Anda di halaman 1dari 21

MEKANISME, KONSEP DAN BENTUK-BENTUK GANGGUAN KEPRIBADIAN

Makalah di Ajukan Sebagai Mata Kuliah Kesehatan Mental

Dosen Penganpu : Maftuhah, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 8

FAIZAH NUR AFIFAH (20.01.00.022)

NANIK SEPTIANA (20.01.00.036)

MUTIA TUL HUSNA (21.01.00.040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIKMAH JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah karya ilmiah yang berjudul "MEKANISME, KONSEP DAN BENTUK-BENTUK
GANGGUAN KEPRIBADIAN" tepat waktu.

Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Kesehatan Mental Program Studi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Al- Hikmah Jakarta. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada dosen pengampu mata kuliah kesehatan mental Ibu Maftuhah,
M. Pd yang telah memebrikan materi serta arahannya dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kelompok kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis pada khusunya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 12 Desember 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

C. Tujuan Masalah.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Mekanisme dan Konsep Gangguan Kepribadian..................................................2

B. Bentuk- Bentuk Gangguan Kepribadian...............................................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................13

B. Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan mental tidak akan lepas dari gangguan kepribadian seseorang.
Kepribadian mewakili sesuatu yang unik dan menyatukan sifat stabil yang membntuk diri
seorang manusia. Setiap manusia memiliki kepribadian yang unik, berdasarkan pola
perilaku, perasaan dan cara menghadapi dunia. meskipun benar dasar- dasar kepribadian
terbentuk pada awal kehidupan seseorang, namun perubahan yang siginifikan juga bisa
terjadi di kemudian hari.

Untuk alasan ini, tentu akan menarik untuk memahami apa itu gangguan kepribadian
yang dialami oleh manusia, bagaimana cara bentuk- bentuk dan ciri- ciri manusia yang
kepribadiannya terganggu. Di sisi lain, mempelajari apa itu gangguan kepribadian
memungkinkan kita untuk lebih memahami tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga
untuk orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Mekanisme dan konsep gangguan kepribadian?


2. Apa saja bentuk- bentuk gangguan kepribadian?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mendeskripsikan Mekanisme dan konsep gangguan kepribadian.


2. Untuk Mendeskripsikan bentuk- bentuk gangguan kepribadian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mekanisme dan Konsep Gangguan Kepribadian


Kepribadian dapat di definisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-
hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinkan orang lain untuk
memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya. Dan latar belakang
kepribadian seseorang dapat terganggu oleh berbagai faktor eksternal dan internal,
gangguan yang timbul dari faktor lingkungan yang buruk atau dari truma masa lalu dapat
membuat kepribadian seseorang terganggu secara fisik maupun mental.
Gangguan kepribadian merupakan salah satu bagian dalam ilmu psikologi, studi
mengenai psikologi abnormal atau menyimpang menghadapkan seseorang pada berbagai
perilaku, pikiran, dan perasaan yang tidak biasa terjadi atau tidak normal.
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakkan pola perilaku lama (biasanya sejak masa kanak-kanak). Pola tersebut
muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari misalnya
dalam relasi sosial dan pekerjaan. Dibandingkan dengan individu yang mengalami
gangguan kecemasan, depresi, dan obsesif-kompulsif, individu dengan gangguan
kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka. Biasanya mereka menolak untuk
mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau menyangkal bahwa dirinya
memiliki suatu masalah.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-
cabik. Emosi dan perasaan mereka rusak karena mereka merasa ditolak oleh keluarga,
orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses
perkembangan jiwa remaja tersebut. Dalam hal ini, gangguan kepribadian dalam diri
seseorang juga merupakan cikalbakal yang membuahkan perilaku-perilaku menyimpang
pada penderita, dengan kata lain keduanya saling berkaitan erat satu dengan yang lain.
Seseorang yang menderita gangguan kepribadian akan mudah sekali mengekspresikan
emosi terdalamnya, bergantung pada tipe gangguan kepribadian yang dideritanya.
Fitur- fitur umum dari gangguan kepribadian yaitu :
1. Adanya persepsi dan pola pikir yang salah.
2. Adanya perilaku yang maladaptive dan tidak fleksibel.

