Oleh :
KELOMPOK 2
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kepada
kami kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah
“KEPERAWATAN KELUARGA” tentang “ISSUE DAN TREN KEPERAWATAN
KELUARGA DI AREA PENELITIAN”. Tugas ini kami susun dengan sebaik-baiknya
dan secara maksimal.
Dalam pembuatan tugas ini tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan. Oleh
karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan yang dapat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamu‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
Tabel Telaah Jurnal
Issue :
Issue :
Faktor perilaku yang meliputi pengetahuan,
sikap dan keterampilan keluarga terkait
pencegahan cedera berpengaruh terhadap
kejadian cedera pada anak usia sekolah.
cedera terjadi akibat keingintahuan anak dan
keberanian melakukan tindakan diluar
kemampuan pada perkembangan motoriknya
sehingga menimbulkan bahaya. Kelompok
anak usia sekolah merupakan populasi berisiko
(at risk population) yaitu sekelompok orang
yang terpapar faktor risiko dan memiliki
ancaman kesehatan. Cedera yang berpotensi
terjadi pada usia ini adalah kecelakaan
kendaraan bermotor, tersayat pisau,
tenggelam, luka bakar, keracunan, terjatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Devi, R., & Parmin, N. (n.d.). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS ARTHRITIS REUMATOID UNTUK
MENGURANGI NYERI KRONIS MELALUI PEMBERIAN TERAPI KOMPRES HANGAT SEREI. In Jurnal
Kesehatan Tadulako (Vol. 5, Issue 2).
Generasi, B., Kesehatan, J., & Hidayat, W. (n.d.). STRATEGI PENCEGAHAN PRESSURE
INJURIES (PI) BERDASARKAN EVIDENCE-BASED PRACTICE (EBP): A SYSTEMATIC
REVIEW. Bina Generasi;Jurnal Kesehatan, Edisi, 11, 2020.
Laga, Y., Kusuma, H., & Nada, S. (2021). MEDICA MAJAPAHIT ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI GANGGUAN MOBILITAS
FISIK PASCA STROKE DI MASA PANDEMI COVID-19 DI DESA SOOKO KEC. SOOKO
KAB. MOJOKERTO (Vol. 13, Issue 1).
Monsen, K. A., Swenson, S. M., Klotzbach, L. v., Mathiason, M. A., & Johnson, K. E. (2017).
Empirical evaluation of the changes in public health nursing interventions after the
implementation of an evidence-based family home visiting guideline. Kontakt, 19(2), e75–e85.
https://doi.org/10.1016/j.kontakt.2017.03.002
Utami, R. A., Setiawan, A., & Fitriyani, P. (2018). PENERAPAN SYMBOLIC MODELING
MELALUI PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DALAM
MENURUNKAN KEJADIAN CEDERA PADA ANAK USIA SEKOLAH. JKH, 2, 2621–8704.
Zimansky, M., Stasielowicz, L., Franke, I., Remmers, H., Friedel, H., & Atzpodien, J. (2020). Effects
of Implementing a Brief Family Nursing Intervention With Hospitalized Oncology Patients and
Their Families in Germany: A Quasi-Experimental Study. Journal of Family Nursing, 26(4),
346–357. https://doi.org/10.1177/1074840720967022
Lampiran
*Email :ratnadevi.unhas@gmail.com
ABSTRAK
Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Masalah yang sering timbul pada penderita Arthritis
Rheumatoid yaitu nyeri Kronis. Prevalensi penyakit sendi di sulawesi tengah sendiri pada tahun 2009
berada di posisi ke-12 di Indonesia sebesar 29,7%, sedangkan pada tahun 2013 berada pada posisi ke6
yaitu sebesar 26,7% dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa prevalensi penyakit sendi di Sulawesi
Tengah mengalami penurunan, namun terjadi peningkatan posisi terbanyak. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan Asuhan keperawatan Keluarga Pada Kasus Arthritis reumatoid Untuk
Mengurangi Nyeri Kronis Melalui Pemberian Terapi kompres Hangat Serei. Metod e yang di pakai
adalah metode kualitatif keluarga, keluarga di ajarkan memberikan terapi kompres hangat serei untuk
mengurangi nyeri sendi pada pasien Arthritis Reumatoid. Berdasarkan askep keluarga yang penulis
lakukan pada ke dua keluarga, masalah utama yaitu nyeri kronis dan di laksanakan intervensi pemberian
kompres hangat serei pada kedua keluarga teratasi. Hasil studi kasus menunjukan bahwa terapi kompres
hangat serei dapat mengurangi nyeri pada kedua keluarga. Tingkat kemandirian kedua keluarga
meningkat dari KM-II menjadi KM-III dan di harapkan kedua keluarga dapat melakukan secara mandiri.
Kata Kunci : Kompres hangat serei, Nyeri Kronis, Arthritis Reumatid, Keluarga
ABSTRACT
Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease in which joints (usually the joints of the hands and feet)
experience inflammation, resulting in swelling, pain and often eventually causing damage to the inside of
the joint. The problem that often arises in Rheumatoid Arthritis sufferers is Chronic pain. The prevalence
of joint disease in Central Sulawesi alone in 2009 was in the 12th position in Indonesia at 29.7%, while in
2013 it was in the 6th position which amounted to 26.7% of the data concluded that the prevalence of
joint disease in Central Sulawesi it has decreased, but there has been the most increase in position. This
study aims to describe family nursing care in rheumatoid arthritis cases to reduce chronic pain through
the provision of therapy for warm compresses of cereals. The method used is a qualitative family method,
the family is taught to provide a therapy for warm cereal compresses to reduce joint pain in patients with
rheumatoid arthritis. Based on family planning, the author did the two families, the main problem was
chronic pain and carried out the intervention of giving warm cereal compresses to both families was
overcome. The results of the case study show that the therapy of warm cereal compresses can reduce pain
in both families. The level of independence of the two families increased from KM-II to KM-III and it was
hoped that the two families could do it independently.
Metode pengumpulan data menggunakan Analisis data dan penyajian data pada
wawancara di mana wawancara menanyakan penelitian ini menggunakan pengumpulan data
atau membuat tanya jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien biasa HASIL
juga disebut anamnese. Wawancara berlangsung di mana data dikumpulkan melalui wawancara
untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan langsung klien dan keluarga., mengobservasi
dengan masalah yang dihadapi klien dan tingkah laku atau perilaku klien dan keluarga
merupakan suatu komunikasi yang tentang masalah kesehatannya serta lingkungan
direncanakan. Hal-hal yang dikaji dalam klien.
wawancara adalah tentang biodata, keluhan
Mereduksi data
utama, riwayat kesehatan. Observasi, yaitu
Data subjektif adalah data yang didapatkan
mengamati perilaku dan keadan pasien untuk
dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
memperoleh data tentang masalah kesehatan
suatu situasi dan kejadian dan bisa juga
dan keperawatan klien. Pemeriksaan fisik,
didapatkan dari keluarga klien. data objektif
dilakukan yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
adalah data yang didapatkan melalui observasi
perkusi, dan auskultasi.Dilakukan untuk
pada klien, keluarga dan lingkungan.
melengkapi data yang sudah ditemukan
pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
sebelumnya. Studi dokumentasi merupakan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada
hasil yang didapatkan dari sebuah pemeriksaan
klien. penyajian data penyajian data yang
dilakukan secara teks naratif dan tabel.
Tabel 1.1 Perbandingan tugas kesehatan keluarga “Mengenal Masalah Kesehatan Arthritis
Reumatoid pada Dua Keluarga”
Keluarga I (Ny.A) Keluarga II (Ny.I)
Implementasi Evaluasi Implementasi Evaluasi
Sabtu, 15 september 2018 Jam 14.50 WIB Sabtu, 15 september Jam 16.00 WIB
Jam 14.30 WIB S: 2018 S:
- Keluarga Jam 15.30 WIB - Keluarga
Anggota keluarga yang ikut : megatakan megatakan senang
Nn.Y senang di Anggota keluarga di kunjungi oleh
kunjungi oleh yang ikut : Tn.T peneliti
peneliti - Ny.I mengatakan
Pengajaran proses penyakit :
- Ny.A mengatakan tidak tahu apa itu
1. Mengkaji pengetahuan Pengajaran proses
pasien mengenai masalah hanya mengenal Arthritis
penyakit :
kesehatannya dan apa itu yang namanya Reumatoid yang dia
1. Mengkaji
Arthritis Reumatoid. rematik dan pengetahuan tahu hanya rematik
Hasil : biasanya pasien mengenai yang biasanya
Ny.A mengatakan Arthritis menyerang pada masalah merasa kram pada
Reumatoid adalah penyakit kaki,tangan atau kesehatannya dan sendi jari kaki
yang hanya mereka kenal persendian. apa itu Arthritis seperti yang dia
namanya dengan rematik - Nn.Y mengatakan Reumatoid. rasakan saat ini.
biasanya menyerang pada Arthritis Hasil : - Ny.I mengatakan
kaki, tangan atau Reumatoid adalah Ny.I mengatakan Arthritis
persendian dan Nn.Y tidak tahu apa itu Reumatoid/rematik
apabila
mengatakan Arthritis Reumatoid terjadi apabila
Arthritis Reumatoid adalah merasakan kram
yang dia tahu hanya klien melakukan
apabila merasakan kram seperti rematik yang
seperti kesemutan pada kesemutan pada pekerjaan yang
biasanya merasa
kaki seperti yang di rasakan kaki seperti yang kram pada sendi jari berat.
ibunya saat ini. di rasakan ibunya kaki seperti yang dia - Ny.I mengatakan
2. Peneliti menjelaskan saat ini rasakan saat ini. tanda-tanda dari
tentang Arthritis - Ny.A dan Nn.Y 2. Peneliti Arthritis
Reumatoid Hasil : mengatakan menjelaskan
Ny.A dan Nn.Y mengatakan tentang Arthritis
terjadinya
Reumatoid
mengerti
Hasil :
3. Peneliti menjelaskan persendian kaki di berikan oleh Arthritis
patofisiologi penyakit dan tangan. peneliti. Reumatoid
Arthritis Reumatoid. 5. Memberikan 6. Mendiskusikan karena bekerja
Hasil : informasi pola hidup yang terlalu berat dan
Ny.A dan Nn.Y pada pasien perlu di jaga apabila merasa
mengatakan terjadinya mengenai seperti pola dingin.
