Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2022 

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK

Disusun Oleh:

A. Muh. Nur Rahman Asiri

111 2021 2160

Pembimbing

dr. Irma Santy, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : A. Muh. Nur Rahman Asiri

Stambuk : 111 2021 2160

Judul Refarat : Gangguan Kepribadian Histrionik

Telah menyelesaikan Refarat yang berjudul “Gangguan Kepribadian Histrionik”

dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Menyetujui Makassar, Juni 2022

Dokter Pembimbing Klinik, Penulis

dr. Irma Santy, Sp.KJ A. Muh. Nur Rahman Asiri

111 2021 2160


KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka referat ini dapat

diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda

Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat-sahabatnya dan

orang-orang yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman. Referat yang

berjudul “Gangguan Kepribadian Histrionik” ini penulis susun sebagai

persyaratan untuk memenuhi kelengkapan bagian. 

Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya atas semua

bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama

penyusunan refarat ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut

penulis sampaikan kepada dr. Irma Santy, Sp.KJ sebagai pembimbing yang sangat

baik, sabar dan mau meluangkan waktunya dalam penulisan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini belum sempurna, untuk saran dan

kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan penulisan

laporan kasus ini. Terakhir penulis berharap, semoga refarat ini dapat memberikan

hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi

penulis juga.

                    Makassar, Juni 2022

               Penulis


BAB 1

PENDAHULUAN

Kesehatan mental merupakan modal utama kehidupan seorang manusia.


Tanpa mental yang sehat, seorang manusia tidak dapat melaksanakan tugas
kemanusiaannya dengan baik. Seseorang dalam keadaan kesehatan mental,
memiliki perasaan diri (sense of self) yang utuh sebagai manusia dengan
kepribadian dasar yang tunggal. Manusia yang sehat tidak hanya sehat secara
fisik, tetapi juga sehat secara psikis. Bebas dari gangguan adalah indikasi manusia
yang bermental sehat.1

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan
psikologis baik dari luar individu maupun dari dalam individu. Beberapa hal yang
menjadi penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap
gangguan jiwa ini. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia
pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat.2

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel


dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan
subjektif. Orang dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-
benar kaku terhadap situasi pribadi, hubungan dengan orang lain atau pun
lingkungan sekitarnya.3 Insiden gangguan kepribadian lebih tinggi pada laki- laki
dari pada perempuan. World Health Organization tahun 2000 menyebutkan bahwa
di seluruh dunia terdapat 45 juta orang yang menderita gangguan kepribadian.
Gangguan kepribadian tidak mendapat perhatian dan 90% diantaranya terdapat di
negara berkembang dan jumlah pasien yang paling banyak terdapat yaitu di
Western Pasifik yaitu 12,7 juta orang. Penyakit ini mempengaruhi lebih banyak
dari 1% populasi. Persentase tersebut merujuk pada 2,7 juta orang dewasa di
Amerika Serikat.4
Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu
dan cara terjadinya dimana gangguan kepribadian merupakan suatu proses
perkembangan, yang muncul ketika masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut
sampai dewasa.5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan


penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari
rata-rata orang biasanya. Selain pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang juga
dikategorikan sebagai penyakit mental ini bisa membuat penderitanya sulit untuk
merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan orang lain.6

Gangguan kepribadian histrionik, atau gangguan kepribadian dramatis,


adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan pola emosi yang berlebihan dan
perilaku mencari perhatian. Gangguan kepribadian histrionik termasuk dalam
"Cluster B" gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian Cluster B mencakup
kondisi seperti gangguan kepribadian narsistik, gangguan kepribadian ambang,
dan gangguan kepribadian antisosial. Gangguan kepribadian ini biasanya
digambarkan sebagai dramatis, bersemangat, tidak menentu, atau mudah berubah.
Secara khusus, orang dengan gangguan kepribadian histrionik biasanya hadir
sebagai genit, menggoda, menawan, manipulatif, impulsif, dan lincah.7

2.2 Epidemiologi

Sementara sekitar 9% dari populasi umum memiliki setidaknya satu


gangguan kepribadian, prevalensi gangguan kepribadian histrionik pada populasi
umum berkisar antara 2 hingga 3%. Ada kemungkinan orang memiliki lebih dari
satu gangguan kepribadian. Wanita empat kali lebih mungkin didiagnosis dengan
gangguan kepribadian histrionik daripada pria. Namun, penelitian menunjukkan
bahwa wanita mungkin terlalu didiagnosis dengan gangguan ini dibandingkan
dengan pria karena keterusterangan seksual kurang diterima secara sosial bagi
wanita. Lebih jauh lagi, laki-laki mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk
melaporkan gejala mereka dan karenanya kurang terdiagnosis. Gangguan
kepribadian histrionik cenderung bersifat ego-sintonic, artinya orang dengan
gangguan ini biasanya menganggap perilaku mereka normal dan berjuang untuk
mengidentifikasi masalah. Kurangnya wawasan ini dapat berkontribusi pada
underdiagnosis gangguan kepribadian ini sampai di kemudian hari setelah pola
perilaku secara signifikan mengganggu hubungan, pekerjaan, atau kesehatan
interpersonal.7

