk menjadi dokter. Ia juga terlibat persaingan
(sibling rivalry) dengan kakak kandungnya, Sigmund Adler. Ia cemburu pada
kakaknya dan merasa kehadirannya tidak dikendehaki ibunya. Maka Adler merasa
bahwa dirinya lebih dekat dengan ayahnya disbanding ibunya. Dari
pengalamannya tersebut semasa ia kecil ternyata kemudian berpengaruh besar
pada bagaimana Adler merumuskan dan mengambangkan teori kepribadiannya.
Awalnya Adler memandang dirinya orang yang lemah dan tidak menarik, namun
kesungguhannya dan keberhasilannya dalam mengalahkan inferiority-nya
membawa ia menyelesaikan studinya dalam lapangan kedokteran pada Universitas
Vienna pada tahun 1895( highlight merah ditulis pertama dan dilanjutkan ia
menyelesaikan studinya…..) dengan spesialisasi ophthamology.dan praktek
kedokteran umum. Ketika ia mulai tertarik pada psikiatri pada tahun 1902, ia ikut
bergabung dengan kelompok diskusi Psikoanalisis Sigmund Freud. Setelah
beberapa tahun berikutnya, Adler mengembangkan teori kepribadiannya yang
berbeda dalam beberapa hal dari teori Freud, terutama pada factor seksual. Pada
tahun 1910 ia menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina, dalam upaya
untuk mendamaikan keretakan mereka yang semakin besar. Akan tetapi pada
tahun 1911 terjadi perpecahan total yang membuat Adler memutuskan hubungan
dengan psikoanalisis Freudian. Adler menggambarkan Freud sebagai penipu dan
menyebut psikoanalisis sebagai “kotoran”. Freud sendiri menyebut Adler sebagai
abnormal dan menjadi gila oleh ambisi, dan beberapa cemooh lain seperti
paranoid, cemburu, sadistic, dan semacamnya.

12
Maka dari itu pada tahun 1912, Adler mendirikan aliran baru yang disebut
Psikologi Individual “Individual Psychology”, yaitu psikologi mengenai hubungan
interpersonal (social psychology), yang mengungkapkan bahwa manusia yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan orang lain dan saling mempengaruhi.
b) Psikologi Individual
Perkenalannya dengan ilmu Psikologi ketika membaca buku Sigmund Freud
tentang Dream Interpretation pada tahun 1902. Kemudian ia mempunyai
pandangan sendiri mengenai mimpi. Bagi Adler (1997), semua mimpi mempunyai
tujuan jika dianalisis dengan benar akan memberi petunjuk dalam menghadapi
kehidupan nyata. Secara umum, Adler menjelaskan bahwa mimpi bertujuan untuk
“membuka jalan dalam meraih suoerioritas. Keinginan seseorang untuk mengatasi
kerendahan diri dan bagaimana mengatasinya merupakan sebagian tujuan yang
mendasari mimpi
Menurut Adler, tujuan penting manusia adalah mengatasi perasaan rendah diri
(feeling of inferiority). Setiap manusia dianggapnya terlahir dalam keterbatasan
dan ketergantungan pada orang lain, yang mengakibatkan manusia merasa rendah
diri. Perasaan rendah diri ini kemudian yang menjadi motivasi dasar manusia
untuk terus bertumbuh. Manusia terus menerus berusaha untuk mencapai
kesempurnaan dan superioritas.
Tak hanya itu Adler juga mempunyai pandangan yang berbeda dengan Freud
mengenai motivasi dasar, peran masa lalu, kesadaran dan ketidak sadaran, dan
juga kehendak bebas manusia. Adler mengembangkan sebuah teori
kepribadiannya yang berbeda dalam beberapa hal dengan teori freud, khususnya
berkaitan dengan penekanan Freud pada faktor seksual. Menurut Adler (seperti
dikutip Schultz & Schultz, 2011), manusia tidak merupakan korban faktor
lingkungan maupun faktor biologis. Kedua faktor tersebut hanyalah bahan dasar
yang dapat bebas diatur oleh manusia. Karena manusia dianggapnya memiliki
kebebasan untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri (creative self)
Jika Sigmund freud yang menekankan pada libido seksual sebagai energi,
Adler justru lebih menekankan ke factor sosial “social interest”. Social Interest
(minat sosial) didefinisikan sebagai sebuah kecakapan yang dimiliki sejak kecil
untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi dan juga
sosial. Adler menganggap bahwa manusia itu lahir dalam keadaan tubuh yang
lemah, tak berdaya. Kondisi tersebut menimbulkan perasaan inferiorita dan saling
13
tergantung secara sosial. Menurutnya, orang yang memiliki social interest nya
kurang akan lebih negative dalam memandang kehidupan dan cenderung akan
terlibat dalam perilaku anti sosial. Selain itu Adler lebih memfokuskan pada
determinan perilaku sadar daripada tak-sadar/ Freud menghubungkan perilaku
yang ada saat ini dengan pengalaman masa lalu, sementara Adler yakin bahwa
kita banyak dipengaruhi oleh rencana masa depan. Berusaha mencapai cita-cit
atau mengantisipasi kejadian ang akan terjadi di waktu yang akan datang yang
dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sebagai contoh seseorang yang takut
akan siksaan akhirat cenderung akan bersikap berbeda dengan orang yang
memiliki ekspetasi berbeda.
Terdapat hal yang membedakan antara psikoanalisis dan individual
psychology, yaitu penekannya pada masa depan. Psikonalisis menggarisbawahi
perilaku yang ada saat ini dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa
lalu. Dalam Psikologi Individual justru masa depanlah yang lebih di utamakan.
bagi Adler yakin bahwa perilaku manusia selalu terarah pada suatu tujuan yang
dianggapnya menarik, dan tujuan tersebut berpengaruh pada perilaku sekarang.
Menetapkan tujuan di masa depan dianggapnya sebagai upaya kita untuk melewati
capaian-capaian masa kinimatau mengatasi kekurangan yang ada sekarang.
Tujuannya kemudian akan membuat kita merasa bermakna karena dalam pikiran
kita susah untuk mempunyai gambaran ke depan akan lebih baik dari pada
sekarang.
• Konsep dasar teori psikologi individual Alfred Adler
Perjuangan menjadi sukses atau superiorita (Striving for Success or
Superiority). Istilah striving for success kemudian diperkenalkan mengenai
manusia yang termotivasi oleh minat sosial. Tanpa memperhatikan motivasi
untuk berjuang. Dorongan ke arah superioritas dapat menjelma dalam cara
yang berbeda-beda, dan setiap orang mempunyai cara konkret masing-masing
untuk berusaha mencapai kesempurnaan.
• Persepsi subyektif (Subjective perceptions)
Tujuan final fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkan
tujuannya untuk diperjuangkan berdasarkan interprestasinya tentang fakta.
Kepribadian manusia sendiri dibangun dengan keyakinan subyektif mengenai
masa depannya bukan oleh realitanya. Tujuan final fiktif itu menuntun gaya

