Anda di halaman 1dari 20

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PRESEPSI :

HALUSINASI DI RUANG RAWAT HELIKONIA


RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI KLATEN

Disusun Oleh: Kelompok O

1. Arifi Dwi Nugroho, S.Kep 220300874


2. Nurdila Fajrianti, S.Kep 220300903
3. Nadhia El Fauz, S.Kep 220301027
4. Rr Agustin Adelia Sujarwati, S.Kep 220300912

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul “ Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi “.
Dalam menyelesaikan Proposal ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang penyusun miliki, penyusun menyadari bahwa proposal ini
masih jauh dari sempurna.
Selanjutnya penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini. Apabila banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi penulis
mohon maaf sebesar- besarnya. Semoga proposal ini bermanfaat dan berguna bagi
yang membacanya.

Klaten, 13 Febuari 2023

Penulis
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PRESEPSI : HALUSIANASI

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sebagai kondisi suatu sindrom ataupun pola
psikologis ataupun perilaku yang penting dimana secara klinik dialami
individu serta dikaitkan dengan keberadaan distres misalnya gejala nyeri
atau disabilitas meliputi terjadinya kerusakan pada satu ataupun lebih area
fungsi yang vital atau disertai meningkatnya resiko terjadinya kematian
menyakitkan. Fungsi kejiwaan terdiri dari proses dalam berpikir, keadaan
emosi, kemauan terhadap sesuatu, perilaku psikomotor, dan cara berbicara.
Bentuk gangguan jiwa salah satunya adalah skizofrenia yang ada di
seluruh dunia. Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan berat dimana
mempengaruhi pikiran dan perasaan serta perilaku seseorang.
Diagnosa medis yang mungkin muncul yaitu skizofrenia,
penaganan diagnosa keperawatan yang harus mendapatkan intervensi
keperawatan diantaranya : gangguan presepsi sensori : halusinasi ,
gangguan proses pikir : waham, isolasi sosial, menarik diri, harga diri
rendah dan lainya. Dalam diagnosa keperawatan gangguan presepsi
sensori : halusinasi untuk meningkatkan produktivitas pasien dengan
gangguan jiwa salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi
Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan
mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJD Dr. RM
Soedjarwadi, Klaten, Jawa Tengah khususnya Ruang Helikonia sebagian
besar pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi.
B. Landasan Teori
1. Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi ialah terjadinya gangguan dalam persepsi seseorang
dimana sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi dipersepsikannya
terjadi. Dipaparkan Muhith (2015).
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
respons neurobiologis maladaptive .Halusinasi biasanya muncul
pada pasien gangguan jiwa diakibatkan terjadinya perubahan
orientasi realita,pasien meraskan stimulasi yang sebetulnya tidak
ada.halusinasi penglihatan dan pendengaran yang merupakan
gejala dari early psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia
remeja akhir atau dewasa awal,bingung peran yang berdampak
pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan konsop diri
dan menarik diri dari lingkungan sosial yang lambat laun membuat
penderita menjadi asik dengan hayalan dan menyebabkan
timbulnya halusinasi. (Ervina,2018).
b. Penyebab
Akibat halusinasi berupa hilangnya kontrol diri individu. Juga
akan muncul panik dan pengendalian perilaku oleh halusinasi.
Pada keadaan begitu pasien berpotensi bunuh diri suiside,
membunuh orang lain homicide, serta pengrusakan lingkungan.
Perlu penanganan halusinasi segera dan tepat, guna memperkecil
dampak yang ditimbulkan, dengan langkah awal bina hubungan
percaya melalui komunikasi.
Dampak yang muncul akibat gangguan halusinasi adalah
hilangannya control diri yang menyebabkan seseorang menjadi
panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi.Dalam situasi
ini penderita halusinasi dapat melakukan tindakan merusak
lingkungan,mencelaki orang lain,bahkan melakukan bunuh diri
agar tidak berdampak buruk maka penderita halusinasi harus
segera ditangani secara tepat.(Sunarwanto,2017).
c. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien menurut
(Oktiviani, 2020) :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke
ruangan lain
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1) Faktor predisposisi pasien halusinasi menurut
(Oktiviani,2020 ) :
a) Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan Tugas perkembangan pasien
terganggu misalnya rendahnya control dan kehangatan
keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil,mudah frustasi,hilang percaya diri.jika tugas
perkembangan menemui hambatan dan hubungan
interpersonal terputus, individu akan merasa social dan
cemas (Zelika & Dermawan, 2015).
2. Faktor sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima
dilingkungan sejak bayi akan merasa disingkirkan,
kesepian,dan tidak percaya pada lingkungan. Faktor
berbagai masyarakat dapat merasa dikucilkan.
3. Biologi Faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya gangguan jiwa.adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivitasnya neurotransmitter otak. Hal ini berdampak
pada terjadinya gangguan jiwa, jika seseorang mengalami
sosial yang berlebihan (Sutejo, 2020).
4. Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanngung
jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.
Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan psien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya,pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam khayal. Hubungan
interpersonal tidak harmonis, dan biasanya seseorang
menerima berbagai peran yang kontradiktif, yang akan
menimbulkan banyak social dan kecemasan, serta
berujung pada hancurnya orientasi realitas (Dermawan,
2016).
5. Sosial Budaya Meliputi pasien mengalami interaksi social
dalam fase awal dan comfortin,pasien menganggap bahwa
hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan.pasien asyik dengan
Halusinasinya,seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi social,control diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Faktor berbagi dalam masyarakat dapat membuat orang
merasa kesepian di likungan mereka yang luas (Sutejo,
2020)
6. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang labil yang dirawat di
rumah sakit.
7. Faktor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah, diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
2) Faktor Presipitasi Menurut Prabowo (2014) faktor presipita
dapat meliputi:
a) Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik
otak,yang mengatur proses informasi serta abnormalitas
pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon
individu dalam menanggapi stressor.
2. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi
a. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas
mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan
pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi


dibagi dalam 5 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap -
cakap
dengan orang lain
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal
5. Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh
minum obat
b. Tujuan TAK
TAK Stimulasi Persepsi bertujuan agar pasien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat dan dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus
yang dialami dan dapat membantu pasien mengenali dan
mengontrol gangguan halusinasi yang dialaminya (Haryana 2015).
c. Manfaat TAK
Manfaat terapi aktivitas kelompok menurut Yosep (2011) terdiri
dari:
1) Manfaat secara umum
a. Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam
mengontrol halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
2) Manfaat khusus
a) Pasien dapat mengenal halusinasi.
b) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
c) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
d) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
e) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh
minum obat.
b.
d. Pelaksanaan TAK
1) Sesi yang digunakan
a) Sesi I : Klien mengenal halusinasi
b) Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2) Karakteristik dan seleksi pasien
Karakteristik pasien
a. Pasien yang memiliki masalah gangguan presepsi sensori :
halusinasi
b. Pasien yang tidak memiliki gangguan fisik
Proses seleksi pasien
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK,
meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana
kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok
3) Kriteria Hasil
a. Evaluasi Struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup
dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi
terhadap kegiatan
2. Posisi tempat dilantai  
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
5. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan
sebagaimana mestinya.
b. Evaluasi Proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari
awal hingga akhir.
2. Leader mampu memimpin acara.
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan
dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil
pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai
evaluator kelompok
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal
hingga akhir
c. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
1. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa
yang dilihat
2. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
dan menghardik halusinasi.
e. Tugas dan wewenang
1. Tugas Leader
a) Memimpin acara
b) Menjelaskan tujuan kegiatan, proses kegiatan, peraturan
dan harapan dari kegiatan
c) Memberikan motifasi ke peserta TAK
d) Mengarahkan acara
e) Memberikan reinforcement positif kepada pasien
2. Tugas Co- Leader
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang tugas
3. Tugas fasilitator
a) Ikut serta dalam kegiatan TAK
b) Memastikan lingkungan dan situasi kondusif bagi pasien
c) Memberikan motifasi kepada pasien untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan TAK
d) Mendamping pasien dalam proses TAK
e) Memfasilitasi media dan alat bahan yang dibutuhkan
dalam kegiatan TAK
4. Tugas observer
a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
angota kelompok denga evaluasi kelompok
5. Tugas pasien
a) Mengikuti seluruh kegiatan TAK
b) Berperan aktif dalam jalanya kegiatan TAK
f. Peraturan kegiatan
a. Pasien diharapkan mengikuti jalanya kegiatan TAK dari awal
hingga akhir
b. Pasien dilarang meninggalkan ruangan TAK sebelum TAK
selesai
c. Bagi pasien yang hendak izin ke toilet harus izin ke leader
d. Bagi pasien yang tidak mengikuti peraturan akan diberi sanksi
lisan
g. Pelaksanaan kegiatan
Sesi I
Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Presepsi Sensori
Sasaran : Pasien Dengan Masalah Gangguan Presepsi
Sensori : Halusinasi Sesi I dan Sesi II
Hari/tanggal : Senin, 20 Februari 2023
Waktu : 09.00-selesai
Tempat : Ruang TAK di Ruang Helikonia
Terapis :
Leader : Nurdila Fadjriani
Co Leader : Nadhia El Fauz
Fasilitator : Arifi Dwi nugroho
Observer : Rr Agustin Adelia Sujarwati

