Anda di halaman 1dari 22

RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

TERAPI MUSIK PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN

Dosen Pengampu : Ns. Siti Nurjanah, M. Kep., Sp. Kep. J

Clinical Instructure : Ns. Lani Cahyati, S.kep

Disusun Oleh :

1. Isty Alifurochmah 2311040003


2. Siti Nur Anisa 2311040034
3. Zulfa Nur Faiqoh 2311040044
4. Septian Reza Perdana 2311040047
5. Annisa Dyah Kurnia 2311040081

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

BEKERJASAMA DENGAN RSUD BANYUMAS

2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan kelompok ini. Sehingga
Makalah terapi aktivitas kelompok terapi musik dangdut di ruang Sadewa RSUD Banyumas
dapat tersusun dengan baik. Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok
dalam praktik program pendidikan ners stase keperawatan jiwa di Ruang Sadewa RSUD
Banyumas.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya dukungan, bantuan, bimbingan, nasihat dan do’a yang menyertai dari berbagai pihak
selama proses penyusunan laporan kelompok ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
terlibat.

Banyumas, 12 Januari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

A. TOPIK .................................................................................................................................... 4
B. TUJUAN ................................................................................................................................. 4
C. LANDASAN TEORITIS ....................................................................................................... 4
D. KLIEN .................................................................................................................................... 9
E. PENGORGANISASIAN ..................................................................................................... 10
F. PROSES PELAKSANAAN ................................................................................................ 12
G. EVALUASI HASIL ............................................................................................................. 15
H. LAMPIRAN ........................................................................................................................ 19
I. DOKUMENTASI KEGIATAN .......................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………………21
A. TOPIK

Terapi musik dangdut pada pasien halusinasi pendengaran


B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
a) Klien dapat menerapkan strategi pelaksanaan Halusinasi secara fisik dan
sosial dalam mengontrol Halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat berespon terhadap musik yang diberikan.
b. Klien dapat mengontrol meningkatkan komunikasi dan mengungkapkan
perasaan
c. Klien dapat menceritakan perasaanya setelah mendengarkan musik
d. Klien dapat mendistraksi halusinasi melalui musik.

C. LANDASAN TEORITIS

Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon


neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi sensori
sebagai hal yang nyata dan meresponnya (Pardede, 2020) Dampak yang
ditimbulkan dari adaya halusinasi adalah kehilangan Social diri, yang mana dalam
situasi ini dapat membunuh diri, membunuh orang lain, bahkan merusak
lingkungan. Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia 90 % pasien mengalami
halusinasi. Dimana 70% diantaranya mengalami halusinasi pendengaran, 20%
mengalami halusinasi penglihatan dan 10% adalah halusinasi penghidu,
pengacapan dan perabaan. Halusinasi biasanya muncul sebagai dampak dari
proses yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi
dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang yang berdampak panjang
karena tidak di tanganai dengan baik (Pardede & Siregar, 2016). Menurut Livana
(2020) bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami
halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan
bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan
merusak lingkungan Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi,
dibutuhkan penanganan yang tepat. Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi,
semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat untuk membantu pasien agar
dapat mengontrol halusinasinya.
Halusinasi yang dialami seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor
predisposisi dan presipitasi klien.
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjangan
jangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

5
Sedangkan faktor presipitasi klien dengan halusinas, antara lain:
1. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan yang nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993)
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi yaitu :
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
sama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap kekuatan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia

6
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
contoh diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi spritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia
sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi
lemah dalam upaya memjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk
Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d. Disorientasi
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran
g. Alur pikiran kacau
h. Respon yang tidak sesuai
i. Menarik diri
j. Sering melamun
Salah satu pendekatan psikososial yang digunakan pada pasien halusinasi
pendengaran adalah terapi musik. Terapi musik bertujuan untuk menciptakan
perubahan perilaku dan suasana hati serta meningkatkan kualitas hidup dengan