14
hidup kita dan menyatukan kepribadian kita. Namun, bahkan setelah mereka
memperoleh ukuran yang besar, kekuatan dan superioritas, mereka bersikap
seolah masih kecil, lemah dan inferior. Menurut Adler inferiorita fisik
merupakan anugerah, karena berkat inferiorita orang membangunnya dengan
berjuang mencapai kesehatan jiwa dan gaya hidup yang berguna. Namun ada
yang memakai inferiorita sebagai legitimasi menjadi taklukan,
mengkompensasi dengan masyarakat banyak, contohnta orang cacat yang
memberi sumbangan berharga kepada lingkungannya, sebaliknya ada yang
memanfaatkan cacatnya untuk mendapat belas kasihan.
• Kesatuan Kepribadian (Unity of personality)
Mulanya ketika ia memilih istilah psikologi individual, Adler
menekankan keyakinannya bahwa masing-masing orang itu memiliki
keunikan tersendiri dan tak terpisahkan. Dan lebih menekankan bahwa
kesatuan fundamental dari kepribadian serta gagasan bahwa perilaku yang
tetap itu tidak ada. Selain itu unitas kepribadian juga terjadi antara kesadaran
dan ketidaksadaran.
• Minat Sosial (Social interest)
Social interest atau yang disebut dengan minat sosial dan community
feeling yang berarti rasa bermasyarakat, dalam istilah Bahasa Jerman yaitu
Gemeinschaftsgefuhl mungkin adalah konsep Adler yang paling penting dan
berbeda. Minat Sosial adalah indikator sentral kesehatan mental. Seseorang
yang memiliki minat sosial cenderung akan mengarahkan upaya-upayanya
kepada sisi kehidupan yang sehat dan berguna secara sosial.
• Gaya Hidup (Style of life)
Menurut Adler dorongan untuk mencapai superioritas atau
kesempurnaan bersifat universal, tetapi masing masing kita berperilaku
dengan cara berbeda dalam usaha kita mencapai tujuan tersebut. Kita
menunjukan usaha kita dalam sebuah mode merespon yang unik atau khas
dengan membangun gaya hidup. Gaya hidup akan menetap pada usia 4 atau 5
tahun dan menjadi sulit untuk diubah setelah usia tersebut. Ia memberikan
kerangka yanh dalam semua pengalaman selanjutnya ditangani. Sekali lagi
kita meligat bahwa Adler mengenali arti penting tahap awal kehidupan, tetapi

15
pandangannya berbeda dengan Freud dalam hal meyakini bajwa kita dapat
secara sadar menciptakan sebuah gaya hidup untuk diri kira sendiri.

