Anda di halaman 1dari 58

KASUS LONGCASE

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY D DENGAN


HALUSINASI

Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Koordinator : Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep
Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Annisa A’in, S.Kep., M.Kep
Dosen Pembimbing Klinik : Ns. Novika Purwanti, S.Kep

NURLIA
P1908116

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUSI TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga dengan limpahan rahmat dan karunia- nya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.D
Dengan Diagnosa Halusinasi” Tugas ini dibuat berdasarkan bermacam sumber buku–buku
refrensi, media elektronik, dan dari hasil pemikiran sendiri.
Selama penyusunan tugas ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu berbagai penyusunan mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep Selaku dosen koordinator stase keperawatan jiwa di
ITKES Wiyata Husada Samarinda

2. Ns. Anisa A’in, S.Kep., M.Kep Selaku dosen pembimbing akademik stase keperawatan
jiwa di ITKES Wiyata Husada Samarinda

3. Ns. Novika Purwanti, S.Kep Selaku dosen pembimbing klinik stase keperawatan jiwa di
ITKES Wiyata Husada Samarinda

4. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penyusun baik
bersifat moril maupun material.

Samarinda, November 2020

Nurlia
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberi asuhan
keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia,
proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban
dalam melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan. Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah
sakit umum ditemukan bahwa kemampuan perawat menuliskan asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60 % yang memenuhi
kriteria. Sementara profesi lain menganggap penggunaan proses keperawatan
akan menyita banyak waktu dan kertas sehingga sehingga tidak efektif dan efdesien.
Kondisi ini tidak mengurangi semangat para perawat untuk membuktikan bahwa proses
keperawatan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, tanggung jawab perawat,
otonomi perawat dan kepuasan perawat.
Menurut National institute of mental health gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa
dari tahun ke tahun di berbagai negara. Proses keperawatan merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis dan teratur. Perawat jiwa dituntu memiliki
kejelian yang dalam saat melakukan asuuhan keperawtan . proses keperawatan jiwa
dimulai dari pengkajian (termasuk analisa data dan pembuatan pohon masalah),
perumusan diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka penyusun tertarik untuk mengangkat
rumusan masalah apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada individu yang
mengalami gangguan jiwa. bagaimana proses asuhan keperawatan jiwa, pohon masalah,
intervensi, implementasi dan evaluasi yang harus dilakukan oleh seorang perawat jiwa
B. Tujuan
Tujuan dalam laporan ini adalah
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Halusinasi pada pasein yang mengalami
gangguan jiwa
2. Untuk mengetahui proses keperawatan jiwa yang meliputi analisa data, perumusan
diagnosa keperawatan, membuat pohon masalah serta intervensi keperawatan.

C. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan bacaan bagi pembaca
guna menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman mengenai proses keperawatan
jiwa yang meliputi analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, membuat pohon
masalah serta intervensi keperawatan.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Masalah utama
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Individu menginterpretasikan stresor yang
tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori (halusinasi) bisa
juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsang dari luar meliputi semua sistem
pengindraan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan)
(Cook & Fontaine dalam Fitria, 2016)

2.Tanda dan gejala


a. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa
sesuatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak
mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi,
berganti pakaian dan berhias yang rapi.
e. Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan,
ketakutan, mudah.
f. Tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan
kacau dan tidakmasuk akal, banyak keringat.
3. Rentang Respons Neurobiologi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan
gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respons
neorobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang respons halusinasi
mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi. Rentang respons neorobiologi yang
paling adaptif adalah adanya pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang
harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif adalah adanya waham,
halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neorobiologi.

4. Penyebab
Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan
b. Faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya. Misalnya terdapat konflik yang berhubungan dengan RAS
dalam lingkungan tempat tinggal seseorang
c. Faktor biokimia
Faktor biokimia memiliki pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon
dan dimethytrasnferase (DMP).
d. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realita.
e. Faktor genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman,
tantangan atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi objek yang ada di lingkungan
dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik
5. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain


Effect

Cor Problem
Perubahan sensori persepsi

Cause
Isolasi sosial : menarik diri

6. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Pendengaran (auditorik)
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2
orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.
1) Akoasma : suara-suara kacau balau yang tidak dapat dibedakan
dengan jelas
2) Phonema : suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti berasal dari
manusia, sehingga mendengar kata atau kalimat tertentu
b. Penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidung (olfactory)
Membaui bau-bauan tertenru seperti bau darah, urine atau feces.
Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
d. Pengecapan (gaustatory)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces.
e. Perabaan (tactile)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas,
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine
g. Kinesthetic
Klien merasakan pergerakan sementara klien hanya berdiri tanpa
bergerak. Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari
tubuhnya, mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Hal ini
sering terjadi pada penderita Schizopphrenia dan pencandu narkoba
h. Halusinasi Autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
i. Halusinasi Haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi di mana seolah-olah tubuh
penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain.
Seringkali halusinasi haptik bercorak seksual dan sangat sering dijumpai
pada pecandu narkoba
j. Halusinasi Hipnogogik
Halusinasi yang terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang
terjadi saat peergantian antara waktu tidur dan waktu bangun

7. Fase-Fase Halusinasi
a. Tahap I (Non-Psikotik)
Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Karakteristik :
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan

2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan


3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih adalah dalam kontrol
kesadaran
Perilaku yang muncul :

1) Tersenyum atau tertawa sendiri


2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi

b. Tahap II (Non-Psikotik)

Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami


tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat
menyebabkan antipasti.
Karakteristik :
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
2) Perhatian terhadap lingkungan menurun
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun
4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan
realita
c. Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2) Isi halusinasi menjadi atraktif
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori (halusinasi) berakhir
Perilaku yang muncul :
1) Klien menuruti perintah halusinasi
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
5) Klien tampak tremor dan berkeringat

d. Tahap IV (Psikotik)

Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik
Perilaku yang muncul
1) Risiko tinggi mencederai
2) Agitasi/kataton
3) Tidak mampu merespon rangsangan yang ada

8. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Masalah keperawatan
1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
3) Isolasisosial : menarikdiri
b. Data yang perlu dikaji
1) Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya. Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandang antar jam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.

2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi


Data Subjektif :
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d) Klien merasa makan sesuatu
e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

a) Klien berbicara dan tertawa sendiri


b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d) Disorientasi
3) Isolasisosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
D. Rencana Tindakan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan persepsi sensori Persepsi Manajemen
: halusinasi (D. 0085) Sensori (L. Halusinasi (I. 09288)
Definisi: 13124)
Tidak mampu Kriteria Hasil: Tindakan:
mempertahankan keutuhan 1. Verbalisasi 1. Monitor
persepsi terhadap identitas mendengar perilaku yang
diri kan bisikan mengidentifikas
2. Verbalisasi i halusinasi
Penyebab: melihat 2. Monitor dan
1. Gangguan bayangan sesuaikan
penglihatan 3. Verbalisasi tingkat aktifitas
2. Gangguan merasakan dan stimulus
pendengaran melalui lingkungan
3. Gangguan indra 3. Monitor isi
penghiduan penciuman halusinasi
4. Gangguan perabaan 4. Verbalisasi misal,
5. Penyalahgunaan zat merasakan kekerasan atau
6. Usia lanjut melalui membahayakan
Gejala mayor indra diri
Subjektif: pengecap 4. Pertahankan
Persepsi terhadap diri 5. Perilaku lingkungan
berubah, bingung dengan halusinasi yang aman
nilai-nilai budaya, tujuan 6. Menarik 5. Diskusikan
hidup, jenis kelamin atau diri perasaan dan
nilai-nilai ideal 7. Melamun respon
Objektif: 8. Respons halusinasi
Perilaku tidak konsisten sesuai
hubungan yang tidak efektif, stimulus
strategi koping yang tidak
efektif Keterangan:
1: menurun
2 : cukup
menurun
3: sedang
4 : cukup
meningkat
5 : meningkat
2 Isolasi Sosial (D.0121) Keterlibatan Terapi
Definisi: Sosial Aktivitas(I.05185)
Kemampuan untuk (L.13115) Definisi:
membina hubungan yang Definisi: Menggunakan aktifitas
erat, hangat, terbuka dan Kemampuan fisik, kognitif, sosial
interdependen dengan orang untuk membina dan spiritual tertentu
lain. hubungan yang untuk memulihkan
erat hangat, keterlibatan frekuensi,
Penyebab: terbuka dan atau durasi aktifitas
1. Keterlambatan independen individu atau kelompok
perkembangan dengan orang
2. Ketidakmampuan lain. Tindakan:
menjalin hubungan Kriteria Hasil: 1. Identifikasi defisit
yang memuaskan 1. Minat tingkat akivitas
3. Ketidaksesuaian interaksi 2. Identifikasi
minat dengan tahap 2. Verbalisasi kemampuan
perkembangan isolasi beradaptasi
4. Perubahan 3. Minat 3. Identifikasi sumber
penampilan fisik terhadap daya untuk aktifitas
5. Perubahan status aktivitas yang diinginkan
mental 4. Afek 4. Monitor respon
murung/sedi emosional, fisik
Gejala Mayor: h sosial dan spiritual
Subjektif: 5. Perilaku terhadap aktifitas
merasa ingin sendiri dan bermusuhan 5. Fasilitasi focus
merasa tidak aman di tempat 6. Perilaku pada kemampuan
umum tujuan bukan defisit yang
Objektif: 7. Kontak mata dialami
Menarik diri tidak 6. Koordinasi
berminat/menolak orang Keterangan: pemilihan aktifitas
lain atau lingkungan 1: menurun sesuai kemampuan
2 : cukup 7. Libatkan keluarga
Gejala minor: menurun dalam aktivitas
Subjektif: 3: sedang 8. Jadwalkan aktivitas
Merasa berbeda dengan 4 : cukup dalam rutinitas
orang lain, merasa asyik meningkat sehari-hari
dengan pikiran sendiri 5 : meningkat
Objektif:
Afek datar, afek sedih,
riwayat ditolak, menunjukan
permusuhan, tidak mampu
memenuhi arahan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PASIEN HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran

Hari/Tanggal : Selasa / 17 November 2020

Pertemuan 1

SP : 1 (Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara –


cara mengontrol halusinasi, mangajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama :menghar