2
B. Bentuk- Bentuk Gangguan Kepribadian
1. Gangguan Kluster A adalah gangguan kepribadian yang di tandai dengan adanya
1
perilaku ganjil dan eksentrik. Gangguan kepribadian kluster A terdiri dari:
a. Paranoid.
b. Skizoid.
c. Skizotipe.
2. Gangguan Kluster B adalah gangguan kepribadian yang ditan dai dengan adanya
perilaku dramatis, emosional, aneh dan tidak beraturan. Gangguan kepribadian
kluster B dikelompokkan men jadi empat bagian, yaitu:
a. Antisosial.
b. Ambang.
c. Histrionik.
d. Narsistik.
3. Gangguan Kluster C adalah jenis gangguan kepribadian manusia yang ditandai
dengan kecemasan dan ketakutan abnormal. Gangguan kluster C dikelompokkan
menjadi:
a. Perilaku menghindar.
b. Obsesive compulsive.

Berikut adalah penjelasan dari kelompok- kelompok gangguan kepribadian yang


sudah disebutkan diatas.

1. Dinamika Gangguan Kepribadian Kluster A


a. Gangguan Kepribadian Paranoid
Adalah gangguan kepribadian dengan perasaan curiga dan tidak percaya yang
berlebihan terhadap orang-orang di lingkungan seki tarnya ataupun orang lain
bukan di lingkungannya. Gejala-gejala psikologis dari paranoid yaitu:
1) Tidak percaya kepada orang lain akibat adanya perasaan curiga yang
berlebihan dan menganggap bahwa ada orang lain yang akan
mengeksploitasikan dirinya. 2
2) Ragu terhadap loyalitas orang lain ataupun teman-temannya. Penuh
dengan dendam atas penghinaan dan kebohongan yang pernah dialaminya.
Kondisi ini membuatnya selalu marah- marah.

1
Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Krperawatan, Jakarta:
Kencana, 2010, h. 96.

3
2
Ibid., h. 97.

4
3) Penuh dengan perasaan curiga dan selalu berulang- ulang.
4) Selalu tidak percaya atas norma- norma sehinga dia selalu menentang
norma- norma yang berlaku.
5) Interprestasi yang salah sehingga timbul perilaku agresi.
6) Penuh dengan kecurigaan yang bersifat argumentatif, keluhan, dan sikap
bermusuhan sehingga dia sensitif terhadap kritikan.

Secara umum, adapun faktor- faktor penyebab gangguan kepribadia paranoid


yaitu: 3

1) Faktor biologis, yaitu faktor yang berkaitan dengan gangguan gonotipe


keluarga.
2) Faktor sosiokultural, yaitu akibat dari pengalaman-pengalaman traumatik
unik, tuna rungu, narapidana, pengungsi, usia lanjut, ajaran keluarga dan
pola asuh yang tidak dapat diterima anak, keluarga yang bersikap waspada
yang berlebihan.
3) Faktor psikologis, yaitu adanya asumsi-asumsi atau pikiran yang keliru
tentang orang lain, orang lain dianggap dengki, pendusta, dan
mengancam, dan perilaku yang didasari asumsi yang keliru tentang orang
lain.

Sementara untuk penanganan kasus gangguan kepribadian paranoid secara


umum sulit untuk disembuhkan, karena pasien selalu curiga kepada orang lain
dan tidak mau memercayai orang serta tingkat keberhasilan sembuh penderita
paranoid sangat kecil. Adapun langkah penanganannya dapat dilakukan dengan
cara:

 Mencarikan teman yang dapat mengambangkan rasa percayanya. Misal


melalui keluarganya, temannya atau terapis yang terampil.
 Memberikan suasana kondusif.
 Mengubah keyakinan bahwa orang lain dengki terhadap dirinya.
 Menghilangkan keyakinan bahwa dirinya selalu dieksploitasi.
 Menumbuhkan kepercayaan pada orang lain.
b. Gangguan Kepribadian Skizoid

