Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul “ Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi “.
Dalam menyelesaikan Proposal ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang penyusun miliki, penyusun menyadari bahwa proposal ini
masih jauh dari sempurna.
Selanjutnya penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini. Apabila banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi penulis
mohon maaf sebesar- besarnya. Semoga proposal ini bermanfaat dan berguna bagi
yang membacanya.
Penulis
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PRESEPSI : HALUSIANASI
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sebagai kondisi suatu sindrom ataupun pola
psikologis ataupun perilaku yang penting dimana secara klinik dialami
individu serta dikaitkan dengan keberadaan distres misalnya gejala nyeri
atau disabilitas meliputi terjadinya kerusakan pada satu ataupun lebih area
fungsi yang vital atau disertai meningkatnya resiko terjadinya kematian
menyakitkan. Fungsi kejiwaan terdiri dari proses dalam berpikir, keadaan
emosi, kemauan terhadap sesuatu, perilaku psikomotor, dan cara berbicara.
Bentuk gangguan jiwa salah satunya adalah skizofrenia yang ada di
seluruh dunia. Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan berat dimana
mempengaruhi pikiran dan perasaan serta perilaku seseorang.
Diagnosa medis yang mungkin muncul yaitu skizofrenia,
penaganan diagnosa keperawatan yang harus mendapatkan intervensi
keperawatan diantaranya : gangguan presepsi sensori : halusinasi ,
gangguan proses pikir : waham, isolasi sosial, menarik diri, harga diri
rendah dan lainya. Dalam diagnosa keperawatan gangguan presepsi
sensori : halusinasi untuk meningkatkan produktivitas pasien dengan
gangguan jiwa salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi
Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan
mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJD Dr. RM
Soedjarwadi, Klaten, Jawa Tengah khususnya Ruang Helikonia sebagian
besar pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi.
B. Landasan Teori
1. Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi ialah terjadinya gangguan dalam persepsi seseorang
dimana sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi dipersepsikannya
terjadi. Dipaparkan Muhith (2015).
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
respons neurobiologis maladaptive .Halusinasi biasanya muncul
pada pasien gangguan jiwa diakibatkan terjadinya perubahan
orientasi realita,pasien meraskan stimulasi yang sebetulnya tidak
ada.halusinasi penglihatan dan pendengaran yang merupakan
gejala dari early psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia
remeja akhir atau dewasa awal,bingung peran yang berdampak
pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan konsop diri
dan menarik diri dari lingkungan sosial yang lambat laun membuat
penderita menjadi asik dengan hayalan dan menyebabkan
timbulnya halusinasi. (Ervina,2018).
b. Penyebab
Akibat halusinasi berupa hilangnya kontrol diri individu. Juga
akan muncul panik dan pengendalian perilaku oleh halusinasi.
Pada keadaan begitu pasien berpotensi bunuh diri suiside,
membunuh orang lain homicide, serta pengrusakan lingkungan.
Perlu penanganan halusinasi segera dan tepat, guna memperkecil
dampak yang ditimbulkan, dengan langkah awal bina hubungan
percaya melalui komunikasi.
Dampak yang muncul akibat gangguan halusinasi adalah
hilangannya control diri yang menyebabkan seseorang menjadi
panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi.Dalam situasi
ini penderita halusinasi dapat melakukan tindakan merusak
lingkungan,mencelaki orang lain,bahkan melakukan bunuh diri
agar tidak berdampak buruk maka penderita halusinasi harus
segera ditangani secara tepat.(Sunarwanto,2017).
c. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien menurut
(Oktiviani, 2020) :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke
ruangan lain
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1) Faktor predisposisi pasien halusinasi menurut
(Oktiviani,2020 ) :
a) Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan Tugas perkembangan pasien
terganggu misalnya rendahnya control dan kehangatan
keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil,mudah frustasi,hilang percaya diri.jika tugas
perkembangan menemui hambatan dan hubungan
interpersonal terputus, individu akan merasa social dan
cemas (Zelika & Dermawan, 2015).
2. Faktor sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima
dilingkungan sejak bayi akan merasa disingkirkan,
kesepian,dan tidak percaya pada lingkungan. Faktor
berbagai masyarakat dapat merasa dikucilkan.
3. Biologi Faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya gangguan jiwa.adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivitasnya neurotransmitter otak. Hal ini berdampak
pada terjadinya gangguan jiwa, jika seseorang mengalami
sosial yang berlebihan (Sutejo, 2020).
4. Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanngung
jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.
Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan psien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya,pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam khayal. Hubungan
interpersonal tidak harmonis, dan biasanya seseorang
menerima berbagai peran yang kontradiktif, yang akan
menimbulkan banyak social dan kecemasan, serta
berujung pada hancurnya orientasi realitas (Dermawan,
2016).
5. Sosial Budaya Meliputi pasien mengalami interaksi social
dalam fase awal dan comfortin,pasien menganggap bahwa
hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan.pasien asyik dengan
Halusinasinya,seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi social,control diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Faktor berbagi dalam masyarakat dapat membuat orang
merasa kesepian di likungan mereka yang luas (Sutejo,
2020)
6. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang labil yang dirawat di
rumah sakit.
7. Faktor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah, diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
2) Faktor Presipitasi Menurut Prabowo (2014) faktor presipita
dapat meliputi:
a) Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik
otak,yang mengatur proses informasi serta abnormalitas
pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon
individu dalam menanggapi stressor.
2. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Presepsi : Halusinasi
a. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas
mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan
pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
MAP :
Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Observer
: Pasien
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri
tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi
No Nama Pasien
Aspek yang dinilai
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas
cara yang digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri
tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
Kemampuan Non Verbal
Nama pasien
No Aspek yang dinilai
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Mengikuti kegiatan
hingga selesai
3.
4.
5.
Observer :
Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep.
(2004). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Ellina, Agusta Dian. 2012. “Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (Tak) Stimulasi
Persepsi Sessi 1-3 Terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pada
Pasien Skizofrenia Hebefrenik. Jakarta.” STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan
1 (1): 56–62.
Suryanti., Vevi, Rumah Sakit, rawat inap Provinsi, Terapi Arjuna, Kelompok
Stimulasi, Persepsi Halusinasi, and Kemampuan Mengontrol . jambi : stikes
baiturahman Halusinasi. 2017. “Pengaru Tak Stimulasi Persepsi Halusinas
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi. Jambi” 6 (2): 174–83.