Inisial Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan sering mendengar suara suara bisikan
 Klien mengatakan suara – suara itu sering muncul apalagi di malam hari dan
saat klien sedang sendiri
 Klien mengatakan sudah kurang lebih 7 hari tidak tidur

Data Objektif :
 Klien tampak sedih dan ingin menangis
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak tersenyum dan tertawa sendiri
 Klien bicara tidak jelas
 Klien tampak gelisah

b. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


pendengaran

c. Tujuan Khusus:
 Verbalisasi mendengar bisikan cukup menurun
 Menarik diri cukup menurun
 Melamun cukup menurun
 Curiga cukup menurun
 Mondar mandir cukup menurun
 Konsentrasi cukup membaik
 Orientasi cukup membaik

d. Tindakan :
(Rencana)
Manajemen Halusinasi (I. 09288)
Observasi
1. Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi
2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)
Teraupetik
4. Pertahankan lingkungan yang aman
5. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
6. Diskusikan perasaan atau respons terhadap halusinasi
Edukasi
7. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi
9. Anjurkan melakukan distraksi
10. Anjurkan pasien dan keluarga mengontrol halusinasi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
- Salam Terapeutik
Selamat pagi pak

- Memperkenalkan diri
Perkenalkan nama saya Nurlia biasa dipanggil Lia. Nama bapak siapa? Senang
dipanggil apa ?

- Membuka pembicaraan dengan topik umum


Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan nya saat ini?

- Evaluasi/validasi
Baiklah bagaimana kalau kita bercakap cakap mengenai suara – suara yang
selama ini sering bapak dengar tapi tidak tampak wujudnya

- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Baiklah bapak kita akan bercakap – cakap melalui video call ini ya. Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

b. Kerja

”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat
bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
” Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap cakap dan memperagakan
latihan tadi?

- Evaluasi Objektif
Apakah bapak masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di
peragakan sekali lagi ?

- Rencana Tindak Lanjut


Nah ini kita latih terus ya pak. Kalau bapak mendengar suara – suara itu
muncul lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? Mari kita masukkan kegiatan
latihan menghardik kedalam jadwal kegiatan harian ya.

- Kontrak Yang Akan Datang (Waktu,Tempat, Topik)


Bagaimana kalau kita bertemu lagi lain waktu untuk mengendalikan suara –
suara dengan cara yang kedua ya pak.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran

Hari/Tanggal : Rabu/18 November 2020

Pertemuan 2

SP : 2 (Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara yang


kedua : bercakap – cakap dengan orang lain)

Inisial Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan sering mendengar suara suara yang menyuruhnya pergi
 Klien mengatakan suara – suara itu sering muncul apalagi di malam hari dan
saat klien sedang sendiri

Data Objektif :
 Klien tampak sedih dan ingin menangis

b. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran

c. Tujuan Khusus:
 Verbalisasi mendengar bisikan cukup menurun
 Mondar mandir cukup menurun
 Konsentrasi cukup membaik
 Orientasi cukup membaik
d. Tindakan : (Rencana)

Manajemen Halusinasi (I. 09288)


Observasi
1. Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi
2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)
Teraupetik
4. Pertahankan lingkungan yang aman
5. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
6. Diskusikan perasaan atau respons terhadap halusinasi
Edukasi
7. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi
9. Anjurkan melakukan distraksi
10. Anjurkan pasien dan keluarga mengontrol halusinasi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
- Salam Terapeutik
Selamat pagi Bapak

- Memperkenalkan diri
Masih ingat dengan saya? Ya, benar nama saya Lia ya.

- Membuka pembicaraan dengan topik umum


Bagaimana perasaan saudara R hari ini? Apakah suara – suara itu masih
muncul?
- Evaluasi/validasi
Apakah sudah pakai cara – cara yang sudah kita latih? Berkurang kah suara –
suara nya?

- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Sesuai janji kita kemarin saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi yang kedua yaitu dengan cara dengan orang lain. Kita latihan
melalui zoom ini ya. Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

b. Kerja
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak R mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya ibu, bapak atau
saudara, bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan saya soalnya saya sedang dengar
suara-suara. Begitu pak, Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya pak!”

c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita memperagakan cara bercakap cakap
dengan orang lain?

Jadi sudah ada berapa cara yang bapak R Pelajari untuk mencegah suara –
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini bila bapak R mendengar suara – suara
yang tidak ada wujudnya ya.

- Evaluasi Objektif
Apakah bapak R masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di
peragakan sekali lagi ?
- Rencana Tindak Lanjut
Nah ini kita latih terus ya bapak. Kalau bapak mendengar suara – suara itu
muncul lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihan mau latihan bercakap - cakapnya?
Mari kita masukkan kegiatan latihan bercakap – cakap dengan orang lain
kedalam jadwal kegiatan harian ya. Nah, nanti di lakukan secara teratur ya

- Kontrak Yang Akan Datang (Waktu,Tempat, Topik)


Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk mengendalikan suara – suara dengan
cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?

