Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

PADA TN. S DI RUANGAN KENARI RS KHUSUS DAERAH DADI MAKASSAR

DISUSUN OLEH:

ISLAH ISLAMI 70300119009

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya kepada kami.Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjngan
Nabi Besar Muhammad SAW,beserta sahabat dan keluarganya,serta pengikutnya
hingga akhir zaman.Aamiin
Alhamdulillah Penulis telah berhasil menyelesaikan Laporan Pendahuluan
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa .Laporan ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari
beberapa referensi buku dan jurnal. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada
pembimbing Lab Klinik Keperawatan atas arahan dalam penulisan makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
dalam memahami materi tentang Konsep Dasar Keprawatan Jiwa.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini Penulis masih jauh dari
sempurna. Maka Penulis mengharapkan adanya masukan, pendapat, kritik, maupun
saran dari pembimbing, pembaca, dan rekan-rekan mahasiswi demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.Semoga hasi makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT.Aamiin

Makassar, 18 Januari 2022

Penulis
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Defenisi

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
ransangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pengibdraan.Halusinasi merupakan salah satu gejalah gangguan jiwa yang
mengalami perubahan sensori persepsi yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
perabaan ataupun penciuman, pasien mengalami stimulus yan sebenarnya tidak ada.
(Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma, 2019)

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupan suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.Pasien seakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada.(Dermawan, D., 2020)

Halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada


rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada
saat kesadaran individu penuh atau baik.Halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu
yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar.(Lilik M, Azizah, 2019)

B. Etiologi

terdapat dua penyebab halusinasi, yaitu:

a) Faktor presdisposisi
1. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak
bayi sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
3. Faktor Biokimia Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya
terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4. Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang
diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangatberpengaruh pada penyakit ini.
b) Faktor Presipitasi
hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur
bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan
kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida
sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego.
Pada Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengambil gangguan interaksi sosial fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga
diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri irama sirkadiannya terganggu, karena ia sering
tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan
tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memakai takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk.(Ii & Halusinasi, 2017)

C. Patofisiologi
a) Teori Psikodinamika

Proses terjadinya halusinasi dapat disebabkan oleh fungsi biologi , antara lain
dopamine dan neurotransmitter yang berlebihan , fungsi psikologis seperti
keturunan.Respon metabolic terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat
halusinogen pada system limbik otak, atau terganggunya keseimbangan
neurotransmitter di otak.
Proses terjadinya halusinasi secara teori psikodinamika berfaktor atau mengarah
pada factor prediposisi yaitu dimana proses gangguan sensori persepsi disebabkan
oleh masa perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi
hilangnya percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress. Seseorang yang tidak
diterima lingkungannya sejak sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan
tidak percaya pada lingkungannya yang dimana hal ini ini mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya gangguan jiwa, adanya stress yang berlebihan dialami seseorang
maka dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimetytranferase. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktifitasnya neurotransmitter otak. Sehingga tipe kepribadian yang
lemah bisa menyebabkan terjadinya gangguan sensori persepsi.

b) Teori psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang
di tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbulnya halusinasi.(Maramis w.f.,
2021)

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut (Afnuhazi, 2018) :
1. Halusinasi Pendengaran
a) Sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yabg berbahaya
b) Mendengar bunyi atau suara
c) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
d) Mendengar seseorang yang sudah meninggal
e) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan.
2. Halusinasi penglihatan
a) Melihat orang yang sudah meninggal
b) Melihat makhluk tertentu
c) Melihat bayangan
d) Melihat sesuatu yang menakutkan
e) Melihat cahaya yang sangat terang
3. Halusinasi penghidu
a) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, feses, bau masakan, dan
parfum yang menyengat
b) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu
4. Halusinasi peraba
a) Klien mengatakan seperti ada sesuatu ditubuhnya
b) Merasakan ada sesuatu ditubuhnya
c) Merasakan sangat panas atau dingin
d) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
e) Merasakan tersengat aliran listrik
Menurut buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, Tanda dan gejala halusinasi penting
perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
1) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4) Disorientasi
5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6) Cepat berubah pikiran
7) Alur pikir kacau
8) Respon yang tidak sesuai
9) Menarik diri
10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa sebab
11) Sering melamun(Afnuhazi, 2018)

E. Penatalaksanaan
Menurut (Fikri, 2019 ) ada 2 jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut:
a. Terapi Farmakologi
a) Haloperidol (HLP)
b) Chlorpromazin
c) Trihexypenidil (THP)
b. Terapi non Farmakologi
a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori
Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b) Elektro Convulsif Therapy (ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan
kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat
dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia
dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.
c. Pengekangan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset
untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat
dimobilisasi dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai
menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.(Fikri, 2019)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki.(sutejo, 2017)

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.

2) Alasan masuk

Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.

3) Faktor predisposisi

a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan

b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga.

c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter

d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu

4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat. (sutejo, 2017)

5) Fisik

Tidak mengalami keluhan fisik.

6) Psikososial

a) Genogram

Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan
keputusan dan pola asuh. (sutejo, 2017)

b) Konsep diri

Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien
memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya. (sutejo, 2017)

c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.

d) Spiritual

Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah
di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau berlebihan.

7) Mental

a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya

b) Pembicaraan

Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit

c) Aktifitas motorik

Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang


abnormal.

d) Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.

e) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.

f) Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,


tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.

g) Persepsi

Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung. (sutejo, 2017)

h) Proses pikir

Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan logis


dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering
membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isi pikir

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham. (sutejo, 2017)

j) Tingkat kesadaran

Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.

k) Memori

Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar


menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.

m) Kemampuan penilaian

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai, dan


mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan keputusan yang
telah disepakati. Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah
salah.

n) Daya tilik diri

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai dan


mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan stimulus,
membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah
disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa
kehidupan sangat sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif
klien. (sutejo, 2017)

8) Kebutuhan persiapan klien pulang

a) Makan

Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak


memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat
dan kepedulian.

b) BAB atau BAK

Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien
untuk membersihkan diri.

c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.

d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.

e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.

f) Pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem


pendukung sangat menentukan.

g) Aktifitas dalam rumah

Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu.

9) Aspek medis

a) Diagnosa medis : Skizofrenia

b) Terapi yang diberikan


Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin
(TFZ), dan anti parkinson trihenski phenidol (THP), triplofazine arkine. (sutejo,
2017)

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi


sensori halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Resiko perilaku kekerasan

b. Gangguan persepsi sensori halusinasi

c. Isolasi sosial (PPNI, 2018)

3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan menurut (Widya, 2018) yaitu :
a. Tujuan Umum

Tidak terjadi perilaku kekerasan

b. Tujuan khusus :

1. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya

a. Kriteria evaluasi:

1) Ekspresi wajah bersahabat


2) Menunjukan rasa senang, ada kontak mata
3) Mau berjabat tangan
4) Mau menyebutkan nama
5) Menjawab salam
6) Duduk berdampingan dengan perawat
7) Dan mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Intervensi :
1) Sapa klien dengnramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa danya
6) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya
a. Kriteria hasil:
1) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi
2) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya
b. Intervensi:
1) Adakan kontak sering dan singkat
2) Observasi perilaku (verbal/non verbal) yang berhubungan dengan
halusinasinya
3) Bantu klien mengenal halusinasinya
a) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada
suara yang terdengar
b) Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan oleh suara
tersebut
c) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat tidak mendengar
d) Katakan bahwa klien yang lain juga ada yang seperti klien
e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
4) Diskusikan dengan klien
a) situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi
b) waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, malam, atau
jika sendiri, jengkel atau sedih)
c) diskusikan dengn klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, sedih, senang) beri kesemapatan mengungkapkan
perasaanya.
3. TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Kriteria hasil:
1) Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan untuk
mengontrol halusinasinya
2) Klien dapat menyebutkan cara baru
3) Klien dapat memilih cara untuk mengatasi halusinasi seperti
yang telah didiskusikan dengan klien
4) Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya
5) Klien dapat mengikuti TAK
b. Intervensi:
1) Identifikasi bersama klien tindakan yang bisa dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
3) Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi:
a.Katakan “saya tidak mau melihat kamu” (nada saat halusiansi
terjadi)
b. Menemui perawat atau teman dan keluarga untuk
bercakap-cakap dan untuk mengatakan halusinasi yang
didengar
c.Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak
muncul
4) Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
6) Anjurkan klien mengikuti TAK
4. TUK 4: Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
a. Intervensi:
1) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami
halusinasi
2) Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan dengan keluarga
tentang:
a) Halusinasi klien
b) Cara memutuskan hausinasi
c) Cara merawat anggota keluarga halusinasi
d) Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan kejadian
halusinasi
e) Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada saat
mengalami halusinasi
5. TUK 5: Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol
halusinasinya
a. Intervensi:
1) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol
halusinasi
2) Bantu klien menggunakan obat secara benar. (Widya, S., 2018)
BAB III

