NURLIA
P1908116
4. Penyebab
Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan
b. Faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya. Misalnya terdapat konflik yang berhubungan dengan
RAS dalam lingkungan tempat tinggal seseorang
c. Faktor biokimia
Cor Problem
Perubahan sensori persepsi
Cause
Isolasi sosial : menarik diri
6. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Pendengaran (auditorik)
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2
orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.
1) Akoasma : suara-suara kacau balau yang tidak dapat dibedakan
dengan jelas
2) Phonema : suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti berasal dari
manusia, sehingga mendengar kata atau kalimat tertentu
b. Penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidung (olfactory)
Membaui bau-bauan tertenru seperti bau darah, urine atau feces.
Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
d. Pengecapan (gaustatory)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feces.
e. Perabaan (tactile)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas,
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine
g. Kinesthetic
Klien merasakan pergerakan sementara klien hanya berdiri tanpa
bergerak. Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari
tubuhnya, mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Hal ini
sering terjadi pada penderita Schizopphrenia dan pencandu narkoba
h. Halusinasi Autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
i. Halusinasi Haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi di mana seolah-olah tubuh
penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain.
Seringkali halusinasi haptik bercorak seksual dan sangat sering dijumpai
pada pecandu narkoba
j. Halusinasi Hipnogogik
Halusinasi yang terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang
terjadi saat peergantian antara waktu tidur dan waktu bangun
7. Fase-Fase Halusinasi
a. Tahap I (Non-Psikotik)
Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien. Karakteristik :
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
Data Objektif :
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
D. Rencana Tindakan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan persepsi sensori Persepsi Manajemen
: halusinasi (D. 0085) Sensori (L. Halusinasi (I. 09288)
Definisi: 13124)
Tidak mampu Kriteria Hasil: Tindakan:
mempertahankan keutuhan 1. Verbalisasi 1. Monitor
persepsi terhadap identitas mendengar perilaku yang
diri kan bisikan mengidentifikas
2. Verbalisasi i halusinasi
Penyebab: melihat 2. Monitor dan
1. Gangguan bayangan sesuaikan
penglihatan 3. Verbalisasi tingkat aktifitas
2. Gangguan merasakan dan stimulus
pendengaran melalui lingkungan
3. Gangguan indra 3. Monitor isi
penghiduan penciuman halusinasi
4. Gangguan perabaan 4. Verbalisasi misal,
5. Penyalahgunaan zat merasakan kekerasan atau
6. Usia lanjut melalui membahayakan
Gejala mayor indra diri
Subjektif: pengecap 4. Pertahankan
Persepsi terhadap diri 5. Perilaku lingkungan
berubah, bingung dengan halusinasi yang aman
nilai-nilai budaya, tujuan 6. Menarik 5. Diskusikan
hidup, jenis kelamin atau diri perasaan dan
nilai-nilai ideal 7. Melamun respon
Objektif: 8. Respons halusinasi
Perilaku tidak konsisten sesuai
hubungan yang tidak efektif, stimulus
strategi koping yang tidak
efektif Keterangan:
1: menurun
2 : cukup
menurun
3: sedang
4 : cukup
meningkat
5 : meningkat
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. R (L) Tanggal Pengkajian : 17 November 2020
Umur : 34 Th No. Rekam Medik : 0000000000
Informan : Tn. R (Pasien)
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perubahan proses keluarga.
3. Respons pascatrauma.
4. Risiko tinggi kekerasan.
Tindak kriminal
Jelaskan No 1, 2, 3 : klien tidak pernah mengalami sebagai pelaku, korban maupun saksi
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ya √Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien mengatakan bahwa pengalaman tidak
menyenangkannnya yaitu mendapat masalah di pekerjaan dan ada konflik dengan teman kantornya
sehingga ia merasa diasingkan.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perubahan proses keluarga.
3. Respons pascatrauma.
IV. FISIK
1. Tanda Vital TD : 130/90 mmHg N : 100x/i S : 36,5 P : 20x/i
2. Ukuran TB : 160cm BB : 65kg
3. Keluhan Fisik : tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
Jelaskan : _________________________________________________________________
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh. 7. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
2. Hipotermia. 8. Perubahan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan
3. Hipertermia. tubuh.
4. Defisit volume cairan. 9. Kerusakan menelan.
5. Kelebihan volume cairan. 10. Perubahan eliminasi feses.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. 11. Perubahan pola eliminasi urine.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (lihat petunjuk)
34
Keterangan :
: laki – laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal Serumah
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan:
1. Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
2. Koping keluarga inefektif: gangguan koping.
3. Potensial untuk pertumbuhan koping keluarga.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling ia sukai adalah
matanya karna agak kecokelatan dan bagaian tubuh yang paling ia tidak sukai adalah kepalanya.