Setting : Terapis dan paasien duduk secara melingkar

MAP :

Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Observer
: Pasien

Alat dan media : Papan nama, lembar jadwal harian


Metode : Diskusi dan tanya jawab
Proses Pelaksanaan
a. Salam terapeutik
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur
(beri papan nama)
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua
klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu mengenal suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada leader
4) Lama kegiatan 45 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap kerja
Sesi I: Mengenal halusinasi
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
mengenal suara-suara  yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan
klien pada saat halusinasi muncul
2) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu
terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di whiteboard
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan
perasaan klien dari suara yang biasa didengar
Sesi II : Menghardik Halusinasi
1) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi
sampai semua pasien mendapat giliran
2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
3) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi pada saat halusinasi muncul
4) Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu:
”Pergi, pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
5) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi
6) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
e. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah menikuti TAK
b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaan jika halusinasi muncul
3. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap
b) Menyepakati waktu dan tempat
Formulir Terapi aktivitas kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi

Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)


Kemampuan Personal/Halusinasi
No Nama Klien Menyebut Isi Menyebutkan Waktu Menyebutkan Situasi Menyebutkan
Halusinasi Terjadi Halusinasi Halusinasi Muncul perasaan saat
Halusinasi
1
2
3
4
5

Petunjuk:
a.  Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b.  Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri
tanda √  jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi
No Nama Pasien
Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan cara yang selama ini


digunakan untuk mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan efektivitas cara yang
digunakan
3 Menyebutkan cara mengatasi
halusinasi dengan menghardik
4 Memperagakan cara menghardik
halusinasi

Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b.  Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas
cara yang digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri
tanda √  jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Kemampuan Non Verbal

Nama pasien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Mengikuti kegiatan
hingga selesai

Observasi pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Stimulasi Presepsi : halusinasi
1.

3.

4.

5.

Observer :

Rr Agustin Adelia Sujarwati


DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi dkk, (2021) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Stimulus


Persepsi Sesi 1-3 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skizofernia. Jurnal Photon Vol.12 No.1
DOIhttps://doi.org/10.37859/jp.v12i1.3271

Tiomarlina,dkk, (2022). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi


Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau.

Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep.
(2004). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Anna Keliat. 2011. “Terapi Aktivitas Kelompok(TAK),” 126. Aristina Halawa.


2015. “Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi.

Ellina, Agusta Dian. 2012. “Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (Tak) Stimulasi
Persepsi Sessi 1-3 Terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pada
Pasien Skizofrenia Hebefrenik. Jakarta.” STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan
1 (1): 56–62.

Emilyani, Desty. 2015. “Peningkatan Kemampuan Mengendalikan Halusinasi


Pada Pasien Skizofrenia Dengan Tak” 3 (2): 159–68.

Haryana, K M Syarif. 2015. “TAK Stimulus Persepsi, Di Ruang Flamboyan,


Rumah Sakit Jiwamenur, Surabaya” 2 (1): 14–21.

Muhammad Qodir, Aksi, Ns Anjas Surtiningrum, Ulfa Nurullita, Ilmu


Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, Dosen STIKES Telogorejo
Semarang, and Dosen Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013.
Sihotang,

Ledy Gresia. 2010. “RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN.

Suryanti., Vevi, Rumah Sakit, rawat inap Provinsi, Terapi Arjuna, Kelompok
Stimulasi, Persepsi Halusinasi, and Kemampuan Mengontrol . jambi : stikes
baiturahman Halusinasi. 2017. “Pengaru Tak Stimulasi Persepsi Halusinas
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi. Jambi” 6 (2): 174–83.

Anda mungkin juga menyukai