Anda di halaman 1dari 22

“MAKALAH TENTANG TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PELAYANAN

KEPERAWATAN TEORI PEPLAU”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. NUR SAYYIDAH 70300119045


2. NUR AISYAH 70300119044
3. SUKRIANDI 70300119042
4. WILDA SRI WIDARI 70300119063
5. RINI ANGGRAENI 70300119061
6. ABDUL RAHMAN 70300119064
7. ROSIDAH 70300119046
8. SAKINA 70300119043
9. ZULKIFLI 70300119060
10. ARTAR FAREZI 70300119062

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik. Adapun judul Makalah ini yaitu adalah “MAKALAH TENTANG TEKNOLOGI
INFORMASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN TEORI PEPLAU” Adapun tujuan
dari Makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi
UIN ALAUDDIN MAKASSAR. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini,
kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan Makalah ini, sehingga
akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan kritikan dan saran yang
membangun agar Makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari kami, semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI PEPLAU


B. KONSEP SISTEM INFORMASI
C. HUBUNGAN SISTEM INFORMASI DENGAN KONSEP TEORI PEPLAU
D. BATASAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN
E. PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
F. DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi informasi adalah teknologi yang membantu kita dalam memproses
data untuk mendapatkan informasi. Teknologi informasi ini pada awalnya
diperuntukan bagi tujuan dan departemen tertentu. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi informasi, saat ini penggunaannya sudah menjadi hal yang
umum di perusahaan swasta dibidang perdagangan maupun jasa, seperti halnya
pelayanan jasa kesehatan.Perkembangan teknologi ini sangatlah luas dan menjangkau
berbagai bidang. Tapi pada akhirnya, semua itu tetap mengarah pada satu tujuan yang
sama, yaitu meningkatkan kecepatan, akurasi, dan kemudahan. Hambatan dalam
pelayanan kesehatan adalah pengelolaan data rumah sakit yang sangat besar, baik data
medik pasien maupun data administrasi yang dimiliki oleh rumah sakit, sehingga
mengakibatkan hal-hal sebagai berikut. Pertama adalah redudansi data. Pencatatan
data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi data, sehingga kapasitas yang
diperlukan membengkak dan pelayanan menjadi lambat. Kedua adalah unintegrated
data. Penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data tidak sinkron,
sehingga informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-
beda. Ketiga adalah human error. Proses pencatatan yang dilakukan secara manual
menyebabkan terjadinya kesalahan pencatatan yang semakin besar. Keempat adalah
terlambatnya informasi. Dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap
secara manual, maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat
dipercaya kebenarannya. Keberadaan “Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”
sangat dibutuhkan sebagai salah satu strategi manajemen dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar menurut Teori Peplau?
2. Bagaimana Konsep Sistem Informasi?
3. Bagaimana hubungan system informasi dengan konsep teori peplau?
4. Apa saja Batasan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Keperawatan?
5. Bagaimana peran Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Keperawatan?
6. Apa Dampak Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Keperawatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Dasar menurut Teori Peplau
2. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Sistem Informasi
3. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan system informasi dengan konsep teori
peplau?
4. Untuk mengetahui Apa saja Batasan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan
Keperawatan
5. Untuk mengetahui Bagaimana peran Teknologi Informasi Dalam Pelayanan
Keperawatan
6. Untuk mengetahui Apa Dampak Teknologi Informasi Dalam Pelayanan
Keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keperawatan Teori Hildegard E. Peplau


1. Pengertian Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau
Teori yang dikembangkan Hildegard E Peplau adalah keperawatan
spikodinamik (Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model
hubungan interpesonal yang bersifat terapeutik (significant therapeutic

interpersonal process). Hildegard E. Peplau mendefenisikan teori keperawatan

psikodinamikanya sebagai berikut:


Perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku
seseorang untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang
dirasakan dan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang muncul dari semua hal atau kejadian
yang telah dialami.
Pengalaman keperawatan Dr. Peplau adalah:
1. Sebagai perawat privat dan umum dibidang keperawatan RS
2. Terlibat dalam riset keperawatan
3. Perawat privat di keperawatan psikiatri
4. Mengajar perawatan psikiatri untuk beberapa tahun
5. Ia sebagai profesor emetris dari Rutgres University
Peplau menerbitkan Buku Interpersonal Relation in Nursing pada tahun
1952 Artikel-artikel di majalah-majalah profesional dan topik konsep-konsep
interpersonal sampai pada isu-isu keperawatan yang terbaru. Dan selanjutnya
Peplau mengembangkan teori keperawatan yang dikenal dengan Psychodynamic
Nursing. Model konsep teori peplau terdiri atas 4 komponen yaitu :
1. Pasien
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia,
fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi
kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman. Pasien adalah subjek
yang langsung dipengaruhi. .Oleh adanya proses interpersonal.

2. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal
dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi
yang menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien,
perawat berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh
pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
3. Masalah Kecemasan yang terjadi akibat sakit / Sumber Kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan
pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi
apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan
biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang
berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit.
4. Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat
yang terdiri dari 4 fase.

2. Konsep Mayor Dari Teori Peplau


Empat konsep mayor dari teori Peplau:
a. Manusia
Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak stabil
b. Lingkungan
Peplau mendefenisikan lingkungan sebagai bentuk di luar organisme
dalam konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan
diaktualisasikan
c. Keperawatan
Keperawatan adalah alat pendidikan untuk kekuatannya bertujuan untuk
mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas, dan
sikap individual dari kehidupan masyarakat
d. Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan
proses makhluk lain secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas,
produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat

B. Konsep Sistem Informasi


Sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang
membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan (Sutedjo, 2002). Sistem
adalah sekumpulan elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang
dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk
melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan (Sutanta, 2003).

Menurut Sutedjo (2002), informasi adalah hasil pemrosesan data yang


diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami
dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untuk
menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. Sedangkan menurut
Sutanta (2003), informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk
yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga
atau secara tidak langsung pada saat mendatang.

Sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama
lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan
menyimpan serta mendistribusikan informasi (Sutedjo, 2002). Sistem informasi
adalah suatu tipe khusus dari sistem kerja yang fungsi internalnya terbatas pada
pemrosesan informasi dengan melakukan enam tipe operasi: menangkap (capturing),
mentransmisikan (transmitting), menyimpan (storing), mengambil (retrieving),
memanipulasi (manipulating), dan menampilkan (displaying) informasi (Jogiyanto,
2007). Menurut Eko (2000), sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari
komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan
proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem informasi yaitu suatu sistem yang
menyediakan informasi untuk manajemen dalam mengambil keputusan dan juga
untuk menjalankan operasional perusahaan, di mana sistem tersebut merupakan
kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang
tergorganisasi

Sistem informasi rumah sakit atau dapat disebut juga Clinical Information
Sistem (CIS) adalah sebuah sistem informasi terintegrasi yang didesain untuk
menangani semua kegiatan administratif dan finansial dari rumah sakit. Sistem ini
mencakup semua pemrosesan informasi.

Di dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang sistem informasi


kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem informasi kesehatan adalah seperangkat
tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi dan
sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan
kesehatan. Dan untuk mendukung penyelenggaran pembangunan kesehatan tersebut,
diperlukan data, informasi dan indikator kesehatan yang dikelola dalam sistem
informasi kesehatan.

Pada hakekatnya pembangunan kesehatan merupakan upaya yang


dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif.

Menurut WHO dalam buku design and implementation of health information


system, sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai
bagian dari suatu sistem kesehatan. Suatu sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua
jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen..

Penggunaan informasi kesehatan dilaksanakan untuk memperoleh manfaat


langsung atau tidak langsung sebagai pengetahuan untuk mendukung pengelolaan,
pelaksanaan, dan pengembangan pembangunan kesehatan dan informasi yang didapat
harus bersumber dari informasi yang akurat yang dilaksanakan untuk penyusunan
kebijakan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, pengendalian
dan evaluasi pembangunan kesehatan. Selain itu penggunaannya harus menaati
ketentuan tentang :
1. Kerahasiaan informasi, dan

2. Hak atas kekayaan intelektual yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Adapun tujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan


yang berdaya guna dan berhasil guna memiliki arti yang sama dengan tujuan
mendukung proses kerja pemerintah, pemerintah daerah, dan fasilitas pelayanan
kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang efektif dan efisien.
Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu juga merupakan bentuk
pertanggungjawaban instansi terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

