Disusun oleh :
Nur Fatia Rahmawati (2012730072)
Pembimbing :
dr. Hj. Ni Wayan Ani P., Sp.KJ
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat dengan judul Gangguan Kepribadian Narsisistik ini. Laporan ini penulis
ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Stase Ilmu
Kesehatan Jiwa di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas selesainya laporan ini, penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Hj. Ni Wayan Ani P., Sp.KJ
yang telah memberikan persetujuan dan pembimbingan. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
1
DAFTAR ISI
A. Definisi .......................................................................................................... 4
B. Epidemiologi ................................................................................................... 5
E. Diagnosis ......................................................................................................... 8
G. Terapi ...................................................................................................... 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan kepribadian narsisistik adalah satu dari beberapa tipe kelainan kepribadian.
Kelainan kepribadian adalah kondisi ketika seseorang mempunyai sifat yang menyebabkan
mereka merasa dan berlaku sosial secara menyedihkan, membatasi kemampuan mereka untuk
berfungsi dala sebuah hubungan dan area lainnya dalam hidup mereka seperti pekerjaan dan
sekolah.
Seseorang mungkin saja tidak bahagia secara umum dan kecewa ketika tidak mendapatkan
perhatian khusus atau keistimewaan yang menurutnya layak dia terima. Orang lain mungkin saja
tidak akan nyaman berada di sekitar orang yang narsisistik dan hubungan yang terjalin pun tidak
akan terasa memuaskan. Orang yang mengalami gangguan kepribadian ini seringkali
menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan bagaimana caranya mendapatkan kekuatan atau
kesuksesan, atau mengenai penampilan mereka.
Para peneliti saat ini masih belum dapat mengetahui apa penyebab narcissistic personality
disorder. Akan tetapi ada banyak teori tentang penyebab yang mungkin dari kelainan ini, yaitu
penyebab yang berasal dari faktor biologis atau genetis, juga faktor sosial misalnya bagaimana
seseorang berinteraksi dalam usia dini dengan keluarga dan teman serta teman sebaya, dan faktor
psikologis yang berasal dari kepribadian individual serta temperamennya, yang dibentuk oleh
lingkungan serta proses belajar yang dialaminya untuk mengelola stres. Teori ini menunjukkan
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab, malahan kemungkinan penyebabnya
berasal dari gabungan unsur unsur penting dari ketiga faktor tersebut sehingga menjadi
kompleks.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya
memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal. Selain
pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang dikategorikan sebagai penyakit mental ini juga
bisa membuat penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan
orang lain. Gangguan kepribadian dibagi menjadi 3 kluster berdasarkan deskripsi
kemiripannya. Pertama adalah kluster A, seseorang dengan gangguan kepribadian
kelompok ini biasanya memiliki pemikiran dan perilaku yang aneh. Jenis-jenis gangguan
kepribadian kluster A terdiri dari paranoid, schizoid, dan gangguan kepribadian
schizotypal. Kedua adalah gangguan kepribadian kluster B. Ciri-cirinya adalah pola pikir
dan perilaku yang tidak bisa diprediksi, serta emosi yang berlebihan dan dramatis. Jenis-
jenis gangguan kepribadian kelompok B terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, batas,
histrionik, dan narsisistik. Ketiga adalah gangguan kepribadian kelompok C. Meski ciri-
ciri tiap gangguan yang masuk dalam kelompok ini berbeda-beda, ada satu komponen yang
sama, yaitu rasa cemas dan ketakutan. Gangguan kepribadian kelompok C terdiri dari
gangguan kepribadian menghindar, gangguan kepribadian dependen, dan obsesif gangguan
kepribadian kompulsif.
4
Individu dengan kelainan kepribadian narsistik menunjukkan sebuah perasaan yang
dilebih-lebihkan akan kepentingan pribadi, keasyikan dengan menjadi yang dikagumi dan
kurangnya empati tehadap perasaan orang lain (Ronningstan, 1999; Widiger & Bornstein,
2001). Ini bahwa hal yang penting dan dulu menggunakan standar diagnosa secara luas
untuk mendiagnosa pasien narsistik, grandiositi dinyatakan oleh kecenderungan yang kuat
untuk menaksir terlalu tinggi kemampuan mereka dan prestasi, sementara menaksir rendah
kemampuan dan prestasi orang lain. Perasaan mereka akan pemberian gelar atau judul
sering kali menjadi sebuah sumber keheranan terhadap orang lain, walaupun diri mereka
sendiri terlihat menghargai pengharapan berlebihan mereka sebagai selalu apa yang
mereka pantas dapatkan. Mereka berperilaku dalam cara-cara meniru (sebagai contoh,
dengan acuan diri yang konstan dan membual) untuk memperoleh tuntutan dan pengakuan
yang sangat mereka harapkan. Karena mereka percaya bahwa mereka sangat spesial,
mereka sering berpikir mereka hanya akan dimengerti hanya dengan orang yang berstatus
tinggi atau seharusnya berteman dengan orangorang yang seperti itu. Akhirnya, perasaan
mereka akan pemberian gelar atau judul juga duhubungkan dengan keengganan
memaafkan orang lain karena merasa diremehkan, dan mereka akan dengan mudah
membalas dendam (Exline, Baumeister, et al., 2004).
B. EPIDEMIOLOGI
Perkiraan prevalensi untuk tiap kelompok yang berbeda menunjukkan 5,7% untuk
kelainan pada Kluster A, untuk kelainan pada Kluster B sebesar 1,5%, untuk gangguan
pada Kluster C sebesar 6,0%, dan 9,1% untuk gangguan kepribadian lebih dari 1 Kluster.
Data dari Survei Epidemiologi Nasional 2001-2002 tentang Alkohol dan kondisi terkait
5
menunjukkan bahwa dari sekitar 15% orang dewasa di A.S. terdapat setidaknya satu orang
yang memiliki gangguan kepribadian.
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial tertinggi (lebih dari 70%) paling
banyak pada laki-laki dengan gangguan penyalahgunaan alkohol atau dari klinik
penyalahgunaan zat, penjara, dan lainnya. Prevalensi lebih tinggi lagi pada sampel yang
terkena dampak faktor sosial ekonomi (yaitu, kemiskinan) atau sosiokultural (yaitu,
migrasi) yang merugikan.
Prevalensi gangguan kepribadian narsisistik berkisar antara 0%-6,2% di dalam
sampel komunitas.
6
mencari perhatian. Apabila menjalin hubungan pertemanan, penderita gangguan ini
akan menganggap hubungan pertemanan tersebut sangat erat, meskipun orang lain
menganggapnya tidak.
7
Sosioekonomi
Gangguan kepribadian antisosial tampaknya terkait dengan rendahnya
status sosial ekonomi dan pengaturan perkotaan. Dalam menilai sifat antisosial,
sangat membantu klinisi mempertimbangkan konteks sosial dan ekonomi di mana
perilaku tersebut terjadi.
Lingkungan
Ketidakcocokan dalam hubungan orang tua-anak dengan adorasi yang
berlebihan atau kritik berlebihan yang kurang selaras dengan pengalaman anak
E. DIAGNOSIS
Kriteria gangguan kepribadian secara umum:
a. Pola tetap berupa pengalaman dan perilaku batin yang menyimpang dari harapan
budaya individu. Pola ini bermanisfestasi setidaknya 2 dari bidang:
Kognitif
Afek
Fungsi interpersonal
Kontrol impuls
b. Pola yang tidak fleksibel dan meluas dalam berbagai situasi pribadi dan sosial
c. Pola yang menunjukan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area kerja
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya
d. Pola ini stabil dan lama, dan onsetnya dapat ditelusuri kembali setidaknya untuk masa
remaja atau awal masa dewasa.
e. Pola ini tidak lebih baik dijelaskan sebagai manifestasi atau konsekuensi dari gangguan
mental lainnya.
f. Pola ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis., obat pelecehan,
pengobatan) atau kondisi medis lainnya (mis., trauma kepala)
8
yang muncul sebagai respons terhadap stresor situasional tertentu atau keadaan mental
yang lebih sementara (misalnya, gangguan bipolar, depresi, atau kecemasan; intoksikasi
bahan).