b. Identitas : Klien mengatakan ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Klien
mengatakan sebelumnya dia pernah bersekolah di SMK 1 dan belum menikah. Klien
mengatakan ia merasa puas menjadi laki - laki
c. Peran : Klien mengatakan peran nya dirumah adalah membantu pekerjaan rumah
kedua orangtuanya seperti mencuci piring dan di kantor ia bekerja sebagai staf administrasi.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya sehingga dia dapat
segera pulang kerumah.
e. Harga diri : Klien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan orang – orang
dilingkungan sekitarnya meskipun ada pernah mempunyai masalah dengan teman kantor.
Masalah Keperawatan:
1. Pengabaian unilateral.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional.
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat : Klien mengatakan orang terdekat nya adalah ibunya karena ibunya yang paling
mengerti dirinya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan tidak berperan serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan trauma untuk berhubungan dengan orang lain serta klien sering merasa
diasingkan.
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi.
2. Perubahan kinerja peran.
3. Kerusakan interaksi sosial.
4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan penyakitnya karena ujian dari Tuhan
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan bahwa ia beragama Islam. Klien mengatakan dia tidak
pernah mengikuti kegiatan keagamaan dan tidak pernah melaksakan Sholat dirumah
Masalah Keperawatan:
1. Distres spiritual
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi perubahan fungsi pernapasan.
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap √Inkoheren
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang √ Gelisah
Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Intoleransi aktivitas.
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
Jelaskan : _________________________________________________________________
4. Alam perasaan
√ Sedih
Ketakutan Putus Asa
Khawatir Gembira Berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan sangat sedih karena ingin cepat pulang dan bertemu orangtuanya
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera. 4. Ketidakberdayaan.
2. Ansietas. 5. Ketidakmampuan.
3. Ketakutan 6. Risiko tinggi membahayakan diri.
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai Jelaskan : Afek pasien sesuai
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Kerusakan komunikasi.
3. Perubahan peran.
√Pendengaran
Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar suara – suara tanpa wujudnya. Suara itu menyuruh
klien untuk pergi ke suatu tempat. Klien mengatakan merasa sedih saat suara itu muncul. Suara itu
terdengar sewaktu – waktu, paling sering dimalam hari saat klien sendiri.
Masalah Keperawatan:
1. PSP: pengelihatan/pendengaran/kinetik/pengecap/perabaan/penciumanMasalah
8. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulangan
pembicaraan/
persevarasi
Jelaskan : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan menjawab sesuai dengan pertanyaan
Masalah Keperawatan
1. Perubahan proses fikir
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Jelaskan : Tidak ada masalah memori klien masih mengingat kejadian 2 minggu yang lalu dan
kejadian yang baru terjadi
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
2. Kerusakan interaksi sosial.
BAB/BAK
Kebersihan
Ganti pakaian
Makan
c. •
Istirahat dan tidur
Apakah ada masalah? √Ya____Tidak
• Apakah Anda merasa segar setelah bangun tidur? Ya √Tidak____
• Apakah ada kebiasaan tidur siang? Ya____Tidak √
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah √Reaksi lambat/berlebihan
Isolasi sosial
XIII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori
2. Defisit perawatan diri
Nurlia
ANALISA DATA
1 DS :
Klien mengatakan sering Halusinasi Gangguan persepsi
mendengar suara suara bisikan Pendengaran sensori
Klien mengatakan sudah
kurang lebih 7 hari tidak tidur
DO :
Klien tampak gelisah
Klien tampak tersenyum dan
tertawa sendiri
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang Edukasi
4. Cukup meningkat 1.7 Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
5. Meningkat halusinasi
1.8 Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya
6. Konsentrasi 4 untuk memberi dukungan dan umpan balik
7. Orientasi 4 korektif terhadap halusinasi
1.9 Anjurkan melakukan distraksi
Skala indikator 1.10 Anjurkan pasien dan keluarga mengontrol
1. Memburuk halusinasi
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
2 Defisit perawatan diri (D.0109) Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri
(I. 12348)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi
pertemuan di harapkan masalah keperawatan 2.1 Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri
Defisit perawatan diri berhubungan dengan sesuai usia
gangguan psikologis dan atau psikotik teratasi 2.2 Monitor tingkat kemandirian
dengan kriteria hasil : 2.3 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
1. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan berpakaian, berhias dan makan
diri 4 Teraupetik
3. Sedang konsisten
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran
Pertemuan :1
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Klien tampak sedih dan ingin
menangis Klien tampak gelisah
Klien tampak tersenyum dan tertawa sendiri
Klien bicara tidak jelas
Klien tampak gelisah
c. Tujuan Khusus:
Verbalisasi mendengar bisikan cukup
menurun Menarik diri cukup menurun
Melamun cukup menurun
Curiga cukup menurun
Mondar mandir cukup menurun
Konsentrasi cukup membaik
Orientasi cukup membaik
d. Tindakan:
(Rencana)
Manajemen Halusinasi (I. 09288)
Observasi
1. Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi
2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)
Teraupetik
4. Pertahankan lingkungan yang aman
5. Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
6. Diskusikan perasaan atau respons terhadap halusinasi
Edukasi
7. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi
9. Anjurkan melakukan distraksi
10. Anjurkan pasien dan keluarga mengontrol halusinasi
- Memperkenalkan diri
Perkenalkan nama saya Nurlia biasa dipanggil Lia. Nama bapak siapa? Senang
dipanggil apa ?
- Evaluasi/validasi
Baiklah bagaimana kalau kita bercakap cakap mengenai suara – suara yang
selama ini sering bapak dengar tapi tidak tampak wujudnya
- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Baiklah bapak kita akan bercakap – cakap melalui video call ini ya. Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
b. Kerja
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat
bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
” Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap cakap dan memperagakan
latihan tadi?
- Evaluasi Objektif
Apakah bapak masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di
peragakan sekali lagi ?
Pertemuan :2
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Klien mengatakan sering mendengar suara suara yang menyuruhnya pergi
Klien mengatakan suara – suara itu sering muncul apalagi di malam hari dan
saat klien sedang sendiri
Data Objektif :
Klien tampak sedih dan ingin menangis
c. Tujuan Khusus:
Verbalisasi mendengar bisikan cukup
menurun Mondar mandir cukup menurun
Konsentrasi cukup membaik
Orientasi cukup membaik
d. Tindakan : (Rencana)
- Memperkenalkan diri
Masih ingat dengan saya? Ya, benar nama saya Lia ya.
- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Sesuai janji kita kemarin saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi yang kedua yaitu dengan cara dengan orang lain. Kita latihan
melalui zoom ini ya. Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
b. Kerja
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak R mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya ibu, bapak atau
saudara, bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan saya soalnya saya sedang dengar
suara-suara. Begitu pak, Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya pak!”
c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita memperagakan cara bercakap cakap
dengan orang lain?
Jadi sudah ada berapa cara yang bapak R Pelajari untuk mencegah suara –
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini bila bapak R mendengar suara – suara
yang tidak ada wujudnya ya.
- Evaluasi Objektif
Apakah bapak R masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di
peragakan sekali lagi ?
- Rencana Tindak Lanjut
Nah ini kita latih terus ya bapak. Kalau bapak mendengar suara – suara itu
muncul lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihan mau latihan bercakap - cakapnya?
Mari kita masukkan kegiatan latihan bercakap – cakap dengan orang lain
kedalam jadwal kegiatan harian ya. Nah, nanti di lakukan secara teratur ya
Baik nanti kita bertemu lagi ya kalua ada waktu selama 15 menit untuk melatih
cara mengendalikan suara – suara dengan cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal. Sampai jumpa nanti ya, selamat siang pak.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran
Pertemuan :3
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Objektif :
Klien tampak sedih dan ingin menangis
c. Tujuan Khusus:
Verbalisasi mendengar bisikan cukup
menurun Mondar mandir cukup menurun
Konsentrasi cukup membaik
- Memperkenalkan diri
Masih ingat dengan saya? Ya, benar nama saya Lia ya.
- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara ketiga untuk mengontrol halusinasi
yang ketiga yaitu dengan cara dengan orang lain. Kita latihan melalui zoom ini
ya. Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
b. Kerja
“Cara ketiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
melakukan kegiatan harian dan berdoa. Kegiatan apa saja yang biasa bapak
lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai
didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita
latih dua kegiatan hari ini (merapikan tempat tidur dan menyapu). Bagus sekali
bapak bisa lakukan. Jika suara itu muncul lagi bapak juga dapat berdoa. Kegiatan
ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan
c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
- Evaluasi Objektif
Apakah bapak masih ingat cara melakukan latihan tadi? Boleh kah di
peragakan sekali lagi ?
- Rencana Tindak Lanjut
Nah ini kita latih terus ya pak. Kalau bapak mendengar suara – suara itu
muncul lagi, silahkan mencoba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihan mau latihan melakukan kegiatan
hariannya? Nah, nanti di lakukan secara teratur ya
Baik kita bertemu lagi ya nanti 15 menit untuk melatih cara mengendalikan
suara – suara dengan cara yang keempat yaitu minum obat secara teratur .
Sampai jumpa nanti ya, selamat pagi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan pendengaran
Pertemuan :4
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien mengatakan suara – suara itu sering muncul apalagi di malam hari dan
saat klien sedang sendiri
Klien mengatakan tiap ada suara yang memerintahkan nya klien menuruti
perintah itu secara tidak sadar
Data Objektif :
Klien tampak sedih dan ingin menangis
c. Tujuan Khusus:
Verbalisasi mendengar bisikan cukup
menurun Mondar mandir cukup menurun
Konsentrasi cukup membaik
Orientasi cukup membaik
d. Tindakan : (Rencana)
- Memperkenalkan diri
Masih ingat dengan saya? Ya, benar nama saya Lia ya.
- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
Sesuai janji kita saya akan latih cara keempat untuk mengontrol halusinasi
yang keempat yaitu dengan minum obat. Kita latihan melalui zoom ini ya. Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
b. Kerja
Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) ini yang putih Haldol dua kali
sehari ya jam 7 pagi dan jam 7 malam gunanya untuk agar pikiran tenang, ini
Seroquel 2 kali sehari gunanya untuk menghilangkan suara – suara ya dan ini
Diazepam dua kali juga dalam sehari fungsinya sama agar pikiran lebih tenang ya.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari”
c. Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap mengenai minum
obat secara teratur? Bisa sebutkan apa saja fungsi minum obat? Boleh kah
putus obat bila sudah tidak mendengar suara – suara?
Jadi sudah ada berapa cara yang bapak Pelajari untuk mencegah suara – suara
itu? Bagus, cobalah keempat cara ini bila bapak mendengar suara – suara yang
tidak ada wujudnya ya.
- Evaluasi Objektif
Apakah bapak masih ingat obat – obat tadi? Coba tunjuk yang mana
haloperidol? Bagus yaa
Baik kita bertemu lagi ya jam 8 besok nanti selama 15 menit untuk
mengevaluasi 4 cara mencegah suara – suara yang sudah kita pelajari. Sampai
jumpa Pak.
EVIDENCE BASED NURSING
Stase Keperawatan Jiwa
Dosen Koordinator : Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep
Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Annisa A’in, S.Kep., M.Kep
Dosen Pembimbing Klinik : Ns. Novika Purwanti, S.Kep
NURLIA
P1908116
A. JURNAL INTERVENSI
Judul Penelitian Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan Tanda Dan Gejala
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi
ataupun biaya
b. Terapi ini dapat dilakukan pasien secara mandiri setelah
digunakan pada
penelitian ini
menggunakan lembar
observasi yang telah
dibuat daftar/lembar
check list. Instrument
ini akan dilakukan uji
content validitas/uji
expert.
Pengumpulan data
dilakukan dengan
wawancara dengan
panduan wawancara dan
direkam dengan audio
recorder.
Inform consent
diberikan pada
partisipan untuk
mendapatkan
persetujuan dimana
partisipan mendapatkan
informasi mengenai
penelitian, hak untuk
berpartisipasi dan juga
kerahasiaan yang
dijamin oleh peneliti
termasuk anonymity.
Comperation Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa umur yang terbanyak pada
kelompok usia dewasa awal (26 - 35 tahun) jumlah pasien 9 orang
(42.9%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa onset pasien pada
kelompok umur dewasa awal paling banyak. Sejalan dengan penelitian
Damayanti, dkk tahun 2014 menyatakan bahwa umur yang menderita
halusinasi mayoritas adalah dewasa awal sebanyak 73.5%.
Sedangkan pada usia dewasa madya (41 tahun sampai 60 tahun) dan
dewasa lanjut (61tahun keatas) halusinasi ini dapat terjadi karena lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor biologik. Kirakira 90 persen pasien dalam
pengobatan halusinasi adalah antara usia 15 dan 55 tahun (Potter, 2012)
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil pasien dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 15 orang (71,4%) dan perempuan sebanyak 6 orang
(28,6%).
Penelitian Damayanti dkk, th 2014, menyatakan bahwa laki-laki
lebih banyak mengalami halusinasi 67,6% dibandingkan perempuan
sebanyak 32,4% . Berdasarkan jenjang pendidikan didapatkan hasil
penelitian responden mayoritas berpendidikan rendah (SDSMP) 76,1%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fahrul di RSJ Madani di Sulawesi
Tengah tahun 2014 bahwa pasien mayoritas berpendidikan rendah
sebanyak 54.1% dan tidak sekolah (13,5%), Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan rendah lebih
mengalami kecendrungan untuk mengalami halusinasi.
Dari hasil penelitian di dapatkan data jenis halusinasi responden
mayoritas memiliki halusinasi multipel sebesar 52,4% (jenis halusinasi
lebih dari satu) dan situasi saat terjadi halusinasi keseluruhan responden
menjawab di saat sendirian sebanyak 100%. serta mayoritas perasaan
responden saat halusinasi datang di saat perasaan tidak senang sebesar
71,4%, dan rata-rata waktu terjadinya gejala halusinasi paling banyak
terjadi pada malam hari yaitu 8.57 (9) kali.
Sebelum melaksanakan aktivitas terapi zikir nilai rata-rata
responden mengalami tanda dan gejala halusinasi sebanyak 16,9 (17) kali
halusinasi yang muncul dan setelah dilakukan terapi zikir, nilai rata-rata
responden mengalami tanda dan gejala halusinasi sebanyak 5,4 (5) kali.
Terdapat penurunan nilai rata-rata munculnya tanda dan gejala halusinasi
pada responden, hal ini disebabkan pasien telah mampu mengontrol tanda
dan gejala halusinasi yang muncul dengan melakukan terapi zikir. Terapi
zikir yang telah diajarkan peneliti diterapkan responden saat halusinasi
muncul.
Outcome Dilihat dari nilai rata-rata penurunan tanda dan gejala halusinasi
pada pasien halusinasi sebelum dilakukan terapi zikir adalah 16,90 dan
setelah dilakukan terapi zikir adalah 5,48 dengan hasil p value = 0,000 <
0,05. Artinya adanya pengaruh terapi zikir terhadap pengontrolan
halusinasi pada pasien halusinasi.
Penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukannya terapi zikir
pasien sering mengalami tanda dan gejala halusinasi. Setelah dilakukan
terapi zikir, tanda dan gejala halusinasi berkurang bahkan pasien tidak
mengalami gejala halusinasi lagi. Penelitian ini dilaksanakan dengan
mengumpulkan data dengan melihat hasil pengamatan pengontrolan
halusinasi sebelum (pre test) dan setelah dilakukannya terapi zikir (post
test).
Pada penelitian ini telah dilaksanakan terapi zikir dengan teknik
komunikasi terapetik terhadap pasien, yaitu komunikasi dalam rangka
pemberian pelayanan kesehatan yang menyangkut interaksi antara pasien
dengan perawat/petugas spritual. Penelitian lain yang dilakukan
(Hidayati, 2014) yang berjudul “Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap
Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
Pasien Halusinasi Di RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang” Hasil
analisis bivariat dengan uji wilcoxon menunjukkan ada pengaruh terapi
religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran diperoleh nilai p-value = 0,000, karena nilai p (0,05)
sehingga dapat disimpulkan terapi religius zikir berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, J. dan U. (2014). Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi pada Pasien Halusinasi Dengar di RSJ Tampan Provinsi Riau.
Universitas Riau.
https://doi.org/10.26699/jnk.v1i3.AR T.p230-235 Hidayati, W. . (2014). Pengaruh Terapi
Religius Zikir Terhadap Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pendengaran Pada PAsien Halusinasi Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan.
Ikawati, Z. (2014). Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Keliat,
B. A. dan A. (2011). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. jakarta: EGC.
Kesehatan, K. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan. Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI.
Maramis W F. (2004). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Univesitas Air Langga.
Potter, P. &. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (4th ed.). Jakar: EGC. Rumah
Sakit
Jiwa Tampan. (2014). Laporan Tahunan Bidang Keperawatan. Riau: RSJ Tampan. Rumah
Sakit
Jiwa Tampan. (2015). Laporan Tahunan Bidang Keperawatan. Riau. Rumah Sakit
Jiwa Tampan. (2016). Laporan Tahunan Bidang Keperawatan.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (Eds. . (2010). Kaplan and Sadock’s pocket handbook of
clinical psychiatry.
Lippincott: Williams & Wilkins. Stuart, G. (2016). Prinsip Dan Praktek Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore. Singapore: Elsevier Inc.
Videbeck, L. S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, dan S. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.