• Kekuatan kreatif self (Creative power of the self)


Definisi dari Self kreatif atau yang disebut kekuatan kreatif merupakan
kekuatan yang sangat menentukan sebuah tingkah laku, penggerak utama,
sendi dan obat mujarab kehidupan, yang membawahi dua kekuatan serta
konsep lainnya yaitu kekuatan pertama adalah keturunan (heredity) dan yang
kedua adalah lingkungan. Kehidupan manusia bukanlah penerima tentang
pengalaman secara aktif (Freud), akan tetapi manusia adalah sebagai aktor dan
inisiator dari tingkah laku. Pada konsep ini memperkuat pandangan Adler
mengenai kepribadian bahwa kepribadian itu dinamik, bukan statik. Adler
memandang manusia itu memiliki sifat-sifat altruisme, humanitarisme,
Kerjasama kreativitas, keunikan dan kesadaran.

2.4 Perbedaan Pandangan Freud dan Adler


Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Freud memberi
nama aliran psikologi yang dikembangkan sebagai psikoanalisis. Paradigma psikoanalisis
tersebut dikembangkan oleh beberapa pakar, diantaranya Alfred Adler.
Sigmund Freud dan Alfred Adler semula berada dalam organisasi yang sama, yaitu
Masyarakat Psikoanalisis Wina, namun kemudian memisahkan diri karena
mengembangkan ide mandiri untuk teori masing-masing. Alfred Adler menciptakan
alirannya sendiri yang diberi nama psikologi individual. Berikut merupakan perbedaan
konsep kepribadian yang dikemukakan oleh Adler dan Freud:
a) Freud
• Kehidupan yang sejati adalah kemampuan mencintai dan berkarya
• Motivasi tindakan manusia lebih pada seks dan agresi
• Kerpibadian sebagai proses biologis mekanistik
• Pusat kepribadian adalah ketidaksadaran
• Manusia sedikit/tidak sama sekali pilihan dalam mebuat kepribadian mereka.
• Perilaku manusia dibentuk oleh pengalaman-pengalaman masa lalu

16
b) Adler
• Kehidupan yang sehat lebih dari mencintai dan berkarya, namun juga
merasakan kebersamaan dengan orang lain dan memperdulikan kesejahteraan
mereka.
• Motivasi tindakan manusia oleh pengaruh social dan perjuangan menuju
keberhasilan.
• Kepribadian adalah ego kreatif yan gmenginterpretasikan dan membuat
pengalaman organisme penuh makna
• Pusat kepribadian adalah ketidaksadaran
• Manusia bertanggungjawab sepenuhnya untuk menjadi siapa diri mereka
• Perilaku manusia dibentuk oleh pandangan manusia mengenai masa depan

2.5 Pandangan-pandangan Pokok dari Karen Horney

a) Latar Belakang
Karen Danielson Horney dilahirkan pada tanggal 15 September 1885 di
Hamburg Jerman. Ayahnya seorang kapten kapal yang taat beragama dan
memiliki pandangan bahwa laki-laki lebih superior daripada perempuan. Berbeda
dengan ayahnya, ibunya yang usianya jauh lebih muda daripada ayahnya, justru
merupakan perempuan yang berpikiran liberal. Tidak heran jika hubungan kedua
orangtuanya tersebut bisa dibilang tidak harmonis. Horney sendiri tidak menyukai
ayahnya yang suka merendahkan tampilan dan kecerdasannya (Hergenhahn, 2009;
Schultz & Schultz, 2011). Harganhahn tahun 2009, menyebutkan bahwa jika
sedang marah, ayah beliau kerap kali melempar ibunya dengan kitab bible dan
pengalaman inilah yang membuat Horney kurang suka dengan agama. Horney
pun tidak menyukai ibunya karena menolak kelahirannya dan lebih memanjakan
saudara laki-lakinya (Schultz & Schultz, 2011).