5
3
Ibid., h. 98

6
Adalah gangguan kepribadian berupa pelepasan diri dari hubungan sosial dan
ekspresi emosional yang tidak terbatas dalam hubungan interpersonal. Gejala-
4
gejala psikologis dari gangguan skizoid adalah:
1) Cenderung menyendiri dan perilaku pelepasan dalam hubungan sosial.
2) Perasaan dan sikap dingin secara emosional kepada orang lain.
3) Minimnya hubungan interpersonal dan keluarga.
4) Minat terhadap hubungan seksual sangat terbatas sekali.
5) Tidak bersahabat dan tak peduli pada pujian atau kritikan orang.

Secara umum faktor-faktor penyebab gangguan kepribadian skizoid yaitu:

1) Faktor biologis, yaitu akibat gen yang menghasilkan gangguan kepribadian


2) Faktor psikologis, yaitu akibat dari berbagai ragam emosi yang sangat
terbatas, perilaku rigid (kaku), dan ketidakmampuan untuk terlibat secara
interpersonal.
3) Faktor sosiokultural, yaitu akibat isolasi sosial, kurang memiliki
keterampilan dalam hubungan sosial dan kurang tertarik pada hubungan
dekat seperti hubungan seksual dan sosial.

Sementara cara menangani kasus gangguan kepribadian schizoid ialah lebih


banyak menekankan hubungan sosial yang lebih kondusif, menumbuhkan rasa
empati dan role playing dalam membangun hubungan sosial.

c. Gangguan Kepribadian Skizotipe


Adalah jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan adanya perasaan
tidak aman yang akut. Gejala-gejala psikologis dari gangguan kepribadian
skizotipe yaitu:
1) Sering kali terisolasi secara sosial dan berperilaku pasif.
2) Penuh rasa curiga dan memiliki keyakinan yang aneh-aneh.
3) Kurang bersahabat dengan orang lain.
4) Memiliki ideas of reference, yaitu pikiran yang tidak signifikan
berhubungan langsung dengan dirinya. Misal merasa orang lain selalu
membicarakan dirinya.
5) Memiliki magical thinking, yaitu merasa dan percaya bahwa dirinya
mampu berkomunikasi secara cenayang atau telepati. Sering mengalami

4
Teifon Davies & TKJ Craig, ABC Kesehatan Mental, Jakarta: Buku Kedokteran, 2009, h. 95

5
ilusi dan halusinasi. Sering mengalami distorsi perseptual, namun tidak
ekstrem.
6) Curiga yang berlebihan.
7) Adanya kecemasan sosial.

Adapun faktor-faktor penyebab dari gangguan kepribadian skizotipe yaitu:

1) Faktor biologis, yaitu kerentanan genetik penderita skizofrenia atau


adanya faktor keturunan dari gen orang tua skizofrenia.
2) Faktor psikologis, yaitu akibat dari keyakinan, perilaku dan cara pakaian
yang tak lazim, sikap curiga yang sangat berlebihan dan sedikit emosional,
selalu percaya bahwa kejadian-kejadian yang tidak signifikan memiliki
relevansi pribadi dengan idenya (ideas of reference) dan sering kali dia
mengalami depresi berat.

Sementara untuk menangani kasus gangguan skizotipe dapat dilakukan dengan:

 Faktor sosiokultural, yaitu menunjukkan isolasi sosial, kurang memiliki


keterampilan sosial, dan kecemasan sosial.
 Mengajarkan keterampilan hubungan sosial untuk mengurangi isolasi diri
dan kecurigaan.
 Mengurangi isolasi sosial atau membina hubungan sosial.
 Mengurangi kecurigaan kepada orang lain.
2. Dinamika Gangguan Kepribadian Kluster B
a. Gangguan Kepribadian Antisosial

Antisosial merupakan gangguan kepribadian di mana terjadi penyimpangan


perilaku dari norma-norma yang terus dilakukan dari waktu ke waktu, dan
mengarah pada perbuatan yang berpotensi membahayakan diri penderita maupun
orang lain. Dalam istilah yang lebih populer, antisosial dikenal dengan nama lain
5
psikopat atau sosiopat. Orang dengan kepribadian antisosial memiliki beberapa
ciri khas dalam perilaku dan kepribadiannya. Berikut adalah tanda dan gejala
gangguan kepribadian antisosial:

1. Sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain


2. Tidak memiliki empati atau rasa kasihan pada orang lain

5
Ibid., h. 102

6
3. Merasa lebih hebat dari orang lain
4. Manipulatif

Seseorang bisa dikategorikan mengalami gangguan semacam ini setelah


berusia di atas 18 tahun. Namun, pemberian label gangguan kepribadian
antisosial diberikan hanya jika gejala sudah muncul sebelum mereka berusia 15
tahun.

Ciri kepribadian seseorang umumnya ditentukan dari perpaduan antara emosi,


pola pikir, dan perilakunya. Untuk mengetahui mengapa seseorang menderita
gangguan kepribadian antisosial tidaklah mudah. Penyebab gangguan tersebut
sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, interaksi
dalam lingkungan, pola asuh, atau adanya kelainan pada fungsi otak di bagian
tertentu.

Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial yaitu:

a. Melewatkan masa kanak-kanak dengan ditelantarkan atau dieksploitasi


b. Berasal dari keluarga yang mengalami gangguan kepribadian antisosial,
gangguan kepribadian lainnya, atau gangguan mental
c. Memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kecilnya
d. Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau sering
menjadi korban tindakan kekerasa
b. Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan ini disebut sebagai boderline personality disorder, adalah tipe
gangguan kepribadian yang ditandai dengan:
1) Pola kehidupan jiwa yang kacau balau yang ditandai citra diri yang buruk.
2) Suasana perasaan yang tidak stabil, hampa, kurang kontrol emosi dan
keinginan untuk bunuh diri atau mutilasi diri sendiri.
3) Mudah marah yang intens ke depresi dalam waktu yang singkat.
4) Impulsivitas terhadap obat-obatan.
5) Kebosanan kronis dalam memahami identitas dirinya.
6) Mengalami gangguan makan.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kepribadian


dapat meningkatkan risiko gangguan kepribadian ambang, yaitu:

7
 Predisposisi turun temurun. Kamu mungkin berisiko lebih tinggi jika
kerabat dekat, ibu, ayah, saudara lelaki atau perempuan, memiliki kelainan
yang sama atau serupa.
 Masa kecil yang penuh tekanan. Misalnya pengalaman dilecehkan atau
diabaikan selama masa kanak-kanak.
c. Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian histrionik adalah gangguan kepribadian yang
penderitanya terlalu mencemaskan penampilan, cenderung dramatis dalam
berbicara, dan selalu mencari perhatian
Adapun faktor-faktor penyebab gangguan kepribadian tipe histrionik yaitu:
1) Faktor biologis, yaitu adanya faktor genotipe dan perpaduan antara gen
antisosial terutama pada pria.
2) Faktor psikologis, yaitu adanya keangkuhan dari self-centered, kegusaran
jika dirinya diabaikan, bicara tak jelas dan cenderunghiperbola, impulsif,
dan sulit untuk menunda kepuasan diri, dan hampir mirip dengan
gangguan antisosial. Wanita lebih banyak mengalami penderita gangguan
ini.
3) Faktor sosiokultural, yaitu kecenderungan perilaku ang terlalu di dramatis,
suka mencari perhatian, mencari persetujuan orang lain, dan suka pada
hal- hal yang menggairahkan.
Sementara untuk menangani kasus gangguan kepribadian tipehistrionik yaitu
dengan cara:
1) Pembinaan hubungan interpersonal.
2) Mengajari pasien lebih realitas antara kebutuhan dan keinginan.
3) Berfokus pada hadiah dan denda terhadap perubahan tingkah laku.
d. Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsistik adalah suatu jenis gangguan yang
memiliki karakteristik perasaan yang berlebihan akan kepentingan diri.6
Disebut juga dengan narcistic personality disorder, adalah jenis gangguan
kepribadian yang ditandai dengan adanya perilaku:
1) Membayangkan bahwa dirinya orang penting secara berlebihan.
2) Sangat berkeinginan untuk mendapatkan perhatian.
3) Tidak memiliki perasaan iba terhadap orang.

6
Wisnu Catur Bayu, Psikologi Abnormal, Pekalongan: NEM, 2022, h. 107

8
4) Tidak memiliki perasaan sensitif terhadap orang lain.
5) Membuat atribut-atribut negatif.
6) Senang mengeksploitasi orang lain untuk kepentingan dirinya.
7) Suka iri hati atau arogan terhadap keberhasilan orang lain.

3. Dinamika Gangguan Kepribadian Kluster C


a. Gangguan Kepribadian Menghindar

Gangguan kepribadian ini disebut juga avoidant personality disorder.


Gangguan kepribadian jenis ini adalah gangguan kepribadian yang
penderitanya menghindari kontak sosial, terutama dalam kegiatan baru yang
melibatkan orang asing, karena merasa takut tidak diterima atau akan
dipermalukan.7

Berikut ini beberapa gejala yang dikaitkan dengan gangguan


kepribadian menghindar:

1) Merasa sangat butuh untuk disukai orang lain


2) Anhedonia atau tidak berhasrat dalam beraktivitas
3) Merasa cemas bahwa dirinya akan mengatakan atau melakukan hal yang
salah
4) Merasakan kecemasan dalam situasi sosial
5) Menghindari konflik dan berusaha menjadi orang yang menyenangkan
6) Menghindari interaksi dalam lingkungan kerja
7) Menghindari hubungan dekat atau berbagi perasaan personal dengan
orang lain
8) Menghindari pengambilan keputusan
9) Menghindari situasi tertentu karena takut ditolak.
b. Perilaku Bergantung
Gangguan kepribadian bergantung adalah gangguan kepribadian yang
penderitanya sangat bergantung pada orang lain dalam hal apa pun, tidak
percaya diri dan merasa tidak bisa melakukan apa-apa jika sendirian, dan
tidak bisa membela diri.
Berikut beberapa tanda dan gejala umum jika seseorang memiliki
gangguan kepribadian dependen:

9
7
Herri Zan Pieter, dkk, Pengantar Psikopatologi Untu Keperawatan, Jakarta: Kencana 2011, h. 227

9
1) Kesulitan mengambil keputusan dalam hal sehari-hari. Mereka juga
cenderung selalu membutuhkan nasihat dan merasa perlu seseorang untuk
meyakinkan akan pilihan yang dibuatnya.
2) Sulit menunjukan rasa tidak setuju. Hal ini dikarenakan mereka cemas
akan kehilangan bantuan dan pengakuan dari orang lain.
3) Kurang inisiatif. Orang dengan gangguan kepribadian dependen biasanya
akan selalu menunggu orang lain untuk memintanya melakukan sesuatu
hal dan merasa tidak nyaman untuk melakukan sesuatu atas sukarela.
4) Merasa tidak nyaman saat sendiri. Mereka akan mengalami ketakutan
abnormal dan merasa tidak akan bisa melakukan sesuatu hal sendirian.
Kesendirian juga dapat membuat pengidap mengalami rasa gugup, cemas,
merasa tidak berdaya hingga memicu panic attack.
5) Sulit memulai sesuatu pekerjaan sendiri. Hal ini lebih cenderung
disebabkan oleh ketidakyakinan akan kemampuannya, dibandingkan oleh
rasa malas dan kurangnya motivasi.
6) Selalu berusaha mencari ikatan dengan orang lain, terutama ketika putus
dari suatu hubungan, karena memiliki pandangan bahwa suatu hubungan
merupakan sumber dari perhatian dan bantuan.
c. Obsesive Compulsive
Gangguan Obsesif- kompulsif (obsessive-compulsive / OCD) adalah
kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya
yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang
beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut
untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana
dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi)
yang ditindak lanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi)
untuk menurunkan kecemasannya. Gangguan obsesif kompulsif adalah
gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan
yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan
tertentu berulangulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. 8

8
Davison & Neale, J.M, Psikologi Abnormal, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h.301

1
Gangguan Obsesif Kompulsif Obsesif kompulsif adalah suatu
gangguan cemas yang ditandai dengan adanya suatu ide yang mendesak dan
adanya dorongan yang tak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu dan
dilakukan dengan berulang kali. Terdiri dari dua unsur yaitu obsesi yang
diartikan sebagai suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran serta kompulsi
yang diartikan sebagai dorongan yang tak dapat ditahan untuk melakukan
sesuatu. Dalam manifestasinya, setiap individu dapat berbeda-beda, sebagai
contoh perasaan cemas akan kebersihan dirinya, akan terwujud deengan
perilaku mencuci tangan yang berulang ulang, perasaan cemas akan keamanan
rumah tempat tinggalnya,terwujud dengan pengecekan pintu-pintu rumah
secara berulang.
Adapun gejala dari Obsesif Kompulsif adalah:
1) Disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
2) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan.
3) Bukan merupakan hal yang memberi kesenangan melainkan sebagai
pelepasan atau perasaan lega dari kecemasan jika tidak melakukan
tindakan tersebut.
4) Ada pengulangan-pengulangan baik itu pikiran maupun tindakan.
Berikut adalah penyebab gangguan Obsesif kompusilf, antara
lain:
1) Genetik (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang
mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD
(Obsesif Compulsive Disorder).
2) Organik. Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian -
bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf
seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah
satu penyebab OCD.
3) Kepribadian. Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih
cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki
kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan,
seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama
dan tidak mudah mengalah.
4) Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah
mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan

1
menunjukkan gejala OCD.

1
5) Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat
kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif
seringkali juga menunjukkan.
6) Konflik. Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi
konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara
suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif
adalah:
1) Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home,
kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya (teori ini masih dianggap
lemah namun masih dapat diperhitungkan).
2) Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi.
3) Riwayat gangguan kecemasan.
4) Depresi.
5) Individu yang mengalami gangguan seksual.

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepribadian dapat di definisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-
hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinkan orang lain untuk
memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya. Gangguan kepribadian
merupakan salah satu bagian dalam ilmu psikologi, studi mengenai psikologi abnormal
atau menyimpang menghadapkan seseorang pada berbagai perilaku, pikiran, dan
perasaan yang tidak biasa terjadi atau tidak normal.

Gangguan Keprbadian dapat di kelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Gangguan Kluster A adalah gangguan kepribadian yang di tandai dengan adanya


perilaku ganjil dan eksentrik. Gangguan kepribadian kluster A terdiri dari
paranoid, schizoid, dan skizotipe.
2. Gangguan Kluster B adalah gangguan kepribadian yang ditan dai dengan adanya
perilaku dramatis, emosional, aneh dan tidak beraturan. Gangguan kepribadian
kluster B dikelompokkan men jadi empat bagian, yaitu antisosial, ambang,
histrionic, dan narsisitik.
3. Gangguan Kluster C adalah jenis gangguan kepribadian manusia yang ditandai
dengan kecemasan dan ketakutan abnormal. Gangguan kluster C yaitu perilaku
menghindar, perilaku bergantung, dan obsessive compulsive.

B. Saran

Demikianlah makalah kesehatan mental yang telah kami paparkan. Kami menyadari
makalah jauh dari kaa sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat
memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

1
DAFTAR PUSTAKA

Davison & Neale J.M, Psikologi Abnormal, Jakarta: Rajawali Pers, 2014
Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan,
Jakarta: Kencana, 2010
Teifon Davies & TKJ Craig, ABC Kesehatan Mental, Jakarta: Buku Kedokteran, 2009
Wisnu Catur Bayu, Psikologi Abnormal, Pekalongan: NEM, 2022

Anda mungkin juga menyukai