7
mengurangi stres, nyeri, kecemasan, dan isolasi (Ucan & Ovayolu,2006). Hasil
penelitian yang menyelidiki efek musik pada pasien skizofrenia mengungkapkan
bahwa musik memiliki efek rehabilitatif pada penderitanya, dan gejala halusinasi
serta gejala lainnya menurun secara signifikan.
Terapi musik dianggap sebagai salah satu jenis rehabilitasi psikososial
dan, bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan, dapat memperbaiki gejala
skizofrenia kronis secara positif. Hal ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan fungsi kognitif, meningkatkan keterampilan, memperkuat ego
pasien, dan memberikan ekspresi emosional pada pasien skizofrenia. Dengan
demikian, hal ini dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan fisiologis dan
psikologis pasien (Hayashi et al.,2002; Ulrich, Houtman, & Emas, 2007).
Terjadinya kecemasan pada skizofrenia dapat menyebabkan peningkatan
halusinasi. Oleh karena itu, mendengarkan musik dapat bermanfaat untuk
menghilangkan pikiran dan perasaan negatif akibat efek relaksasi dari musik.
Dalam konteks ini, musik dangdut digunakan sebagai salah sau
pengobatan dalam terapi musik pasien halusinasi pendengaran. Musik dangdut
adalah pembentukan sebuah kata yang menirukan bunyi gendang yaitu “dang”
dan “dut” dengan suatu ungkapan dan perasaan, musik dangdut memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap semua kalangan diberbagai daerah
khususnya di Indonesia yang didominasi dengan irama tarian dan joget dengan
ciri khas yang sangat popular (Cikita, 2016). Terapi musik dangdut adalah upaya
dengan menggunakan musik dangdut dengan cara terapeutik untuk memelihara
kesehatan pasien (Djohan, 2005; Cikita, 2016). Kelebihan dari terapi musik
dangdut yaitu dilihat dari respon pasien. Respon pasien terhadap musik dangdut
lebih besar dibandingkan jenis musik lain (pop, rock, cmpur sari, klasik, dll)
karena musik dangdut banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat diberbagai
kelas sosial, teks lagunya juga ringan dan mudah untuk dipahami dan dinikmati
(Imanti, 2012).
Penelitian oleh Simatupang et.al (2019) terkait intervensi pemberian terapi
musik dangdut pada pasien halusinasi menunjukan adanya pengaruh terapi musik
dangsut terhadap penurunan halusinasi pendengaran. Hal ini disebabkan

8
terjadinya pengalihan perhatian pasien dari suara halusinasinya terhadap suara
musik dangdut yang didengarnya. Menurut Wahyuni et al (2011), keyakinan
tentang kekuatan dan kekuasaan halusinasi akan melemah ketika pasien dilatih
strategi koping untuk mengontrol halusinasi secara konsisten Penelitian lain
dilakukan oleh Alfionita (2016), bertujuan menstabilkan emosi pada pasien
skizofrenia dengan terapi musik dangdut di RSJD Surakarta, didapatkan ada
penurunan tingkat emosi yang lebih bermakna dengan menggunakan terapi musik
dangdut dibandingkan dengan jenis musik lain, musik dangdut dengan tempo 60-
70 bpm mampu memberikan efek yang positif bagi perkembangan sosial dan
psikologis pasien seperti menstabilkan emosi, melatih beradaptasi,
mengembalikan kepercayaan diri, mampu berkomunikasi, bersosialisasi dan
berinteraksi serta meningkatkan gairah untuk hidup di lingkungan masyarakat.
Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi dibutuhkan penangan
yang tepat. Dengan banyaknya kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa peran
perawat nntuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasi (Maulana,
Hernawati & Shalahuddin, 2021). Upaya yang dilakukan untuk menangani klien
halusinasi adalah dengan memberikan tidakan keperawatan yaitu membantu
pasien mengenali halusinasi, isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon
klien saat halusinasi muncul (Hulu,2022)

D. KLIEN

1. Karakteristik/Kriteria
b) Klien dengan halusinasi pendengaran
c) Klien kooperatif
d) Halusinasi terkontrol
e) Bicara jelas

2. Proses seleksi
f) Klien sudah berada di ruang J, K, L
g) Klien tidak sedang pada fase manik

9
h) Klien mampu berkomunikasi dan menjawab pertanyaan

E. PENGORGANISASIAN

1. Waktu
Tanggal : 12 Januari 2023
Hari : Jum’at
Jam : 09.00-10.00 WIB
Waktu yang dibuutuhkan untuk tiap langkah tindakan:

Fase orientasi : 15 menit


Fase kerja : 35 menit
Fase teriminasi : 10 menit
2. Tim terapis:
Leader : Septian Reza Perdana
a) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi ktivitas kelompok
menyiapkan laporan kegiatan TAK
b) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
Co-Leader : Isty alifurrochmah
a) Mendampingi Leader
b) Menjelaskan aturan permaian
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
d) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah di buat
e) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi

10
Fasilitator : Siti Nur Anisa, Zulfa Nur Faiqo
a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung Ikut serta dalam
kegiatan kelompok
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
Observer : Annisa Dyah Kurnia
a) Mengobservasi jalannya proses kegitan
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatanberlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses ,
hingga penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan.
3. Metode
Metode yang digunakan dalam TAK adalah diskusi tentang halusinasi
pendengaran, melatih cara mengontrol halusasi, dilanjutkan dengan
melaksankan terapi musik.
4. Alat dan Bahan
- Speaker
- Handphone
- Lagu/music

11
5. Setting tempat

L CL

P F

P P

P P

F P

Keterangan:
L : leader
CL : Co leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Peserta

F. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam perkenalan
- Salam mulai dari terapis
- Memperkenalkan nama dan panggilan terapis
- Berkenalan setiap anggota kelompok
b. Penjelasan tujuan dan aturan main
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan aturan main, yaitu:

12
- Jika ada peserta yan akan meninggalkan kelompok harus izin pada
pemimpin TAK
- Lama kegiatan 60 menit
- Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Permainan dilakukan dengan mendengarkan musik terlebih dahulu
kemudian menjelaskan isi lagu
- Jika peserta merasa kurang jelas dengan penjelasan leader, dapat
menanyakan pada leader dengan menunjuk tangan terlebih dahulu
2. Kerja
a. Tempat duduk dibuat berbentuk lingkaran
b. Co leader menjelaskan lagu akan diputar dan boleh bertepuk tangan atau
boleh menari sesuai dengan irama lagu. Setlah lagu selesai peserta
diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan peserya setelah
mendengar lagu.
c. Fasilitator memutar lagu, peserta mendengarkan, boleh berjoget atau
tepuk tangan (kurang lebih 10 menit). Musik yang diputar boleh diulang
beberapa kali. Observer mengobservasi respons peserta terhadap musik.
d. Secara bergiliran, peserta diminta menceritakan isi lagu/mengungkapkan
perasaannya selam dirawat, sampai semua peserta mendapatkan giliran.
e. Co leader memberikan pujian pada setiap peserta menceritakan
perasaannya dan mengajak peserta lain bertepuk tangan.
f. Terapis dan peserta bernyannyi bersama
g. Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama kelompok
h. Fasilitator memberikan snack kepada klien
i. Fasilitator membagikan hadiah kepada klien sebagai apresiasi setelah
mengikuti kegiatan TAK
3. Terminasi
a. Evaluasi respon suyektif klien
- Co leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
terapi musik

13
b. Evaluasi respon obyektif klien (observasi perilaku klien selama kegiatan
dikaitkan dengan tujuan)
- Co leader menanyakan pada klien manfaat dari terapi musik
- Observer memperhatikan perilaku klien selama terapi musik, apabila
ada gerakan atau perilaku berbeda selama terapi.
c. Tindak lanjut (apa yang dapat klien laksanakan setelah TAK)
- Leader mengajurkan klien untuk sering bersosialiasi, selalu
bekerjasama dan memasukkan kegiatan mengontrol halusinasi ke
dalam kegiatan harian sebanyak 2x dalam sehari
- Menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang disukai dan
bermakna dalam kehidupannya
d. Kontrak yang akan datang
- Mengakhiri dan mengingkatkan kepada klien untuk melakukan
kegiatan harian yang biasa dilakukan di ruang sadewa

14
G. EVALUASI HASIL
1. Proses
Nama Keaktifan Focus Kooperatif Penyampaian
isi lagu
Saripin Klien kurang Klien lebih Klien Klien bercerita
aktif selama banyak kurang tentang salah
kegiatan, melamun dan kooperatif satu lagu
klien perlu kurang focus selama namun
distimulasi terhadap kegiatan, pembicaraan
oleh perintah klien kurang jelas
fasilitator berjoget serta tidak
jika ada sesuai dengan
ajakan isi lagu
M. Ali Klien aktif Klien focus Klien Klien dapat
selama terhadap kooperatif menceritakan
kegiatan, permainan selama tentang lagu
klien mau kegiatan, yang
untuk klien malu dinyanyikan
bernyanyi untuk dengan baik
berjoget
dan hanya
mengikuti
bernanyi
secara lirih
Riko Klien kurang Klien mudah Klien Klien
aktif dalam terdistrkasi kurang meninggalkan
kegiatan, oleh orang- kooperatif tempat
klien orang yang selama kegiatan
meninggalkan lewat kegiatan sebelum
tempat disekitarnya kegiatan
sebelum selesai

15
kegiatan
selesai
Amir Klien kurang Klien sering Klien Klien tidak
aktif dalam melamu dan kooperatif dapat bererita
kegiatan kurang focus selama tentang isi
kegiatan, lagu, klien
klien mau Nampak
bernanyi bingung dan
satu lagu bicara lambat
dan
berjoget
Alip Klien aktif Klien dapat Klien Klien dapat
dalam focus selama kooperatif dapat
kegiatan dan permainan dan selama menveritakan
mau memperhatikan kegiatan, tentang isi lsgu
bernyanyi aturan kegiatan klien aktif dengan baik
dengan untuk
microphone meminta
request
lagu
Uswatun Klien aktif Klien focus Klien Klien mau
dalam terhadap kooperatif bercerita dan
kegiatan kegiatan dan selama menyampaikan
bisa mengikuti kegiatan, isi laguo
tata tertib klien aktif
kegiatan untuk
berjoget
dan mau
bernanyi
Bersama
Saeful Klien kurang Klien kurang Klien Klien tidak