C. Hubungan sistem informasi dengan teori Hildegard E. Peplau


Pandangan teoritis dari teori keperawatan Hildegard E. Peplau tentang model
keperawatan hubungan interpersonal adalah menjelaskan tentang kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan dasar hubungan antar
manusia. Menurut Peplau, proses keperawatan adalah proses interpersonal dan
terapeutik karena melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan
bersama
Profesi keperawatan yaitu suatu perihal yang berhubungan dengan pekerjaan
dengan tugas keperawatan dan kesehatan yang dimana seseorang tersebut
menjalankan asuhan keperawatan. Profesi keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang pada saat ini semakin berkembang baik dari
segi kualitas maupun kualifikasi tenaga. Segi kualitas adalah adanya pergeseran
sistem pemberian pelayanan keperawatan dari yang bersifat intuition technical
oriented menjadi pelayanan keperawatan yang bersifat holistic dan unik kepada
sistem klien, yaitu individu, keluarga, kelompok khusus dan komunitas masyarakat
dalam tiap tahap tumbuh kembang sepanjang siklus kehidupan dengan pendekatan
proses keperawatan.
1. Deskripsi konsep sentral keperawatan menurut Hildegard E. Peplau
a. Manusia, individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan
caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan.
Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang
dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal
b. Lingkungan, budaya dan adat istiadat merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi individu
c. Kesehatan, suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang
berkesinambungan ke arah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif
d. Keperawatan, suatu proses interpersonal yang bermakna. Proses interpersonal
merupakan maturing force dan alat edukatif baik bagi perawat maupun klien.
Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang
penting untuk memahami klien dalam mencapai resolusi masalah
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses
interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi
satu dengan lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses interpersonal yang dimaksud antara
perawat dan klien ini menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas
klien oleh perawat. Menurut Peplau perawat dalam melakukan intervensi sesuai
dengan Proses interpersonal yaitu terdiri dari 4 fase: orientasi, identifikasi,
eksploitasi dan resolusi.
1) Fase Orientasi
Pada fase ini perawat dan klien masih sebagai orang yang asing.
Pertemuan diawali oleh pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, perawat
dan klien malakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi
proses pengumpulan data. Pada fase ini yang paling penting adalah perawat
bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan keluarganya dalam
menganalisis situasi yang kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas
dan menentukan masalah untuk ada setelah masalah diketahui, diambil
keputusan bersama untuk menentukan tipe bantuan apa yang diperlukan.
Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien ke ahli yang lain sesuai dengan
kebutuhan
2) Fase Identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang tepat, pada fase ini
pasien merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya. Setiap pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini.
Respons pasien terhadap perawat:
a. Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat
b. Anatomy dan independent
c. Pasif dan dependent
3) Fase Eksploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk
alternatif pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat
dan kebutuhan dari pasien. Pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari
lingkungan pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima informasi-
informasi yang diberikan padanya tentang penyembuhannya, mungkin
berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat,
mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.
4) Fase Resolusi
Terjadi setelah fase-fase sebelumnya telah berjalan dengan sukses. Fokus
pada fase ini mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat dalam fase
ini perlu untuk mengakhiri hubungan teraupetik meraka. Dimana pasien
berusaha untuk melepaskan rasa ketergantungan kepada tim medis dan
menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar mampu menjalankan secara
sendiri.
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana
perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi
interaksi yang saling tergantung dengan lingkungan social.
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai
perawat jiwa, melalui tulisannya kemudian mempublikasikan teorinya mengenai
hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari
bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan
klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan
dengan masalah kesehatannya.
Teori Peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat
klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal
yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan
dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpesonal
perawat klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti
berikut ini orientasi, identifikasi, penjelasan dan resolusi.
Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik
keperawatan jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrumen
perilaku, dan instrumen untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model
konseptual Peplau

D. Batasan Teknologi Informasi Dalam Layanan Keperawatan


Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara optimal.
SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang komprehensif belum
mampu berperan dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari Puskesmas
di Tingkat Kecamatan sampai dengan Kementrian Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal
tersebut disebabkan karena Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum
dapat diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan dan
validitasnya. Padahal informasi tersebut sangat penting dan diperlukan keberadaannya
dalam menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan nasional.
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh
data yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya
data dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan
kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum
dibawah ini:

1. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan


kesehatan dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas relatif
rendah.

2. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu
hamil dan anak hingga usia 2 tahun.
3. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare
serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis.
4. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta pengembangan
jaminan pelayanan kesehatan

5. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk


pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung
oleh sistem perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan
didukung oleh peraturan perundangan.

6. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat,

7. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan administrasi


kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan teknologi
kesehatan dan pengembangan sistem informasi kesehatan

8. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab


pemerintah daerah. Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan bidang
kesehatan masing- masing pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi
kesehatan yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan
berbagai permasalahan dalam pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) secara umum, diantaranya :

1. Akurasi data tidak terjamin

2. Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.

3. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.

4. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan


puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas Kesehatan
maupun ke Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang diterima sudah tidak
up to date lagi.

5. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan


lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format pelaporan.

6. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan
manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat Kementrian
Kesehatan.
7. file data tersimpan secara terpisah,
8. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan tidak
mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak lengkap.

Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami


kesulitan dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus dibuat
berdasarkan permintaan dari berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data
antara satu laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya
memiliki dataset yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk membuat berbagai
laporan tersebut berbeda-beda. Sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam
pengerjaannya, yang menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu dari petugas
puskesmas.

Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi


Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang sesuai
dan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga
ke Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik). Sistem informasi kesehatan yang
mampu menampilkan informasi secara cepat, akurat dan terkini sesuai dengan
kebutuhan berbagai pihak dalam pengambilan keputusan manajemen.

E. Peran Teknologi Informasi Dalam Layanan Keperawatan


Perkembangan teknologi informasi yang sudah dikembangkan dalam bidang
keperawatan di dunia internasional adalah Mobile Nursing Information System,
Nursing Home Clinical System, Informatic Telephone Triage Nursing, SisEnf dan
masih banyak lagi teknologi informasi keperawatan yang sudah berjalan di luar
negeri. Dari semua teknologi informasi yang dikembangkan tujuanya adalah untuk
memberikan kemudahan pada perawat dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1. Mobile Nursing Information System (MNIS)
Perawat adalah seorang informasi yang intensif. Perawat menangani
informasi perawatan pasien selama setiap dinas. Namun sebagian besar NIS
(Nursing Information System) yang konvensional ditempatkan di dekat nurse
station. Sementara memberikan perawatan kepada pasien mereka, perawat
biasanya merekam informasi pengolahan secara manual di atas kertas. Jika
perawat perlu untuk memasukkan atau mengambil informasi dari catatan
perawatan dalam pengambilan keputusan, mereka harus menghentikan proses
pelayanan keperawatan dan kembali ke nurse station. Oleh karena itu jenis
offline layanan komputer yang disediakan oleh NIS konvensional tidak
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan rawatinap.
Mobile Nursing Information System diproduksi paling terintegrasi dengan
komuter dan jaringan komunikasi. Sistem ini menawarkan portabilitas perawat
dan akses mobile ketika informasi yang dibutuhkan. Komputer portabel
komputer laptop, komputer tablet, atau Personal Digital Assistant (PDA).
Wireless komunikasi dan jaringan memungkinkan komputer mobile untuk
mengakses data dalam sistem informasi rumah sakit online tanpa kabel. Populer
komunikasi nirkabel semut jaringan termasuk GSM, jaringan Area Lokal
Nirkabel (WLAN) dan Bluetooth, WLAN cocok untuk digunakan dalam
keperawatan. WLAN dapat sebagai jaringan independen atau bersama dengan
LAN yang sudahada.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer
genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu, namun terus berkembang sepanjang masa (Koeniger-Donohue, 2008)
Pada aplikasi klinis yang sudah digunakan adalah referensi tentang obat. PDA
dengan Mudah dapat menariknya keluar ketika butuh pengingat cepat tindakan
obat, intervensi, diagnosis. Diagnosis keperawatan sangat membantu
menghubungankan antara teoretis dan praktis (Fisher & Koren, 2007). Bahkan
sebuah PDA dengan pemindai barcode/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA
semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar
code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang
tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain (Joan, Dionne, & Jia Joyce,
2006).