Dokter harus menilai kestabilan sifat kepribadian dari waktu ke waktu dan situasi
yang berbeda. Meskipun satu wawancara dengan individu kadang-kadang cukup untuk
membuat diagnosis, seringkali diperlukan untuk melakukan lebih dari satu wawancara dan
memberi ruang selama ini. Penilaian juga bisa diperumit oleh fakta bahwa karakteristik
yang mendefinisikan gangguan kepribadian mungkin tidak dianggap bermasalah oleh
individu (yaitu, sifatnya seringkali ego-syntonik). Untuk mengatasi kesulitan ini, informasi
tambahan dari informan lain mungkin bisa membantu.
9
F. DIAGNOSA BANDING
Gangguan kepribadian lainnya
Kelainan kepribadian lainnya mungkin rancu dengan gangguan kepribadian
narsistik karena terdapat ciri-ciri tertentu yang sama. Oleh karena itu, penting untuk
membedakan antara kelainan ini berdasarkan perbedaan ciri khasnya. Fitur yang
paling berguna dalam membedakan gangguan kepribadian narsisistik dari
gangguan kepribadian histrionik, antisosial, dan borderline, di mana gaya
interaktifnya masing-masing adalah coquettish (senang jadi pusat perhatian),
callous (tidak berempati), adalah karakteristik grandiositas dari gangguan
kepribadian narsisistik. Meskipun individu dengan gangguan kepribadian
borderline, histrionik, dan narsisistik mungkin memerlukan banyak perhatian,
mereka yang memiliki gangguan kepribadian narsistik secara khusus membutuhkan
perhatian untuk dikagumi dan dipuja.
Mania atau hipomania
Kemegahan (rasa tinggi hati) mungkin muncul sebagai bagian dari episode manik
atau hipomanik, namun hubungan dengan perubahan mood atau gangguan
fungsional membantu membedakan episode ini dari gangguan kepribadian
narsisistik.
Gangguan penyalah gunaan zat/obat
Gangguan kepribadian narsisistik juga harus dibedakan dari gejala yang mungkin
timbul terkait dengan penggunaan zat persisten.
G. TERAPI
Pengobatan untuk gangguan kepribadian narsisistik adalah terapi bicara (psikoterapi). Obat
dapat disertakan dalam perawatan Anda jika Anda memiliki kondisi kesehatan mental
lainnya.
Psikoterapi
Terapi gangguan kepribadian narsisistik berpusat pada terapi bicara, juga disebut
psikoterapi. Psikoterapi bisa membantu pasien:
- Belajar untuk berhubungan lebih baik dengan orang lain sehingga hubungan
pasien dengan orang sekitar lebih dekat, menyenangkan dan bermanfaat
10
- Pahami penyebab emosi pasien dan apa yang mendorong pasien untuk bersaing,
untuk tidak mempercayai orang lain, dan mungkin untuk membenci diri sendiri dan
orang lain
Perubahan diarahkan untuk membantu pasien menerima tanggung jawab dan
belajar untuk:
- Menerima dan memelihara hubungan baik dengan rekan kerja
- Mengenali dan menerima kompetensi dan potensi pasien yang sebenarnya
sehingga pasien dapat mentolerir kritik atau kegagalan
- Meningkatkan kemampuan pasien untuk memahami dan mengatur perasaannya
- Memahami dan mentolerir dampak dari isu-isu yang berkaitan dengan harga diri
pasien
- Melepaskan keinginan pasien untuk tujuan dan kondisi yang tidak terjangkau dan
melakukan penerimaan atas apa yang dapat dicapai
Durasi terapi dapat jangka pendek untuk membantu pasien mengatur dan
menghadapi masa stres atau krisis, atau dapat diberikan secara berkelanjutan untuk
membantu pasien mencapai dan mempertahankan tujuannya. Keterlibatan anggota
keluarga atau orang penting lainnya dalam terapi dapat membantu.
Medikasi
Tidak ada obat yang khusus digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian
narsistik. Namun, jika pasien memiliki gejala depresi, kecemasan atau kondisi lain,
obat-obatan seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan mungkin bisa
membantu.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawardhani, A.. Buku Ajar Psikiatri Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. Badan Penerbit FK UI. Jakarta
: 2010
2. Kaplan, H. I dkk. Synopsis of Psychiatry (jilid 1). Terjemahan oleh: Kusuma,Widjaja. Binarupa Aksara
Publisher. Tangerang, Indonesia, 2010.
3. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. Jakarta, 2001.
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-V-TR). 5th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2013.
13