Arthritis Reumatoid masalahnya makan dan - Ny.A dan Nn.Y
apabila merasa dingin gaya hidup mengatakan
saat ini.
terutama pada pagi hari. misalnya tanda dari
Hasil :
4. Menjelaskan tanda dan berolahraga. Arthritis
Ny.A dan Nn.Y
gejala yang sering terjadi Hasil : Reumatoid
mengatakan
pada Arthritis Reumatoid. Ny.A dan Nn.Y adalah
mengerti dan
Hasil : mengatakan sakit/kram pada
sudah
Ny.A dan Nn.Y akan belajar persendian kaki
mengetahui
mengatakan merubah pola dan tangan. O :
kondisinya saat
tanda dari Arthritis makan dan - Ny.A dan Nn.Y
ini setelah
Reumatoid adalah gaya hidup nampak
mendapatkan
sakit/kram pada keluarga. mengerti dan
informasi yang
menganggukan kepala 4.Menjelaskan hidup misalnya membatasi
- Ny.A dan Nn.Y nampak tanda dan gejala berolahraga. Hasil : pekerjaan yang
kooperatif A : yang sering terjadi Ny.I dan Tn.T berat-berat. O :
- Tujuan khusus pertama pada Arthritis mengatakan setuju - Ny.I dan Tn.T
teratasi yaitu keluarga Reumatoid Hasil : dan akan belajar nampak cukup
mampu mengenal masalah Ny.I mengatakan meruah gaya hidup mengerti
kesehatan tanda-tanda dari keluarga misalnya - Ny.I dan Tn.T
- Keluarga kooperatif P : Arthritis dengan nampak kooperatif
- Lanjutkan intervensi Reumatoid yaitu berolahraga dan A:
tujuan khusus yang ke dua seperti ia membatasi - Tujuan khusus
yaitu meningkatkan merasakan pekerjaan yang pertama teratasi
kemampuan kesemutan pada berat-berat. yaitu keluarga
keluarga dalam membuat sendi jari-jari Reumatoid yaitu mampu mengenal
keputusan untuk di kakinya. seperti ia masalah kesehatan
lakukan tindakan 5.Memberikan merasakan - Keluarga kooperatif
keperawatan pada informasi pada kesemutan pada P:
anggota keluarga yang pasien mengenai sendi jari-jari - Lanjutkan
mengalami masalahnya saat kakinya. intervensi tujuan
Arthritis ini. Hasil : Ny.I - Ny. I dan Tn. T khusus yang ke dua
dan Tn.T mengatakan yaitu meningkatkan
Reumatoid
Ny.I dan Tn.T mengatakan mengatakan mengerti dengan kemampuan
mengerti mengerti dengan informasi yang di keluarga dalam
3.Peneliti menjelaskan informasi yang di berikan dan sudah membuat
patofisiologi penyakit berikan dan sudah mengetahui kondisi keputusan untuk di
Arthritis Reumatoid. mengetahui Ny.I saat ini. lakukan tindakan
Hasil : kondisi Ny.I saat - Ny.I dan Tn.T keperawatan pada
Ny.I mengatakan ini. mengatakan setuju anggota keluarga
Arthritis Reumatoid/rematik 6.Mendiskusikan dan akan belajar yang mengalami
terjadi apabila klien pola hidup yang meruah gaya hidup Arthritis
melakukan pekerjaan yang perlu di jaga keluarga misalnya Reumatoid.
berat. seperti pola dengan
makan dan gaya berolahraga dan
menjelaskan salah satu tanda dan gejala dari Arthritis
Reumatoid yang di alami oleh Ny.I.
Tabel 1.2 Perbandingan Tugas Kesehatan Kelurga : Kemampuan Merawat “Pelaksanaan
Pengajaran Tekhnik Kompres Hangat Serei Pada Dua Keluarga”
Peneliti selanjutnya melakukan kontrak waktu kembali bahwa akan melakukan tekhnik kompres
hangat serei selama empat kali. Peneliti akan mengobservasi tanda-tanda vital pasien, karakteristik nyeri
yang di rasakan oleh pasien dan terapi kompres hangat yang di berikan. Peneliti membuat standar nilai
untuk keluarga yang akan merawat anggota keluarganya dalam melakukan pelaksanaan terapi kompres
hangat serei, yaitu 25-36 (Baik), 13-24 (Cukup baik), 1-12 (Kurang). Observasi pelaksanaan terapi
kompres hangat serei di lakukan selama 4 kali dalam waktu maksimal 2 minggu.
PEMBAHASAN
Hasil pengkajian 2 keluarga pada individu yang sakit, di dapatkan hasil pada keluarga dua (Ny. I)
lebih lama merasakan nyeri akibat Arthritis Reumatoid yaitu selama dua tahun pada usia 57
tahun, sedangkan pada keluarga I (Ny. A) merasakan nyeri akibat Arthritis Reumatoid baru 6 bulan
yang lalu saat usia 55 tahun. Asumsi penulis, hal ini di sebabkan karena faktor usia dari ke dua keluarga
yang terpaut 4 tahun di mana Ny. I lebih tua 4 tahun dari Ny. A.
Menurut suratun et.al (2008) Arthritis Reumatoid di pengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya adalah faktor usia, dilihat dari rentang usia yang biasanya beresiko terkena Arthritis
Reumatoid adalah usia 50-60 tahun keatas, penyakit ini lebih cenderung diderita usia 50 tahun keatas
karena kita ketahui sistem metabolisme pada usia tersebut sudah mulai terganggu atau mengalami
penurunan fungsi, namun tidak menutup kemungkinan kelompok usia produktif juga dapat
terkena. Setiap lanjut usia penderita Arthritis Reumatoid mengalami nyeri ringan sampai sedang,
kadang bisa berat.
Selain faktor usia, penulis juga berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan perbedaan pada dua
keluarga ini yaitu faktor pendidikan dan kurang pengetahuan yang di miliki oleh anggota keluarga II. Di
mana, pada keluarga II tingkat pendidikan paling tinggi yang di miliki yaitu SMA sedangkan pada
keluarga I anggota keluarga Nn. Y anak dari Ny. A memiliki pendidikan yaitu S1. Friedman 2010
menjelaskan tugas kesehatan keluarga ada lima, yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan. Tugas kesehatan keluarga akan tercapai bila di mulai degan baik dari
pengenalan termasuk pengetahuan yang cukup tentang Arthritis Reumatoid. Berdasarkan konsep
tersebut, dapat di jelaskan bahwa meningkatnya pengetahuan keluarga tentang Arthritis Reumatoid
akan mendorong keluarga atau pasien itu sendiri untuk berperilaku yang lebih baik, terutama dalam
merawat anggota keluarga yang sakit Arthritis Reumatoid sehingga masalah yang timbul dari penyakit
tersebut yaitu nyeri dapat di atasi oleh keluarga yang di harapkan keluarga bisa mekakukannya secara
mandiri.
Hasil pengkajian yang peneliti dapatkan pada pasien II (Ny. I) menderita Arthritis Reumatoid
mengalami keluhan nyeri pada sendi-sendi jari kedua kakinya karena memiliki kebiasaan bekerja terlalu
berat yang di buktikan dengan Ny. I mengatakan “Nyeri di rasakan jika setelah selesai bekerja dan
merasa kelelahan”. Menurut sarwono (2013) Arthritis Reumatoid lebih sering terjadi pada orang yang
mempunyai aktivitas yang berlebih dalam menggunakan lutut dan kaki yang sering jongkok, karena
terjadi penekanan yang berlebih pada lutut sehingga menimbulkan peradangan pada sendi. Umumnya,
semakin berat aktivitas yang di lakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka pasien akan
lebih sering mengalami Arthritis Reumatoid terutama pada bagian sendi yang biasa lebih sering di
rasakan pada sendi-sendi jari dan pergelangan kaki. Sehingga, dalam proses penyembuhan sebaiknya
keluarga I membantu anggota keluarganya yang sakit untuk membatasi aktivitas-aktivitas beratnya.
Sedangkan pada Ny. A, yang menyebabkan nyeri akibat Arthritis Reumatoid yaitu ketika klien merasa
dingin terutama di rasakan saat pagi hari, hal ini di buktikan dengan Ny. A mengatakan “nyeri di
rasakan apabila terlalu merasa dingin terutama pada pagi hari”. Sarwono (2011) juga mengatakan
bahwa selain aktivitas yang berlebihan suhu dingin juga berpengaruh pada penderita Arthritis
Reumatoid yang merupakan penyakit autoimun ketika sel-sel pertahanan tubuh menyerang tubuh itu
sendiri di mana persendian menjadi lebih sensitif sehingga terjadi peradangan di semua sendi akibat
reaksi imun berlebihan. Pada musim dingin yang ekstrim, pembuluh darah mengkerut sehingga asupan
darah terutama ke daerah kaki berkurang dan organ-organ akan menyimpan panas. Kulit menjadi lebih
kaku menyebabkan lebih banyak tekanan pada saraf-saraf yang sudah sensitif.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Rheumatology
Friedman (2010). Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek, edisi 4, Jakarta : EGC
Indonesia, (2013).
ABSTRACT
Family support is very important in optimizing the health of sick family members. The purpose of this
case study is for families to be able to care for a family member experiencing impaired physical mobility
after a stroke at home to minimize going to health facilities due to the COVID-19 pandemic. The design
used in this research is a case study, using 2 families, then nursing care diagnoses, interventions,
implementation and evaluation are made. The diagnosis of impaired physical mobility is related to the
inability of the family to care for sick family members. Methods of data collection by interview,
observation, and documentation using the format of family nursing care. The results obtained from the
study are that families are unable to care for sick family members. Interventions and implementations
carried out are planning ROM (Range of Motion) therapy according to needs, teaching clients and
families about ROM. The evaluation found that the family of client 1 and client 2 said that they could
care for family members who had impaired physical mobility after stroke with ROM
Kata kunci : Care, nursing, family.
A. PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular PTM merupakan masalah kesehatan utama terbesar secara global. Stroke
merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yaitu suatu gangguan fungsi syaraf lokal atau
global yang munculnya mendadak ,progresif, dan cepat disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak nontraumatik, gangguan syraf tersebut dapat menimbulkan gejala berupa perubahan
kesadaran, kelumpuhan wajah atau anggota badan, kematian (Ramatillah, 2019). Sehingga
menimbulkan kerusakan fungsional menyebabkan seseorang menderita kecacatan yang
menurunkan mobilitas, penderita stroke menjadi tidak produktif akan semakin bergantung kepada
orang lain dalam melakukan aktivitas tertentu (Karunia, 2016).
Pandemi covid-19 merupakan masalah baru dalam kehidupan masyarakat ,penyebaran dan
penularan begitu cepat,fasilitas umum memiliki resiko tinggi terjadinya penularan covid-19,untuk
itu kegiatan Pendidikan kesehatan dan pemberdayaan mayarakat dalam upaya pencegahan
penularan covid sangat penting untuk dilakukan (Kusuma, 2018). Pentingnya peran keluarga pada
klien pasca stroke belum optimal di tunjang dengan pada masa pandemi covid-19 untuk datang ke
rumah sakit membawa resiko tinggi terpapar oleh virus covid-19, maka dilakukan perawatan di
rumah. Keluarga mempunyai peran penting dalam mencegah terjadinya penyebaran Covid-19
dengan menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan)
(Komite penanganan covid-19, 2021).
Salah satu masalah kesehatan di indonesia yaitu adanya pandemi Covid-19, angka kejadian covid-
19 965.283 positif, 781.147 pesien yang telah sembuh dan 27.453 penderita covid-19 yang
meninggal (Komite penanganan covid-19, 2021). Hasil penelitihan terdahulu didapatkan gaya hidup
dan pengetahuan yang kurang mengakibatkan ketidakmampuan terlibat langsung dalam
perawatan pasca stroke di rumah. Pravelensi stroke di indonesia yang tertinggi pada urutan
pertama yakni Kalimantan timur dan Jawa tengah pada urutan ke 11, dengan kisaran umur tertinggi
yakni >75 tahun (50,2%) dengan jumlah presentasi paling banyak laki-laki (11%), dan perempuan
(10,9%). Data yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Jawa Timur tahun 2018 didapatkan
bahwa tertinggi adalah kota malang dengan 17,2 dan sumenep terendah yaitu 2,49 dan Mojokerto
dengan 12,38 (Riskesdas., 2018). Data yang diperoleh di desa sooko rt/rw 02/09 terdapat lebih dari
10 orang (7%) terdeteksi stroke.
Faktor penyebab terjadinya PTM stroke adalah pola hidup yang tidak sehat, di antaranya konsumsi
makanan yang tidak seimbang, tidak melakukan aktivitas fisik, pengaruh lingkungan, sehingga
memimicu terjadinya stroke. Pecahnya pembuluh darah diotak atau terjadinya thrombosis dan
emboli. Gumpalan darah akan masuk kealiran darah sebagai akibat dari penyakit lain atau karena
adanya bagian otak yang cedera dan menyumbat arteri otak, akibatnya fungsi otak berhenti dan
menjadi penurunan fungsi otak (Nasution, 2020).
Stroke menimbukan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, sosial serta
membutuhkan penanganan yang komperhensif termasuk upaya pemulihan dilakukan dalam
jangka lama bahkan sapanjang masa hidup. Rita Nurini selaku Ketua Umum Koalisasi Perlindungan
Masyarakat (Kopmas) mengatakan banyak masyarakat enggan ke rumah sakit sehingga pasien yang
tidak mendapatkan penanganan yang tepat kondisinya semakin memburuk (Indah, 2020), hal
kemungkinan terjadi adalah berdampak fatal terjadinya kelumpuhan bahkan kematian.
Dukungan besar dari keluarga sangat membantu karena keluarga sebagai unit pelayanan
perawatan yang dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya. Pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan terapi latihan penatalaksanaanya
menggunakan gerakan aktif atau pasif, latihan menggerakkan persendian sesuai dengan rentang
geraknya. Latihan ROM (Range Of Motion) merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal pada
penderita stroke (Sugijati, 2016).
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada
klien dan keluarga dengan melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga
mengalami gangguan mobilitas fisik. Meliputi adanya pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Partisipan pada penelitian ini adalah keluarga
dengan anggota keluarga mengalami gangguan mobilitas fisik sebanyak 2 (dua) responden di Desa
Sooko Kecamatan Sooko. Hasil pengkajian diperoleh melalui teknik wawancara, sedangkan untuk
mengetahui rendahnya Activity Daily Living dilakukan pemeriksaan fisik ekstrimitas dan mengkaji
sejauh mana keluarga dapat merawat anggota keluarga yang sakit. Dilanjutkan dengan
memberikan pendidikan kesehatan ROM(Range Of Motion) pada anggota keluarga.
C. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Identitas Pada Keluarga Penderita Stroke
KLIEN 1
KLIEN 2
Genogram
Keluarga 1 Tn. H
Gambar 4.1 Genogram Keluarga 1 Dengan Gangguan
Mobilitas Fisik
Keluarga 2 Ny. S
: Menikah : Klien
: Meninggal : Responden
Tabel 4.4 Hasil evaluasi keluarga pada anggota keluarga gangguan mobilitas fisik
pasca stroke tanggal 13 Maret 2019 di Desa Sooko
Berdasarkan penelitian pada kedua keluarga memiliki masalah keperawatan yang sama yaitu
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit dan defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah .Dari skala prioritas keluarga 1 dan keluarga 2 ditemukan 1 diagnosa
keperawatan prioritas yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
anggota keluarga dalammerawat anggota keluarga yang sakit. Pada keluarga 1 dan 2 dilakukan
intervensi yang sama yaitu monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan, rencakan terapi ROM sesuai dengan kebutuhan, ajarkan klien dan keluarga
tentang ROM, kaji kemampuan dalam mobilisai, latih klien dan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan ADL secara mandiri.
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 4x kunjungan keluarga pada klien 1 dan 2 menunjukkan
bahwa klien 1 masalah teratasi ditunjukkan dengan keluarga dapat merawat anggota keluarga yang
sakit dengan mendemonstrasikan latihan ROM dan melaksanakan 2x dalam sehari. Sedangkan pada
klien 2 masalah dapat terataasi ditunjukkan dengan keluarga dapat merawat anggota keluarga yang
sakit dengan mendemonstrasikan latihan ROM dan melaksanakan 3x dalam sehari. Aspek kejiwaan
dan motivasi sangat berpengaruh dalam pelaksanaan terapi ROM, pengamatan tindakan yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan, hubungan interpersonal memberi
dampak positif bagi kehidupan individu lain, apa yang dilakukan oleh yang satu akan
mempengaruhi yang lain.
E. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian secara statistik menunjukkan ada Terdapat masalah keperawatan yang
sama antara klien 1 dan 2 dengan keluhan yang muncul, pada keluarga 1 keluhan yang muncul
yaitu nyeri pada kaki kanan sehingga sulit untuk melkukan aktivitas sehari-hari. Pada keluarga 2
didapatkan bahwa nyeri pada kaki kanan dan kesemutan pada tangan kanan. Kedua keluarga ingin
mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit, karena takut untuk datang ke fasilitas
kesehatan pada saat ini karena terjadi pandemi covid-19.
Tindakan yang dilakukan pada keluarga 1 dan keluarga 2 yaitu monitoring vital sign sebelum dan
sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan, rencakan terapi ROM sesuai dengan
kebutuhan, ajarkan klien dan keluarga tentang ROM, kaji kemampuan dalam mobilisai, latih klien
dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri. Dukungan besar dari keluarga
sangat membantu karena keluarga sebagai unit pelayanan perawatan yang dapat meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota yang sakit dan
dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya. Pemberian asuhan keperawatan
keluarga dengan terapi latihan penatalaksanaanya menggunakan gerakan aktif atau pasif, latihan
menggerakkan persendian sesuai dengan rentang geraknya. Latihan ROM (Range Of Motion)
merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke (Sugijati, 2016). Pandemi
covid-19 merupakan masalah baru dalam kehidupan masyarakat ,penyebaran dan penularan begitu
cepat (Kusuma, 2018) Pentingnya masyarakat dalam mengikuti kegiatan program pos pembinaan
terpadu penyakit tidak menular (Posbindu-PTM) merupakan salah satu upaya untuk meminimalkan
faktor risiko penyakit tidak menular pada masyarakat Kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi
pendidikan, pencegahan kesehatan pada masyarakat tentang penyakit tidak menular (Kusuma,
2018). Meningkatkan pengetahuan covid-19 serta kesehatan dan dan upaya pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Indah, H. (2020, November 30). Masyarakat tidak perlu takut ke rumah sakit di masa pandemi.
Karunia, E. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity Of Daily Living
Pasca Stroke. jurnal berkala epidemiologi, 4(2), 213-224.
Kusuma, Y. L. H., Puspitaningsih, D., Dwisyalfina, A., & Widayanti, E. (2018). Pembentukan Program Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) Dengan Memanfaatkan Dana
Desa Pemerintah Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal–Mojokerto: The Creating Of Integrated
Center Program (POSBINDU) Non Infection Disease (PTM) Using Village Funding In Ngrowo
Village Kecamatan
Bangsal-Mojokerto. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Kesehatan, 4(2), 68-75.
Kusuma, Y. L. H., Fatmawati, A., & Mafticha, E. (2021). Pendidikan Kesehatan Dan Pemberdayaan
Masyarakat Sebagai Upaya Pencegahan Penularan Covid-19. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri),
5(3), 1060-1070.
Nasution, L. (2020). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stroke Di Ruang Unit Stroke RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2019.
Ramatillah, D. L. (2019). Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien Stroke Iskemik Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit X Di Palembang Februari-April 2019.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Sugijati. (2016). Hubungan Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat Tentang Mobilisasi (ROM) Pada
Pasien Stroke.
Pengaruh Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga terhadap
Perawatan Kesehatan Anggota Keluarga Lansia
Abstrak
Latar Belakang dan Tujuan: Keluarga mempunyai peran penting terhadap pembentukan karakter
individu, keluarga dapat berfungsi dalam memenuhi segala kebutuhan anggota keluarganya. Aktivitas
keluarga dalam menjalankan fungsi kesehatan keluarga tidak terlepas dari lima tugas kesehatan
keluarga. Unit fungsional terkecil dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga,
anggota keluarga memiliki peran penting dalam keterlibatan pemberian asuhan keperawatan keluarga
khususnya pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga terhadap perawatan kesehatan anggota keluarga lansia.