KAJIAN INTEGRASI KEILMUAN

Islam beserta seluruh petunjuk yang ada yang ada di dalam al-Qur’an
merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri
manusia (rohani). Seperti dalam surah Qs. Al-isra ayat 82 dan Qs. Yunus ayat 57 :

Artinya: “Dan kami turunkan dari al-qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian” (Qs. Al-Isra:82)

Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat (agama) dari
Tuhanmu sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam, dada (rohani), sebagai
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman".(Qs. Yunus :57)

Ajaran islam mengajarkan menggunakan Terapi psikoreligius yang salah satunya


adalah terapi alqur’an sangat dianjurkan oleh beberapa ahli kejiwaan karena dapat
menyembuhkan seseorang dari penyakit kejiwaan . Al-Qur’an juga memiliki pengaruh terhadap
aspek fisiologi dan psikologis seseorang. Al-Qur’an mampu merelaksasi ketegangan urat-urat
saraf dan menurunkan voltase listrik otot . Al-Qur’an merupakam media penyembuhan
gangguan kejiwaan manusia di masa modern. Al-Qur’an dapat mengubah tingkah laku dan
pikiran manusia. Al-Qur’an adalah obat penyembuh berbagai penyakit baik penyakit fisik
maupun penyakit jiwa. Serta nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan yang diberikan Nabi
Muhammad SAW. Ajaran Islam memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam
berpikir melalui bimbingan wahyu (kitab suci AlQur'an al Karim) .Tuntunan ajaran
Islam mewajibkan bagi manusia mengadakan hubungan yang baik kepada Allah Swt,
orang lain, maupun hubungan dengan, alam dan lingkungan. Peranan agama Islam dapat
membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan
kejiwaan serta membina kodisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan
mengamalkan ajaranajaran Islam manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam hidup di dunia maupun akhirat.(Dalam et al., 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2018). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Gosyen


Publishing.

Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma. (2019). Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic Noc Edisi 2. (M. Action (ed.)).

Dalam, T. A., Halusinasi, M., & Skizofrenia, P. P. (2020). Jurnal Kesehatan. 02, 111–
114.

Dermawan, D., & R. (2020). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishin.

Fikri, M. (2019). Fikri, M. (2019). Asuahan Keperawatan Jiwa Pada Klien Halusinasi
Pendengaran Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Puskesmas Sempaja. Karya
Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan.

Ii, B. A. B., & Halusinasi, A. (2017). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 12–31.

Lilik M, Azizah, dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka.

Maramis w.f. (2021). Maramis w.f. (2021). Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Surabaya :
Erlangga. Erlangga University Press.

PPNI, T. P. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( SDKI): Defenisi dan


Tindakan Keperawatan ( (cetakan II) I ed). DPP PPNI.

sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Jiwa:Gangguan jiwadan psikososial. Pustaka Baru Press.

Widya, S., W. K. (2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok dengan Stimulasi


Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Pasien Skizofrenia.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, vol 19(2):

Anda mungkin juga menyukai