Baik nanti kita bertemu lagi ya kalua ada waktu selama 15 menit untuk melatih
cara mengendalikan suara – suara dengan cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal. Sampai jumpa nanti ya, selamat siang pak.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran

Hari/Tanggal : Kamis/19 November 2020

Pertemuan 3

SP : 3 (Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara yang


ketiga : melakukan kegiatan harian dan berdoa)

Inisial Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan sering mendengar suara suara yang menyuruhnya pergi
 Klien mengatakan suara – suara itu sering muncul apalagi di malam hari dan
saat klien sedang sendiri

Data Objektif :
 Klien tampak sedih dan ingin menangis

b. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran

c. Tujuan Khusus:
 Verbalisasi mendengar bisikan cukup menurun
 Mondar mandir cukup menurun
 Konsentrasi cukup membaik
 Orientasi cukup membaik
d. Tindakan : (Rencana)

Manajemen Halusinasi (I. 09288)


Observasi
1. Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi
2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)
Teraupetik
4. Pertahankan lingkungan yang aman
5. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
6. Diskusikan perasaan atau respons terhadap halusinasi
Edukasi
7. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi
9. Anjurkan melakukan distraksi
10. Anjurkan pasien dan keluarga mengontrol halusinasi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
- Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak

- Memperkenalkan diri
Masih ingat dengan saya? Ya, benar nama saya Lia ya.

- Membuka pembicaraan dengan topik umum


Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara – suara itu masih muncul?
- Evaluasi/validasi
Apakah sudah pakai cara – cara yang sudah kita latih? Berkurang kah suara –
suara nya?

- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara ketiga untuk mengontrol halusinasi
yang ketiga yaitu dengan cara dengan orang lain. Kita latihan melalui zoom ini
ya. Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

b. Kerja
“Cara ketiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
melakukan kegiatan harian dan berdoa. Kegiatan apa saja yang biasa bapak
lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai
didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita
latih dua kegiatan hari ini (merapikan tempat tidur dan menyapu). Bagus sekali
bapak bisa lakukan. Jika suara itu muncul lagi bapak juga dapat berdoa. Kegiatan
ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan

c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.

- Evaluasi Objektif
Apakah bapak masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di
peragakan sekali lagi ?
- Rencana Tindak Lanjut
Nah ini kita latih terus ya pak. Kalau bapak mendengar suara – suara itu
muncul lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihan mau latihan melakukan kegiatan
hariannya? Nah, nanti di lakukan secara teratur ya

- Kontrak Yang Akan Datang (Waktu,Tempat, Topik)


Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk mengendalikan suara – suara dengan
cara yang keempat yaitu dengan minum obat secara teratur? Nanti kalua ada
waktu kita bercakap-cakap lagi melalui zoom. Berapa lama kita akan berlatih?
Bagaimana kalau 15 menit?

Baik kita bertemu lagi ya nanti 15 menit untuk melatih cara mengendalikan
suara – suara dengan cara yang keempat yaitu minum obat secara teratur .
Sampai jumpa nanti ya, selamat pagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran

Hari/Tanggal Rabu/20 November 2020

Pertemuan 4

SP : 4 (Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara yang


keempat : minum obat secara teratur)

Inisial Klien : Tn. R

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan suara – suara itu sering muncul apalagi di malam hari dan
saat klien sedang sendiri
 Klien mengatakan tiap ada suara yang memerintahkan nya klien menuruti
perintah itu secara tidak sadar

Data Objektif :
 Klien tampak sedih dan ingin menangis

b. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran

c. Tujuan Khusus:
 Verbalisasi mendengar bisikan cukup menurun
 Mondar mandir cukup menurun
 Konsentrasi cukup membaik
 Orientasi cukup membaik
d. Tindakan : (Rencana)

Manajemen Halusinasi (I. 09288)


Observasi
1. Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi
2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)
Teraupetik
4. Pertahankan lingkungan yang aman
5. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
6. Diskusikan perasaan atau respons terhadap halusinasi
Edukasi
7. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi
9. Anjurkan melakukan distraksi
10. Anjurkan pasien dan keluarga mengontrol halusinasi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
- Salam Terapeutik
Selamat pagi pak.

- Memperkenalkan diri
Masih ingat dengan saya? Ya, benar nama saya Lia ya.

- Membuka pembicaraan dengan topik umum


Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara – suara itu masih muncul?
- Evaluasi/validasi
Apakah sudah pakai cara – cara yang sudah kita latih? Berkurang kah suara –
suara nya?

- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Sesuai janji kita saya akan latih cara keempat untuk mengontrol halusinasi
yang keempat yaitu dengan minum obat. Kita latihan melalui zoom ini ya. Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

b. Kerja

Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) ini yang putih Haldol dua kali
sehari ya jam 7 pagi dan jam 7 malam gunanya untuk agar pikiran tenang, ini
Seroquel 2 kali sehari gunanya untuk menghilangkan suara – suara ya dan ini
Diazepam dua kali juga dalam sehari fungsinya sama agar pikiran lebih tenang ya.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari”
c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap mengenai minum
obat secara teratur? Bisa sebutkan apa saja fungsi minum obat? Boleh kah
putus obat bila sudah tidak mendengar suara – suara?

Jadi sudah ada berapa cara yang bapak Pelajari untuk mencegah suara – suara
itu? Bagus, cobalah keempat cara ini bila bapak mendengar suara – suara yang
tidak ada wujudnya ya.

