Disusun Oleh:
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka referat ini dapat
diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda
orang-orang yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman. Referat yang
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan refarat ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut
penulis sampaikan kepada dr. Irma Santy, Sp.KJ sebagai pembimbing yang sangat
baik, sabar dan mau meluangkan waktunya dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini belum sempurna, untuk saran dan
laporan kasus ini. Terakhir penulis berharap, semoga refarat ini dapat memberikan
hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis juga.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
1. Berdasarakan Humanistic Perspective penderita gangguan kepribadian
histrionik memiliki self-esteem yang rendah dan sedang berjuang untuk
memberi kesan pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth
mereka. Adapun secara Interpersonal Perpective penderita gangguan
kepribadian histrionik dapat berbuat apa saja agar mendapat perhatian
sekelilingnya. Walaupun begitu, ia tidak dapat menjalin relasi mendalam
dengan lingkungannya.
2. Berdasarkan Psikodinamik, para ahli psikodinamika melihat gangguan ini
sebagai hasil dari kebutuhan-kebutuhan akan ketergantungan sangat
mendalam dan merupakan represi dari emosi, hambatan dari resolusi
setiap tahapan oral atau oedipal. Pencarian atensi berasal dari kebutuhan
untuk mendapatkan persetujuan orang lain. Kadangkala berpikir dan
kadangkala keterlibatan emosi dengan orang lain menggambarkan orang
histrionik yang merepresi kebutuhan dan perasaannya sendiri.
3. Berdasarkan Behavioral, orang dengan gangguaan ini biasanya berasal dari
keluarga yang memanjakan dan membiarkan sifat manjanya hingga
dewasa. Hal ini menjadi suatu pembiasaan sehingga terbentuk karakter
yang menetap mengenai sifat manja dan selalu ingin menjadi pusat
perhatian. Selain itu, biasanya, dalam keluarga tabu untuk mendidik atau
mengenalkan masalah sex. Selain itu, ada pndapat lain yaitu ketika masa
kanak mengalami hubungan dengan orang tua yang tidak harmonis
sehingga kehilangan rasa cinta. Lalu untuk mempertahankan ketakutan
akan kehilangan yang sangat, dia bereaksi secara dramatis.
4. Berdasarkan Cognitive, para ahli kognitif berpendapat bahwa asumsi dasar
yang mengarahkan orang-orang bertingkah laku histrionik adalah “aku
tidak cukup dan tidak mampu menangani hidup dengan caraku sendiri”.
Meskipun asumsi ini dipakai untuk orang-orang dengan gangguan lain,
secara khusus yang mengalami depresi dan orang-orang histrionik
merespon asumsi ini secara lebih berbeda dibandingkan dengan gangguan
yang lain. Secara khusus, orang histrionik bekerja untuk mendapat
kepedulian dari orang lain atas dirinya dengan mencari perhatian dan
dukungan dari mereka.8
1) Genetik
2) Jenis kelamin wanita, pria identik dengan antisocial personality
disorders.
3) Trauma masa kanak-kanak, dibentuk melalui relasi antara jenis kelamin
orang tua yang berlawanan, pengalaman masa kanak-kanak dan
konsekuensi perkembangan terhadap perkembangan psikoseksual dan
pembentukan karakter yang ada sekarang.
4) Rendahnya fungsi mental yang berada pada tahap oral, dari tingginya
fungsi mental pada tahap perkembangan oedipal, dimana pertumbuhan
rasa keinginan seksual merupakan suatu ketidaksadaran terhadap orang
tua yang berlawanan jenis.
5) Bermasalah pada objek relasi.
6) Tidak terbentuknya super ego yang kuat.8
2.4 Diagnosis
1. Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai
ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian.
2. Penampilan dan perilaku mereka sering melakukan profokasi secara
seksual yang tidak tepat (menggoda).
3. Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah.
4. Secara konsisten menggunakan penampilanfisik untuk menarik perhatian
kepada diri mereka sendiri.
5. Individu ini memiliki gaya bicara yang impresionistik dan kurang rinci.
6. Individu dengan gangguan ini ditandai dengan dramatisasi diri, sandiwara,
dan ekspresi berlebihan dari emosi.
7. Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi.
8. Menganggap hubungannya lebih intim dari realitanya.8
2.6 Tatalaksana
2.7 Prognosis
Meskipun tidak ada obat untuk gangguan kepribadian histrionik, banyak
orang yang memiliki gangguan kepribadian histrionik dapat memiliki kehidupan
yang berguna dan produktif. Pasien yang berpartisipasi dalam terapi cenderung
memiliki hasil yang lebih baik karena mereka mendapatkan wawasan tentang
kondisi dan fungsi mereka secara lebih optimal secara sosial dan pekerjaan.
Namun, orang dengan gangguan kepribadian histrionik yang parah mungkin
mengalami masalah di tempat kerja dan dalam hubungan sosial atau romantis.7
BAB 3
KESIMPULAN