Metode: Desain penelitian menggunakan pra-eksperimental dengan one-group pre-post test design.
Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan lansia sejumlah 40
responden yang diambil menggunakan consecutive sampling.
Hasil: Uji statistik menggunakan t test dependent dengan nilai α = 0,05. Hasil uji statistik t-test dependent
diperoleh p value 0,000 dengan α = 0,05.
Simpulan dan Implikasi: Ada pengaruh pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga terhadap
perawatan kesehatan anggota keluarga lansia. Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan lansia sehingga keluarga bisa mandiri dan mampu melaksanakan tugas
Sitasi: Hidayat, C.T. (2021). Pengaruh pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga terhadap perawatan kesehatan anggota
keluarga lansia10.32528/ijhs.v13i1.5150 . The Indonesian Journal of Health Science. 13(1), 103-109. DOI:
Copyright: ©2021 Hidayat, C.T. This is an open-access article distributed under the terms of the
Creative Commons Attributionuse, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author and source are
credited.-NonCommercial 4.0 International License, which permits unrestricted
Abstract
Background and Aim: The family has an important role in the formation of individual character. The
most important system for individuals is the family, where the family functions to meet the needs of family
members including biological, educational, psychological, sociocultural, and health functions. Family
activities in carrying out family health functions cannot be separated from the five family health tasks The
smallest functional unit in providing family nursing care is the family, family members have an important
role in the involvement of providing family nursing care. The purpose of this study was to determine the
effect of the implementation of family nursing care on the health care of elderly family members.
Methods: The research design used pre-experimental with one-group pre-post test design. The sample in
this study was a family that has family members with elderly a number of 40 respondents who were taken
using consecutive sampling. Results: Statistical test using t test dependent with a value of = 0.05. The
results of the statistical test obtained p value 0.000 with = 0.05.
Conclusion: There is an effect of implementing family nursing care on the health care of elderly family
members. It is expected that nurses can provide nursing care for families with the elderly so that families
can be independent and able to carry out family health tasks well.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Friedman 2014 di Amerika Serikat, mengenai efek
kunjungan rumah dan intervensi perawat dibanding dengan aktivitas biasa, pada pemenuhan Activity
Daily Life (ADL) dengan jumlah 499 lansia, bahwa terdapat penurunan ketergantungan dalam
pemenuhan ADL setelah dilakukan kunjungan rumah dan intervensi perawat pada lansia. Lanjut usia
adalah tahap akhir dari tahap perkembangan keluarga, pada tahapan ini lansia sudah mengalami
kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Maryam et al., 2008).
Semakin lanjut usia seseorang maka kemampuan fisik, ekonomi, dan kesibukan sosialnya akan
berkurang.
Pengaruh proses menua akan mengancam kemandirian dan kualitas hidup (Baroroh & Irafayani, 2015).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember didapatkan angka
kunjungan dengan jumlah keluarga yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 321, jumlah
anggota keluarga yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 436, jumlah perawatan
penanganan risiko tinggi sebanyak 247. Selain itu di Puskesmas Kaliwates Kabupaten Jember didapatkan
angka sepuluh penyakit terbanyak dari kunjungan lansia di Puskesmas pada tahun 2019 dengan
penyakit: Hipertensi 5899 kasus, Diabetes Mellitus 4321 kasus, gastritis 1564 kasus, gangguan nefrotik
1713 kasus, penyakit kulit alergi 1150 kauss, penyakit jantung iskemik 458 kasus.
Tingginya angka kesakitan lansia dan angka harapan hidup lansia, secara langsung dapat
meningkatkan ketergantungan pemenuhan kebutuhan lansia (Yusselda & Wardani, 2016). Keluarga
menjadi faktor utama dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat secara optimal karena memiliki
keterkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki fungsi utama dalam masyarakat dan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat. Peran keluarga sebagai kelompok dapat melakukan aktivitas
pencegahan, memelihara, menimbulkan, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan yang
ada di dalam kelompok keluarga. Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya, yang berarti keluarga menjadi faktor utama dalam menentukan kondisi
sehat dan sakitnya anggota keluarganya, yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah
kesehatan anggota keluarga. Keluarga menjadi unit terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat pula. Apabila terdapat salah satu
anggota keluarga yang sakit maka akan mempengaruhi sistem keluarga, komunitas setempat bahkan
komunitas secara luas. Oleh sebab itu kesehatan dan kemandirian keluarga merupakan kunci utama
pembangunan kesehatan masyarakat (Ekasari, 2008).
Unit fungsional terkecil dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga, peran
dan partisipasi keluarga sangat mempengaruhi hasil dari asuhan keperawatan keluarga lansia tersebut
(Badriyah, 2013). Selain keluarga, perawat juga memiliki peran penting yakni sebagai pendidik,
koordinator atau penghubung, advokat atau pelindung, pemberi pelayanan langsung, konselor, dan
modifikator lingkungan.
Pelaksanaan pelayanan keperawatan keluarga selaras dengan tiga tingkat pencegahan. Tingkat
pertama (promotion dan primary prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention),
maupun pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention). Setiap pencegahan melibatkan keluarga sebagai
mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari setiap pelayanan keperawatan yang
diberikan pada keluarga (Depkes RI, 2006).
Beberapa penelitian hanya berfokus pada peningkatan peran keluarga dan upaya melibatkan
keluarga. Sedangkan evaluasi dari tindakan pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga belum pernah
dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga terhadap perawatan kesehatan anggota keluarga lansia.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan jenis kuantitatif dengan pendekatan praeksperimental dengan metode
onegroup pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga dengan lansia sejumlah 40
responden yang diambil menggunakan consecutive sampling. Consecutive Sampling yaitu semua subyek
yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi (Notoatmodjo, 2010).
Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji statistik (uji T
dependen) yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh asuhan keperawatan keluarga pada
terhadap perawatan kesehatan pada keluarga lansia.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa jenis kelamin
didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 26 orang (65%) dan mayoritas usia 61-70 tahun yaitu
sebanyak 20 orang (50% ).
.
(n= 40)
Karakteristik F Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 35
Perempuan 26 65
Usia
50-60 Tahun 14 35
61-70 Tahun 20 50
> 70 Tahun 6 15
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum diberikan asuhan keperawatan keluarga tentang perawatan
kesehatan bagi lansia sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu 20 orang (50 %). Sedangkan
setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga tentang perawatan kesehatan bagi
lansia sebagian besar berada pada kategori baik yaitu 26 orang (65%).
Tabel 2. Data responden sebelum dan sesudah diberikan asuhan keperawatan keluarga tentang
perawatan kesehatan bagi lansia
Kurang 4 10
Cukup 10 25
Baik 26 65
Berdasarkan tabel 3 hasil uji statistik t-test dependent diperoleh p value 0,000 dengan α = 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan keluarga
terhadap perawatan kesehatan bagi lansia.
PEMBAHASAN
Hasil sebelum diberikannya asuhan keperawatan keluarga menunjukkan bahwa pemahaman
keluarga tentang perawatan kesehatan bagi lansia sebagian besar berada pada kategori cukup. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit
yang dialami oleh semua anggoota keluarga. Sejalan dengan penelitian (Peter & Penzel, 2020) diketahui
masih kurangnya pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan
keluarga untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan di dalam keluarga. Rendahnya
pengetahuan keluarga tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: tingkat pendidikan kepala
keluarga yang masih rendah, status sosial ekonomi keluarga yang bervariasi, serta keterbatasan tenaga
petugas kesehatan dari Puskesmas untuk membina keluarga diwilayah kerjanya. Menurut
(Notoatmodjo, 2007), banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, diantaranya adalah: faktor
internal (pengetahuan, status sosial ekonomi), dan faktor eksternal (dukungan sosial khususnya dari
petugas kesehatan).
Strategi perubahan perilaku adalah dengan memberikan informasi tentang cara menghindari
penyakit dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya dengan pengetahuan tersebut dapat
menimbulkan kesadaran di antara masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki. Penelitian (Basuki, 2006) memperlihatkan bahwa metode pendidikan kesehatan mempunyai
hubungan yang bermakna dalam peningkatan pengetahuan. Penelitian Basuki ini sesuai dengan hasil
pada penelitian ini, di mana rata-rata kemandirian keluarga mengatasi masalah kesehatan sesudah
diberikan asuhan keperawatan keluarga (2,26 menjadi 3,68). Rata-rata kemampuan dalam mengatasi
masalah kesehatan di keluarga berada pada tingkat kategori baik setelah dilakukan pemberian asuhan
keperawatan keluarga.
SIMPULAN
Pemberian asuhan keperawatan keluarga efektif dalam meningkatkan perawatan kesehatan
lansia.
SARAN
Diharapkan penelitian ini dapat menjadikan asuhan keperawatan keluarga sebagai referensi bagi
masyarakat untuk memberikan perawatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan tugas
kesehatan keluarga dengan baik. penelitian ini dapat menjadi masukan dan digunakan dalam melakukan
intervensi keperawatan keluarga untuk penanganan permasalahan masyarakat yang mengalami masalah
kesehatan didalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Agrina, A., & Zulfitri, R. (2012). Efektifitas asuhan keperawatan keluarga terhadap tingkat kemandirian
keluarga mengatasi masalah kesehatan di keluarga. Sorot, 7(2), 81.
https://doi.org/10.31258/sorot.7.2.
2003
M. N. (2018). Hubungan pelaksanaan tugas keluarga dalam kesehatan dengan kemandirian lansia
dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, 4(1).
https://doi.org/10.36053/mesence
phalon.v4i1.69
Baroroh, D. B., & Irafayani, N. (2015). Peran keluarga sebagai care giver terhadap pengelolaan aktifitas
pada lansia dengan pendekatan NIC (Nursing Intervention Classification) Dan NOC
(Nursing Outcome Classification). Jurnal Keperawatan, 3(2), 141– 151.
Basuki. (2006). Efektifitas metoda penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan tentang hygiene pada
murid SD
KecamatanSeberida Kabupaten Indragiri Hulu. Tesis. Universitas Sumatra Utara.