17
Pengalaman masa kecilnya tersebut membuat Horney merasa rendah diri dan
menyimpan rasa iri serta permusuhan dan berpengaruh pada teori-teori yang
dibangunnya. Pada tahun 1923-an, Horney pernah mengalami depresi karena
berbagai masalah yang dihadapinya, khususnya perceraian dengan suaminya
Oskar Horney, dan saudaranya yang meninggal karena penyakit Pneumonia
(Hergenhahn, 2009).
Horney mengambil kuliah kedokteran di University of Berlin pada tahun
1913. Horney kemudian melakukan pelatihan tentang Psikoanalisis di
Psychoanalytic Institute Berlin, dan kemudian membuka praktik, serta mengajar
di Berlin Psychoanalytic Institute tersebut. Pada tahun 1932, Horney menjadi
Associate Director dari Chicago Institute of Psychoanalysis dan dua tahun
berikutnya pindah ke New York Psychoanalytic Institute.
Menurut Hergenhahn (2009), pada masa inilah, perbedaan antara pemikiran
Horney dan Freud mulai tampak. Awalnya, Horney terpersona dengan
psikoanalisis Freud. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Horney kemudian
merasa kurang puas dengan penjelasan Freud mengenai seksualitas, gangguan
mental, terapi, dan lain-lain (Viney & King, 2003). Bagi Horney (Hergenhahn,
2009) pandangan Freud mengenai dorongan seksual yang tidak disadari, oedipus
complex, struktur kepribadian tidaklah cocok bagi konteks budaya yang sedang
dihadapi saat itu. Pada saat itu, kebetulan Amerika Serikat sedang mengalami
depresi ekonomi yang memang berbeda dengan zamannya Freud.
b) Ketidaksepakatan dengan Freud
Horney menentang pandangan Freud bahwa kepribadian itu tergantung pada
kekuatan-kekuatan biologis yang tak dapat berubah. Dia menyangkal soal
keutamaan faktor-faktor seksual, menantang validitas teori Oedipal, dan
membuang konsep-konsep libido dan tiga bagian struktur kepribadian. Namun dia
menerima motivasi tak sadar dan eksistensi motif-motif emosional dan non-
rasional. Horney dan freud juga berbeda dalam pandangan-pandangan mereka
mengenai hakikat manusia.
Horney sama seperti Freud, meyakini bahwa kepribadian terbentuk pada
tahun-tahun awal kehidupan seorang anak, tetapi dia berpendirian bahwa
kepribadian akan terus berubah sepanjang hidup. Apabila Freud merinci mengenai
tahap-tahap perkembangan psikoseksual, Horney memfokuskan pada bagaimana
seorang anak yang sedang tumbuh diperlakukan oleh orang tua dan pengasuhnya.
18
Dia menyangkal fase-fase perkembangan universal, seperti tahap oral atau anal.
Karena dia berpendapat, jika seorang anak membangun kecenderungan terhadap
kepribadian oral atau anal, kecenderungan ini merupakan akibat dari perilaku
orang tua. Tak ada sesuatu yang bersifat universal dalam perkembangan anak,
segalanya tergantung pada faktor-faktor sosial, budaya dan lingkungan. Horney
menulis:
Pesimisme Freud terhadap neurosis dan perawatannya muncul dari
keyakinannya yang dalam terhadap sisi baik manusia dan pertumbuhan manusia.
Manusia, demikian menurutnya, ditakdirkan untuk menderita atau
menghancurkan…Keyakinan saya sendiri adalah bahwa manusia memiliki
kapasitas dan juga hasrat untuk mengembangkan potensi-potensinya dan menjadi
manusia selayaknya. saya yakin bahwa manusia dapat berubah dan terus berubah
seumur hidupnya.
c) Kecemasan Dasar (Basic Anxienty)
Basic Anxiety adalah konsep fundamental dalam sistem Horney. Dia
mendefinisikannya sebagai “perasaan yang dimiliki seorang anak yang
terasingkan dan tak berdaya di dunia yang memiliki potensi memusuhi” (Horney,
1945, hal 4). Definisi ini menjadi karakteristik perasaan-perasaannya ketika masih
kecil. Keresahan dasar berasal dari tindakan-tindakan orang tua seperti dominansi,
tidak memberikan perlindungan dan kasih sayang, dan perilaku-perilaku yang
tidak konsisten. Segala sesuatu yang mengganggu hubungan yang nyaman antara
anak dan orang tua dapat menciptakan keresahan dasar. Karena itu, kondisi ini
bukan bersifat bawaan tetapi merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan dan
interaksi sosial dalam lingkungan anak tersebut.
Menurut Horney (Hergenhahn, 2009), manusia memiliki dua kebutuhan dasar.
Pertama manusia mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan perasaan aman atau
kebutuhan untuk terbebas dari perasaan takut, bahaya, dan sakit, sedangkan
kebutuhan lainnya adalah kebutuhan akan terpenuhinya segala kebutuhan
biologisnya. Kebutuhan inilah yang dicari oleh seorang anak dari orang-orang
yang ada di sekitarnya termasuk orangtua dan anak merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika hubungan anak dan
orangtua tersebut tidak memberikan rasa aman, misal, hubungan tersebut dipenuhi
dengan penolakan, permusuhan, pengabaian orangtua terhadap anaknya, maka

19
anak tersebut kemudian akan mengalami apa yang disebut dengan Basic Anxiety
(Viney & King, 2003).
Basic Anxiety yang ditandai dengan perasaan terisolasi dan tidak berdaya ini
merupakan konsep yang sangat penting dalam Psikologi Horney (Schultz &
Schultz, 2011). Menurut Horney (Schultz & Schultz, 2011) Basic Anxiety ini
merupakan "the feeling a child has of being isolated and helpless in a potentially
hostile world" (hIm. 335). Basic Anxiety ini sebenarnya bersumber dari Basic
Hostility yang dirasakan oleh seorang anak terhadap orangtuanya. Anak yang
posisinya lemah tentu tidak mungkin menumpahkan Basic Hostility-nya terhadap
orangtuanya. Ketika Basic Hostility ini direpres oleh anak, maka munculah Basic
Anxiety (Hergenhahn, 2009).
• Mekanisme Kecemasan Dasar
Horney (Hergenhahn, 2009; Viney & King, 2003; Schultz & Schultz,
2011), menyebutkan tiga mekanisme yang mungkin dilakukan oleh seorang
anak dalam mengadaptasi kecemasannya tersebut, yaitu:

- Pertama, ada anak yang menyampaikan keberatannya secara langsung


kepada orangtuanya (moving toward). Anak yang mengambil cara ini
disebut dengan compliant style yang didasari oleh kebutuhan untuk
menghadapi dan mengekspresikan kebutuhannya untuk mendapatkan
persetujuan, kasih sayang, penghargaan, penerimaan dan afeksi.

- Kedua, ada anak yang mengambil cara dengan menunjukkan permusuhan


terhadap orangtuanya (moving againt). Anak yang mengambil cara ini
disebut dengan hostile style yang didasari dengan kebutuhan akan
kekuasaan, prestige, pujian, dan prestasi.

- Ketiga, ada anak yang mengambil jarak dari orangtuanya (moving away).
Anak yang mengambil cara ini disebut detached style, yang didasari
kebutuhan untuk mandiri dan mengambil jarak (baca Schultz & Schultz,
2011:336; Viney & King, 2003: 379).

d) Kebutuhan-Kebutuhan Neurotik
Ketika keresahan yang disebabkan oleh faktor sosial , anak akan membangun
strategi-strategi perilaku untuk merespon perilaku orang tua sebagai cara untuk
menghadapi perasaan-perasaan yang muncul karena ketidakberdayaan dan

20
ketidakamanan tersebut. Menurut horney kebutuhan neurotik ini merupakan
kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan pemecahan-
pemecahan masalah gangguan hubungan antar manusia. Pada awalnya Horney
mencatat 10 macam kebutuhan neurotik, termasuk afeksi, pencapaian dan
kemandirian. Dalam tulisan-tulisannya setelah itu dia mengelompokkan
kebutuhan-kebutuhan neurotik ini menjadi tiga kecenderungan yaitu:

• Kepribadian Patuh

Seseorang yang butuh untuk gerakan mendekati individu lain,


menyampaikan kebutuhan akan afeksi, mitra, dan persetujuan yang dominan.
Gerakan untuk mendekati orang lain mengimplikasikan adanya perasaan tak
berdaya pada diri seseorang dan melakukan tindakan untuk menenangkan
afeksi dari orang lain.

• Kepribadian Pemisah

Seseorang yang butuh untuk menjauh dari orang lain, menunjukkan


kebutuhan akan kebebasan, kesempurnaan, dan menarik diri. Gerakan untuk
menjauh dari orang lain melibatkan penarikan diri, bersikap demikian untuk
menunjukan kemandirian dan menghindari ketergantungan.

• Kepribadian Agresif
Seseorang yang butuh untuk bergerak melawan orang lain,
menunjukkan kebutuhan akan kekuasaan, pencapaian, kekaguman, prestise
dan eksploitasi. Gerakan melawan orang lain melibatkan permusuhan,
pemberontakan dan agresi.

Psikologi Wanita

Sebagai pengikut Freud, Horney secara berkala menyadari bahwa pandangan


psikoanalitik tradisional mengenai wanita tidak seimbang. Horney lalu mengembangkan
sendiri teori psikologi wanita yang menolak beberapa konsep dasar Freud.

• Perbedaan Pria-Wanita
• Menurut Horney bukan hanya perbedaan anatomi, melainkan lebih sebagai
perbedaan harapan kultural dan sosial. Pria yang menundukkan dan mengatur

21
wanita dan wanita yang menghina atau mencemburui pria. Menurut Horney
kecemasan dasarlah yang menjadi akar keinginan laki-laki menaklukkan
wanita dan keinginan wanita menghina laki-laki.
• Odipus Kompleks
Horney mengakui adanya odipus kompleks, hanya saja hal itu
berhubungan dengan kondisi lingkungan tersebut, bukan berhubungan dengan
perkembangan biologis. Menurut beliau odipus hanya ditemukan pada
beberapa orang dan itu merupakan ekspresi neurotik kebutuhan cinta, yang
bersama-sama dengan kebutuhan lainnya pada usia dini.
• Penis Envy
Horney menolak konsep penis envy dari Freud dan cenderung
mengikuti pikiran Adler. Banyak perempuan yang memiliki masculine protest:
keyakinan patologik bahwa laki-laki lebih superior dari perempuan, yang
kemudian menjadi keinginan neurotik untuk menjadi laki-laki. Keinginan
tersebut timbul karena kecemburuan terhadap penilaian dan hak berlebih yang
diberikan budaya kepada laki-laki.