- Evaluasi Objektif
Apakah bapak masih ingat obat – obat tadi? Coba tunjuk yang mana
haloperidol? Bagus yaa

- Rencana Tindak Lanjut


Nah ini kita latih terus ya pak. Kalau bapak mendengar suara – suara itu
muncul lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya.

- Kontrak Yang Akan Datang (Waktu,Tempat, Topik)


Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk mengevaluasi apa yang sudah kita
pelajari? Mau dimana? Mau kapan? Bagaimana kalau besok pukul 8?

Baik kita bertemu lagi ya jam 8 besok nanti selama 15 menit untuk
mengevaluasi 4 cara mencegah suara – suara yang sudah kita pelajari. Sampai
jumpa Pak.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
UNTUK KELUARGA PASIEN HALUSINASI

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang


dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.

Orientasi:
“Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan bantuan
apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu Bk/Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada.”
“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut
antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar
suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat
kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat
secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang
orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk
mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu
dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu
menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk punggung
anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat
bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara
itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, D”
”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya
ajarkan” ”Bagus Pak/Bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
anak Bapak/Ibu?”
“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu”
”Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Assalamu’alaikum
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.

Orientasi:
“Assalammualaikum”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”
”Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu yang
sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”.
”mari kita datangi Anak bapak/Ibu”
Kerja:
”Assalamu’alaikum D” ”D, Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-
suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk mempraktekkan
cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara
atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang,
coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang D alami seperti yang sudah
kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D mengusir suara dengan menutup
telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana D? Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin
melihat jadwal harian D. (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian)
Baiklah, sekarang saya dan orang tua D ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu bila anak
Bapak/Ibu mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan
harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan di rumah. Jam berapa Bapak/Ibu bisa datang?
Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi
“Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang
ketemu untuk membicarakan jadual D selama dirumah”
“Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
D?” “Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di ruang perawat!”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba Bapak/Ibu
lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?”Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan
dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
dan bapak selama di rumah.Misalnya kalau B terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari rumahBapak/Ibu, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D selama di rumah
Terminasi :
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat D
di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya untuk
dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami
akan siapkan D untuk pulang”
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Narasi Kasus :
Ny.D usia 61 tahun dibawa ke RSJ tanggan 12 oktober 2020 pukul 08:00 karena tampak
bingung, mondar mandir, kadang tampak berbicara dan senyum sendiri saat dilakukan
pemeriksaan diruang IGD didapatkan hasil TD 143/88 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit,
Temp 36,1oc.
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

Ruang rawat : Tanggal dirawat : 12 Oktober 2020

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.D (P) Tanggal Pengkajian : 24 November 2020
Umur : 61 tahun No. Rekam Medik : 0000000000
Informan : Tn. R (Pengurus yayasan)

II. ALASAN MASUK


Klien di bawa kerumah sakit karena tampak bingung, mondar mandir, kadang tampak berbicara
dan senyum sendiri.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? √ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya :
Berhasil Kurang Berhasil √ Tidak Berhasil
3. Pelaku / Usia Korban /Usia Saksi / Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga

Masalah Keperawatan:
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Perubahan proses keluarga.
Respons pascatrauma.
Risiko tinggi kekerasan.
Tindak kriminal
Jelaskan No 1, 2, 3 : klien tidak pernah mengalami sebagai pelaku, korban maupun saksi
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ya √Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/Perawatan
Masalah Keperawatan:
Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
Koping keluarga inefektif: gangguan koping.
Potensial untuk pertumbuhan koping keluarga.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : -

IV. FISIK
1. Tanda Vital TD : 143/88 mmHg N : 80x/I S : 36,1oc P : 20x/i

Masalah Keperawatan:
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
Perubahan proses keluarga.
Respons pascatrauma.

2. Ukuran TB : 160cm BB : 65kg


3. Keluhan Fisik : tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
Hipotermia. Perubahan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan tubuh.
Hipertermia. Kerusakan menelan.
Defisit volume cairan. Perubahan eliminasi feses.
Kelebihan volume cairan. Perubahan pola eliminasi urine.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (lihat petunjuk)

Keterangan :
: laki – laki
: Perempuan

: Klien
: Meninggal
: Tinggal Serumah
Jelaskan : klien memiliki 4 orang anak tetapi sejak 4 tahun yang lalu klien tinggal dipanti.

Masalah Keperawatan:
Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
Koping keluarga inefektif: gangguan koping.
Potensial untuk pertumbuhan koping keluarga.

2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling ia sukai adalah matanya karna agak
kecokelatan dan bagaian tubuh yang paling ia tidak sukai adalah kepalanya.
b. Identitas : Klien mengatakan ia adalah ibu dari 4 orang anak.
c. Peran : Klien mengatakan peran nya dirumah adalah sebagai ibu rumah tangga yang
mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan mencuci. Namun sudah sejak lama klien
tinggal di panti yayasan.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya sehingga dia dapat segera
pulang.
e. Harga diri : Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan orang – orang
dilingkungan sekitarnya.

Masalah Keperawatan:
Pengabaian unilateral.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional.

3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat : Klien mengatakan tidak memiliki orang terdekat.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan berperan serta dalam
kegiatan kelompok di panti.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan tidak ada hambatan
hubungan dengan orang lain.