2.3 Etiologi
1. Berdasarakan Humanistic Perspective penderita gangguan kepribadian
histrionik memiliki self-esteem yang rendah dan sedang berjuang untuk
memberi kesan pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth
mereka. Adapun secara Interpersonal Perpective penderita gangguan
kepribadian histrionik dapat berbuat apa saja agar mendapat perhatian
sekelilingnya. Walaupun begitu, ia tidak dapat menjalin relasi mendalam
dengan lingkungannya.
2. Berdasarkan Psikodinamik, para ahli psikodinamika melihat gangguan ini
sebagai hasil dari kebutuhan-kebutuhan akan ketergantungan sangat
mendalam dan merupakan represi dari emosi, hambatan dari resolusi
setiap tahapan oral atau oedipal. Pencarian atensi berasal dari kebutuhan
untuk mendapatkan persetujuan orang lain. Kadangkala berpikir dan
kadangkala keterlibatan emosi dengan orang lain menggambarkan orang
histrionik yang merepresi kebutuhan dan perasaannya sendiri.
3. Berdasarkan Behavioral, orang dengan gangguaan ini biasanya berasal dari
keluarga yang memanjakan dan membiarkan sifat manjanya hingga
dewasa. Hal ini menjadi suatu pembiasaan sehingga terbentuk karakter
yang menetap mengenai sifat manja dan selalu ingin menjadi pusat
perhatian. Selain itu, biasanya, dalam keluarga tabu untuk mendidik atau
mengenalkan masalah sex. Selain itu, ada pndapat lain yaitu ketika masa
kanak mengalami hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis
sehingga kehilangan rasa cinta. Lalu untuk mempertahankan ketakutan
akan kehilangan yang sangat, dia bereaksi secara dramatis.
4. Berdasarkan Cognitive, para ahli kognitif berpendapat bahwa asumsi dasar
yang mengarahkan orang-orang bertingkah laku histrionik adalah “aku
tidak cukup dan tidak mampu menangani hidup dengan caraku sendiri”.
Meskipun asumsi ini dipakai untuk orang-orang dengan gangguan lain,
secara khusus yang mengalami depresi dan orang-orang histrionik
merespon asumsi ini secara lebih berbeda dibandingkan dengan gangguan
yang lain. Secara khusus, orang histrionik bekerja untuk mendapat
kepedulian dari orang lain atas dirinya dengan mencari perhatian dan
dukungan dari mereka.8

Millon dkk. (2004) menyebutkan dinamika etiologi yang dialami oleh


seseorang sehingga ia memiliki gangguan kepribadian histrionik: 

1) Genetik 
2) Jenis kelamin wanita, pria identik dengan antisocial personality
disorders.
3) Trauma masa kanak-kanak, dibentuk melalui relasi antara jenis kelamin
orang tua yang berlawanan, pengalaman masa kanak-kanak dan
konsekuensi perkembangan terhadap perkembangan psikoseksual dan
pembentukan karakter yang ada sekarang. 
4) Rendahnya fungsi mental yang berada pada tahap oral, dari tingginya
fungsi mental pada tahap perkembangan oedipal, dimana pertumbuhan
rasa keinginan seksual merupakan suatu ketidaksadaran terhadap orang
tua yang berlawanan jenis. 
5) Bermasalah pada objek relasi. 
6) Tidak terbentuknya super ego yang kuat.8

2.4 Diagnosis

Gangguan kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu


dramatis (mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik
perhatian kepada dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan
hadir dalam berbagai konteks. Adapun ciri gangguan ini antara lain sebagai
berikut:

1. Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai
ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian.
2. Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan profokasi secara
seksual yang tidak tepat (menggoda).
3. Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah.
4. Secara konsisten menggunakan penampilanfisik untuk menarik perhatian
kepada diri mereka sendiri.
5. Individu ini memiliki gaya bicara yang impresionistik dan kurang rinci.
6. Individu dengan gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara,
dan ekspresi berlebihan dari emosi.
7. Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi.
8. Menganggap hubungannya lebih intim dari realitanya.8

Gangguan Kepribadian Histrionik dapat di tegakkan dengan menggunakan


pedoman Diagnosis menurut buku PPDGJ III dan DSM V:

1. Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti


bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated);
2. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan;
3. Keadaan afektif yang dangkal dan labil;
4. Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivasi dimana pasien menjadi pusat
perhatian;
5. Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak memadai;
6. Terlalu peduli dengan daya Tarik fisik.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.9

2.5 Diagnosis Banding

Membedakan antara gangguan kepribadian histrionik dan ambang gangguan


kepribadian itu sulit, tetapi dalam kepribadian ambang gangguan, upaya bunuh
diri, difusi identitas, dan episode psikotik lebih mungkin. Meskipun kedua kondisi
dapat didiagnosis pada pasien yang sama, dokter harus memisahkan dua.
Gangguan somatisasi (sindrom Briquet) dapat terjadi dalam hubungannya dengan
gangguan kepribadian histrionik. Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan
gangguan disosiatif mungkin memerlukan diagnosis gangguan kepribadian
histrionik yang hidup berdampingan.4

Diagnosis banding untuk gangguan kepribadian histrionik meliputi


gangguan kepribadian narsistik, gangguan kepribadian ambang, gangguan
kepribadian dependen, gangguan gejala somatik, dan gangguan kecemasan
penyakit. Seperti gangguan kepribadian histrionik, pasien dengan gangguan
kepribadian narsistik lebih suka menjadi pusat perhatian. Namun, pasien dengan
gangguan kepribadian narsistik menginginkan perhatian, yang dihasilkan dari
kekaguman atau pemujaan, sedangkan orang dengan gangguan kepribadian
histrionik tidak spesifik tentang jenis perhatian yang mereka kumpulkan. Pasien
dengan gangguan kepribadian histrionik serupa dengan pasien dengan kepribadian
ambang karena kedua jenis pasien tersebut mengalami emosi yang intens; namun,
pasien dengan gangguan kepribadian ambang biasanya tidak menyukai diri
mereka sendiri. Gangguan kepribadian dependen harus dipertimbangkan dalam
diagnosis banding untuk gangguan kepribadian histrionik karena dengan kedua
gangguan kepribadian, pasien akan lebih suka berada di sekitar orang lain.
Namun, pasien dengan gangguan kepribadian dependen cenderung lebih tunduk,
dan perilaku mereka lebih terhambat karena mereka disibukkan dengan ketakutan
akan penolakan. Gangguan gejala somatik dan gangguan kecemasan penyakit juga
termasuk dalam diferensial untuk gangguan kepribadian histrionik karena pasien
dengan gangguan kepribadian histrionik dapat menggunakan gejala dan keluhan
fisik untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.7

2.6 Tatalaksana

Pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian histrionik adalah


psikoterapi. Psikoterapi suportif adalah modalitas pengobatan yang
direkomendasikan untuk pasien dengan gangguan kepribadian histrionik, karena
pendekatan ini terbukti mendorong, meyakinkan, dan tidak mengancam.
Psikoterapi suportif bertujuan untuk mengurangi tekanan emosional,
meningkatkan harga diri, dan untuk meningkatkan keterampilan koping pasien,
semua melalui mendengarkan penuh perhatian dan simpatik.7

Psikoterapi psikodinamik (juga disebut terapi berorientasi wawasan) juga


telah terbukti menjadi pendekatan yang berhasil dalam merawat pasien dengan
gangguan kepribadian histrionik. Tujuan terapi ini adalah untuk mengubah aspek
kepribadian disfungsional pasien dengan mengintegrasikan tonggak
perkembangan penting yang mungkin terlewatkan oleh pasien selama tahap
pematangan emosional sebelumnya. Psikoterapi psikodinamik bertujuan untuk
menyelesaikan konflik yang mendasari dan tidak disadari dalam upaya pasien
untuk memahami diri mereka sendiri dan perilaku mereka dengan lebih baik. Para
pasien didorong untuk mengganti ucapan yang terlalu dramatis dengan tindakan
atau perilaku yang lebih adaptif, untuk meningkatkan komunikasi yang lebih baik
dengan orang lain. Melalui psikoterapi psikodinamik, pasien belajar untuk
mengenali bahwa hiper-seksual, perilaku mencari perhatian adalah maladaptif,
dan menemukan cara baru yang lebih sehat untuk mengembangkan harga diri.7

Sementara standar emas untuk mengobati gangguan kepribadian adalah


psikoterapi, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik mungkin sangat
bergejala. Pasien mungkin mengalami disregulasi afektif, di mana mereka sering
mengalami perubahan suasana hati, kemarahan, air mata, kecemasan, dan depresi.
Meskipun tidak ada obat yang disetujui FDA untuk pengobatan gangguan
kepribadian histrionik, disregulasi afektif dapat diobati dengan antidepresan,
penstabil mood, dan antipsikotik. Antidepresan yang telah terbukti efektif
termasuk desipramine, fluoxetine, amitriptyline, dan fluvoxamine. Penelitian telah
menunjukkan bahwa antipsikotik seperti risperidone, aripiprazole, olanzapine, dan
haloperidol telah berguna dalam mengobati disregulasi afektif. Pasien dengan
gangguan kepribadian histrionik mungkin berjuang dengan kontrol impuls dan
regulasi perilaku mereka. Uji klinis telah menunjukkan bahwa penstabil suasana
hati secara khusus dapat menargetkan gejala-gejala ini.7

2.7 Prognosis
Meskipun tidak ada obat untuk gangguan kepribadian histrionik, banyak
orang yang memiliki gangguan kepribadian histrionik dapat memiliki kehidupan
yang berguna dan produktif. Pasien yang berpartisipasi dalam terapi cenderung
memiliki hasil yang lebih baik karena mereka mendapatkan wawasan tentang
kondisi dan fungsi mereka secara lebih optimal secara sosial dan pekerjaan.
Namun, orang dengan gangguan kepribadian histrionik yang parah mungkin
mengalami masalah di tempat kerja dan dalam hubungan sosial atau romantis.7
BAB 3

KESIMPULAN

Gangguan kepribadian histrionik, atau gangguan kepribadian dramatis,


adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan pola emosi yang berlebihan dan
perilaku mencari perhatian. Gangguan kepribadian histrionik termasuk dalam
"Cluster B" gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian Cluster B mencakup
kondisi seperti gangguan kepribadian narsistik, gangguan kepribadian ambang,
dan gangguan kepribadian antisosial. Gangguan kepribadian ini biasanya
digambarkan sebagai dramatis, bersemangat, tidak menentu, atau mudah berubah.
Secara khusus, orang dengan gangguan kepribadian histrionik biasanya hadir
sebagai genit, menggoda, menawan, manipulatif, impulsif, dan lincah.

Gangguan Kepribadian Histrionik dapat di tegakkan dengan menggunakan


pedoman Diagnosis menurut buku PPDGJ III dan DSM V dimana membutuhkan
paling sedikit 3 gejala. prevalensi gangguan kepribadian histrionik pada populasi
umum berkisar antara 2 hingga 3%. Ada kemungkinan orang memiliki lebih dari
satu gangguan kepribadian. Wanita empat kali lebih mungkin didiagnosis dengan
gangguan kepribadian histrionik daripada pria. Dari segi prognosis, Pasien yang
berpartisipasi dalam terapi cenderung memiliki hasil yang lebih baik karena
mereka mendapatkan wawasan tentang kondisi dan fungsi mereka secara lebih
optimal secara sosial dan pekerjaan. Namun, orang dengan gangguan kepribadian
histrionik yang parah mungkin mengalami masalah di tempat kerja dan dalam
hubungan sosial atau romantis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. 2012. Gambaran Trans Disosiatif pada mahasisiwi. Semarang :


Fakultas Ilmu Pendidikan psikologi Universitas Negeri Semarang. Viewed
15 Mei 2022 http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip
2. Hawari D. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
3. Mehta SR, et al. Early versus delayed invasive intervantion in acute
coronary syndromes. N Engl J Med 2009; 360: 2165-75
4. Kaplan HI, Saddock BJ. Sinopsis psikiatri. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit
Bina Rupa Aksara; 2005.
5. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteranjiwa. Surabaya: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga; 2004.
6. Oktavia, T.N., Satyareni, D.H., & Janah, E.N., 2015. Rancang bangun
sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan kepribadian histerik
menggunakan Metode Certainty Factor. Register : Jurnal Ilmiah Teknologi
Sistem Informasi, 1, 15–23
7. French JH, Shrestha S. Histrionic Personality Disorder. [Updated 2021 Oct
1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2022 Jan-.
8. Ramadhani, A., Yulianingsih. 2017. Gangguan Kepribadian Histrionik.
Fakultas Ilmu Psikologi. Universitas Negeri Semarang.
9. Maslim R. 2013. DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS dari
PPDGJ - III. DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA RUJUKAN RINGKAS dari PPDGJ -
III dan DSM - 5.

Anda mungkin juga menyukai