16
aktif dalam focus dalam kooperatif maui bercerita
kegiatan kegiatan dan selama tentang lagu
beberapa kali kegiatan, yang
melamun namun dideangarkan
hanya mau
duduk dan
malu untuk
bernanyi

2. Hasil
Nama Reaksi Klien Tingkat Kesenangan
Saripin Klien antusias dalam mengikuti Klien mengatakan menjadi
kegiatan terapi music, klien perlu gembira dan bahagia
dibantu dorongan untuk bisa mengikuti terapi music
menjawab pertanyaan dan Bersama teman-teman
melaksanakan perintah kegiatan
M. Ali Klien antusias selama kegiatan Klien mengatakan menjadi
TAK, klien nampak berjoget lebih bahagia dan menjadi
ketika ada lagu tidak bosan karena ada
kegiatan terapi music
Riko Klien nampak kurang aktif dalam Klien nampak lebih
kegiatan, klien meninggalkan pendiam dan kurang aktif
kegiatan sebelum selesai
Amir Klien mengatakan menjadi lebih Klien mengatakan senang
semangat dan senang setelah ikut bisa mengikuti kegiatan
kegiatan terapi musik TAK dan ingin ikut
kegiatan terapi music lagi
Alip Klien antusias selama kegiatan, klien mengatakan senang
klien mengatakan kegiatannya selama mengikuti kegiatan
sangat membantu klien agar TAK
terhibur dan tidak bosan selama di

17
rumah sakit
Uswatun Klien nampak antusias selama Kliwn mengatakan
kegiatan TAK, klien malu untuk kegiatan TAK terapi
banyak berjoget karena music membantu klien
Perempuan sendiri, klien nampak menjadi lebih semangat di
bisa mengikuti untuk bernanyi pagi hari dan perasaan
sendiri menjadi lebih bahagia
Saeful Klien antusias sela kegiatan , Klien mengatakan lebih
klien kurang banyak dalam semangata dan gembira
berbicara dan menggunakan setelah mengikuti kegiatan
isyarat nonverbal ketika TAK
menjawab pertanyaan

18
H. LAMPIRAN
1. Absensi

No Nama Kamar Tanda Tangan


1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

6. 6.

7. 7.

8. 8.

9. 9.

10 10

11. 11.

12. 12.

2. Lampiran observasi
Setiap peserta dapat berkenalan masing-masing dan menyebutkan nama
lengkap serta nama panggilan dengan baik. Klien mau bernanyi Bersama dan
ada klien yang mau untuk maju bernanyi. Klien nampak berjoget dan
mengikuti lagu dengan baik. Klien kurang aktif ketika lagu yang diputar
adalah lagu yang tidak diketahui dan tidak hapal. Masing-masing klien dapat
menceritakan tentang isi lagu yang telah dinyanyikan Bersama, klien dapat
bercerita sesuai isi lagu. Beberapa klien nampak ekspresif selama kegiatan
dan berjoget, beberapa klien lebih banyak melamun dan perlu stimulant untuk
bisa mengikuti kegiatan. Satu klien tidak mau melanjutkan kegiatan dan

19
meminta balik ke ruangan karena merasa bosan dan kurang tertarik dengan
terapi music.

I. Dokumentasi Kegiatan

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Cahayatiningsih, D., & Rahmawati, A. N. (2023). Studi kasus implementasi bercakap-cakap


pada pasien halusinasi pendengaran. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 5(2), 743–
748. https://doi.org/10.37287/jppp.v5i2.1571

Charisma, A. M., Anwari, F. A., & Farida, E. A. (2022). Meningkatkan fungsi kognitif orang
dengan gangguan jiwa melalui terapi musik dangdut stimulasi kognitif di Puskesmas
Trosobo. Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), 41–44.
https://doi.org/10.55784/jompaabdi.vol1.iss2.76

Ernia, N., Diah, I., & Risnawati, R. (2020). Hubungan dukungan instrumental keluarga dengan
kepatuhan kontrol pasien orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Jurnal Ilmiah Karya
Kesehatan, 01(1), 1–7.

Puspitosari, W. A., Isnanda, R. G., & Wardaningsih, S. (2023). Meningkatkan fungsi kognitif
orang dengan skizofrenia melalui remidiasi kognitif. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat MEMBANGUN NEGERI, 7(2), 1–13. https://doi.org/10.35326/pkm.v7i2.868

Zulfah, M. A., Aisa, A., Sa’adah, R. A., & Sholihah, F. N. (2020). Penyuluhan tentang
permainan asah otak bagi ODGJ ( orang dalam gangguan jiwa ) di Desa Brodot Jombang.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Pendidikan, 1(1), 7–10.

22

Anda mungkin juga menyukai