Masalah Keperawatan:
Kerusakan komunikasi.
Perubahan kinerja peran.
Kerusakan interaksi sosial.

4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan penyakitnya karena ujian dari Tuhan
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan bahwa ia beragama Islam. Namun semasa sakit klien
tidak shalat tepat pada waktu nya.

Masalah Keperawatan:
1. Distres spiritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak Rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan : klien tampak berpakaian rapi

Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi perubahan fungsi pernapasan.

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : klien lambat untuk merespon pertanyaan yang diberikan terkadang harus mengulang
dengan pertanyaan yang sama

Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi

3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang √ Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Masalah Keperawatan:
Risiko tinggi terhadap cedera.
Intoleransi aktivitas.
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
Jelaskan : saat diberikan pertanyaan klien duduk namun seperti gelisah

4. Alam perasaan
√ Sedih Ketakutan Putus Asa
Khawatir Gembira Berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan sangat sedih karena ingin cepat pulang
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera. 4. Ketidakberdayaan.
2. Ansietas. 5. Ketidakmampuan.
3. Ketakutan 6. Risiko tinggi membahayakan diri.

5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : apek klien sesuai

Masalah Keperawatan:
Risiko tinggi terhadap cedera.
Kerusakan komunikasi.
Perubahan peran.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan √ Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung
Jelaskan : Klien terkadang tidak kooperatif saat wawancara menjawab pertanyaan tetapi klien
tampak gelisah dan tidak tenang terkadang klien sering menunduk saat dilakukan wawancara.
Masalah Keperawatan: Kerusakan interaksi sosial.
Kerusakan komunikasi. Risiko tinggi membahayakan diri.
Perubahan peran. Risiko tinggi kekerasan.

7. Persepsi Halusianasi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : klien mengalami halusinasi pendengaran yaitu mengatakan orang-orang mengatakan dia
tua dan tidak berguna
Masalah Keperawatan:
1. PSP: pengelihatan/pendengaran/kinetik/pengecap/perabaan/penciumanMasalah

8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulangan
pembicaraan/
persevarasi
Jelaskan : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan menjawab sesuai dengan pertanyaan tetapi
saat menjawab pertanyaan klien tampak gelisah dan tidak tenang.
Masalah Keperawatan
1. Perubahan proses fikir
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siap pikir Kontrol pikir
Jelaskan : klien mengatakan dirinya tidak berguna dan tidak memiliki kelebihan
Masalah Keperawatan
1. Perubahan proses fikir

10.Tingkat kesadaran
√Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi : √ Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Klien tidak dapat menyebutkan waktu dengan benar.
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Perubahan proses pikir.
11. Memori
√ Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat jangka
pendek Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : klien ada masalah memori dengan gangguan daya ingat yaitu tidak dapat mengingat
waktu.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.

12.Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih √ Tidak mampu Tidak mampu
Berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan : Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung

Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
2. Kerusakan interaksi sosial.
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan
bermakna Jelaskan : Klien mampu memutuskan mandi dulu baru
makan.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.

14.Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal di luar
dirinya Jelaskan : Tidak ada masalah daya tilik diri.
Masalah Keperawatan:
1. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
2. Risiko tinggi ketidakpatuhan.
3. Perubahan proses pikir.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan pasien memenuhi/menyediakan kebutuhannya:
a. Makan √Bantuan minimal Bantuan total
b. Keamanan √Bantuan minimal Bantuan total
c. Tempat tinggal Bantuan minimal √Bantuan total
d. Perawatan kesehatan Bantuan minimal √Bantuan total
e. Pakaian √Bantuan minimal Bantuan total
f. Transportasi Bantuan minimal √Bantuan total
g. Uang Bantuan minimal √Bantuan total

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri : Bantuan minimal Bantuan total
Mandi √
BAB/BAK √
Kebersihan √
Ganti pakaian √
Makan √
b. Nutrisi
• Apakah Anda puas dengan pola makan Anda? Ya √Tidak
• Apakah Anda memisahkan diri? Tidak
Jika ya, jelaskan alasannya: ………………………………………………
• Frekuensi makan per hari : 3 kali
• Frekuensi kudapan per hari........................kali
• Nafsu makan Ya √Tidak
• Diet Khusus Ya Tidak √

c. Istirahat dan tidur


• Apakah ada masalah? Ya Tidak√
• Apakah Anda merasa segar setelah bangun tidur? Ya √Tidak
• Apakah ada kebiasaan tidur siang? Ya√ Tidak
• Apa yang menolong anda untuk tidur …………………………………...
• Waktu tidur malam, jam : 21.00, Waktu bangun, jam : 06.00
• Beri tanda “✓” sesuai dengan keadaan pasien:
Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi
Somnabulisme
Terbangun saat tidur
Gelisah saat tidur
Berbicara dalam tidur

3. Kemampuan pasien dalam:


 Mengantisipasi kebutuhan sendiri Ya √Tidak
 Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Ya √Tidak
 Mengatur penggunaan obat Ya Tidak √
 Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) Ya Tidak √

4. Pasien memiliki sistem pendukung :


Keluarga Ya √Tidak
Profesional/terapis Ya Tidak √
Teman sejawat Ya √Tidak
Kelompok sosial Ya Tidak √

5. Apakah pasien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi Ya Tidak √

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah √Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya Lainnya

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
Klien tidak ada masalah dengan dukungan kelompok
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraiakan
Klien tidk ada masalah dengan lingkungan di sekitar panti tempat tinggalnya
Masalah dengan pendidikan, uraiakan
Klien tidak ada masalah dalam pendidikan karena klien sudah tidak melakukan pendidikan disekolah.
Terakhir klien bersekolah SMP dan tidak tamat.
Masalah dengan pekerjaaan, uraikan
Klien tidak ada masalah dengan pekerjaan karena tidak bekerja
Masalah dengan perumahan, uraikan
Ada, klien tinggal di panti dan tidak tinggal dengan keluarganya
Masalah dengan ekonomi, uraikan
Klien tidak memiliki sumber ekonomi
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
Tidak ada
Masalah lainnya, uraikan

Masalah Keperawatan: 5. Ketidakmampuan.


1.Perubahan pertumbuhan dan 6. Gangguan konsep diri.
perkembangan. 7. Konflik peran orang tua
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan. 8. Sindroma stres relokasi.
3. Perubahan pola eliminasi urine.
4. Ketidakberdayaan.
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG :
√ Penyakit jiwa √ Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
√ Koping Obat - obatan
Lainnya :
Masalah Keperawatan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosis medik : Halusinasi Pendengaran
Terapi medik :-

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan persepsi sensori halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri

XIII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori
2. Harga diri rendah kronis

Samarinda, 24 November 2020


Mahasiswa

Nurlia
ANALISA DATA

NO Data Subyektif & Data Obyektif Kemungkinan Masalah


penyebab
1 DS : klien mengatakan mendengar
suara-suara yang menceritakan Halusinasi Gangguan persepsi
dirinya tua dan tidak berguna pendengaran sensori

DO :
 Klien tampak menyendiri
 Klien tampak bingung
 Klien tampak mondar-mandir
 klien tampak senyum sendiri
 Klien tampak berbicara sendri
2 DS : Gangguan psikiatri Harga diri rendah
 Klien mengatakan dirinya tidak kronis
berguna
 Klien mengatakan dirinya tidak
memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
DO :
 Klien tampak enggan mencoba
hal baru
 Klien berjalan dan saat di ajak
berbicara sering menunduk
 Kontak mata kurang
 Klien tampak lesu dan tidak
bergairah
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Ny.D *(P) Ruang :
Alamat : Samarinda Umur : 61 Th No. RM : 0000000000

No DX Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1 Gangguan persepsi sensori Persepsi Sensori (L.09083) Manajemen Halusinasi (I. 09288) 2.1 Untuk mendeteksi dan
(D.0085) menentukan tindaka
Definisi : Definisi : selanjutnya
Definisi : Persepsi-realitas terhadap stimulus Mengidentifikasi dan mengelola2.2 Untuk mngetahui apakah
Perubahan persepsi terhadap baik internal maupun eksternal. peningkatan keamanan, kenyamanan dan halusinasinya dapat
stimulasi baik internal orientasi realita. membahayakan klien atau
maupun eksternal yang Setelah dilakukan tindakan orang lain
disertai dengan respon yang keperawatan selama 1 pertemuan di Observasi 2.3 Untuk mengetahui apa
berkurang, berlebih atau harapkan masalah keperawatan 1.1 Monitor perilaku yang yang dirasakan klien
terdistorsi. gangguan persepsi sensori teratasi mengindikasikan halusinasi 2.4 Untuk memberitahu pasien
dengan kriteria hasil sebagai berikut: 1.2 Monitor isi halusinasi (mis. mengontrol halusinasi saat
1. Melamun 4 Kekerasan atau membahayakan halusinasi timbul
2. Curiga 4 diri) 2.5 Agar pasien dapat
3. Mondar mandir 4 Teraupetik mengalihkan halusinasinya
1.3 Diskusikan perasaan atau respons
terhadap halusinasi
Skala Indikator Edukasi
1. Meningkat 1.4 Ajarkan klien cara mengontrol
2. Cukup meningkat halusinasi
3. Sedang 1.5 Anjurkan bicara dengan orang
4. Cukup menurun yang dipercaya
5. Menurun

4. Konsentrasi 4
5. Orientasi 4

Skala indikator
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
2 Harga diri rendah kronis Harga diri (L.09069) Manajemen perilaku (I.14263) 2.1 Untuk mengtahui perilaku
(D.0086) negatif pada klien
Definisi : Definisi : 2.2 Untuk memberikan
Definisi : Perasaan positive terhadap diri Mengidentifikasi dan mengelola keamanan dan
Evaluasi atau perasaan sendiri atau kemampuan sebagai perilaku negatif. kenyamanan pada klien
negatif tehadap diri sendiri respon terhadap situasi saat ini. 2.3 Agar klien dapat aktif
atau kemampuan klien Observasi : dalam kegiatan
seperti tidak berarti, tidak Setelah dilakukan tindakan 2.1 Identifikasi harapan untuk 2.4 Agar klien dapat lebih
berharga, tidak berdaya keperawatan selama 1 pertemuan di mengendalikan perilaku terbuka
yang berlangsung dalam harapkan masalah keperawatan 2.2 Ciptakan dan pertahankan 2.5 Untuk mencegah hal-hal
waktu lama dan terus harga diri rendah kronis teratasi lingkungan kegiatan perawatan yang dapat memicu
menerus. dengan kriteria hasil sebagai berikut: konsisten setiap dinas. kondisi panik pada klien
1. Penilaian diri positif 4 2.3 Tingkatkan aktivitas fisik
2.Penerimaan penilaian positif sesuai kemampuan
terhadap diri sendiri 4 2.4 Bicara dengan nada rendah dan
3. Berjalan menampakkan wajah 4 tenang
4. Kontak mata 4 2.5 Hindari sikap mengancam dan
5. Percaya diri berbicara 4 beredebat
Skala Indikator
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal Implementasi Evaluasi


1 24/Nov/2020 1.1 Memonitor S : klien mengatakan mendengar
perilaku yang suara yang mengatakan dirinya tua
mengindikasikan dan tidak berguna
halusinasi
1.2 Memonitor isi O:
halusinasi (mis. - Klien tampak menyendiri
Kekerasan atau - Klien tampak bingung
membahayakan - Klien tampak mondar-mandir
diri) - klien tampak senyum sendiri
1.3 Mendiskusikan - Klien tampak berbicara sendri
perasaan atau
respons terhadap A:
halusinasi - Halusinasi pendengaran masih
1.4 Mengajarkan klien terjadi
cara mengontrol
halusinasi P : Lanjutkan intervensi
1.5 Menganjurkan 1.1 Mendiskusikan perasaan atau
bicara dengan respons terhadap halusinasi
orang yang 1.2 Mengajarkan klien cara
dipercaya mengontrol halusinasi
1.3 Menganjurkan bicara dengan
orang yang dipercaya
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Tanggal dan Diagnosa Strategi Pelaksanaan Kegiatan Keperawatan
waktu Keperawatan

24 November Gangguan persepsi SP 1 : Membantu pasien mengenal halusinasi,


2020 sensori menjelaskan cara – cara mengontrol

Pukul 09 :00 halusinasi, mangajarkan pasien


mengontrol halusinasi dengan cara
Pertemuan : 1
pertama :menghardik
Inisial Klien : Ny.D

C. Proses Keperawatan
e. Kondisi Klien
Data Subjektif : klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengatakan
dirinya tua dan tidak berguna

Data Objektif :
 Klien tampak menyendiri
 Klien tampak bingung
 Klien tampak mondar-mandir
 klien tampak senyum sendiri
 Klien tampak berbicara sendri

f. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori

g. Tujuan Khusus:
 Melamuncukup menurun
 Curiga cukup menurun
 Mondar mandir cukup menurun
 Konsentrasi cukup meningkat
 Orientasi cukup meningkat
h. Tindakan :
(Rencana)
Manajemen Halusinasi (I. 09288)
Observasi
1.1 Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi
1.2 Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)
Teraupetik
1.3 Diskusikan perasaan atau respons terhadap halusinasi
Edukasi
1.4 Ajarkan klien cara mengontrol halusinasi
1.5 Anjurkan bicara dengan orang yang dipercaya

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


d. Orientasi
- Salam Terapeutik
Selamat pagi bu

- Memperkenalkan diri
Perkenalkan nama saya Nurlia biasa dipanggil Lia. Nama ibu siapa? Senang
dipanggil apa ?

- Membuka pembicaraan dengan topik umum


Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa keluhan nya saat ini?

- Evaluasi/validasi
Baiklah bagaimana kalau kita bercakap cakap mengenai suara – suara yang
selama ini sering ibu dengar tapi tidak tampak wujudnya

- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Baiklah ibu kita akan bercakap – cakap melalui video call ini ya. Mau berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit?

e. Kerja

”Apakah ibu mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
ibu dengar suara? Berapa kali sehari ibu mendengar suara-suara tersebut? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama
dengan orang lain?”
” Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
” ibu , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya ibu bapak sudah bisa”

f. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakap dan memperagakan
latihan tadi?

- Evaluasi Objektif
Apakah ibu masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di peragakan
sekali lagi ?

- Rencana Tindak Lanjut


Nah ini kita latih terus ya bu. Kalau bapak mendengar suara – suara itu muncul
lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? Mari kita masukkan kegiatan
latihan menghardik kedalam jadwal kegiatan harian ya.

- Kontrak Yang Akan Datang (Waktu,Tempat, Topik)


Bagaimana kalau kita bertemu lagi lain waktu untuk mengendalikan suara –
suara dengan cara yang kedua ya bu.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Standar praktik profesional proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sequensial dan berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Asuhan keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional. Metode
ilmiah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan
pelayanan kesehatan.
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat dan berkesinambungan. Pada rumusan diagnosis keperawatan
menggunakan typology single diagnosis, maka rumusan diagnosis adalah menggunakan
etiologi saja. Rencana tindakan keperawatan terdiri atas empat komponen yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan, dan rasional. Saat memulai untuk
implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat kontrak dengan pasien dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien yang diharapkan. Evaluasi
merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Format pengkajian keperawatan jiwa ITKes Wiyata Husada Samarinda


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai