DISUSUN OLEH:
( ) ( )
Puji syukur panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya kepada kami.Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjngan
Nabi Besar Muhammad SAW,beserta sahabat dan keluarganya,serta pengikutnya
hingga akhir zaman.Aamiin
Alhamdulillah Penulis telah berhasil menyelesaikan Laporan Pendahuluan
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa .Laporan ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari
beberapa referensi buku dan jurnal. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada
pembimbing Lab Klinik Keperawatan atas arahan dalam penulisan makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
dalam memahami materi tentang Konsep Dasar Keprawatan Jiwa.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini Penulis masih jauh dari
sempurna. Maka Penulis mengharapkan adanya masukan, pendapat, kritik, maupun
saran dari pembimbing, pembaca, dan rekan-rekan mahasiswi demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.Semoga hasi makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT.Aamiin
Penulis
BAB I
A. Defenisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
ransangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pengibdraan.Halusinasi merupakan salah satu gejalah gangguan jiwa yang
mengalami perubahan sensori persepsi yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
perabaan ataupun penciuman, pasien mengalami stimulus yan sebenarnya tidak ada.
(Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma, 2019)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupan suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.Pasien seakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada.(Dermawan, D., 2020)
B. Etiologi
a) Faktor presdisposisi
1. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak
bayi sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
3. Faktor Biokimia Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya
terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4. Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang
diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangatberpengaruh pada penyakit ini.
b) Faktor Presipitasi
hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur
bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan
kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida
sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego.
Pada Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengambil gangguan interaksi sosial fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga
diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri irama sirkadiannya terganggu, karena ia sering
tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan
tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memakai takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk.(Ii & Halusinasi, 2017)
C. Patofisiologi
a) Teori Psikodinamika
Proses terjadinya halusinasi dapat disebabkan oleh fungsi biologi , antara lain
dopamine dan neurotransmitter yang berlebihan , fungsi psikologis seperti
keturunan.Respon metabolic terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat
halusinogen pada system limbik otak, atau terganggunya keseimbangan
neurotransmitter di otak.
Proses terjadinya halusinasi secara teori psikodinamika berfaktor atau mengarah
pada factor prediposisi yaitu dimana proses gangguan sensori persepsi disebabkan
oleh masa perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi
hilangnya percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress. Seseorang yang tidak
diterima lingkungannya sejak sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan
tidak percaya pada lingkungannya yang dimana hal ini ini mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya gangguan jiwa, adanya stress yang berlebihan dialami seseorang
maka dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimetytranferase. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktifitasnya neurotransmitter otak. Sehingga tipe kepribadian yang
lemah bisa menyebabkan terjadinya gangguan sensori persepsi.
b) Teori psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang
di tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbulnya halusinasi.(Maramis w.f.,
2021)
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut (Afnuhazi, 2018) :
1. Halusinasi Pendengaran
a) Sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yabg berbahaya
b) Mendengar bunyi atau suara
c) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
d) Mendengar seseorang yang sudah meninggal
e) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan.
2. Halusinasi penglihatan
a) Melihat orang yang sudah meninggal
b) Melihat makhluk tertentu
c) Melihat bayangan
d) Melihat sesuatu yang menakutkan
e) Melihat cahaya yang sangat terang
3. Halusinasi penghidu
a) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, feses, bau masakan, dan
parfum yang menyengat
b) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu
4. Halusinasi peraba
a) Klien mengatakan seperti ada sesuatu ditubuhnya
b) Merasakan ada sesuatu ditubuhnya
c) Merasakan sangat panas atau dingin
d) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
e) Merasakan tersengat aliran listrik
Menurut buku ajar keperawatan kesehatan jiwa, Tanda dan gejala halusinasi penting
perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
1) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4) Disorientasi
5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6) Cepat berubah pikiran
7) Alur pikir kacau
8) Respon yang tidak sesuai
9) Menarik diri
10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa sebab
11) Sering melamun(Afnuhazi, 2018)
E. Penatalaksanaan
Menurut (Fikri, 2019 ) ada 2 jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut:
a. Terapi Farmakologi
a) Haloperidol (HLP)
b) Chlorpromazin
c) Trihexypenidil (THP)
b. Terapi non Farmakologi
a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori
Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b) Elektro Convulsif Therapy (ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan
kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat
dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia
dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.
c. Pengekangan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset
untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat
dimobilisasi dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai
menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.(Fikri, 2019)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki.(sutejo, 2017)
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.
2) Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar
atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil dalam
pengobatan
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat. (sutejo, 2017)
5) Fisik
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan
keputusan dan pola asuh. (sutejo, 2017)
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien
memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya. (sutejo, 2017)
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah
di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau berlebihan.
7) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan berubah
dari biasanya
b) Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak logis,
berbelit-belit
c) Aktifitas motorik
d) Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya
sedih dan putus asa disertai apatis.
g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang halusinasi
lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar
dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka
tegang, dan mudah tersinggung. (sutejo, 2017)
h) Proses pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham. (sutejo, 2017)
j) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
k) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek, mudah
lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak
mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.
m) Kemampuan penilaian
a) Makan
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan klien
untuk membersihkan diri.
c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali.
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya istirahat
klien terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
9) Aspek medis
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan menurut (Widya, 2018) yaitu :
a. Tujuan Umum
b. Tujuan khusus :
a. Kriteria evaluasi:
Islam beserta seluruh petunjuk yang ada yang ada di dalam al-Qur’an
merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri
manusia (rohani). Seperti dalam surah Qs. Al-isra ayat 82 dan Qs. Yunus ayat 57 :
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian” (Qs. Al-Isra:82)
Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat (agama) dari
Tuhanmu sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam, dada (rohani), sebagai
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman".(Qs. Yunus :57)
Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma. (2019). Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic Noc Edisi 2. (M. Action (ed.)).
Dalam, T. A., Halusinasi, M., & Skizofrenia, P. P. (2020). Jurnal Kesehatan. 02, 111–
114.
Dermawan, D., & R. (2020). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishin.
Fikri, M. (2019). Fikri, M. (2019). Asuahan Keperawatan Jiwa Pada Klien Halusinasi
Pendengaran Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Puskesmas Sempaja. Karya
Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan.
Lilik M, Azizah, dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka.
Maramis w.f. (2021). Maramis w.f. (2021). Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Surabaya :
Erlangga. Erlangga University Press.