Depkes RI. (2006). Pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit di
Indonesia. Depkes RI.
Friedman. (2003). Family nursing : research, theory & practice, 4th ed. Appleton and Lange.
Friedman, & Marilyn, M. (2010). Keperawatan keluarga teori dan praktik. terjemahan. Jakarta: EGC
Guriti, G., & Ismarwati, I. (2020). Peran keluarga pada perawatan lansia. Jurnal Keperawatan, 12(2),
241–244.
Karlina, L., & Kora, F. T. (2020). Hubungan peran perawat sebagai care giver dengan tingkat kecemasan
pada lansia correlation between the role of nurse as a care giver with level of anxiety in the elderly.
Jurnal Kesehatan
Cipta.
Meningkatkan Kesehatan Lansia Peter, H., & Penzel, T. (2020). Hubungan pengetahuan kesehatan
terhadap peran keluarga dalam perawatan lansia dengan gangguan mobilitas fisik di ruang perawatan
RSUD Pakuhaji Kabupaten Tangerang. 3(1), 1–1. https://doi.org/10.1007/978-3- 642-54672-3_415-
1
Susanto, T. (2010). Pengaruh Terapi keperawatan keluarga terhadap tingkat kemadirian keluarga dengan
permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja di Kelurahan Ratujaya Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok. Jurnal Keperawatan, 1(2), 9. file:///C:/Users/USER/Downloads
/1593-3845-1-SM (1).pdf Yusselda, M., & Wardani, I. Y. (2016). Dampak dukungan keluarga
terhadap kualitas hidup lansia. Jurnal Keperawatan, 8(1), 9–13.
ISSN: 2548-1843 30
EISSN: 2621-8704
1)
Akademi Keperawatan RS Husada, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10730,Indonesia
2)
Departemen Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail: ressa.andriyani.utami@gmail.com
Abstrak
Cedera menjadi ancaman kesehatan dunia karena 7% kematian diakibatkan oleh cedera. Hasil riset kesehatan
dasar (2013) menunjukkan bahwa kejadian cedera yang terjadi di rumah sebanyak 36,5%. Faktor perilaku yang
meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga terkait pencegahan cedera berpengaruh terhadap kejadian
cedera pada anak usia sekolah. Strategi pencegahan cedera yang dilakukan adalah dengan Model Simbol
menggunakan video animasi melibatkan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
penerapan Model Sandi (Simbol Andi) dalam pencegahan cedera pada keluarga. Desain penelitian ini adalah studi
kasus. Jumlah sampel penelitian sebanyak 10 keluarga yang diambil melalui tehnik purposive sampling. Penelitian
ini dilakukan selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan keluarga serta terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga. Intervensi Model Sandi diharapkan
dapat dijadikan salah satu pendekatan intervensi keperawatan keluarga dalam menyelesaikan permasalahan risiko
cedera pada anak usia sekolah.
Kata kunci: Model Simbol, intervensi keperawatan keluarga, risiko cedera, anak usia sekolah
Abstract
Injuries are global health threat because 7% of deaths are caused by injuries. The results of basic health research
(2013) showed that the incidence of injuries that occurred at home as much as 36.5%. Behavioral factors that
include knowledge, attitudes and skills of family and school-age children related to injury prevention affect the
incidence of injury in school-aged children. Injury prevention strategy is done with the Symbol Model using video
animation involving family. This study aims to provide an overview of the application of Model Sandi (Simbol
Andi) in the prevention of injury to the family. The design of this study is a case study. The number of research
samples are 10 families taken through purposive sampling technique. This research was conducted for 6 months.
The results of the study showed that there was a change of knowledge, attitudes and skill of the family as well as
the increasing of family independence level. Intervention Model Sandi is expected to be one of the approaches of
family nursing interventions in solving the problem of risk of injury in school-aged children.
Keywords: Symbolic modeling, family nursing intervention, risk of injury, school-aged children
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan sekumpulan orang karakteristik lingkungan (lingkungan fisik
yang bersatu karena memiliki kedekatan dan sosiokultural). Zolten dan Long
emosional, kebersamaan karena ikatan (2006) menjelaskan lebih lanjut bahwa
darah pernikahan maupun proses adopsi faktor lingkungan ini salah satunya
(Friedman et al, 2003). Salah satu fungsi adalah lingkungan keluarga, yaitu berupa
keluarga adalah fungsi perawatan pola pengasuhan anak dalam keluarga
kesehatan yang meliputi pemberian (parenting) dan perhatian keluarga
perawatan kesehatan yang bersifat terhadap faktor risiko cedera pada anak.
preventif (Friedman et.al, 2003). Usaha
pencegahan cedera merupakan langkah Dalam proses pelaksanaan program,
awal yang harus dilakukan keluarga keterlibatan keluarga sangat dibutuhkan
untuk memitigasi masalah kesehatan untuk mengawal perubahan perilaku
yang lebih parah (Darmojo, 2006). yang diharapkan. Pendekatan
keperawatan keluarga dilakukan melalui
Herdman dan Kamitsuru (2014) teori Family Centered Nursing yang
mendefinisikan risiko cedera adalah hasil meliputi pengkajian dan pendekatan
interaksi antara lingkungan dengan keluarga. Keluarga merupakan unit dasar
respon pertahanan individu. Cedera dalam mengembangkan praktek asuhan
merupakan kerusakan yang timbul baik keperawatan sebelum menuju unit yang
fisik maupun mental akibat suatu agen lebih besar yaitu masyarakat dan
eksternal (Dewi & Indarwati, 2011). komunitas. Teori ini mengintegrasikan
Kuschithawati, et al (2007) menjelaskan pelayanan asuhan keperawatan dengan
bahwa cedera terjadi akibat kondisi sosioekonoi, etnik, ras dan
keingintahuan anak dan keberanian budaya yang diadopsi oleh keluarga.
melakukan tindakan diluar kemampuan (Hitchcock, Schubert &Thomas, 1999).
pada perkembangan motoriknya
sehingga menimbulkan bahaya. Program pemerintah yang ada saat ini
Kelompok anak usia sekolah merupakan yaitu Gerakan Masyarakat Sehat
populasi berisiko (at risk population) (Germas) melalui pendekatan keluarga
yaitu sekelompok orang yang terpapar sedang diterapkan di Kota Depok. Akan
faktor risiko dan memiliki ancaman tetapi penerapan terkait pencegahan dan
kesehatan (Stanhope & penanganan cedera pada anak usia
Lancaster, 2016). sekolah belum dilaksanakan secara
Cedera yang berpotensi terjadi pada usia maksimal. Program Keluarga Sehat dan
ini adalah kecelakaan kendaraan Program Kota Ramah Anak yang saat ini
bermotor, tersayat pisau, tenggelam, diterapkan Kota Depok pun belum
luka bakar, keracunan, terjatuh. mencapai indicator terkait pencegahan
Nugrahatmaja (2011) menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi cedera pada anak usia sekolah (Kemeneg
terjadinya kecelakaan pada anak dapat PP & PA, 2011).
dikatagorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
karakteristik anak Perawat keluarga dalam prakteknya
(meliputi umur dan tingkat harus menstimulasi individu, keluarga
perkembangan, jenis kelamin, dan sistem keluarga untuk dapat sehat
kemampuan kognitif, afektif dan motorik secara mandiri. Sehingga proses
serta tingkat aktivitas anak), karakteristik pengkajian, merumuskan diagnosa
agen penyebab (air, api, mainan, tempat keperawatan, intervensi, implementasi,
bermain dan bahan beracun), dan dan evaluasi
Kaakinen, J.R, Vivian, G.D, Coehlo, D.P, & Orton, Kendrick, West & Tata (2012).
Hanson S.M.H (2010). Family health care Independent Risk factors for injury in
nursing. Theory, practice, and research, Pre School Children: Three population-
4th edition. Philadelphia: Fa. A Davis based nested case control studies using
routine primary care data. Plos ONE 7(4):
Kemeneg PP & PA (2011). Kabupaten/ Kota e35193. The University of Hong Kong
Layak Anak; Bahan Advokasi Kebikajan
KLA. Kementrian Pemberdayaan dan Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011).
Perlindungan Anak Republik Indonesia. Pemahaman Individu Teknik Non Tes.
Kudus: Nora Media Enterprise
Kemenkes RI (2010). Riskesdas.
Kementerian Kesehatan. Rosenthal, T.L (2005). Psychological
modeling: Theory and Practice. Mempha
Kemenkes RI (2011). Pedoman untuk tenaga State University
kesehatan usaha kesehatan sekolah di
tingkatsekolah dasar, sekolah menengah Schwarz, et al. (1993). An injury prevention
dan pondok pesantren. Direktorat Bina program in an urban African-american
KesehatanAnak. Kemenkes RI.Jakarta
community.
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar American Journal of Public Health;
2013. Jakarta: Kemenkes. Agricultural and Environment Science
Database pg.675.
Maglaya, A. S. (2009). Nursing Practice in the
Community. (5th ed). Philippine: Sreubert & Carpenter. (1999). Qualitative
Argonauta Corporation Research In Nursing. 3rd Edition.
Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins
Nadratushalihah, (2014). Efektivitas Teknik
Symbolic Modeling Untuk Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016).
Mengembangkan Personal Safety Skills Public Health Nursing:
Peserta Didik. Universitas Pendidikan PopulationCentered Health Care in the
Indonesia. Community (8th ed.). Elsevier Science
Health Science Division.
The Canadian Injury Prevention Strategy
(2005). The built environment, injury
prevention and nursing: a summary of the
issues. Canadian nurses association.
Wahyu Hidayat
ABSTRACT
The high prevalence of the incidence of Pressure Injuries (PI) in hospitals has resulted in a culture of
patient safety in improving the quality of nursing services. There have been many research publications
that provide options for managing and preventing pressure sores. However, only some nurses apply
evidence-based practice in health services in hospitals. The aims of this study was to determine PI
prevention strategies based on Evidence-Based Practice (EBP). This type of research is systematic
review research with literature search sources conducted on four indexed journal portals, namely
PubMed, Wiley, ProQuest, and Google Scholar. The results of this study indicate that 3427 research
articles were identified, then screened by the exclusion of articles that were double publications and not
the last 10 years. Furthermore, excluding articles that are not research journals, is not free full text, and
does not fit into the variable, leaving 11 articles included. It can be concluded that PI prevention can be
improved by maximizing nursing care based on EBP. The results of the study provide intervention options
that are integrated into the delivery of nursing services to improve the quality of care. PI prevention
cannot be carried out by implementing only one preventive intervention. Maximizing all existing
interventions can reduce the incidence of PI. It is expected that nurses will continue to improve their
abilities and skills in searching and finding research results that can be used in PI prevention.
Interventions based on EBP are an innovation that needs to be improved for all nurses.
prevalensi PI sebesar 14,9% yang mana bahkan adanya luka tekan menjadi
dipengaruhi oleh usia, BB rendah, penanda buruk prognosis secara
penyakit diabetes, serta braden keseluruhan dan mungkin berkontribusi
scores(Børsting et al., 2018). Sedangkan terhadap mortalitas pasien.Selain itu, PI
prevalensi kejadian PI di Indonesia juga memperpanjang hari rawat dan
sebesar 4,5% (Amir, Lohrmann, Halfens, meningkatkan biaya perawatan. Rata-
& SChols, 2017). Tingginya angka rata biaya perawatanPI sebesar €2.34 -
dekubitus diakibatkan laporan yang tidak €77.36 per pasien per rawat inap. Angka
lengkap, sebagaimana hasil penelitian ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan
menunjukkan sebesar 69,7% laporan dengan biaya pencegahan PI sebesar
insiden cedera tekanan namun tidak €7.87 per pasien per rawat inap
dilaporkan secara akurat (Barakat- (Demarre, Verhaeghe, Annemans, &
Johnson et al., 2018). Hecke, 2015).
pasien dengan risiko tekanan ulkus setiap tiga diberitahu oleh rekan kerja(Pravikoff, Tanner,
jam pada malam hari, menggunakan & Pierce, 2005), pengalaman pribadi(Egerod
kemiringan 30°, mengurangi kejadian ulkus & Hansen, 2005), dan hanya berdasar
tekanan dibandingkan dengan perawatan kebijakan rumah sakit, bukan dari laporan
biasa(Moore, Cowman, & Conroy, 2011). penelitian(Gerrish & Clayton, 2004), sehingga
Penggunaan Sensor pasien pada perawatan hasil-hasil publikasi tidak digunakan secara
pasien di unit perawatan intensif optimal oleh perawat dalam mencegah
menunjukkan 1,6 % lebih efektif mencegah terjadinya PI di rumah sakit.
kejadian PI dibanding dengan pasien yang
tidak menggunakan sensor pasien(Pickham et Masih tingginya prevalensi kejadian
al., 2018). Penerapan pencegahan PI berbasis PI di rumah sakit mengakibatkan budaya
bukti mampu menurunkan kejadian dekubitus keselamatan pasien dalam meningkatkan
12,5% - 3,2% (Linda, 2011). Penelitian lain kualitas pelayanan keperawatan belum
menyebutkan penurunan PI dari 34,3% optimal.Telah banyak publikasi penelitian
menjadi 7,53% (Martin et al., 2017). Hal ini yang memberikan pilihan dalam
menunjukkan bahwa penerapan EBP yang baik menangani dan mencegah PI. Namun
mampu meningkatkan kualitas pelayanan yang hanya sebagian perawat saja yang
diberikan kepada pasien dan keluarga. menerapkan praktik berbasis bukti dalam
layanan kesehatan di rumah sakit.
Untuk meningkatkan penerapan EBP, Perawat yang melakukan asuhan
maka diperlukan suatu strategi yang tepat keperawatan hanya berdasar pada apa
untuk memaksimalkan pencegahan PI.Salah yang mereka pelajari saat masih
satu strategi pencegahan luka yang dapat menempuh pendidikan keperawatan.
dilakukan adalah SSKIN yang memfokuskan Padahal dalam melakukan asuhan
upaya pencegahan pada lima komponen dasar keperawatan professional dibutuhkan
yaitu surface, skin, keep moving, inkontenensia, suatu inovasi untuk memberikan
dan nutrition(Healthcare Improvement pelayanan yang efesien dan efektif dalam
Scotland, 2009). Semua elemen dalam bundel mengatasi permasalahan pasien.Hal
didasarkan pada bukti kuat (Stephen-haynes, inilah yang menimbulkan pertanyaan
2013).Bundel perawatan SSKIN sangat penting bagaimanakah evaluasi dari penerapan
dalam pencegahan PI dan harus diterapkan evidence-based nursing dalam mencegah
untuk setiap pasien yang berisiko (Stephen- pressure ulcer di pelayanan rumah sakit.
haynes, 2013). Sehingga dengan penerapan
intervensi pencegahan, diharapkan mampu
menghilangkan kejadian PI.
METODE
Algoritma pencarian literature
Meskipun demikian, perawat lebih menggunakan pendekatan PICO(T)
menerapkan apa yang mereka pelajari saat di dengan kata kunci Nurse Associate OR
pendidikan dalam pemberian pelayanan Nurse Practitioner OR Clinical Nurses
keperawatan kepada pasien. Pelayanan OR
keperawatan yang diterapkan oleh perawat
Register Nurses OR Front Line Nurses
bukan pada EBP tetapi lebih memilih untuk
AND
Evidence Based Practice OR EBP OR 2017) dan ditinjau kembali setiap kali kondisi
Evidence Based Nursing OR EBN OR pasien berubah secara signifikan (Kumar &
Evidence Based Nursing Practice OR Mahal, 2017).
EBNP AND Decubitus OR Decubitus
Ulcer OR Pressure Ulcer OR Pressure Penilaian kulit harus dilakukan maksimal 8 jam
Injuries OR Pressure Injury OR Pressure setelah pasien masuk (Hommel & Santy-
Sore OR Bed Sores OR Bed Sore OR tomlinson, 2018; Rodrigues et al.,
Bedsore.
2016). Penilaian berkelanjutan meningkatkan
Sumber pencarian literature dilakukan
prediksi dan memungkinkan penyempurnaan
pada empat portal jurnal terindeks yaitu
protokol pencegahan berbasis risiko
PubMed,
(Bergstrom et al., 1998). Penilaian risiko yang
Wiley, ProQuest, dan Google dilakukan harus dilakukan secara
berkesinambungan menggunakan alat ukur
Schoolar.Selain itu, untuk pencarian agar dapat diberikan pencegahan sedini
sekunder juga dilakukan untuk mungkin.
melengkapi literatur yang ada.
Penggunaan alat ukur dalam menilai risiko
PI hendaknya menggunakan alat ukur yang
HASIL direkomendasikan.Braden scale
Berdasarkan hasil pencarian tersebut, direkomendasikan sebagai alat ukur yang
didapatkan artikel yang teridentifikasi memiliki sensitivitas dan kapasitas prediksi
sebanyak 3427 penelitian, kemudian dilakukan yang baik untuk menilai risiko PI (Pancorbo-
screening dengan mengekslusi 1977 artikel hidalgo, Garcia-fernandez, Lopez-Medina, &
yang double publikasi dan bukan 10 tahun Alvarez-nieto, 2006). Skala penilaian risiko
terakhir. Selanjutnya, mengeklusi artikel yang akan membantu perawat untuk membuat
bukan jurnal penelitian sebanyak 362, tidak penilaian sistematis terhadap kondisi pasien
free full text sebanyak 812, dan tidak sesuai dan risiko perkembangan PI(Kumar & Mahal,
dengan variabel sebanyak 85, sehingga 2017). Penggunaan alat ukur yang telah
menyisakan 11 artikel yang diinklusi (Tabel 1). dipahami oleh perawat, akan membuat proses
penilaian risiko dapat berjalan dengan lancar.
PEMBAHASAN Penilaian Risiko Penilaian risiko terjadinya PI harus
Penilaian risiko dianjurkan sebagai langkah
segera dilakukan terhadap pasien-pasien
pertama dalam pencegahan PI dalam asuhan
yang beresiko untuk mengalami PI. Alat
keperawatan. Pencegahan PI berbasis bukti
penilaian risiko akan memungkinkan
mencakup penilaian risiko dan harus
untuk mengidentifikasi pasien yang
ditindaklanjuti dengan rencana perawatan
benar-benar membutuhkan tindakan
yang mencakup tujuan dan evaluasi (Sving,
pencegahan segera dan yang akan
Fredriksson, Gunningberg, & Mamhidir, 2017).
mengalami luka tekan jika pencegahan
Penilaian harus segera dilakukan saat pasien
ditunda (Kumar & Mahal, 2017). Para
masuk (Bergstrom, Braden, Kemp,
peneliti berpendapat bahwa di rumah
Champagne, & Ruby, 1998; Kumar & Mahal,
sakit, di mana sebagian besar pasien
tidak sadar dan terbaring di tempat tidur, bahwa, dibandingkan dengan permukaan
mereka paling rentan untuk rumah sakit standar, powered active air
mendapatkan PI(Kumar & Mahal, 2017). surfaces and powered hybrid air surfaces
Dalam perawatan tersier, prediksi yang mungkin mengurangi kejadian ulkus
paling akurat terjadi pada 48 hingga 72 tekanan masing-masing sebesar 58% dan
jam setelah masuk dan saat ini rencana 78% (Shi, Dumville, & Cullum, 2018).
perawatan dapat disempurnakan Namun jika ditinjau dari aspek
(Bergstrom et al., 1998). Dengan kenyamanan, powered active air surfaces
melakukan penilaian sedini mungkin, and powered hybrid air surfaces lebih
maka memungkinkan perawat untuk rendah jika dibandingkan standard
memberikan tindakan pencegahan PI. hospital surfaces (Shi et al., 2018).
Penggunaan sheepskin mattress (SSM)
lebih efektif meningkatkan area kontak
EBP Pencegahan PI
dan menurunkan besarnya tekanan
Berbagai upaya pencegahan yang
kontak jika dibandingkan dengan air
dilakukan untuk mengurangi PI. Strategi
mattress (Zhou, Xu, Tang, & Chen, 2014).
pencegahan dapat dipertimbangkan
SSM lebih unggul dalam mendistribusikan
dalam hal tekanan dan pengurangan
dan menghilangkan tekanan sehingga
geser dan berpotensi pengelolaan iklim
dapat digunakan dalam perawatan klinis
mikro (Dealey et al., 2013). Hal ini
(Zhou et al., 2014). Pemilihan permukaan
umumnya dicapai dengan redistribusi
penopang yang tepat tentu disesuaikan
tekanan baik dalam hal melepaskan
dengan kemampuan rumah sakit untuk
tekanan secara manual atau melalui
menyediakan fasilitas yang mampu
'penyebaran beban' (Dealey et al., 2013).
menurunkan PI. Biaya rata-rata yang
Berbagai jenis permukaan penopang
dikeluarkan rumah sakit terkait
telah dikembangkan dengan mekanisme
pencegahan PI lebih rendah jika
yang berbeda untuk tekanan dan
dibandingkan dengan biaya rata-rata
pengurangan geser termasuk
perawatan PI(Demarre et al., 2015).
mendistribusikan kembali berat di atas
area permukaan tubuh maksimum, dan Selain upaya, penyediaan support surface
secara mekanik mengganti tekanan di yang tepat, upaya pencegahan yang dapat
bawah tubuh untuk mengurangi durasi dilakukan adalah dengan memaksimalkan
tekanan yang diberikan (Clark, peran perawat perawat dalam mengurangi PI
2011).Untuk mengurangi PI, pemerataan melalui pengaturan posisi pasien. Secara
distribusi tekanan pada permukaan tradisional, pengurangan tekanan telah dicapai
penopang dapat dijadikan sebagai salah dengan reposisi pasien secara teratur, baik
satu upaya pengurangan PI. oleh pasien sendiri atau dengan bantuan dari
staf perawat (Dealey et al., 2013). Telah
Beberapa hasil penelitian saat ini
direkomendasikan untuk melakukan reposisi
menunjukkan efektifitas penggunaan
setiap 6 jam dan 4 jam bagi pasien dengan
permukaan untuk mengurangi PI. Bukti
risiko tinggi (NICE, 2014). Hasil penelitian lain
kepastian moderat saat ini menunjukkan
menujukkan reposisi pada pasien dengan
risiko tinggi PI setiap 3 jam pada malam hari intervensi dalam bundel SSKIN
dengan kemiringan 30, mengurangi PI jika kemungkinan akan menghasilkan
dibandingkan dengan perawatan biasa (Moore pengembangan PI (Stephen-haynes,
et al., 2011). Namun, frekuensi dapat 2013). Bundel perawatan SSKIN sangat
disesuaikan dengan kebutuhan individu, penting dalam pencegahan PI dan harus
berdasarkan pemantauan kulit dengan hati- diterapkan untuk setiap pasien yang
hati untuk ada atau tidak adanya eritema berisiko (Stephenhaynes, 2013).
persisten atas penonjolan tulang (Dealey et al.,
2013). Surface
Permukaan penopang pada
Upaya pencegahan PI, dapat tempat tidur dan kursi harus
dimaksimalkan dengan mengkombinasikan memenuhi kebutuhan masing-masing
reposisi dengan penggunaan balutan pada pasien (Hommel &
pasien yang beresiko. Bukti efektivitas balutan Santytomlinson,2018).Peralatan/perm
dengan menggunakan Mepilex mampu ukaan pendukung untuk mengurangi
mencegah terjadiya PI pada sacrum dan tumit tekanan dan mencegah kerusakan kulit
pada pasien dengan risiko tinggi (Black et al., harus digunakan dan dievaluasi secara
2014) Balutan ini dapat memaksimalkan efek teratur untuk meninjau efektivitasnya
perlindungan dan meminimalisir adanya (Mitchell, 2018). Setelah pasien dapat
geseran dan tekanan yang dialami pasien duduk di tempat tidur, risiko cedera
selama proses perawatan (Black et al., 2014). tekanan masih perlu diketahui sampai
Penggunaan balutan Mölnlycke Mepilex pasien sepenuhnya dapat bergerak
Border Sacrum dan Mepilex Heel mampu (Hommel & Santy-tomlinson, 2018).
mengurangi risiko sebanyak 80% kejadian PI
pada pasien yang dirawat difasilitas kesehatan Skin
panti jompo (Santamaria, Gerdtz, Kapp, Penilaian kulit sangat penting untuk
Wilson, & Gefen, 2018). mencegah kerusakan kulit, mengelola PI yang
ada atau mencegah kerusakan lebih lanjut,
Strategi Pencegahan PI dan kerapuhan kulit harus diidentifikasi pada
setiap penilaian risiko (Mitchell, 2018). Indikasi
Pencegahan PI harus dilakukan
perubahan kulit seperti eritema blanching dan
dengan memaksimalkan upaya
non-blanching harus dicatat.Eritema non-
pencegahan terhadap semua aspek yang
blanching merupakan indikasi kerusakan
dapat menyebabkan terjadinya luka
tekanan dan harus segera ditindaklanjuti.
tekan. SSKIN merupakan strategi
Tindakan pencegahan harus segera dimulai
pencegahan PI dengan memfokuskan
dan pasien harus dinilai ulang setidaknya
upaya pencegahan pada lima kompenen
setiap 2 jam sampai ini diselesaikan (NICE,
dasar (Healthcare Improvement Scotland,
2014). Fokus pencegahan PI diarahkan pada
2009). Tujuan bundel adalah untuk
upaya perawat dalam menilai status
mengikat praktik terbaik bersama-sama
kesehatan pasien, menilai daerah tekanan,
dengan cara yang dapat diandalkan untuk
lipatan kulit bariatric, derajat ulkus dan
mengurangi terjadinya PI(Stephen-
kesesuaian laporan. Mengajarkan pasien dan
haynes, 2013). Menghilangkan salah satu
Saran
7660
Kumar, A., & Mahal, R. (2017). Modified Delphi Mitchell, A. (2018). Adult pressure ulcer area
care: preventing pressure ulcers. British
Technique : Content validity of the Pressure Journal Of Nursing, 27(18r), 1050–1052.
ulcer risk assessment tool. Journal of https://doi.org/10.12968/bjon.2018.27.18.
Nursing Science and Practice, 7(3), 17–19. 10
Retrieved from 50
https://www.researchgate.net/profile/
Moore, Z., Cowman, S., & Conroy, M. (2011). A
Ashok
randomised controlled clinical trial of
_Kumar490/publication/322791657_Modifi
ed_Delphi_Technique_Content_validity_of repositioning , using the 30 ° tilt , for the
_the_Pressure_ulcer_risk_assessment_tool prevention of pressure ulcers. Journal Of
/l Clinical Nursing, 20, 2633–2644.
inks/5a7050d60f7e9ba2e1c9d112/Modifie
d -Delphi-Technique-Content-validity-of- https://doi.org/10.1111/j.1365-
the-
Pressure-ulcer 2702.2011.03736.x
Linda, G. (2011). Evaluating Evidence-Based NICE. (2014). Pressure ulcers : prevention and
Intervention to Prevent Fall and Pressure management. Retrieved from
Ulcers. Retrieved from https://www.nice.org.uk/guidance/cg179
https://doi.org/10.1111/iwj.12891 Zhou, J., Xu, B., Tang, Q., & Chen, W. (2014).
Shi, C., Dumville, J. C., & Cullum, N. (2018). Application of the sheepskin mattress in clinical
Support surfaces for pressure ulcer care for pressure relieving : a quantitative
prevention : A network meta-analysis. PLoS experimental evaluation. Apllied Nursing
Research, 27, 47–52.
https://doi.org/10.1016/j.apnr.2013.10.008
Tabel 1 Sintesis grid
7 (Shi et al., 2018) Support surfaces for Untuk menentukan, Network Meta- 1.
Cochrane's Risk Ada bukti kepastian moderat bahwa
1
2
3
7
8
9
10
11
15
1214163
17
* Corresponding author at: University of Minnesota, School of Nursing, 5-140 Weaver-Densford Hall, 308 Harvard Street SE, Minneapolis,
MN 55455, USA.
E-mail address: mons0122@umn.edu (K.A. Monsen).
Abbreviations: EB-FHV, evidence-based family home visiting; HER, electronic health record; HFA, Healthy Families America; IOM, Institute of
Medicine; PCT, problem-category-target; PHN, public health nurse.
http://dx.doi.org/10.1016/j.kontakt.2017.03.002
1212-4117/© 2017 Published by Elsevier Sp. z o.o. on behalf of Faculty of Health and Social Sciences of University of South Bohemia in České
Budějovice.
Conclusion: The PHN documentation demonstrated an adherence to the EB-
FHV guideline, while tailoring the evidence-based interventions
differentially by problem. Further research is needed to extend this quality
improvement approach to other guidelines and populations.
© 2017 Published by Elsevier Sp. z o.o. on behalf of Faculty of Health and
Social Sciences of University of
South Bohemia in České
Budějovice.
support),enableclinicaldocumentation,
andgeneratedatafor 67 19 Theglobalgoalofachievinghealthequalityacrosspopulations program
evaluation[10,13–15,22,23].Theuseofevidence- 68 20 isahighpriorityintheUnitedStatesandworldwide
[1–11]. basedandproblem-oriented templatesinEHRsisassociated 69 21 However,healthdisparities
persistforlow-income,single,and withimprovednotequalitywithout significantchangeintotal 70 22
otherwisedisadvantagedmothersofyoungchildren,despite documentation time.Suchtemplatesmay
provideclinical 71 23 decadesofawarenessandintervention [1–3].Nearlyhalfof decisionsupportduring
documentation[22,23].Consistent 72 24 childbearingfamiliesintheUnitedStatesareathighriskof withthe
goalsoftheLearningHealthSystem[24],data 73 25 poorparentingoutcomesduetosocialandbehavioral
generatedbyPHNsinEHRshaspotentialforuseinthe 74 26 determinants [2,3,8,9].Inresponsetothiscrisis,
globaland programofevaluationandresearch,including benchmarking 75 27 nationalpolitical,
philanthropic,andprofessionalorganiza- PHNoutcomesacrossagencies[13–16].Aqualitativestudy 76 28
tionshavelongadvancedahomevisitingagendatopromote revealed theimportanceandvalueofEB-FHVin
practice[10]. 77 29 evidence-basedhomevisitinginterventions forhighrisk Publichealthnurseperceptions
ofusingstandardizedcare 78 30 families[8,9].Duetoresourcelimitations,theseinterventions plans to
translateevidence-basedguidelinesintofamilyhome 79 31 reachonlyafractionofthefamiliesthatcould
benefitfrom visitingpracticewereexaminedthroughsemi-structured 80 32 them[9].Toextendthereachof
evidence-basedinterventions, interviews ofPHNstransitioning fromusualpracticecare 81 33 electronic
healthrecords(EHRs)haveincorporatedstandard- planstoEB-FHV.Complexanddynamicprocessesof
knowl- 82 34 izedevidence-basedfamilyhomevisiting(EB-FHV)guidelines edge managementwere
revealed:theEB-FHVsupported and 83 35 [10–12].However,itisnotknownwhetherchangesinPHN
stimulatedPHNthinkingaboutevidence-basedinterventions 84 36 practiceoccurduetotheguidelinein
EHRs.Thepurposeofthis andtheirapplicationinpractice.However,PHNcognitive 85 37 studywasto
examinealargedatasetforevidenceofpractice processes whileusingtheEB-FHVwerealsorelatedtotheir 86
38 change following EB-FHV guideline implementation. own knowledge and expertise, responsive to
theirindividual 87 clientneeds,andgroundedinknowledge ofthepopulationor 88
39 Background program [10]. Thus, this body of research regarding the use of 89 the EB-FHV for
documentation supports the expected and 90 40 At the forefront of evidence-based family home
visiting desired outcome of EHR implementation in PHN agencies to 91 41 practice, public health
nurses (PHNs) in local and state public improve practice quality and demonstrate rigor of information
92 42 health agencies routinely provide home visits to high risk management for practice, program
evaluation and research 93 43 families [9,10,13–19]. While many evidence-based home [10,13–16].
However, data generated by use of EB-FHV has not 94 44 visiting programs target low-income, high
risk first-time been evaluated to examine PHN interventions in relationship 95 45 single parents, the
PHNworkforceespeciallyingovernmental toguidelineimplementation. 96
46 agenciesmustrespondtoidentifiedlocalneeds.Inmany OurobjectivewastoevaluatethechangesinPHN
practice 97 47 cases,thismeansproviding homevisitinginterventions to aftertheimplementation oftheEB-
FHVguideline[11]encoded 98 48 thosehighriskfamiliesthatdonotmeetstrictinclusion using theOmaha
System[12].Thespecificaimwasforthose 99 49 criteriaforthesehomevisitingprograms,suchaslowincome
clientsservedduringEB-FHVimplementation, todescribeand 100 50 singlewomenwhoarepregnantwith
theirsecondchild.To comparePHNinterventions beforeandafterEB-FHVimple- 101
55 FamilyHomeVisitingGuideline(EB-FHV)andhavebeen
56 incorporatedwithinelectronichealthrecordsusingthe The quality improvement evaluation was
conductedbythe 104
57 OmahaSystem[10–12].TheOmahaSystem[12]and scientificteamoftheOmahaSystemPartnership
58 theEBFHV[11]aredescribedinthemethodssection forKnowledgeDiscoveryandHealthCareQuality,
59 throughtheUniversityCenterforNursing
below.
60 Informatics.Thedataanalysiswas conductedas
Publichealthnursesarerequiredbynursing partofaprogramevaluationprojectwithin the
61 statutesand/ oragencypoliciestodocument localpublichealthdepartmentusingexistingdata.
62 assessmentsandinterventions eitheronpaperor Resultsweresharedwiththeevaluationteamin
63 withinelectronichealthrecords(EHRs), aggregate withnoidentifyinginformation.
64 preferablyusingrecognizedstandardized Permissionforthisstudywas obtainedfromthe
terminologysuchas theOmahaSystem UniversityInstitutionalReviewBoard.
[10,11,20,21].Theincreasingadoptionof EHRsin
PHNagencieshasbeenshowntosupportPHNdata
113 Intervention thecomplexvariabilityinherentinclientsituations
ThelocalpublichealthagencyintheMidwestern andPHNclientrelationships,onlythoseclients
114
UnitedStates fromwhichthisdatawasgathered whoreceivedPHN interventionsbothbeforeand
115
offersfivefamilyhome visitingprograms:(1) afterEB-FHVimplementation wereincluded.
116
NewbornPostpartum;(2)BrightFutures; Baby
117
Steps;(3)StepstoSuccess;(4)HealthyFamilies Measures
118 America (HFA);and(5)PregnancyandParenting
Connections.
119 NewbornPostpartumhomevisitsoccurafterthebirthofa TheOmahaSystem[12]isamultidisciplinary
interface 175 120 newbabytoanyfamilywhoisinterested,andmayinvolve terminology consistingofthree
componentsthatarevalid, 176 121 fromonetothreevisits.BrightFutures,BabySteps,andSteps reliable
instruments: ProblemClassificationScheme,Inter- 177 122 toSuccessarecollaborationsbetweensocial
servicesand ventionScheme,andProblemRatingScaleforOutcomes.The 178 123 publichealth,wherea
familyreceivesservicesfrombotha ProblemClassificationSchemetaxonomicallyarranges42 179 124 social
workerandapublichealthnurse.BrightFuturesis discretehealthcareconceptswithinfourdomains(Environ-
180 125 specificallyforteenparents;BabyStepsisforfirst-timeparents mental,Psychosocial,Physiological,
andHealth-relatedBeha- 181 126 whomeetdefinedriskcriteria;andStepstoSuccessserves viors).Each
concept(‘‘Problem’’)hasadefinitionandaunique 182 127 parentswhose2ndorthirdbabymeetstheserisk
criteria.The setofsigns/symptoms.TheProblemClassificationScheme 183 128 criteriadefininghigh-riskare
thepresenceofatleastthreerisk enablesacomprehensive, holisticclientassessment(see 184
Table1–DefinitionsofOmahaSystemterms[12].
Definition
Problem term
Income
Money from wages, pensions, subsidies, interest, dividends, or other sources available for
living and health care expenses.
Residencea Living area.
Communication with community resources Interaction between the individual/family/community and social service organizations,
schools, and businesses in regard to services, information, and goods/supplies.
Social contacta Interaction between the individual/family/community and others outside the immediate
living area.
Role change* Additions to or removal of a set of expected behavioral characteristics.
Interpersonal relationship Associations or bonds between the individual/family/community and others.
Mental health Development and use of mental/emotional abilities to adjust to life situations, interact with
others, and engage in activities.
Sexualitya Attitudes, feelings, and behaviors related to intimacy and sexual activity.
Caretaking/parenting Providing support, nurturance, stimulation, and physical care for a dependent child or adult.
Neglecta Child or adult deprived of minimally accepted standards of food, shelter, clothing, or care.
Abuse Child or adult subjected to nonaccidental physical, emotional, or sexual violence or injury.
Growth and developmenta Progressive physical, emotional, and social maturation along the age continuum from birth
to death.
Pregnancy Period from conception to childbirth.
Postpartum Six-week period following childbirth.
Communicable/infectious conditiona State in which organisms invade/infect and produce superficial or systemic illness with the
potential for spreading or transmission.
Nutritiona Select, consume, and use food and fluids for energy, maintenance, growth, and health.
Substance use Consumption of medicines, recreational drugs, or other materials likely to cause mood
changes and/or psychological/physical dependence, illness, and disease.
Family planning Practices designed to plan and space pregnancy within the context of values, attitudes, and
beliefs.
Health care supervision Management of the health care treatment plan by health care providers.
Medication regimena Use or application of over-the-counter and prescribed/recommended medications and
infusions to meet guidelines for therapeutic action, safety, and schedule.
Category term
Teaching, guidance, and counselling
Activities designed to provide information and materials, encourage action and
responsibility for self-care and coping, and assist the individual/family/community to make
decisions and solve problems.
Treatments and proceduresa Technical activities such as wound care, specimen collection, resistive exercises, and
medication prescriptions that are designed to prevent, decrease, or alleviate signs and
symptoms of the individual/family/ community.
Case management Activities such as coordination, advocacy, and referral that facilitate service delivery,
improve communication among health and human service providers, promote
assertiveness, and guide the individual/ family/community toward the use of appropriate
resources.
Surveillance Activities such as detection, measurement, critical analysis, and monitoring intended to
identify the individual/family/community's status in relation to a given condition or
phenomenon.
Target termb
Bonding/attachment A mutual, positive relationship between two people such as a parent/ caregiver and an
infant/child.
Caretaking/parenting skills Activities such as feeding, bathing, discipline, nurturing, and stimulation provided to a
dependent child or adult.
Communication Exchange of verbal or nonverbal information between the individual/ family/community
and others.
Table1(Continued)
Definition
Coping skills Ability to effectively manage challenges and changes such
disability, loss of income, birth of a child, or death of a family
member.
Day care/respite Individuals or organizations that provide child/adult supervision
the parent/usual caregiver attends school, works, or has relief from
usual responsibilities.
Dietary management Nourishment with balanced food and fluids that sustain life, provide
energy, and promote growth and health.
a
Terms found in PHN data that were not in the EB-FHV guideline.
Definitions not provided for Target terms in PHN data that were not in the EB-FHV guideline: behavior modification, continuity of care,
durable medical equipment, employment, environment, home, infection precautions, medication administration, nursing care, personal hygiene,
positioning, and transportation.
basictoadequateknowl257 edge),
Behavior(finalBehaviorscore=4.20 0.46–
usually
unspecified*17.89 0.5 0
464 guideline, while tailoring evidence-based interventions differ- visiting interventions; 2016, Available from:
https://dl. 522
dropboxusercontent.com/u/16553143/gl/FHV.xlsx
523
465 entially by problem. Further research is needed to extend this
[cit. 26.12.2016]. 524
466 qualityimprovement approachtootherguidelinesand [12] Martin KS. The Omaha System: a key to practice,
525
467 populations. documentation, and information management (Reprinted 526
2nd ed.). Omaha, NE: Health Connections Press;
527
535
4753 guideline’’. (3):412–21. 536
[15] Monsen KA, Elsbernd SA, Barnhart L, Stock J, Prock
537
476 Looman WS, Nardella M. A statewide case
management, 538
Acknowledgements surveillance, andoutcomeevaluationsystemforchildren 539 with special healthcareneeds. ISRNNurs
2013;2013:793936. 540
Catatan :
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
.............................................................................