Hal-hal yang membedakan Horney dari Freud antara lain:

• Horney memang mengakui bahwa pengalaman masa kecil merupakan sesuatu


yang penting. Namun, Horney percaya bahwa manusia mempunyai kuasa
untuk mengubahnya (Schultz & Schultz, 2011).
• Jika Freud lebih menekankan pada faktor ketidaksadaran yang berpengaruh
pada manusia, Horney justru lebih menekankan pada pengaruh situasi. Seperti,
bagi Horney, basic anxiety terbentuk karena lingkungan bukan karena
pengaruh insting atau dorongan tidak sadar lainnya.
• Horney berkeyakinan bahwa gangguan mental lebih dikarenakan masalah-
masalah interpersonal dan hubungan sosial, bukan karena konflik intrapsikis
seperti yang disampaikan Freud (Viney & King, 2003).
• Horney percaya bahwa pembentukan kepribadian seseorang lebih banyak
dipengaruhi budaya, daripada faktor-faktor biologis (Viney & King, 2003;
Hergenhahn, 2011). Termasuk pandangannya mengenai karakteristik gender.
Perempuan sering merasa inferior, katanya, bukan karena penis envy, tapi
karena secara kultural cenderung merendahkan perempuan.

22
• Horney berpandangan berbeda dengan Freud yang percaya terhadap tahap-
tahap perkembangan, Horney justru menolaknya (Schultz & Schultz, 2011).
Menurutnya, kecenderungan anak apa anal ataupun oral lebih banyak
dipengaruhi oleh pola asuh orangtua.

2.6 Pandangan Pokok dari Erik Erikson

a) Latar Belakang
Erik Homburger Erikson lahir dengan nama Erik Salomonsen pada tanggal 15
Juni 1902 dan meninggal pada 12 Mei 1994. Ia merupakan pakar psikologi
perkembangan dan psikoanalis berkebangsaan Jerman, dikenal dengan teorinya
akan perkembangan psikososial manusia.
Selama hidupnya ia selalu berada dalam kebimbangan tentang identitas
dirinya sampai memutuskan untuk mengganti nama menjadi Erikson untuk
menentukan identitas pribadinya.
Ketika sedang mengajar seni di sebuah sekolah di Wina yang mempraktekkan
teori psikoanalisis dengan pengawasan dari putri Sigmund Freud yaitu Anna
Freud. Anna melihat kepedulian Erikson terhadap anak – anak, lalu memberi
saran agar Erikson mempelajari psikoanalisis di Institut Psikoanalisis Wina. Di
sana, dengan pengajaran para ahli, Erikson mempelajari lebih dalam mengenai
analisa psikologi pada anak – anak dan mempelajari metode Montessori dalam
pendidikan yang memfokuskan pada perkembangan anak dan tingkatan
seksualnya.
b) Pandangan dan Respon Erikson Terhadap Psikoanalisi Freud
Erikson menambahkan jiwa baru ke dalam teori psikoanalisis Freud
sebelumnya, dengan menambahkan perhatian yang lebih pada ego daripada id dan
superego. Ia tetap menghargai teori yang telah dikemukakan Freud, namun

23
memberi pengembangan pada ide-ide khususnya dalam hubungan terhadap tahap
perkembangan serta peran sosial pada pembentukan ego. Ego berkembang melalui
reaksi terhadap kekuatan dalam serta kekuatan lingkungan sosial. Ego bersifat
adaptif dan kreatif, berjuang aktif (otonomi) dan membantu diri menghadapi
dunianya. Erikson tetap mengakui keberadaan kualitas dan inisiatif menjadi
bentuk dasar pada tahap awal, namun hal tersebut hanya dapat berkembang serta
masak melalui pengalaman sosial lingkungan. Ia juga mengakui sifat rentan
ego, defense yang irrasional, efek trauma-anxieO-guilt yang awet, dan dampak
lingkungan yang menghambat dan tidak fokus pada individu. Namun menurutnya
ego mempunyai sifat adaptif, kreatif, dan otonom (adaptable, creative, dan
autonomy). Ia melihat lingkungan bukanlah hanya semata-mata menghambat dan
menghukum (Freud), melainkan juga mendorong dan membantu individu.
Erikson memaparkan adanya sejumlah kualitas yang ada pada ego, yang
belum ada pada psikoanalisis Freud, yaitu kepercayaan dan penghargaan, otonomi
dan keingininan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan
cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut
juga ego-kreatif, ego yang dapat mendeteksi pemecahan kreatif atas permasalahan
baru dalam setiap tahap kehidupan. Apabila menjumpai hambatan atau konflik,
ego tidak akan tunduk,tetapi bereaksi dengan memakai kombinasi antara kesiapan
batin serta kesempatan yang dimiliki lingkungan. Ego bukan budak melainkan
tuan/pengatur id, superego dan dunia luar. Oleh karena itu, ego disamping hasil
proses faktor-faktor genetik, fisiologik, dan anatomis, juga dirancang oleh konteks
kultural dan historik. Ego yang sempurna, dipaparkan Erikson memiliki tiga
dimensi yaitu, faktualitas, universalitas, dan aktualitas:
• Erikson menitikberatkan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan
pengaruh sosial.
• Erikson berusaha memberi pengembangan pada teori insting dari Freud
dengan meneruskan konsep epigenetik kepribadian.
• Erikson secara eksplisit memaparkan bahwa fungsi ego dalam pemecahan
masalah, persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan bebas dari Id,
menciptakan sistem kerja sendiri yang terlepas dari sitem kerja id.

24
• Erikson beranggapan bahwa ego adalah sumber kesadaran diri seseorang.
Selama beradaptasi diri dengan realita, ego akan mengembangkan perasaan
sebagai keberlanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Perkembangan ego berlangsung melalui penyesuaian krisis-krisis yang ada
pada tahapan perkembangan yang terjadi secara berurutan. Erikson pertama
kali memperkenalkan kedelapan tahapan yang dibuatnya ini pada bukunya
yang termasyhur, Childhood and Society (1950).

2.7 Pandangan Pokok dari Erich Fromm

a) Latar Belakang
Fromm adalah seorang anak tunggal yang mempunyai orang tua berdarah
Yahudi Ortodoks di Frankfurt pada 23 Maret 1900. Pada usia 14 tahun, Fromm
sangat terpengaruh oleh dimulainya Perang Dunia I. hal tersebut membuat ia ingin
mengembangkan minat yang kuat dalam perilaku kelompok. Ia mulai mencari
jawaban atas pertanyaannya dalam tulisan-tulisan Sigmund Freud dan Karl Marx.
Fromm kemudian melanjutkan studi sosiologi di Universitas Heidelberg, berhasil
memperoleh gelar doktor pada tahun 1922 di bawah pengawasan Alfred Weber.
Pada tahun 1924, Fromm mulai mempelajari psikoanalisis di Universitas
Frankfurt sebelum pindah ke Institut Psikoanalisis Berlin. Pada tahun 1926, ia
menikahi Freida Reichmann, seorang wanita yang 10 tahun lebih tua darinya.
Reichmann pernah menjadi psikoanalis Fromm sendiri. Mereka memutuskan
untuk berpisah setelah empat tahun.
Sepanjang hidupnya, Fromm bekerja sebagai pengajar, menerbitkan sejumlah
buku dan menjalankan praktik klinisnya sendiri. Fromm kemudian membantu
mendirikan Institut Psikoanalitik Frankfurt, yaitu tempat ia mengajar dari tahun
1929 hingga 1932. Setelah Nazi berkuasa, Institut tersebut dipindah ke Jenewa,

25
Swiss dan kemudian ke Universitas Columbia di New York. Setelah pindah ke
Amerika Serikat, Fromm mengajar di sejumlah universitas termasuk New School
for Social Research, Columbia, dan Yale.
Pada tahun 1944, Fromm menikah lagi dan menjadi warga negara AS. Setelah
itu, ia pindah ke Meksiko dengan harapan dapat meringankan penyakit istri
keduanya. Fromm mulai mengajar di Universitas Otonomi Nasional Meksiko pada
tahun 1949 dan terus bekerja sampai pensiun pada tahun 1965. Setelah kematian
istrinya pada tahun 1952, Fromm mendirikan Institut Psikoanalisis Meksiko dan
menjabat sebagai direkturnya hingga tahun 1976. Kemudian pada tahun 1953,
Fromm menikah lagi untuk yang ketiga kalinya dan melanjutkan mengajar di
Meksiko dan di beberapa sekolah lain, termasuk Michigan State University dan
New York University. Fromm pindah dari ke Muralto, Swiss pada tahun 1974,
dan menetap disana sampai kematiannya pada tahun 1980.
Saat ini, Erich Fromm secara luas dianggap sebagai salah satu tokoh
psikoanalis terpenting abad ke-20. Pada awalnya, pikiran-pikiran / ide-ide Freud
memiliki pengaruh yang besar untuk dirinya, kemudian Fromm menjadi bagian
dari kelompok yang dikenal sebagai neo-Freudian bersama dengan Karen Horney
dan Carl Jung. Fromm mengemukakan teori kepribadian berdasarkan dua
kebutuhan utama: kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan untuk memiliki.
Fromm menyarankan agar orang mengembangkan gaya atau strategi kepribadian
tertentu dalam mengatasi kecemasan yang diciptakan oleh perasaan terisolasi.
b) Pandangan Fromm Mengenai Psikoanalisisi Freud
Fromm percaya bahwa karakter adalah sesuatu yang berasal dari warisan
genetik dan pengalaman belajar. Beberapa aspek dari karakter seseorang adalah
turun temurun, dan beberapa aspek lain berasal dari apa yang dipelajari di rumah,
dari sekolah, dan dari masyarakat. Dan terdapat interaksi antara kedua hal
tersebut. Fromm juga percaya bahwa karakter adalah sesuatu yang sudah
mendarah daging dan sulit untuk diubah. Namun, menyadari kecenderungan yang
ada pada diri sendiri dan adanya komitmen untuk berubah dapat membantu
menghadirkan perubahan / pembentukan karakter.
Selain itu, Fromm memiliki pengaruh besar pada psikologi humanistik. Beliau
percaya bahwa hidup adalah kontradiksi karena manusia adalah bagian dari alam
dan terpisah darinya. Dari konflik inilah muncul kebutuhan-kebutuhan dasar
eksistensial, antara lain keterkaitan, kreativitas, identitas, dan kerangka orientasi.
26
Mengutip dari karyanya sendiri, Fromm kemudian menjelaskan, "Saya ingin
memahami hukum yang mengatur kehidupan individu dan hukum masyarakat
yaitu manusia dalam keberadaan sosialnya. Saya telah mencoba melihat
kebenaran abadi dalam Konsep-konsep Freud bertentangan dengan asumsi-asumsi
yang perlu direvisi. Saya mencoba melakukan hal yang sama dengan teori Marx,
dan pada akhirnya, saya mencoba sampai pada suatu titik yang mengikuti
pemahaman dan kritik dari kedua pemikir itu." (Beyond the Chains of Illusion,
1962).

2.8 Kesimpulan Seluruh Pandangan


Psikoanalisis merupakan aliran psikologi yang fokus pada ketidaksadaran dalam
penjelasan mengenai perilaku manusia, masa lalu yang dianggap penting, dan motivasi
seksual.
Menurut Freud, struktur kepribadian manusia meliputi tiga elemen: id, ego, dan
superego. Adapun pula psikoanalisis mengenai perkembangan psikoseksual oleh
Sigmund Freud yang terdiri dari berbagai tahapan, dan setiap tahapannya terdapat
kecenderungan dalam menstimulasi organ-organ erotic tertentu dan kepuasan pada setiap
tahapan berpengaruh hingga usia dewasa, serta mekanisme pertahanan diri mengenai
kecemasan.
Alfred Adler memiliki pandangan yang berbeda dengan Freud tentang motivasi dasar,
peran masa lalu, kesadaran-ketidaksadaran, dan juga kehendak bebas manusia dalam
mengatasi perasaan rendah diri. Horney memberi kritik pandangan Freud yang
menekankan factor ketidaksadaran yang berpengaruh pada manusia, Karen Danielson
Horney menekankan factor ketidaksadaran pada pengaruh situasi seperti basic anxiety
yang terbentuk karena lingkungan.
Erik Erikson memberikan kritik dengan menambahkan perhatian yang lebih terhadap
ego daripada id dan superego. Menurutnya, ego mempunyai sifat yang adaptif, kreatif,
dan otonom, serta memaparkan adanya sejumlah kualitas pada ego yang belum ada pada
psikoanalisis Freud yaitu kepercayaan dan penghargaan, otonom dan keinginan, kerajinan
dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan
pemeliharaan, serta integritas. Erich Fromm menambahkan teori kepribadian yang
berdasarkan dua kebutuhan utama, yaitu kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan untuk
memiliki.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikoanalisis adalah suatu aliran psikologi yang ditemukan oleh Sigmund Freud dan
berfokus pada ketidaksadaran dalam penjelasan mengenai perilaku manusia, masa lalu
yang dianggap penting, dan motivasi seksual. Tidak seperti aliran psikologi lainnya,
psikoanalisis bukan merupakan produk universitas maupun sains murni, ia muncul di
dalam tradisi medis dan psikiatri, dari upaya untuk merawat orang-orang berpenyakit
mental. Dari awal berdirinya, psikoanalisis sudah berbeda dari pemikiran psikologis jalur-
utama dalam hal tujuan, pokok kajian, dan metode. Dalam perkembangannya,
psikoanalisis Freud sejak dulu telah menjadi target dari banyak kritisme, terutama dari
pengikutnya, seperti Alfred Adler, Karen Danielson Horney, Erik Erikson, dan Erich
Fromm.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan bacaan mengenai psikoanalisis dan aliran Freudian. Untuk
pengetahuan lebih mendalam tentang psikoanalisis dan aliran Freudian dapat dipelajari
dalam studi selanjutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Schultz, D. P., & Schultz, S. E. (2015). Sejarah psikologi modern (Edisi Kesepuluh). Bandung: Nusa
Media.
Fromm, E. (2013). Man for himself: An inquiry into the psychology of ethics. Open Road Media.
Fromm, E. (2017). Beyond the chains of illusion. Bloomsbury Publishing.

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit Universitas Muhammadyah


Malang.

Sumadi Suryabrata. (2005). Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali.

Dr. Agus Abdul Rahman, M. P. (2017). Sejarah psikologi; Dari klasik hingga modern (pp. 207-
216). Bandung: Rajawali Pers.

Schultz, D. P. (2014). Sejarah psikologi modern; A history of modern psychology; Edisi Kesepuluh
(Diterjemahkan) (pp. 485-522). Bandung: Nusamedia.

Chusniyah, Tutut and Mubaraq, Zulfi (2017) Psychobiography of Imam Samudra-Bali I Terrorist
Initiator: Psycho-Ideological Dynamic. Presented at 7th Biennial Conference of Asian
Association of Social Psychology.

Rahman, Agus Abdul, (2017), Sejarah Psikologi Dari Klasik Hingga Modern, Rajawali Pers, PT
Raja Grafindo Persada: Depok.

29

Anda mungkin juga menyukai