2. Nursing Home Clinical System


Sistem OneTouch teknologi sebelumnya tidak tersedia untuk perawatan di
rumah dan merupakan pergeseran dari manual kertas pena ke metode digital.
Pengumpulan data baru ini memiliki efek positif pada kualitas pribadi perawatan
dengan meningkatkan deteksi masalah penduduk melalui alert otomatis. Bukti
efek positif dari otomatisasi ditemukan dalam praktek kritis menggunakan tanda
untuk meningkatkan evaluasi pasien yang spesifik dan keputusan klinis.
OneTouch mengintegrasikan teknologi khusus yang digunakan untuk melacak
secara elektronik perawatan di rumah, PDA di samping tempat tidur untuk data
perawatan masuk, dan teknologi wireless melalui perangkat lunak untuk
mendukung CDSS (Clinical Decission SuportSystem).
Modul Bedside ini dirancang untuk menyediakan kelengkapan, dokumentasi
yang diverifikasi dan interaktivitas dari item tertentu dalam catatan klinis.
Pengguna Nursing Home Clinical System sebelumnya menunjukkan bahwa jenis
sistem dokumentasi Bedside ini memberikan manfaat penyedia perawatan
kesehatan. Mereka bisa melihat banyak hal tentang perawatan pada penduduk
secara bersamaan dari beberapa daerah di fasilitas dan kemudian melacak
informasi pelayanan penduduk yang nantinya dikembalkani ke penyedia layanan
tersebut. Informasi yang disediakan termasuk hal- hal penting seperti tanda tanda
klinis, pesan antara perawat, item rencana perawatan, perintah aktif dari dokter,
danperawatan.

F. Dampak Teknologi Imformasi dalam Layanan Keperawatan


Manajemen informasi dalam keperawatan menjadi perhatian saat era Industri
4.0 sekarang ini. Sistem rumah sakit yang berbasis Teknologi Informasi dirasa
memiliki banyak dampak positif dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat. Pada penerapannya, ada banyak kategori kegiatan keperawatatan yang
dapat terintegrasi dengan sistem Informasi Teknologi Rumah Sakit, sebagai salah satu
contohnya ialah pendokumentasian keperawatan. Sistem pendokumentasian
keperawatan memberikan informasi tentang kegiatan pelayan keperawatan selama
pasien dirawat di Rumah Sakit. Banyaknya beban kerja perawat menjadikan
pencatatan dengan digital dianggap lebih memudahkan perkerjaan jika dibandingkan
dengan pencatatan manual. Sistem informasi adalah suatu metode yang menunjang
kegiatan operasionaldengan menyajikan informasi yang diperlukan oleh organisasi.
Dalam prosesnya, terdiri dari tahapan input yang memghasilkan laporan, kemudian
tahap penyimpanan yang berfungsi untuk mengelola, memelihara dan menyimpan
data, kemudian tahap pengontrolan yang akan memberikan jaminan bahwa sistem
informasi telah berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (Putri, A. Fadhilna,
2018).
Informatika dalam bidang keperawatan dapat dikatakan masih relatif baru,
untuk itu perlu ditetapkan instrumen spesisfik yang akan merangkum keperawatan
sebagai sebuah profesi. Temuan penelitian Abdrbo, Amany A., 2010 menyebutkan
bahwa melalui Information Systems Use Instrument (ISUI), diperkirakan dapat
memberikan potensi untuk menentukan penggunaan sistem informasi pada praktik
keperawatan. Instrumen yang baru dikembangkan ini adalah instrumen nonattitudinal
pertama yang merupakan instrumen yang didasarkan pada proses keperawatan,
spesifik keperawatan yang cukup singkat, mudah digunakan, dan dapat memberikan
banyak informasi.Semakin tingginya tuntutan penggunaan sistem informasi teknologi
dalam berbagai bidang menjadi tantangan tersendiri bagi para pemberi layanan
keperawatan dan kesehatan untuk mengintegrasikan setiap kegiatan yang diberikan
kepada pasien atau klien dalam laporan dan pencatatan dokumen dalam bentuk digital
atau komputerisasi, yang terangkum dalam sistem manajemen informasi teknologi
Perawatan yang merupakan bagian dari layanan kesehatan yang dinamis dan
terus berubah tentu melihat perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan dunia digital yang sangat pesat dan tuntutan kebutuhan masyarakat
digital saat sekarangini menjadikan keperawatan harus terus berubah dan beradaptasi
dengan percepatan perkembangan dunia pelayanan kesehatan.Melihat efek
penggunaan sistem informasi teknologi dalam proses pemberian pelayanan
keperawatan mendapat cakupan yang cukupluas dan terus mengalami perkembangan.
Kegiatan sehari-hari keperawatan cukup beragam, terdiri atas tugas inti, pelayanan
asuhan keperawatan kepada pasien yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan proses perawatan, dan pelayanan
administrasi keperawatan lainnya yang dapat berupa pendataan pasien, penggunaan
obat-obatan, manajemen lingkungan, dokumentasi dan komunikasi dengan
profesional lain. Sisteminformasi keperawatan berbasis komputeryang digunakan oleh
perawat menjadi dukungan yang positif dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam pada
penggunaan aplikasinya, sistem informasi keperawatan dapat berdiri sendiri atau lebih
sering menjadi bagian dari rekam medis klinis elektronik (EMR) yang akan
memungkinkan perawat memberi akses atau informasi klinis untuk dan dari profesi
kesehatan lainnya. Finkelman (2019) menyebutkan bahwa perawat dituntut untuk
aktif dibidang informatika sebagai spesialisasi dan sebagai bagian dari tanggung
jawab mereka yang lain. Seorang perawat dapat bertugas dikomite informatika atau
berpartisipasi dalam perencanaan untuk implementasi rekam medis elektronik; jika
perawatmemiliki keahlian informatika tingkat lanjut, perawat dapat memimpin atau
membantu perencanaan, implementasi, dan evaluasi informatika organisasi utama.
Nursing Informatics Nursing Group mendefenisikan Informatikakeperawatan/Nursing
Information (NI) sebagai bidang khusus yang berkembang pesat dalam bidang sains
dan praktik keperawatan yang terintegrasi informasi dan pengetahuannya dengan
manajemen informasi data teknologi komunikasi untuk mempromosikan kesehatan
masyarakat, keluarga, dankomunitas di seluruh dunia”(American Medical Informatics
Association, 2015).

Dari jurnal-jurnal yang dilakukan pengkajian di simpulkan bahwa percepatan


perkembanga pelayanan kesehatan yang berbasis komputerisasi, menuntut perawat
untuk terus bergerak dan menyesuaikan kemampuan, pengetahuan dalam bidang
sistem informasi teknologi, yang pada akhirnya akan mampu memberikan efesiensi
dan peningkatan kualitas layanan keperawatan, mampu menjaga keamanan dan
kerahasiaan data pasien, dan sistem informasi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain
yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan
serta mendistribusikan informasi (Sutedjo, 2002). Sistem informasi adalah suatu tipe khusus
dari sistem kerja yang fungsi internalnya terbatas pada pemrosesan informasi dengan
melakukan enam tipe operasi: menangkap (capturing), mentransmisikan (transmitting),
menyimpan (storing), mengambil (retrieving), memanipulasi (manipulating), dan
menampilkan (displaying) informasi (Jogiyanto, 2007). Menurut Eko (2000), sistem
informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau
organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem
informasi yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen dalam
mengambil keputusan dan juga untuk menjalankan operasional perusahaan, di mana sistem
tersebut merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur
yang tergorganisasi

B. Saran
Diharapakan kepada pembaca atau mahasiswa dapat memahami lebih luas tentang
konsep informasi, batsan, peran, dan dampak dari teknologi informasi dalam pelayanan
keperawatan dalam teori peplau serta saran dan kritik yang baik demi membangun
keberhasilan dan kelengkapan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Davis (2010) Kerangka dasar system informasi manajemen : struktur dan


pengembangannya, terjemahan oleh Bob Widyahartono, jakarta: Gramedia

Handayaningsih, Isti. (2012). Dokumentasi Keperawatan “DAR”. Jogyakarta: Mitra


Cendikia Press.

Indah Mulyani, Elviawaty Muisa Zamzami, Niskarto Zendrato, 2019, Pengaruh Sistem
Teknologi Informasi Pada Manajemen Data Dan Informasi Dalam Layanan Keperawatan:
Literature Review. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi 9 (2), 137-142,

Indrajati I, Ummah, Sumarsih T, (2011) Pendokumentasian tentang perencanaan dan


pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang barokah rumah sakit PKU Muhamadiyah
Gombong, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3,

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.

Putra, C. S. (2019). Peranan Teknologi InformasiI Dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah


Sakit. Simtika, 2(3), 28-31.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fajar, Marhaeni. (2014). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai