Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

OLEH
SUTARI
NIM 220102015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya jua lah, kami
dapat menyusun serta dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul "Sistem informasi
keperawatan". Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Sistem Informasi Keperawatan .
Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan
makalah ini. Tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Karena itu, kami mohon kritik serta saran, yang kiranya dapat membangun bagi kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi dan kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya. Amin Ya robbal alamin.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4

2.1 Teori dan konsep....................................................................................................................4

2.2 Fungsi Sistem Informasi........................................................................................................7

2.3 Komponen pada Sistem Informasi.........................................................................................8

2.4 Manfaat Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan........................................................9

2.5 Pengembangan Sistem Informasi dan Hambatan-hambatannya:.........................................12

2. 6 Hambatan yang terjadi di pelayanan puskesmas antara lain :............................................18

2. 7 Trend dan Isu dalam Tehnologi informasi bagi Keperawatan............................................19

2.8 Aplikasi Sistem dalam Pelayanan pasien.............................................................................20

2.9 Dampak tehnologi informasi bagi Pengguna Asuhan keperawatan.....................................25

2.10 Konsep Pendokumentasian Dalam Keperawatan..............................................................30

2.11 Aspek Legal Dan Etik Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis Komputer.....34

2.12 Sistem Informasi Pendokumentasian Keperawatan Berbasis Komputer...........................36

2.13 Aplikasi Sistem Informasi Keperawatan Berbasis Komputer............................................45

BAB III PENUTUP......................................................................................................................49

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................50
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan,
karena memiliki proporsi yang paling besar dan melakukan asuhan secara
komperhensif kepada pasien selama 24 jam, karenanya seorang perawat harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan standar asuhan
keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Salah satu yang
penting dilaksanakan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada pasien.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat akhir – akhir
ini,sangat mempengaruhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hal
ini karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut maka
masyarakat mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan, sehingga pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan akan meningkat. Dengan semakin pesatnya
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan
maupun organisasi kesehatan, efektifitasnya justru mulai dipertanyakan. Data dan
informasi kesehatan tersebar membentuk pulau-pulau informasi yang saling tertutup
di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi kesehatan. Pertukaran dan
komunikasi data lintas organisasi terbentur kendala standarisasi dan
interoperabilitas system
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasipada aktivitas
manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi
fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor k e h i d u p a n d i m a n a m e m b e r i k a n
andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur

1
o p e r a s i d a n m a n a j e m e n organisasi, pendidikan, transportasi, kesehatan dan
penelitian.
Oleh karena itu sangatlah penting peningkatan kemampuan sumber daya
manusia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
telahmemberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya
dalamprosespembelajaran.MenurutRosenberg(2001),denganberkembangnya
Penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari
pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelaske di mana dan kapan saja, (3) dari kertas
ke “on line” atau saluran, (4)fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari
waktu siklus ke waktunyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan
m e nggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-
mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan mahasiswa tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media
tersebut (Rosenberg, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu
menganalisis perkembangan teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh
keperawatan. Serta mempermudah bagi tenaga medisdalam memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien.

1.3 Tujuan
1.Tujuan Umum
mengidentifikasi pemanfaatan teknologi kesehatan dan system informasi dalam proses
asuhan keperawatan. Serta mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dan dapat memepermudah bagi perawat
dalam memonitor klien
2. Tujuan Khusus :
Memudahkan bagi para tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan teknologi Informasi dalam Keperawatan
1.D a p a t m e n g g a l i i n f o r m a s i s e b a n y a k - b a n y a k n y a t e n t a n g I l m u

2
Keperawatan.
2. Mengembangkan teknologi dalam Ilmu Keperawatan.
3.Para perawat mampu mengikuti perkembangan zaman dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi dalam Keperawatan.
4.Penghematan biaya dan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam
penyimpanan arsip.
5. Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama
6.Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dapat dipertanggung
jawabkan.
7.Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.
8.Mengurangi kesalahan dalam menginterpretasikan pencatatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori dan konsep

1. Pengertian Teknologi Informasi


Pengertian Sistem Informasi (SI) Menurut Para Ahli
1.John F. Nash
Pengertian sistem Informasi menurut John F. Nash adalah kombinasi dari
manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud
menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi tertentu dan rutin,
membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar
pengambilan keputusan yang tepat.
2. Robert A. Leitch
Menurut Robert A. Leitch, pengertian sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
3. Henry Lucas
Pengertian sistem informasi menurut Henry Lucas adalah suatu kegiatan dari
prosedur-prosedur yang diorganisasikan, apabila dieksekusi akan menyediakan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam.
4. Alter
Pengertian sistem informasi menurut Alter bahwa sistem informasi adalah sebagai tipe
khusus dari sistem kerja dimana manusia dan/mesin melakukan pekerjaan dengan
menggunakan sumber daya untuk memproduksi produk tertentu dan/jasa bagi pelanggan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah payung besar terminologi yang
mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK
mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi

4
informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu
ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua
buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi
mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.Istilah TIK muncul setelah
adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat
lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua
teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal
abad ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik
jenuhnya.
2. Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi
Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi
sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga saat ini. Pertama yaitu temuan telepon
oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang
menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan
Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan
telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk
komunikasi global.
Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah
transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama. Komunikasi suara
tanpa kabel ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti pula oleh transmisi
audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an. Komputer
elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh tahapan miniaturisasi
komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947 dan rangkaian
terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika,
yang merupakan cikal bakal TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era Perang
Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (dulu Uni
Soviet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi

5
rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin
perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada
puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi ‘otak’
perangkat keras komputer dan terus berevolusi sampai saat ini.
Perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai
digunakan menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan
batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi
kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan
perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat
ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan
komputasi ini kandungan isi (content) berupa multimedia mendapatkan tempat yang tepat
untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi komputasi multimedia inilah yang
menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila
revolusi industri menjadikan mesinmesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia, maka
revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi – komputasi multimedia terjadi
melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau
setidaknya meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.
Informasi adalah elemen dasar dari praktik disiplin ilmiah apa pun. Informasi ini yang
menggambarkan parameter praktik, mengidentifikasi klien, menentukan layanan yang
diperlukan, dan menetapkan kriteria yang dievaluasi. Efektivitas pemrosesan informasi
dapat menentukan kualitas berbagai hasil untuk klien, perawat, dan instansi, termasuk
efektivitas perawatan, kepuasan kerja dan produktivitas (Staggers, 1993) Sistem
informasi kesehatan untuk perawat dimulai pada akhir tahun 1970 dan dideskripsikan ke
system yang dirancang dengan fokus khusus untuk menerima dan memulangkan pasien
yang melakukan tes diagnostik (Paterson & Jelger, 1988).
Sistem informasi keperawatan (NIS) telah didefinisikan sebagai “bagian dari
sistem informasi perawatan kesehatan yang berhubungan dengan aspek keperawatan,
khususnya pemeliharaan catatan keperawatan. Sistem Pencatatan Keperawatan adalah
catatan perawatan yang direncanakan dan / atau diberikan kepada individu pasien / klien
oleh perawat yang memenuhi syarat atau pengasuh lainnya di bawah arahan perawat yang
memenuhi syarat. Sistem pencatatan keperawatan Sejak tahun 1980 peran Teknologi

6
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam praktik keperawatan telah berkembang. Untuk
sebagian besar perawat, penggunaan TIK telah memberikan semangat baru melalui
pengenalan catatan pasien elektronik serta sumber daya klinis yang memerlukan
penggunaan komputer atau perangkat digital lainnya. Meskipun sekarang dapat diamati
bahwa, semakin sulit untuk mempraktikkan kesehatan modern tanpa teknologi informasi,
namun teknologi tersebut dalam bidang keperawaran masih relatif baru (Smedley, 2005).
TIK dalam implementasi keperawatan nampaknya penting untuk memenuhi tuntutan
perawatan kesehatan yang semakin meningkat untuk diagnose terkait, perawatan dan
beban sistem administratif, dalam mendukung perencanaan perawatan pasien yang lebih
baik, dan pengambilan keputusan klinis atau administratif (Edward, 1995). Akses real
time, pertukaran dan penerimaan data klinis yang disediakan oleh TIK telah memperbaiki
dokumentasi klinis, mengurangi duplikasi layanan perawatan dan mendukung
perencanaan yang lebih baik terkait dengan perawatan pasien (Tiina, Tarja, Paula,
Marianne, & Ilmari, 2009)
Investasi dalam TI yang signifikan dan untuk menjamin efektivitas, evaluasi
sangat penting. Salah satu masalah utama yang diidentifikasi dalam literature dalam
kaitannya dengan utilitas sistem TI adalah kurangnya adaptasi terhadap alur kerja dan
oleh karena itu, sistem TI tidak relevan secara klinis, tetapi dirancang untuk tujuan
hukum atau manajemen (Urquhart & Curell, 2005). Perawatan pasien harus menjadi
tujuan utama dari sistem TI, sehingga system ini harus relevan secara klinis Evaluasi
teknologi informasi (TI) dalam keperawatan relevan untuk dilakukan karena cepatnya
implementasi sistem TI dalam bidang keperawatan. Namun demikian, evaluasi semacam
itu dapat dianggap masih sangat awam. Infomasi terbatas telah dikembangkan dan
banyak pertanyaan yang relevan denganpelaksanaan yang efektif tidak terjawab
(Oroviogoicoechea, elliot, & Watson, 2008)

2.2 Fungsi Sistem Informasi


Setelah mengetahui apa itu sistem informasi beserta tujuannya, selanjutnya masuk pada
pembahasan mengenai beberapa fungsi dari SI, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mampu menjadi tingkat ketersediaan kualitas dan pengalaman dalam mengelola
sebuah sistem informasi secara kritis dan logis.
2. Mampu meningkatkan produktivitas kerja pada seluruh stakeholders.

7
3. Mampu menganalisa dan meminimalisir terjadinya kerugian dari sisi ekonomi.
4. Memberikan aksesibilitas yang baik kepada pengguna.
5. Dapat mencapai tujuan perusahaan secara cepat berdasarkan dukungan data yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Ciri Sistem Informasi
1. Baru,artinya bahwa suatu siste informasi yang didapat merupakan informasi yang
baru dan segar bagi penerima
2. Tambahan, adalah informasi dapat diperbaharui atau memberikan tambahan terhadap
informasi yang sebelumnya telah ada.
3. Kolektif, adalah informasi yang dapat menjadi suatu koreksi dari informasi yang
salah sebelumnya.
4. Penegas, adalah informasi yang dapat mempertegas informasi yang telah ada

2.3 Komponen pada Sistem Informasi


Dalam proses pembangunan sistem informasi, terdapat beberapa komponen yang
perlu diperhatikan agar anda tidak salah dalam mengambil keputusan untuk bisnis dan
strategi pemasaran anda. Information System sendiri terdiri atas komputer, manusia, fakta,
instruksi, dan kumpulan prosedur yang dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Sistem Informasi Manajemen


Management Information System adalah sebuah sistem perencanaan yang melibatkan
bagian internal perusahaan yang meliputi pemanfaatan teknologi, prosedur, dan interaksi
manusia untuk memecahkan permasalahan bisnis seperti layanan, biaya produksi, atau
penentuan strategi bisnis yang tepat.
Metode ini mampu memecahkan berbagai masalah dengan memberikan solusi yang pasti
berkaitan dengan proses bisnis hingga analisa akhir dari standar operasional dan sistem
manajemen.
2. Sistem Pendukung Keputusan
Decision Support System atau sistem pendukung keputusan adalah salah satu
bagian dalam sistem informasi berbasis komputer yang berfungsi untuk mengambil
sebuah keputusan yang tepat bagi perusahaan, organisasi, atau instansi terkait.

8
Tahapan dalam mengaplikasikan sistem pendukung keputusan adalah dengan
mendefinisikan masalah terlebih dahulu. Selanjutnya, mengumpulkan berbagai data
pendukung, dan mengolahnya menjadi informasi yang penting. Dan fase akhirnya,
mampu menyajikan solusi yang tepat serta dapat disajikan dalam bentuk data yang
terukur.
3. Sistem Informasi Eksekutif
Executive Information System (EIS) merupakan salah satu jenis dari sistem informasi
manajemen untuk memudahkan dalam mengambil kebijakan yang dibutuhkan oleh
eksekutif senior dengan menampilkan akses informasi yang tepat dan relevan. EIS sendiri
menekankan pada tampilan antarmuka atau interface yang mudah untuk digunakan oleh
user. Selain itu, hasil laporan yang disajikan juga mempunyai informasi yang menarik dan
teruji.
4. Sistem Pemrosesan Transaksi
Komponen yang terakhir adalah Transaction Processing System, yaitu bagian dari
sistem informasi yang memiliki tugas untuk menjalankan dan mencatat setiap kebutuhan
transaksi secara berkelanjutan (kontinu) yang diperlukan dalam bisnis. Tujuan utamanya
adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan rutin dan memonitoring setiap transaksi
yang dilakukan oleh organisasi terkait.

2.4 Manfaat Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan


1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan
arsip.
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik
akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan lebih cepat
6. Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Gurley L, Advantages
and Disadvantages of Electronic Medical Record)
7. Membantu memonitor nilai kridit kinerja perawa
8. Membantu menentukan jadwal dinas perawat

9
Sedangkan menurut Holmes(2003, dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama
dari informasi berbasis computer adalah
1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien
dalam satu lokasi.komunikasi dan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya serta
proses pendidikan dan penelitian. Kegiatan perawat (peran perawat) dilakukan ketika
merawat pasien telah diidentifikasi telah dikategorikan ke dalam tiga kategori global.
Yang pertama adalah peran manajerial atau kegiatan koordinasi yang melibatkan
pengumpulan dan transmisi informasi pasien, seperti entri data, pelaporan hasil, dan
mengatur janji pasien dan dokter. Kategori kedua adalah tugas dokter yang didelegasikan.
Sistem saat ini dapat menangkap tugas-tugas ini dari set masukan pesanan dokter dan
kemudian memasukkannya ke dalam rencana perawatan pasien. Kategori ketiga adalah
fungsi keperawatan otonom, karakteristik praktik keperawatan profesional, ketika
pengetahuan unik keperawatan diterapkan pada perawatan pasien (Malliarou & Zyga,
2009) Data yang dihasilkan oleh perawat yang sangat dibutuhkan bagi dokter termasuk
tanda-tanda vital, asupan / output, Kardex / rencana perawatan data, dan catatan
administrasi pengobatan, dapat dibuat dengan akses yang mudah. Catatan naratif, yang
mencatat informasi penting pasien untuk pengambilan keputusan, masih merupakan
bagian besar pencatatan pasien merupakan area yang paling serius yang membutuhkan
perbaikan (Malliarou et al., 2007). Penyelesaian dokumentasi kerawatan yang sangat
kompleks menimbulkan tantangan yang signifikan, sering tidak dapat diatur dan telah
menjadi akar penyebab banyak masalah keselamatan pasien dan masalah lainnya. Kepala
perawat dapat mempromosikan jaminan kualitas dengan memperkenalkan sistem
informasi pada praktik sehari-hari yang akan membantunya memiliki resume aktivitas unit
perawatan, jadwal staf, manajemen personalia, manajemen persediaan dan manajemen
keuangan (anggaran, penagihan pasien). Kebutuhan, janji, komunikasi dengan keluarga
dan pendidikan kesehatan atau hal terkait pekerjaan lainnya, hasil medis, transfer
informasi ke spesialis lain dapat dikelola melalui sistem informasi kesehatan terpadu
(Emspak et al, 1998). Perawat yang datang bertugas melihat entri data perawat lain dan

10
melanjutkan pekerjaan. Kesinambungan pengiriman perawatan ini sangat penting dalam
menyediakan layanan kesehatan berkualitas (Malliarou, 2007). Kontrol kesalahan
keperawatan pada setiap tahap dapat dengan mudah dicapai dengan mendokumentasikan
fungsi dan prosedur rutin. dapat dilakukan karena data dapat dengan mudah dilacak dan
diperoleh, namun tetap di bawah konsep pemeliharaan kerahasiaan keperawatan. Setiap
bagian dari dokumentasi dapat digunakan untuk pembelaan hukum, dapat dipastikan
bahwa dokumentasi tidak pernah menjadi titik akhir (Stamouli et al, 2001). Manfaat
Sistem Informasi Keperawatan Lebih banyak waktu yang dihabiskan bersama pasien dan
lebih sedikit waktu di ruang perawat Mengurangi kertas kerja / kehilangan kertas Alat
dokumentasi keperawatan otomatis Standar perawatan diprogram seragam (proses
keperawatan) Pengurangan biaya (Lebih sedikit kehilangan biaya) Kualitas dapat diukur
Lippeveld T. (2000) menyatakan “Sistem informasikeperawatan berkontribusi pada upaya
terpadu untuk mengumpulkan, memproses, melaporkan dan menggunakan informasi serta
pengetahuan kesehatan untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan, tindakan program dan
penelitian”. Evaluasi keperawatan tidak didasarkan lagi pada intuisi, ritual, atau tradisi,
perawat semakin mendasarkan praktik mereka pada pengetahuan yang telah
dikembangkan melalui penelitian empiris, namun karena peningkatan yang cepat dalam
volume informasi pengetahuan keperawatan, tidak mungkin lagi untuk mengharapkan
perawat untuk mempertahankan seluruh basis pengetahuan profesi di kepala mereka,
sehingga perawat memerlukan akses ke sumber daya yang mengandung pengetahuan
keperawatan yang dikembangkan secara empiris. Sampai saat ini, masalah yang paling
penting dalam keberhasilan penerapan TI adalah penerimaan dan penggunaan teknologi
oleh pengguna (Boonchai, Supasit & Stuart 2009). Temuan menunjukkan bahwa perawat
secara luas menerima penggunaan TI sebagai komponen yang diperlukan dalam praktek
sehari-hari mereka dalam penyediaan perawatan pasien (Lammintakanena, Sarantoa, &
Kivinenb, 2010). Perawat menggunakan TI dan sistem informasi elektronik lainnya untuk
mendokumentasikan evaluasi dan data status pasien (Adams, 1998). Prekondisi pertama
perawatan pasien yang berkualitas waktu dalam memetakan dan fungsi sistem (Lee 2004).
Temuan-temuan dari komentar-komentar tertulis mencerminkan beberapa tingkat
konsistensi dengan hasil-hasil awal ini. Sebagian besar pengguna sistem TI ini mengeluh
karena tidak memiliki cukup terminal komputer dan waktu respons yang lambat. Akses ke

11
komputer, printer, dan jaringan yang dapat diandalkan merupakan persyaratan dasar bagi
pengguna Axford dan Carter (1996) memperingatkan bahwa waktu respons komputer
yang lambat dapat memiliki dampak negatif yang dapat dikenali terhadap praktik
keperawatan. Perawat menyarankan untuk memberi dokter akses komputer instan.
Kurihara et al. (2001) melaporkan bahwa menggunakan PC portabel lebih tepat waktu
bagi perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Meskipun komputer telah
membantu perawat menghemat waktu pada grafik dan meningkatkan waktu perawatan
pasien (Dennis et al. 1993, Pabst et al. 1996), perawat juga memiliki pengalaman yang
berlawanan dan beberapa bahkan mempertanyakan tujuan sistem dan menuntut lebih
banyak pelatihan atau akses ke panduan pengguna. Bowles (1997) menyarankan bahwa
dalam lingkungan perawatan kesehatan yang terkendali saat ini, banyak unit perawatan
kekurangan staf, menyisakan sedikit waktu untuk pelatihan dan penerimaan teknologi
baru. Para peneliti telah menyarankan bahwa dokter tanpa pelatihan yang tepat dan
pengenalan sistem teknologi baru dapat melihat bahwa perubahan menambah beban kerja
mereka (Getty et al. 1999, Herbst et al. 1999). Disarankan bahwa para manajer selalu
menilai kebutuhan perawat dan menerapkan strategi yang mengajarkan mereka tentang
sistem dan keterampilan yang mereka perlukan untuk menggunakannya (Hillan et al.
1998, Getty et al. 1999, Alpay & Russell 2002). De-individualisasi perawatan telah
menjadi kritik terhadap rencana perawatan standar (Harris 1990, Newton 1995, Lee et al.
2002).

2.5 Pengembangan Sistem Informasi dan Hambatan-hambatannya:


Pengelolaan data Rumah Sakit yang sangat besar baik data medik pasien maupun data-
data administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga mengakibatkan :
1. Redudansi Data : pencatatan data yang berulang-ulang
menyebabkan duplikasi data sehingga
kapasitas yang di perlukan
membengkak dan pelayanan menjadi
lambat, tumpukan filing sehingga
memerlukan tempat filing yang cukup

12
luas.

2. Unintegrated : penyimpanan data yang tidak terpusat


Data menyebabkan data tidak sinkron,
informasi pada masing-masing bagian
mempunyai asumsi yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan masing-
masing unit /Instalasi.

3. Human Error, : proses pencatatan yang dilakukan


secara manual menyebabkan terjadinya
kesalahan pencatatan yang semakin
besar dan tidak singkrong dari unit satu
ke yang lainya dan akan menimbulkan
banyaknya perubahan data (efeknya
banyak pelayanan akan berdasarkan
sesuka perawan/dokter sehinga dokter /
perawat bisa menambah bahkan
mengurangi data/tarif sesuai dengan
kondisi saat itu, misal yang berobat
adalah sodaranya makan dengan
seenaknya dokter/perawat memberikan
discont tanpa melalu prosedur yang
tepat. Dan menimbulkan kerugian pada
rumah sakit.

4. Terlambatnya : dikarenakan dalam penyusunan


Informasi informasi harus direkap secara manual
maka penyajian informasi menjadi
terlambat dan kurang dapat dipercaya
kebenarannya.

13
Era globalisai yang ditandai dengan adanya Perdagangan bebas mengharuskan sektor
Kesehatan terutam Rumah Sakit untuk meningkatkan daya saing dengan memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pelanggan ataupun pasien bahkan penyajian laporan
yang akurat bagi para pengambil keputusan, bahkan rumah sakit melakukan perubahan
bentuk pelayan khusus menjadi badan pelayan umum untuk masyarakat sehnga akan
memeudahkan dalam penataan administrasi. Guna mengatasi hambatan–hambatan dalam
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, keberadaan “Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit” / SIMRS sangat dibutuhkan, sebagai salah satu strategik manajemen dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan persaingan bisnis.

Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan


teknologi informasi yang terintegrasi dan di intergrasikan dengan prosedur manual dan
prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen, sehingga dalam tahapannya akan
membuat bebrapa SOP baru guna menungjang kelancaran penerapan Sistem yang tertata
dengan rapih dan baik.

Hambatan ataupun Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai Hambatan yang
ditemui dalam aplikasi Sistem Informasi Keperawatan sementara bagian sebelumnya
menyatakan perspektif positif keseluruhan terhadap penggunaan TI, beberapa item
menunjukkan evaluasi negatif dari efisiensi keperawatan, ketersediaan komputer, menghemat
waktu dalam memetakan dan fungsi sistem (Lee 2004). Temuan-temuan dari komentar-
komentar tertulis mencerminkan beberapa tingkat konsistensi dengan hasil-hasil awal ini.
Sebagian besar pengguna sistem TI ini mengeluh karena tidak memiliki cukup terminal
komputer dan waktu respons yang lambat. Akses ke komputer, printer, dan jaringan yang
dapat diandalkan merupakan persyaratan dasar bagi Pengguna Axford dan Carter (1996)
memperingatkan bahwa waktu respons komputer yang lambat dapat memiliki dampak
negatif yang dapat dikenali terhadap praktik keperawatan. Perawat menyarankan untuk
memberi dokter akses komputer instan. Kurihara et al. (2001) melaporkan bahwa
menggunakan PC portabel lebih tepat waktu bagi perawat untuk menyelesaikan
tugas-tugas mereka. Meskipun komputer telah membantu perawat menghemat waktu pada
grafik dan meningkatkan waktu perawatan pasien (Dennis et al. 1993, Pabst et al. 1996),

14
perawat juga memiliki pengalaman yang berlawanan dan beberapa bahkan mempertanyaka
tujuan sistem dan menuntut lebih banyak pelatihan atau akses ke panduan pengguna. Bowles
(1997) menyarankan bahwa dalam lingkungan perawatan kesehatan yang terkendali saat ini,
banyak unit perawatan kekurangan staf, menyisakan sedikit waktu untuk pelatihan dan
penerimaan teknologi baru. Para peneliti telah menyarankan bahwa dokter tanpa pelatihan
yang tepat dan pengenalan sistem teknologi baru dapat melihat bahwa perubahan menambah
beban kerja mereka (Getty et al. 1999, Herbst et al. 1999). Disarankan bahwa para manajer
selalu menilai kebutuhan perawat dan menerapkan strategi yang mengajarkan mereka tentang
sistem dan keterampilan yang mereka perlukan untuk menggunakannya (Hillan et al. 1998,
Getty et al. 1999, Alpay & Russell 2002). De-individualisasi perawatan telah menjadi kritik
terhadap rencana perawatan standar (Harris 1990, Newton 1995, Lee et al. 2002).
Para peneliti telah menyarankan bahwa perawat dengan pengalaman komputer lebih mudah
memahami implikasi TI untuk berlatih dan dapat lebih kritis mengevaluasi pro dan kontra
penggunaannya (Getty et al. 1999). Di sisi lain, telah ditemukan bahwa perawat memiliki
kesulitan dalam penggunaan diagnosis keperawatan online yang akurat untuk
mengidentifikasi masalah pasien (Brooks & Massanari 1998), sehingga kemampuan perawat
untuk menggunakan dan menerapkan diagnosis keperawatan dan intervensi mungkin perlu
diperkuat. Setelah bahasa keperawatan standar dimasukkan ke dalam perangkat lunak,
perawat harus tahu bagaimana menerapkannya dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan untuk mengungkapkan upaya keperawatan dalam perawatan pasien. Pengguna
sistem TI ini juga berkomentar tentang tidak dapat terhubung dengan sistem informasi rumah
sakit lainnya untuk pengambilan data, fungsinya yang buruk dan tidak dapat mengetik atau
menulis tentang kondisi pasien. Beberapa komentar perawat menyatakan keprihatinan
tentang kehilangan kemampuan berpikir kritis mereka karena mereka merasa mereka hanya
mengikuti persyaratan dokumen dalam membuat rencana perawatan. Laporan menunjukkan
bahwa komputerisasi telah memfasilitasi kontrol pengawasan, sehingga perawat dihargai atas
eksistensi rencana bukan karena kualitasnya (Brooks & Massanari 1998).
Dengan komputerisasi, bagian-bagian catatan pasien dicetak beberapa kali karena
berbagai alasan, misal untuk ulasan dokter. Perawat percaya bahwa kerahasiaan dapat
terancam jika orang lain dapat dengan mudah mengakses catatan (Sleutel & Guinn 1999).
Para peneliti telah menyarankan bahwa pendidikan yang tepat mengenai penggunaan data

15
dan sistem audit catatan sangat penting untuk memastikan kerahasiaan data (Allan &
Englebright 2000).
Perawat bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan klien ketika berhadapan dengan
teknologi dalam informatika keperawatan. Ada kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat
mengenai kerahasiaan dalam akses ke file elektronik adalah mungkin dan file ditempatkan di
internet selama otomatisasi. Standar untuk kerahasiaan harus diatur bersama dengan
otomatisasi dan diawasi secara ketat oleh komite jaminan kualitas atau etika atau bahkan
komite manajemen risiko dalam organisasi keperawatan. Selain itu, perawat dan penyedia
layanan kesehatan harus memiliki kepercayaan dalam kualitas dan keakuratan data
yang mereka akses secara elektronik. Sistem yang memastikan pemantauan entri data yang
lengkap dan akurat harus ada, untuk menjaga integritas data, jika tidak semua komputer akan
mempercepat komunikasi dan penyebaran kesalahan dalam data.
Akses mudah ke data pasien menimbulkan masalah tanggung jawab hukum, privasi
pasien dan kerahasiaan data. Pengembangan sistem informasi telah memberi penyedia
perawatan kesehatan akses cepat ke catatan pasien melalui terminal jaringan. Akses
elektronik ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang kerahasiaan dan keamanan informasi
pasien (Austin 1996). Beberapa peneliti telah memperlakukan dampak social dari
pelanggaran data pasien dan perlindungan privasi sebagai masalah keamanan. Studi
mengeksplorasi sikap perawat terhadap penggunaan komputer menemukan bahwa perawat
umumnya percaya menggunakan komputer dalam perawatan kesehatan tidak melanggar
masalah hukum dan sosial tentang privasi pasien atau kerahasiaan data, meskipun sebagian
besar perawat menerima sistem TI dalam praktek sehari-hari mereka, masalah seperti
komputer yang tidak memadai, desain konten, masalah kemampuan sistem dan masalah
hukum dan privasi perlu dipecahkan (Lowry 1994, Getty et al. 1999).
Merujuk pada pentingnya mempersiapkan manajemen untuk reformasi dan untuk
implementasi TI. Tanpa pemahaman, komunikasi dan interaksi, sulit untuk mendapatkan
kesesuaian kesiapan antara tingkat mikro, meso dan makro. Jika instansi tidak siap untuk
perubahan, perawat (Jooste, 2011), mungkin lebih skeptis terhadap TI. Oleh karena itu,
menurut Scheel et al. (2008) individu dalam keperawatan harus mempercayai pengetahuan
dan cara berkomunikasi untuk menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari mereka dan
sebagai alat dalam identitas professional mereka. Ketidakcocokan ini dan hilangnya makna

16
dalam aliran interaksi dalam pekerjaan perawatan kesehatan, Scheel et al. (2008) mengacu
pada mungkin juga alasan mengapa beberapa perawat mengatakan bahwa mereka tidak
punya waktu untuk belajar TI, atau bahwa mereka tidak punya waktu untuk membuat
dokumentasi TI rutin: waktu mungkin bukan masalah tetapi kesenjangan antara yang ada TI
dalam organisasi layanan kesehatan dan apa yang telah diajarkan untuk melihat sebagai
kemungkinan baru dalam kerangka mengembangkan dan meningkatkan identitas profesional
mereka (Johansson et al. 2011).
Ada kesulitan dalam membangun identitas untuk TI dalam praktik kerja. Tradisi
pertemuan dalam keperawatan terkadang tidak sesuai dengan arus informasi TI Menurut
ANA (Mcline, 2005) dalam Callie (2010) sistem informasi keperawatan berkaitan dengan
legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang
standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan,
mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas,
efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih
asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi
terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan
menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.
System informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam
mencapai standar mutu pelayanan. Indikator klinik mutu pelayanan antara lain: pengukuran
angka pasien jatuh,angka decubitus, pneumonia nosokomial, infeksi nosokomial, dan
angka kejadian medical error (Lewis, 2003). Manfaat yang diperoleh bila rumah sakit
menggunakan sistem informasi keperawatan, yaitu manajemen lebih efisien, penggunaan
sumber biaya lebih efektif, meningkatkan program perencanaan, meningkatkan
pendayagunaan perawat (Cornelia, 2007). Manfaat sistem informasi dalam keperawatan
(Malliarou & zyga, 2009), lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di
nurse station, mengurangi penggunaan kertas dokumentasi keperawatan secara automatis
standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan) mengurangi biaya kualitas
pelayanan keperawatan dapat di ukur
Disamping manfaat yang didapatkan tersebut, juga ditemui beberapa kendala yang
menjadi penghambat penggunaan sistem informasi dalam keperawatan, sebagaimana dalama

17
kajian literatur ditemukan beberapa kendala, yakni sistem perangkat yang dimana tidak
semua perawat mampu mengoperasikan sistem yang ada, kemudian dengan sistem sendiri
yang tak kala menemui malah seperti proses yang lambat sehinggamembutuhkan lebih
banyak waktu, kerahasian data pasien yang dirasakan kurang terjaga dengan adanya sistem
ini, dan dengan adanya sistem ini perawat terkadang merasa kehilangan kemampuan untuk
berpikir kritis, sebab kemampuan menyimpulkan diagnosa dan intervensi dirumuskan
langsung oleh sistem yang ada. Adanya evaluasi sistem akan memberikan manfaat terhadap
pengembangan sistem yang ada. Namun Pelatihan lebih lanjut dibutuhkan untuk lebih
mengefektifkan sistem ini, agar perawat tidak merasa lebih banyak meluangkan waktu
didepan computer dibandingkan bersama dengan pasien.
Selain dari sumber daya pengguna, sistem ini juga sebaiknya diberikan dukungan oleh
manajemen tingkat atas, agar pemeliharaan sistem juga dapat dilakukan guna memperlancar
operasional system yang ada.

2. 6 Hambatan yang terjadi di pelayanan puskesmas antara lain :


1.Kendala di bidang Infrastruktur

Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya untuk
pemakaian sehari-hari di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai banyak
pelaporan-pelaporan yang harus ditulis dengan komputer. Komputer lebih berfungsi sebagai
pengganti mesin ketik semata. Selain itu kendala dari sisi sumber daya listrik juga sering
menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu sudah biasa menjalani pemadaman
listrik rutin sehingga pengoperasian komputer menjadi terganggu. Dari segi keamanan,
banyak gedung puskesmas yang kurang aman, sering terjadi puskesmas kehilangan perangkat
komputer.

2.Kendala di bidang Manajemen

Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja yang
khusus menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari tingkat puskesmas
ataupun tingkat dinas kesehatan di kabupaten/kota.

18
Pada kondisi seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan
pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar bagian.

3. Kendala di bidang Sumber Daya Manusia


- Bidang SDM sering ditemui di puskesmas. Banyak staf puskesmas yang belum maksimal
dalam mengoperasikan komputer.
- Kemampuan operasional komputer didapat secara belajar mandiri, sehingga tidak
maksimal.
- Pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang tidak pada fungsi yang sebenarnya.
Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di rumah sakit antara lain :
1.Kurang siapnya rumah sakit dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS)
2.Data yang tersedia belum dalam bentuk elektronik
3.Pergantian kebijakan yang sering dilakukan secara tiba-tiba dapat menimbulka kekacauan.
4.Koordinasi unit lebih terfokus pada unit masing-masing
5.Penyesuaian petugas dengan perbuhanan pola kerja dari manual ke komputerisasi
6.Pemahaman SDM yang belum merata

2. 7 Trend dan Isu dalam Tehnologi informasi bagi Keperawatan


A. Definisi Trend dan Issue
a.Trend
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta. Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia
memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana
banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi
suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan

19
hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Pada masyarakat yang menuju ke arah
moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi,
peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan
dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan
khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan
pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual
dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek. Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang
professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat
menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,
b.Definisi issue
Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya
atau buktinya. Beberapa issue keperawatan pada saat ini : v EUTHANASIA Membunuh bisa
dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi
kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya. Secara umum, kematian adalah
suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia
kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu
menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang
definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut
terjadi. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak
menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan
penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya. Ada empat metode euthanasia: 
Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan kematian.

2.8 Aplikasi Sistem dalam Pelayanan pasien


a. Pemanfaatan Teknologi Kesehatan Dalam Aplikasi Keperawatan
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik

20
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis
seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring Telenursing menunjukkan
penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan perawatan pasien.
Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim
suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai komunikasi
jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara manusia dan atau computer
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan
teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari
telemedicine atau telehealth. Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan
telenursing yaitu :
1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit
dan nursing home)
2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah
sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring
yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat
meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan teknologi
5. berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber. Selain manfaat di atas
telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan( model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran on
line dan Multimedia Distance Learning.

21
Sebuah sistem informasi diperlukan untuk mendukung semua proses bisnis yang
bermanfaat guna mendukung pengambilan keputusan secara tepat dan bermanfaat bagi
semua pihak. Hal ini menunjukkan bahwa sistem informasi memegang peranan yang
penting dalam berbagai aspek. Dengan didukung adanya system informasi yang baik
maka suatu organisasi atau institusi dapat menentukan keputusan-kepurtusan yang harus
segera diambil.
Begitu juga dengan dunia kesehatan yang membutuhkan suatu adanya system
informasi yang tertata rapi guna memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Institusi
kesehatan perlu menerapkan suatu system yang praktis dan mudah diakses. Sehingga baik
tenaga kesehatan maupun penerima layanan kesehatan dapat menerima informasi yang
dibutuhkan dengan cepat dan tepat. Proses proses seperti pencatatan registrasi pasien,
pendokumentasian, rekam medis pasien dan proses-proses lain di bidang kesehatan dapat
berjalan cepat tanpa proses yang berbelit-belit. Institusi kesehatan yang ada antara lain
rumah sakit, puskesmas, apotek, laboratorium kesehatan dan institusi-institusi kesehatan
lainnya.
Makin banyak institusi kesehatan yang menerapkan sistem informasi yang baik
maka semakin banyak pasien yang dapat ditangani oleh institusi kesehatan dengan baik.
Di dalam Rumah Sakit terdapat juga beberapa komponen-komponen yang membutuhkan
suatu system informasi yang baik dan mudah diakses. Komponenkomponen tersebut
misalnya Bagian Registrasi, Bagian Rekam Medis, Bagian Paviliun dan lain-lain. Semua
komponen tersebut harus saling terintegrasi dan saling berkesesuaian antara satu sama
lain sehingga terdapat suatu sistem yang cepat dan mudah diakses. Salah satu komponen
yang membutuhkan suatu system informasi yang baik adalah di bagian Laboratorium.
Bagian Laboratorium bertanggung jawab atas setiap proses pemeriksaan pasien yang
menggunakan laboratorium untuk mengetahui hasilnya. Dengan banyaknya jumlah
pasien yang ada di Rumah Sakit setiap harinya maka suatu sistem informasi yang
akuntabel. Sehingga hasil pemeriksaan Laboratorium dapat diakses dengan cepat dan
tepat tanpa membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang berlebihan.
Perkembangan sistem informasi saat ini menunjukkan adanya suatu perkembangan
yang pesat. Dulu untuk mendapatkan suatu informasi mengenai data kesehatan pasien
misalnya, kita perlu membuka banyak sekali catatan dan dokumen dan kita harus

22
membukanya satu-persatu untuk mencari informasi yang kita butuhkan. Sekarang dengan
kemajuan teknologi yang ada maka hanya dengan sekali klik atau hanya dengan
mengetikkan beberapa kata saja kita sudah mampu untuk mengakses data yang kita
perlukan. Dapat kita lihat betapa jauhnya perbedaan yang ada antara system informasi
yang dulu dan informasi yang sekarang. Sistem Informasi yang ada saat ini terus
berkembang dan mencari kesempurnaan. Banyak system-sistem baru yang ada dan terus
dikembangkan agar system informasi kesehatan yang ada menjadi lebih baik dan tertata.
Salah satu system informasi yang dikembangkan adalah Total Architecture Sintesis
(TAS). Ada beberapa Rumah Sakit yang sudah menerapkan system informasi ini. Salah
satunya adalah Rumah Sakit Kanker Dharmais yang berada di Jakarta Barat. Sebagai
rumah sakit yang menangani masalah kanker, dibutuhkan suatu Laboratorium yang baik
dan mendukung upaya penanganan masalah kanker, dikarenakan kanker membutuhkan
suatu pemeriksaan laboratorium yang cermat dan baik. Rumah Sakit Kanker Dharmais
(RSKD) memiliki pasien kanker yang berjumlah besar, yang setiap harinya terus
bertambah. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem informasi laboratorium yang dapat
mengelola semua pemeriksaan laboratorium secara tepat dan cepat, baik pasien yang
berasal dari RSKD maupun yang dari luar, yang di dalamnya mencakup proses kegiatan
yang dilakukan oleh karyawan pada Laboratorium Klinik RSKD. Dengan adanya system
informasi yang baik maka Laboratorium Klinik RSKD dapat memberikan pelayanan
yang baik bagi penggunanya.
Proses pemeriksaan laboratorium memerlukan waktu yang cepat dan membutuhkan
hasil tepat dan akurat. Solusi agar semua proses layanan Laboratorium Klinik RSKD
dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan untuk membangun sebuah aplikasi layanan
Laboratorium Klinik RSKD yang berbasiskan metode Total Architecture Syntesis (TAS)
yang saat ini sedang dikembangkan disana. Diharapkan dengan adanya system yang baru
tersebut maka Laboratorium Klinik RSKD dapat memberikan pelayanan yang baik bagi
penggunannya. Total Architecture Syntesis (TAS) aplikasi ini merupakan sebuah sistem
dimana semua proses dan data yang ada dalam layanan Laboratorium Klinik RSKD dapat
menjadi sebuah basis data secara fisikal yang dapat terintegrasi langsung dengan alat
pemeriksaan pada laboratorium yang hingga saat ini terdapat 20 buah alat pemeriksaan
laboratorium.

23
Aplikasi ini dapat menstandarisasi dan mengurangi kompleksitas pertukaran data
antar fungsi yang berbeda. Jika terdapat suatu variable yang tidak dibutuhkan oleh suatu
proses, maka aplikasi ini memungkinkan proses tersebut untuk tidak memasukkan nilai,
tetapi hasil yang diperoleh tetap melewati proses yang sama. Prinsip dasar dari TAS
adalah apapun arsitektur yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan yang ada, sifat
extentionable dari setiap services untuk mendukung munculnya kebutuhan, bahkan
kebutuhan yang paling tidak terduga sekalipun tetap harus dipersiapkan. TAS adalah
sebuah metode perancangan yang menggunakan pendekatan iteratif dalam
mengumpulkan kebutuhan, mendefinisikan proses bisnis, dan mendefinisikan arsitektur
dari sebuah sistem.
Metode ini berawal dari inisiasi semua proses bisnis yang terpengaruh oleh
perkembangan proyek ini. Proses bisnis ini kemudian diurutkan sesuai dengan tingkat
kesulitan dan kepentingan bisnisnya. Setelah proses ini selesai dilakukan, kemudian
literasi untuk proyek ini dimulai. Iterasi pertama diawali dengan proses bisnis yang
paling sulit dan banyak mengalami perubahan. Setiap iterasi terdiri dari pengumpulan
kebutuhan, pendefinisian proses bisnis, pendefinisian arsitektur sistem, dan evaluasi.
Pengunaan metode TAS, menjadikan proses pengumpulan informasi akan kebutuhan
dari sebuah perusahaan bukan lagi menjadi sebuah aktifitas yang terpisah dari proses
bisnis dan arsitektur sistem. Semua aktifitas di atas kini secara iterative akan saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lainnya Dalam sebuah lembaga kesehatan
seperti RSKD, proses pemeriksaan laboratorium berlangsung dinamis, sehingga terdapat
kemungkinan mengalami perubahan seiring dengan perubahan dan tuntutan kebutuhan.
Dengan adanya aplikasi ini, hal tersebut dapat teratasi karena sistem yang dibangun
menggunakan metode TAS, mulai dari registrasi pasien baik dari RSKD maupun pasien
rujukan dari luar, pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan alat yang sesuai, biaya
yang harus dikeluarkan, pendataan karyawan yang melakukan pemeriksaan, sampai
dengan pembayaran ke kasir. Setelah dilakukan analisis terhadap permasalahan yang ada
dan pemecahan masalah yang akan dilakukan,
Perancangan solusi yang akan dilakukan dengan menggunakan tahap selanjutnya
dari konsep TAS, kemudian dilanjutkan dengan tahap selanjutnya proses pengembangan
sebuah proyek Aktivitas manual yang dihilangkan dari proses bisnis berjalan karena telah

24
dikomputerisasi pada sistem yang baru adalah mencetak hasil pemeriksaan dari masing–
masing alat pemeriksaan di laboratorium dan melakukan entri hasil pemeriksaan ke basis
data laboratorium secara manual. Pada sistem yang baru, setiap mesin pemeriksaan akan
terhubung ke server dan komputer yang akan membaca hasil pemeriksaan dari mesin
tidak akan terhubung ke mesin pemeriksaan, melainkan terhubung ke server. Dengan
solusi ini, data keluaran dari setiap mesin akan terintegrasi di server tanpa perlu
melakukan input secara manual terhadap hasil dari masing-masing mesin pemeriksaan di
laboratorium Selain itu, pada proses yang baru, akan ditambahkan beberapa fitur baru
seperti pengiriman hasil pemeriksaan baik ke alamat yang dituju maupun melalui email
dan SMS dari aplikasi.
Solusi ini bertujuan untuk mempermudah proses untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan. Sehingga pihak pengambil hasil pemeriksaan tidak perlu datang ke rumah
sakit untuk mengambil hasil pemeriksaannya. Fitur lainnya yang ditambahkan adalah
adanya modul login dan pencatatan penggunaan peralatan medis serta pembuatan laporan
yang dibutuhkan sesuai dengan fomat yang diinginkan stakeholder.

2.9 Dampak tehnologi informasi bagi Pengguna Asuhan keperawatan


Teknologi juga memberikan dukungan pada proses keperawatan.
1. Meningkatkan efesiensi dan kualitas pelayanan pasien yang lebih baik Dalam sebuah
penilitian disebutkan bahwa untuk mengidentifikasi efek yang dirasakan dari masing-
masing teknologi terhadap efisiensi alur kerja/ workflow efficiency (WFE) dan
perawatan pasien yang berkualitas (QPC) dilakukan survei pada 462 responden
tentang teknologi AORN. Hasil survei tersebut melaporkan bahwa merasakan
dampak dari penggunaan teknologi (USE) di semua kategori. Dan 11 (Sebelas) dari
17 item RFID memiliki korelasi positif yang kuat antara item USE yang ditunjuk
dengan efek yang dirasakan pada efesiensi alur kerja/ workflow efficiency (WFE)
dan perawatan pasien yang berkualitas/ quality patient care QPC (Sipes Carolyne,
2015).
2. Menjaga keamanan dan kerahasiaan data pasien Keamanan dan kerahasiaan data
pasien merupakan hal yang penting diperhatikan untuk menjaga kepercayaan pasien
pada pemberi layanan kesehatan. Untuk itu, Electronic Health Record (EHR)
menjadi sumber daya informasi pada perawatan pasien untuk dokter dan

25
dokumentasi keperawatan yang merupakan bagian penting dari perawatan pasien
secara komprehensif. Memastikan privasi dan keamanan informasi kesehatan adalah
komponen kunci untuk membangun kepercayaan yang dibutuhkan untuk
mewujudkan potensi manfaat pertukaran informasi kesehatan elektronik. Untuk
itulah Penelitian oleh Samadbeik, Mahnaz (2015) bertujuan mengelola keamanan
data keperawatan pasien melalui Electronic
3. Memberikan informasi yang bermanfaat dan akurat Procter Paula and Ian Woodburn
(2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perawat merupakan profesi yang
sangat dekat dengan pasien karena terus menerus memberi pelayanan selama 24 jam
sehari. Sehingga mereka menjadi dasar utama, arus masuknya informasi pasien ke
dalam sistem manajemen informasi dalam perawatan kesehatan. Namun, peran ini
akan menjadi sukses jika perawat memiliki pengetahun tentang sistem informasi
teknologi yang baik, memiliki pengetahuan tentang manajemen, keterampiran
kepemimpinan dan output informasi yang relevan dengan kondisi pasien. Maka,
semakin baik pengetahuan perawat tentang pentingnya sistem informasi teknologi
maka semakin baik pula informasi kesehatan dalam rekam jejak perawatan kesehatan
pasien. Untuk itu, menjadi penting seorang perawat paham dan mampu menjalankan
aplikasi teknologi informasi dalam setiap kategori kegiatan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Australia
4. Mendukung Proses Keperawatan Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan,
keperawatan memiliki proses pemberian Asuhan Keperawatan yang dimulai dari
tahap perencanaan, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
yang setiap tahapan prosesnya memerlukan pencatatan dan pendokumentasian
sebagai bukti tindakan pelayanan yang diberikan. Dan dengan sistem informasi
teknologi pencatatan dokumentasi keperawatan dapat dilakukan dalam bentuk digital
atau komputerisasi, seperti yang telah didefenisikan oleh The American Nurses
Association (ANA) bahwa Nursing Informatics (NI): merupakan Keperawatan
Informatika dengan spesialisasi keperawatan yang terintegrasi dengan ilmu
pengetahuan, ilmu komputer, dan informasi pengetahuan yang mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengolah, dan mengelola data juga informasi yang mendukung
praktik keperawatan, administrasi pendidikan, penelitian, dan perluasan pengetahuan

26
keperawatan. ANA juga mendukung penerapan standar penggunaan bahasa
keperawatan (Murphy Judy, 2010). Proses pendokumentasian keperawatan yang
merupakan pelaporan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perawat,
memerlukan input data yang detail dan teliti, untuk itu sistem informasi teknologi
yang menjadi alat dalam pencatatan pendokumetasian keperawatan, diharapkan
mampu meningkatkan keakuratan data yang dilaporkan.
Catatan kesehatan elektronik adalah sekumpulan data yang
menggambarkanperkembangan tentang kondisi kesehatan seseorang (Weaver et
al., 2016). Manfaat yang terkait dengan catatan kesehatan elektronik sudah
dikenal sejak lama. Evolusi dokumentasi dari kertas ke format elektronik bertujuan
untuk selalu meningkatkan komunikasi, mengurangi kesalahan dan
memfasilitasi kesinambungan perawatan.
Idealnya ketika perbaikan untuk catatan keperawatan dipikirkan, mereka
harus mempertimbangkan kebutuhan perawat,dampak alur kerja fungsional
baru dan kesesuaian dengan model gambaran dari data standar yang khusus
untuk praktik kerja mereka (Schachner et al., 2016).Penggunaan teknologi
informasi dalam perawatan kesehatan adalah fitur utama dari sebagian besar
rekomendasi. Melalui catatan keperawatan elektronik, dapat dilakukan asuhan
yang komprehensif dan memiliki pelayanan yang bervariasi dalam catatan
keperawatan seperti aktivitas pencegahan jatuh dan pemeriksaan kondisi pasien ”
(Lee & Yu, 2018).
Tahap lanjut penerapan catatan kesehatan elektronik menunjukkan hasil
penting, dari lama tinggal pasien (prolonged length of stay) dan penerimaan
kembali pasien di rumah sakit.Terbukti bahwa hubungan antara lingkungan kerja
keperawatan, kualitas asuhan keperawatan dan kepuasan pasien menjadi
lebih baik karena teknologi diintegrasikan ke dalam praktik. (Hessels, Flynn,
Cimiotti,Bakken, & Gershon, 2015).Proses keperawatan di era modern saat ini
menjadi tuntutan bagi perawat dari berbagai aspek.
Perawat harus melakukan proses keperawatan berdasarkan standar asuhan
keperawatan. Sistem dokumentasi yang berbasis teknologi informasi akan
membantu dalam memenuhi standar dan kualitas dokumentasi, memudahkan

27
dalam pengambilan keputusan, menyediakan informasi yang mudah di
akses, dapat meminimalkan potensi kehilangan ataukerusakan dari catatan
perkembangan,meningkatkan pertukaran informasi dankoordinasi antara perawat
atau tim kesehatanlain, dokumentasi dapat mudah diaudit,membantu
meningkatkan akurasi data klien,dapat mengakses kemajuan
perkembangankesehatan klien serta mengurangi biayaperawatan sehingga
dapat meningkatkankualitas pelayanan perawatan (Sulastri & Sari,2018). Catatan
keperawatan elektronik di gambarkan sebagai praktik terbaik saat ini,baik dalam hal
sistem, maupun keterlibatandan kontribusi perawat dan professional kesehatan
lainnya terhadap sistem tersebut.Pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan sistem seperti pemantapan dasar informatika dengan nuansa
yang berbeda, komitmen, keterlibatan dan partisipasi perawat (Hardiker,
Dowding,Dykes, & Sermeus, 2019).
Meskipun dokumentasi keperawatan elektronik memiliki banyak manfaat,
tetapi pada implementasinya menimbulkan beberapa masalah, karena setiap
perubahan dalam sistem kerja memiliki konsekuensi penting bagi perawat
maupun pasien (Chand, 2014).Perawat mengidentifikasi banyaktantangan dalam
melakukan pencatatan padarekam medis elektronik yang berhubungandengan
pengetahuan dan sikap positif untukteknologi informasi dan
komunikasi(O'Mahony et al., 2014). Sebagian besar studimenunjukkan bahwa untuk
menggambarkan keadaan umum pasien pada individu dan kelompok menjadi
sulit ketika menggunakan catatan kesehatan elektronik. Laporan singkatdan alat
handoff dalam catatan kesehatanelektronik terbukti tidak cukup
untukmendukung pekerjaan perawat sepanjang shift, dan selama handoff,
sehingga mereka bergantung pada formulir kertas yang dibuat sendiri. Perawat
membutuhkan alat yang dapat memfasilitasi kemampuan mereka secara
individu dan konteks informasi yang bermakna secara klinis (Wisner, Lyndon,
&Chesla, 2019).
Reformasi teknologi informasi dalambidang kesehatan saat ini, mewajibkan
Rumah Sakit menerapkan sistem catatan kesehatanelektronik untuk memfasilitasi
berbagai datadan kerjasama di antara penyedia layanan kesehatan, sehingga

28
dapat meningkatkan kualitas perawatan dan efisiensi dalam system pelayanan
kesehatan (De Pietro & Francetic,SURYA Vol. 11, No. 03, Desember 201943 2018).
Peraturan dan kebijakan pemerintah tentang teknologi informasi kesehatan
menyebabkan perubahan skala besar daricatatan kertas ke sistem catatan
kesehatan elektronik, dengan tujuan untuk mengelola dan memanfaatkan data
pasien dengan lebih baik, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi di
seluruh sistem pelayanan kesehatan (Taneja, 2018).
Kompleksitas pengambilan keputusan di antara para penyedia perawatan
memerlukan kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi, melalui pendekatan
tim interprofesional, penilaian dan perawatan pasien (Kanaskie & Snyder, 2018).
Selain itu, untuk menunjang hal tersebutdiperlukan manajer keperawatan
yang memiliki pengetahuan yang luas dalambidang informatika, untuk
dapat mempengaruhi dan mengolah data yang dikumpulkan, serta
memastikan bahwa perawat professional berkontribusi untukmerawat pasien
dalam lingkungan yangdinamis, sehingga meningkatkan komunikasi yang efektif
antar pemberi pelayanan dirumah sakit. (Tariq et al., 2018).
Pada tingkat eksekutif, peran kepalaperawat informasi menjadi sangat
penting.Perawat tersebut bertanggung jawab untuk mengarahkan pemimpin,
penerapan, visi strategis, dan transformasi menyeluruh dalam penggunaan data
dan informasi untuk perawatan berkualitas dalam organisasi kesehatan.
Dalam hal ini termasuk pemilihan,perencanaan, desain,
pembangunan,pengujian, implementasi, pemeliharaan, danevaluasi keseluruhan
sistem catatan kesehatan elektronik dan sistem informasi klinis lainnya.Dukungan
dan kesadaran yang tinggi, dapat memfasilitasi pengguna untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan keinginan pengguna
untuk terus menggunakan sistem ini, untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
dan keberhasilan penerapannya (Kuo, 2018).
Pemahaman sikap yang mendalam dan dukungan dari seluruh tingkatan
sangat di perlukan, karena dapat berpengaruh terhadap penerapan sistem
pencatatan kesehatan elektronik (Entzeridou et al., 2018).Meskipun terdapat
tantangan dan faktor-faktor yang menghambat penerapan catatan kesehatan

29
berbasis elektronik, tetapi penggunaan sistem ini merupakan cara terbaik untuk
menghadapi tantangan baru danperubahan kebutuhan perawatan
kesehatansaat ini (Chand, 2014).

2.10 Konsep Pendokumentasian Dalam Keperawatan


1. Prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang
pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan
merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada
pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan
legal dapat dipertanggung jawabkan. Pendokumentasian pada pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan secara manual atau berbasis komputer. Menurut Holmas (2003) terdapat
beberapa keuntungan utama dari dokumentasi berbasis computer yaitu:
1. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat diketahui
2. Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu
perawat berfokus pada pemberian asuhan
3. Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik tentang
semua pasien dan suatu lokasi (Ratna Sitorus, 2006)
Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun,
dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan
sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan
tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan membantu
meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah
sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan komputer.
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat
telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan
penilaian kritis penting untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003). Dokumentasi
keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis kertas.
Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke
dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang

30
lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis kertas
masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari proses keperawatan.
Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung proses keperawatan dengan
sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam dokumentasi.Penerapan
system informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi yang
berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali
data keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini
seperti yang terdapat dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan
bahwa kualitas dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya
Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (QDIO). Penelitian ini
mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi keperawatan diagnosis,
intervensi, dan hasil asuhan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
meningkatkan kualitas dokumentasi, perawat membutuhkan dukungan melalui pendidikan
agar mengetahui langkah-langkah untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi,
spesifik ke etiologi diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan.
Adanya peningkatan dokumentasi tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-
DIO dapat berguna sebagai alat audit dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan
sebagai fitur terintegrasi secara elektronik. (Mueller, et all.2006).
Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan
• Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
• Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan
arsip.
• Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
• Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan
mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
• Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat
• Meningkatkan produktivitas kerja.
• Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan

31
Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL) berbasis TI
(Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data, perawat tinggal
memilih data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara
automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah sesuai
data yang dipilih. Komputer akan membantu melakukan analisis data yang dimasukan oleh
perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien. Dengan menggunakan sistem “pakar”
maka perawat sedikit terkurangi bebannya dalam melakukan analisis data untuk dijadikan
diagnosa keperawatan. Masalah yang munculpun menjadi semakin riil dan akurat, karena
masalah yang dimunculkan oleh komputer merupakan analisa baku. Diagnosa Keperawatan
dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh komputer,
berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer akan secara
automatis menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah keperawatan. Perawat
tinggal memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di sinilah,
peran perawat tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir tetap di
tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima atau tidak oleh
perawat (Maria, 2009).
C. Teknologi Proses Asuhan Keperawatan
Ketrampilan perawat juga merupakan factor penting yang tidak bisa diabaikan, mengingat
standar yang dipakai adalah standar internasional. Bahasa label dalam NIC adalah sesuatu
yang baru, belum popular disamping membutuhkan pemahaman yang cukup mendalam.
Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis
komputer, walaupun perawat umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Padahal pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak
untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form
mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian secara
tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang. Selain itu
pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan
menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut
diperlukan.

32
Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih
lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian yaitu standart operating
procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit
perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line,
mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat & monitoring aktifitas perawat
laporan shift dan monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat
2. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu
keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan (Gravea & Cococran,1989 dikutip oleh Hariyati, RT., 1999) Sedangkan
menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995 dikutip oleh Hariyati, RT., 1999) system informasi
keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data,
informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru,
meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan
pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem
informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada
sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
Selanjutnya pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap, bahkan
menurut Jasun (2006) Sistem Informasi Manajemen Keperawatan merupakan “papper less”
untuk seluruh dokumen keperawatan Program-Program Yang Dirancang Dalam SIM
Keperawatan Menurut Jasun (2006) beberapa program yang dirancang dalam SIM
Keperawatan antara lain :
a. Standar Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan menggunakan standar Internasional dengan mengacu
pada Diagnosa Keperawatan yang dikeluarkan oleh North American Nursing Diagnosis

33
Association, standar outcome keperawatan mengacu pada Nursing Outcome Clasification
dan standar intervensi keperawatan mengacu pada Nursing Intervention Clasification (NIC)
yang dikeluarkan oleh Iowa Outcomes Project. Standar Asuhan Keperawatn ini juga telah
dilengkapi dengan standar pengkajian perawatan dengan mengacu pada 13 Divisi Diagnosa
Keperawatan yang disusun oleh Doenges dan Moorhouse dan standar evaluasi keperawatan
dengan mengacu pada kriteria yang ada dalam Nursing Outcome Clasification (NOC)
dengan model skoring.
b. Standart Operating Procedure (SOP)
Standart Operating Procedure (SOP) adalah uraian standar tindakan perawatan yang
terdapat dalam standar asuhan keperawatan. SOP merupakan aktifitas detail dari NIC.

c. Discharge Planning
Discharge Planning adalah uraian tentang perencanaan dan nasihat perawatan setelah
pasien dirawat dari rumah sakit. Dalam sistem, discharge planning sudah tersedia uraian
dimaksud, perawat tinggal print out yang selanjutnya hasil print out tersebut dibawakan
pasien pulang.

2.11 Aspek Legal Dan Etik Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis Komputer
a. Pengertian
Legalitas adalah tujuan utama dari dokumentasi / pencatatan Keperawatan. Beberapa
aspek secara cerdik perlu dipelajari untuk mendapatkan dokumentasi yang legal. Aspek legal
dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu
tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep)
merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di
berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan
merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan
keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas. (Dikutip dari ”Hand Out Aspek
Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan”, Sulastri).
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan (Sand,Robbles1981). Pendokumentasian merupakan unsur terpenting dalam

34
pelayanan keperawatan. Karena melalui pendokumentasian yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan bagi perawat dalam menyelesaikan masalah klien (Martono, 2012).
Profesi perawat mengemban tanggung jawab yang besar dan menuntut untuk memiliki sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diterapkan pada asuhan keperawatan sesuai dengan
standar dan kode etik profesi. Dimana keperawatan yang memberikan pelayanan 24 jam terus
menerus pada klien, dan menjadi satu-satunya profesi kesehatan di rumah sakit yang banyak
memberikan pelayanan kesehatan pada diri klien (Ferawati, 2012).
Dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai aspek hukum, jaminan mutu,
komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi (Nursalam,2001). Dokumentasi
keperawatan adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pendokumentasian keperawatan
bertanggugjawab untuk mengumpulkan data dan mengkaji status klien, menyusun rencana
asuhan keperawatan dan menentukan tujuan, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan
keperawatan (Nursalam, 2001).
Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mengacu pada
standar profesi , standar profesi yang berlaku mencakup beberapa aspek diantaranya standar
Ilmu keperawatan , standar akuntabilitas , standar pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada
aspek standar akuntabilitas maka perawat dihadapkan pada tanggung jawab dan tanggung
gugat dengan demikian pendokumentasian praktik keperawatan menjadi unsur penting dalam
semua pelaksanaan aspek standar professional keperawatan Beberapa item standar
akuntabilitas yang berhubungan dengan dokumentasi praktik keperawatan antara lain :
Standar Akuntabilitas Profesional keperawatan ( DPP PPNI tahun 1999 )
1. Berfungsi sejalan dengan legislasi dan standar praktek keperawatan yang sesuai dengan
tingkat pendidikannya.
2. Menunjukan minat , empati , percaya , jujur dan hangat pada saat bertinteraksi dengan
klien.
3. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan membantu klien memahami informasi yang
relevan .
4. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan melindungi dan meningkatkan hak-hak klien
untuk
a. Memperoleh informasi yang absah.

35
b. Menyepakati secara sadar akan asuhan keperawatan , pengobatan dan peran sertanya
dalam kegiatan penelitian .
c. Privasi dan dan kerahasiaan
d. Pengobatan yang sesuai dengan manusia sebagai individu.
Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah
satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan
tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada
nilai lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security,
konfidensialitas dan privacy data medis.
Dalam penggunaan TI terutama computer dapat berpengaru negative jga bagi kesehatan
pnggunanya apabila dalam penggunaannya tidak baik. Yaitu dari Posisi duduk, jarak pandang
monitor dengan mata, intensitas cahaya monitor, sirkulasi udara ruangan, keamanan kabel
jaringan, dan cara menggunakan computer. Apabila hal ini tidak diperhatikan dapat
mngakibatkan gangguan kesehatan Aturan Legal Dalam Dokumentasi Keperawatan
Dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan selain harus sesuai dengan standar
dokumentasi keperwatan tentunya diperlukan aturan atau norma yang mengatur untuk
pertanggung jawaban dan tanggung – gugat .

2.12 Sistem Informasi Pendokumentasian Keperawatan Berbasis Komputer


Dokumentasi asuhan keperawatan adalah catatan tentang kesehatan pasien yang jelas
dan sistematis, meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi selama
proses perawatan, yang dilakukan oleh perawat sebagai bentuk tanggung jawab atas tugas
yang telah dilaksanaknnya dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan pelayanan
kesehatan. Manfaat dokumentasi dilihat dari berbagai aspek seperti aspek hukum, kualitas
pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi. Penjelasan
mengenai aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hukum
Bila menjadi suatu masalah (misconduct) yang berhubungan dengan profesi keperawatan,
dimana sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat
dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang
bukti di pengadilan.
2. Kualitas Pelayanan

36
Untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah
dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini akan
membantu meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan keperawatan, dan mutu pelayanan
kesehatan.
3. Komunikasi
Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat dokumentasi yang ada dan sebagai alat
komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan
Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan didokumentasikan
dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
keperawatan bagi klien.
5. Pendidikan
Karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi peserta didik atau
profesi keperawatan.
6, Penelitian
Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian
dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah sistem komputer yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam
bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara cepat, tepat dan akurat. Saat ini Sistem Informasi Manajemen (SIM)
berbasis komputer rumah sakit (SIMRS) merupakan sarana pendukung yang sangat
penting, bahkan bisa dikatakan mutlak untuk mendukung pengelolaan operasional rumah
sakit (Ammenwerth, at al, 2011) Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi dari
ilmu komputer, ilmu informasi, dan ilmu keperawatan yang dirancang untuk membantu

37
manajemen dan proses data keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung
praktik keperawatan dan pemberian perawatan (Hariyati, Kobayashi, & Sahar, 2018).
Sistem Informasi Keperawatan (NIS) adalah bagian dari sistem informasi
perawatan kesehatan yang berhubungan dengan aspek keperawatan, terutama
pemeliharaan catatan keperawatan. Beberapa tujuan yang harus dipenuhi oleh sistem
informasi keperawatan untuk mencapai tujuannya, memenuhi kebutuhan pengguna dan
beroperasi dengan baik dijelaskan. Fungsi system tersebut, yang dikombinasikan dengan
tugas-tugas dasar proses asuhan keperawatan.
Dokumentasi keperawatan berbasis komputerisasi dibuat untuk membantu
manajemen dan proses data keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung
praktik keperawatan dan pemberian perawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan
berbasis komputer adalah pencatatan yang dilakukan dengan menggunakan perangkat
computer yang telah disediakan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan. Pemasukan
data dilakukan setiap saat sehingga perkembangan pasien dapat terekam secara kontinyu
dan komprehensif. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan
akurat.
Saat ini Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer rumah sakit
(SIMRS) merupakan sarana pendukung yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan
mutlak untuk mendukung pengelolaan operasional rumah sakit (Ammenwerth, at al, 2011)
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi dari ilmu komputer, ilmu informasi, dan
ilmu keperawatan yang dirancang untuk membantu manajemen dan proses data
keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung praktik keperawatan dan
pemberian perawatan (Hariyati, Kobayashi, & Sahar, 2018).
Sistem Informasi Keperawatan (NIS) adalah bagian dari sistem informasi
perawatan kesehatan yang berhubungan dengan aspek keperawatan, terutama
pemeliharaan catatan keperawatan. Beberapa tujuan yang harus dipenuhi oleh sistem
informasi keperawatan untuk mencapai tujuannya, memenuhi kebutuhan pengguna dan
beroperasi dengan baik dijelaskan. Fungsi system tersebut, yang dikombinasikan dengan
tugas-tugas dasar proses asuhan keperawatan.

38
Dokumentasi keperawatan berbasis komputerisasi dibuat untuk membantu manajemen
dan proses data keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung praktik
keperawatan dan pemberian perawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan berbasis
komputer adalah pencatatan yang dilakukan dengan menggunakan perangkat computer
yang telah disediakan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan. Pemasukan data
dilakukan setiap saat sehingga perkembangan pasien dapat terekam secara kontinyu dan
komprehensif.
Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapa
dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih
efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi
ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari
pelayanan Kesehatan (Liaw,T. 1993). Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan
komputer seyogyanya mengikuti prinsip-prinsip
pendokumentasian, serta sesuai dengan standar pendokumentasian internasional seperti:
ANA, NANDA, NIC (Nursing Interventions Classification, 2000).
Komputer untuk memasukkan data merupakan komponen yang penting sehingga
semua komponen yang tercakup didalamnya bisa tersambung langsung dan bisa dilihat
dari bagian manapun. Dokumentasi catatan klinik mencakup hasil pengkajian pasien,
laporan keadaan klinik seperti catatan pemberian obat, implementasi yang sudah
dilakukan.
Dalam pelaksanaan dokumentasi ini ada berbagai cara yang dilakukan antara lain
langsung menuliskan dokumentasi setelah tindakan, menuliskan terlebih dahulu pada
lembaran kertas, menuliskan dahulu pada buku catatan kecil, menulis dulu pada tisu toilet
dan setelah itu baru memindahkan ke dokumentasi EHR sehingga dalam hal ini ada yang
melakukan pencatatan lebih dari satu kali. Hal yang disukai perawat dengan dokumentasi
EHR adalah pencatatan tentang pemberian obat, tandatanda vital, pengkajian data dan
catatan perkembangan pasien. Tidak semua perawat melakukan pencatatan langsung
didekat pasien karena ruang perawatan pasien yang kecil dan Komputer yang yang tidak
adekuat (komputer lambat dan memori tidak cukup). Perilaku perawat terhadap
dokumentasi secara elektronik didapatkan hasil perilaku perawat sangat menerima karena
menurunkan beban kerja dibandingkan menulis dalam catatan kertas sehingga waktu

39
lebih banyak untuk melakukan aktifitas keperawatan. Kelebihan dan Kekurangan
Dokumentasi keperawatan yang dilakukan pada kertas merupakan catatan yang
memerlukan waktu dalam hal menulis. Kegiatan ini mulai dari hal penegakan diagnosis
keperawatan, penentuan intervensi dan tindakan keperawatan ini disebabkan karena
kurangnya kemampuan perawat dalam hal melakukan analisa. Hal ini juga sulit dianalisis
untuk.Keperluan penelitian dan mendukung proses pengambilan keputusan klinis. Namun
pada dokumentasi berbasis komputerisasi dapat membantu perawat untuk mengurangi
waktu yang diperlukan dalam proses pendokumentasian sehingga waktu perawat dapat
lebih lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan, dapat mengurangi
kesalahan dalam melakukan dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang
telah diberikan. Kelebihan dokumentasi berbasis komputerisasi ini adalah kerja perawat
lebih efektif, efisien, dan optimal dalam melakukan asuhan keperawatan. Terdapat
akurasi, real time, paperless, memudahkan audit tenaga keperawatan. Selain itu asuhan
keperawatan lebih terintegrasi, meningkatkan kualitas pelayanan, dan memperluas akses
keperawatan (Stubenrauch, 2009). Penggunaan sistem komputerisasi adalah dapat
meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas perawatan, meningkatkan penggunaan
perencanaan keperawatan sesuai standar, cara anggota tim multidisiplin berinteraksi
sesuai dengan standar kualitas hasil dari implementasi EHRs satu sama lain dan klien
yang menjadi tanggung jawabnya.
Perawat melihat ini sebagai perubahan yang positif, dan perawat merupakan
jumlah tenaga terbanyak yang memungkinkan mereka untuk terus memberikan sistem
pemberian layanan kesehatan dan harus berada disamping klien setiap saat untuk
memberikan perawatan (Mcbride, Delaney, & Tietze, 2018). Kelebihan lainnya adalah
dapat meningkatkan keamanan sistem perawatan, memungkinkan pertukaran informasi
yang lebih dapat diandalkan antara praktisi dan klien dan peningkatan yang signifikan
dalam cara perawatan yang akan disampaikan, meningkatkan inisiatif perawat,
memasukkan dan mengirimkan implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan lebih
cepat, dan menciptakan pelayanan yang berpusat kepada pasien (Mcbride et al., 2018).
Kekurangannya adalah butuh anggaran yang besar pada permulaan, akan sangat
bergantung pada teknologi, membutuhkan tempat penyimpanan data yang sangat besar,
risiko terbukanya kerahasiaan data privacy pasien (Permenkes RI No 82, 2013).

40
Kekurangan lain adalah risiko kemampuan perawat dalam berpikir kritis kurang terasah
rumit dengan penggunaan teknologi untuk perawatan pasien, membutuhkan waktu jauh
dari perawatan pasien langsung (Mcbride et al., 2018).
Catatan kesehatan elektronik adalah sekumpulan data yang menggambarkan
perkembangan tentang kondisi kesehatan seseorang (Weaver et al., 2016). Manfaat yang
terkait dengan catatan kesehatan elektronik sudah dikenal sejak lama. Evolusi
dokumentasi dari kertas ke format elektronik bertujuan untuk selalu meningkatkan
komunikasi, mengurangi kesalahan dan memfasilitasi kesinambungan perawatan. Siste
informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi
pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan
Executive Information System (Eko,I. 2001). Dengan adanya data yang akurat pada
keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang
lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan
riset keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya (Udin,and Martin,
1997). Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,
namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami
kendala.
Sistem ini dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien dan membuat pelayanan
keperawatan lebih bermakna, karena mengurangi kerja dengan kertas (paperless) dan
meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat, meningkatkan keamanan dan
keselamatan pasien. Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh,
menyimpan, mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta informasi
untuk keperluan pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan
(Sortlife dan Blois, 2001). Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data kesehatan
untuk memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan (Delaney, 2001).
Fokusnya lebih pada pengelolaan informasi yang sangat efektif menggunakan
komputer karena perkembangan teknologinya sangat pesat dan semakin tinggi
kemampuan teknologi komputer disertai semakin murah biaya pemanfaatannya.
Komputer telah menghasilkan jaringan komunikasi yang kuat yang dapat digunakan
organisasi untuk melakukan akses informasi dengan cepat, tidak terbatas pada ruang dan
waktu. Sistem informasi keperawatan dan kesehatan telah dikembangkan di berbagai

41
negara. Pengembangan sistem informasi kesehatan juga telah dilakukan di Yordania
(Hasna, F. 2008). Di Skotlandia telah mengembangkan portal untuk mendukung
peningkatan informasi kesehatan sejak tahun 2009 (Strachan, 2009). Indonesia sendiri
secara hukum telah ditetapkan melalui kebijakan Instruksi Presiden Republik Indonesia
nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government dan kebijakan pemerintah khususnya Inpres No.1 Tahun 2006 tentang
Pengembangan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. Sistem Informasi Keperawatan
berbasis computer dapat di bagi menjadi
1. Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Karakteristik sistem, memiliki komponen, batas sistem
(boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung sistem (interface),
masukan sistem (input), keluaran sistem (output), pengolah sistem (process), sasaran
sistem. Klasifikasi Sistem terdiri atas sistem abstrak, sistem fisik, sistem alamiah, sistem
buatan manusia, sistem tertentu (deterministic system), sistem tak tentu (probabilistic
system), sistem tertutup (close system), sistem terbuka (open system). Pelaku sistem
terdiri dari kelompok pemakai, manajemen, pemeriksa, penganalisa sistem, pendesain
sistem, programmer, personel pengoperasian. Sistem informasi terdiri dari komponen-
komponen yang disebut blok bangunan (building block), yang terdiri dari komponen
input, komponen model, komponen output, komponen teknologi, komponen hardware,
komponen software, komponen basis data, dan komponen kontrol. Semua komponen
tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan untuk
mencapai sasaran.
a. Komponen output
Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem.
b. Komponen input
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk
metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa
dokumen-dokumen dasar.

42
c. Komponen teknologi
Teknologi merupakan “tool box” dalam sistem informasi, teknologi digunakan untuk
menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan
dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara
keseluruhan.
d. Komponen model
Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan
memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah
ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
e. Komponen hardware
Hardware berperan penting sebagai suatu media penyimpanan vital bagi sistem
informasi berfungsi sebagai tempat untuk menampung database atau lebih mudah
dikatakan sebagai sumber data dan informasi untuk memperlancar dan mempermudah
kerja dari sistem informasi.
1) Input Hardware digunakan untuk mentransmisikan data ke processing dan storage
hardware. Peralatan yang paling populer untuk memasukkan data yaitu kombinasi
antara keyboard dan layar monitor, mouse, scanner, voice recognition device,
hard writing recognition device, machine data input (misalnya: modem), light
pen, dan bar code reader.
2) Processing Hardware
Meliputi peralatan yang bertugas untuk menghitung, membandingkan dan
melaksanakan instruksi-instruksi khusus. Dalam Central Processing Unit (CPU)
terdapat control unit, Arithmetic Logic Unit (ALU), dan sistem memory yang
kadang-kadang disebut main memory. Kontrol unit mengambil instruksi-instruksi
dari sistem memori dan menterjemahkannya. ALU melaksanakan instruksi yang
telah diterjemahkan. Sistem memori digunakan untuk menyimpan instruksi data
dan instruksi program. Untuk menghubungkan CPU dengan peralatan komputer
lainnya digunakan data bus atau processor channel. Kapasitas komputer dapat
diukur dari kecepatan pemrosesan dan kemampuan ALU untuk memanipulasi data
dalam 1 cycle. Kecepatan pemrosesan dapat dinyatakan dalam cycle per second
(biasanya dalam satuan MHz) atau dalam instruksi per second, biasanya dalam

43
satuan millions of instructions per second (MIPS). Ada dua jenis dasar processor
memory, yaitu read only memory (ROM) yang bersifat non-volatile dan random
access memory (RAM) yang bersifat volatile (isi RAM akan hilang jika power
off).
3) Storage Hardware RAM dipakai untuk menyimpan data atau program yang sedang
aktif diproses. RAM tidak dapat dipakai sebagai storage hardware karena kapasitas
RAM terbatas dan RAM bersifat volatile, dimana data akan hilang jika sistem shut
down. Sebagai penggantinya dipakai external magnetic media untuk menyimpan
data dan program yang sedang tidak aktif diproses. Media penyimpanan data:
(1) Magnetic storage hardware:
(a) Disk storage digunakan sebagai medium storage dalam industri sistem
informasi terdiri atas tracks dan sectors yang merupakan tempat menyimpan
data secara magnetik data dibaca dan direkam dengan menggunakan
read/write heads.
(b) Tape storage merupakan storage yang berbentuk magnetic tape harganya
relatif lebih murah, tetapi data hanya dapat diakses secara berurutan.
(2) Optical storage hardware
Mempunyai kapasitas yang tinggi, compact, dan durable storage tetapi untuk
merubah data, dan lebih mahal. Ada tiga macam optical storage hardware, yaitu:
CD-ROM (compact disk-read only memory), populer digunakan pada
multimedia dan WORM (write-once/read-many), Erasable optical disks, dapat
dibaca dan ditulisi.
4) Output Hardware
Printer dengan berbagai jenis dan model, voice output, plotter dan layar
monitor.Komponen software Software berfungsi sebagai tempat untuk mengolah,
menghitung dan memanipulasi data yang diambil dari hardware untuk
menciptakan suatu informasi.
f. Komponen basis data
Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan
berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan
menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Basis data diakses atau

44
dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut Database Management
System(DBMS).
g. Komponen kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi. Beberapa pengendalian perlu
dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem
dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat
diatasi.
Elemen-elemen yang disebutkan diatas adalah sebuah pondasi untuk membangun
sebuah sistem informasi berbasis komputer, sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
menjalankan sebuah sistem informasi.

2.13 Aplikasi Sistem Informasi Keperawatan Berbasis Komputer


Banyak sistem informasi dalam keperawatan yang dapat dilakukan berbasis
komputer seperti perencanaan ketenagaan sampai dengan pengembangan tenaga,
penjadwalan shift, penilaian kinerja, pengujian kompetensi, penghitungan angka
kredit, renumerasi, perencanaan alat dan logistik, undangan rapat elektronik, survey
dalam pengendalian mutu pelayanan keperawatan dan yang sekarang sedang
berkembang adalah sistem informasi pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis
komputer sistem ini dapat menjadi bagian dari sistem informasi rumah sakit dan
menjadi rekam medik elektronik. Teknologi yang digunakan dalam sistem informasi
ini sebagai dasar adalah komputer dan perangkat aksesoris pendukungnya sistem ini
juga dapat dikombinasi dengan:
a. Teknologi penyimpan portable seperti smart card dengan barcode untuk mengakses
rekam medik elektronik ketika klien kembali membutuhkan pelayanan pada
instansi kesehatan dan kartu tersebut menjadi milik klien. Selain jenis smart card
dengan barcode ada juga radio frequency identifier (RFID) yang memungkinkan
pengidentifikasian identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode,
rumah sakit masih memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID akan
mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun
berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus
menerus ke dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan
secara otomatis.

45
b. Teknologi nirkabel, pada teknologi ini komputer tidak dihubungkan melalui jaringan
kabel tetapi melalui local area network (LAN) sehingga pemakai dapat mengakses
informasi ke berbagai komputer di pelayanan kesehatan dari satu tempat tanpa
terganggu oleh mobilitas kabel.
c. Komputer genggam, penggunaan komputer genggam/Personal Digital assistant
(PDA) sangat menghemat waktu dan tempat, karena melalui sistem PDA ini
perawat dapat mengisi rekam medik klien tanpa harus duduk di depan komputer.
Meskipun demikian canggihnya teknologi pendukung sistem informasi dalam
keperawatan tak akan ada maknanya bagi profesi bila sistem kesatuan bahasa belum
distandarkan dengan baik. Teknologi komputer hanya bisa digunakan dengan
bahasa standar dan hal ini berdampak baik bagi profesi keperawatan Dokumentasi
keperawatan dengan menggunakan komputer sebaiknya mengikuti prinsip-prinsip
pendokumentasian, serta sesuai dengan standar pendokumentasian internasional
seperti NANDA, NIC & NOC. Selain sebagai alat menilai kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan dalam mengevaluasi perkembangan klien, sistem
dokumentasi elektronik yang menggunakan istilah keperawatan terstruktur dapat
memperluas lingkup penelitian dokumentasi (Saranto, K & Kinnunen UM,
2009).
Kesatuan bahasa saja tidak cukup tetapi motivasi dan sikap positif dari perawat
dalam menggunakan sistem informasi menjadi sangat penting. Sebuah penelitian
deskriptif dari 100 personil keperawatan pada rumah sakit di Southwest Florida
dilakukan untuk menilai kebutuhan mereka, preferensi, dan persepsi yang terkait
dengan Electronic Health Records (EHRs) ditemukan bahwa sikap perawat sangat
positif tentang penggunaan EHRs untuk meningkatkan dokumentasi klinis (Moody,
et al, 2004).
Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, (2003) beberapa
institusi kesehatan yang menerapkan sistem komputer, setiap perawat dalam tugasnya
dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokumentasi
keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan. Diikuti dari
hasil penelitian di RS Universitas Kyorin Jepan, sebanyak 83% responden menyatakan
pelaporan insiden kesalahan medis dengan administrasi data base (Electronics Health

46
Record) dapat menghemat waktu dan mudah untuk menganalisa struktur asuhan
keperawatan. (Seto, R et al, 2009). Rumah Sakit Mikkeli Finlandia sejak tahun 2003 s.d.
2004 mengembangkan sistem informasi pendokumentasian keperawatan dan hasilnya
sangat membantu proses asuhan keperawatan (Kivekas, E and Raija EH, 2009). Berbagai
data hasil penelitian di luar sana telah begitu banyak dilakukan, dukungan pemerintah
melalui peraturan telah ada tetapi sistem informasi keperawatan berbasis komputer masih
belum membumi, sistem ini masih seperti barang langka. Jika di analisa dari sudut pelaku
sistem informasi yang terdiri dari kelompok pemakai, manajemen, pemeriksa,
penganalisa sistem, pendesain sistem, programmer, personel pengoperasian maka perlu
mensosialisasikan manfaat dan betapa mudahnya untuk menggunakan sistem informasi
ini terutama kepada pemakai dan manajemen karena kelompok pelaku lainnya telah
beberapa langkah lebih maju dan siap berada di sistem informasi.
Sistem informasi keperawatan difokuskan pada data dan struktur, manajemen
informasi dan teknologi termasuk database yang dibutuhkan untuk mengelola informasi
secara efektif. Namun juga termasuk penggunaan teori dari linguistik, antarmuka
manusia-mesin, konsep pengambilan keputusan, kognitif, komunikasi, teknik,
kepustakaan, dan dinamika organisasi (Saba & McCormick 2006). Sistem informasi
keperawatan adalah ilmu khusus yang mengintegrasikan keperawatan, ilmu komputer,
dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi,
pengetahuan, dan kebijaksanaan dalam praktek keperawatan. (ANA, 2008). Sistem
informasi keperawatan merupakan kombinasi dari berbagai aspek sehingga dapat
dihasilkan sebuah informasi, pada prinsipnya hal mendasar yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan sistem adalah produktifvitas, realibilitas, maintabilitas dari sistem
tersebut
Penggunaan teknologi informasi selama dekade terakhir cenderung meningkat,
tetapi banyak juga dari sistem ini mengalami kegagalan (Despont-Gros et al, 2005).
Kegagalan terkait dengan realisasi biaya (Sicotte et al. 1998). Beberapa alasan dapat
menyebabkan kegagalan adopsi teknologi informasi dalam perawatan. Kegagalan sistem
informasi telah dikaitkan dengan komunikasi efektif, kompetensi pengguna, intuitif dari
desain sistem, sistem manajemen perubahan (Lorenzi & Riley 2000, Alexander et al
2007). Menurut kerangka yang dikembangkan oleh Ammenwerth et al. (2006), kegagalan

47
untuk mengadopsi sistem teknologi informasi keperawatan disebabkan individu
pengguna akhir (misalnya kecemasan terhadap komputer, motivasi), atribut teknologi
(misalnya kegunaan, kinerja) dan atribut tugas klinis dan proses menggunakan aplikasi
teknologi informasi (kompleksitas tugas). Kegagalan teknologi informasi sering
disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara pengguna dan desainer (Bussen &
Myers, 1997) dalam Courtney, KL,. Et al (2008).
Selain faktor sistem sendiri yang berpengaruh terhadap pengembangan sistem
informasi dalam keperawatan, maka karena perawat sebagai pelaku/pemakai dalam
sistem informasi perlu sebuah manajemen perubahan untuk mengelola perubahan dari
sistem informasi yang bersifat manual menjadi teknologi komputer. Tidak semua
teknologi komputer tepat dalam pelayanan keperawatan, karena pelayanan keperawatan
merupakan hubungan antar manusia dan komputer bukanlah pengganti perawat, tetapi
posisi komputer disini hanya membantu mengerjakan pekerjaan yang dapat dilakukan
oleh sebuah alat dan perawat dapat lebih memfokuskan pelayanan keperawatan secara
langsung. Komputer bukan pembatas antara perawat dan kliennya.

48
BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam
memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang
harus di penuhi. Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang
untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi
informasi. Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat
penting,terutama dalam memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi seakan telah
membuat standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut membuat keperawatan di
Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan
keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun demikian, tidak dipungkiri
bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk manajemen
kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi
transaksi (misalnya data administratif, keuangan dan demografis) problem
sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika sudah sampai aspek klinis,
tantangan akan semakin besar. Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM seringkali
menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI
kadang menjadi lemah karena pemahaman yang keliru.

49
DAFTAR PUSTAKA

 American Nursing Association ANA (2008), Developing telehealth Protocol: A Blueprint


for Success Washington DC . American Nurses Publication.
 Courtney, KL,. Et al (2008). Information technology from novice to expert:
implementation Implications. Journal of Nursing Management, 2008, 16, 692–699.
 Delaney, (2001). Health Informatics and Oncology Nursing. Oncology Nursing Journal
17 (1) 2-6
 Hasna, F. (2008). Nursing information systems in Jordan. International Journal of
Nursing Practice 2009; 15: 69–73.
 Kivekas, E and Raija-E, H (2009). The Development and the Trial of the Nationally
Standardized Electronic Nursing Documentation (NSEND)in Southern Savos Hospital
District. Connecting Health and Humans K. Saranto et al. (Eds.)IOS Press.
 Moody, LE et al (2004). Electronic Health Records Documentation in Nursing: Nurses'
Perceptions, Attitudes, and Preferences. Medscape Journal electronik
 Peterson, H., & Jelger, U.G. (1988). Hospital information systems. In M.J. Ball,
NewYork: Springer.
 Saba, V. K. & McCormick, K. A. (2001). Inti komputer untuk perawat (4th ed). New
York: McGraw Hill, p 184.Simpson 2006
 Saranto, K & Kinnunen UM, .(2009). Evaluating nursing documentation research designs
and methods: systematic review. Journal of Advanced Nursing
 Seto, R et al, (2009). Development of the Incident Reporting System Using the Nursing
Administrative Database. Connecting Health and Humans K. Saranto et al. (Eds.) IOS
Press.
 Sortlife dan Blois, (2001) The Computer meet Medicine: Emerge of Discipline . Medical
Informatics: Computer Application in Healthcare 3-40 New York Springer.
 Strachan, H and Dallest, K.(2009). An Electronic Portal to Support Using Information to
Improve Healthcare. Connecting Health and Humans K. Saranto et al. (Eds.).IOS Press.

50
https://www.blogger.com/profile/12742579476406435817
Chand, S. (2014). Electronic Nursing Documentation. International Journal of
Information Disseminationand Technology, 4(4), 328-331.Retrieved
fromhttps://search.proquest.com/docview/1707792952?
accountid=17242SURYA Vol. 11, No. 03, Desember 201944
UU RI No.23 tahun 1992 tentan Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No. 1239 / Meskes/ SK / XI/2001 • Kode
Etik Keperawatan ( Loka karya PPNI tahun 1983 ) .
Standar Praktek Keperawatan , Perawat Profesional ( Perawat Teregister ) DPP Pusat
PPNI 1999.
http://annahabayahan.blogspot.co.id/2010/04/aspek-legal-dokumen-keperawatan.html
http://rcinter82.blogspot.co.id/2011/12/makalah-aspek-legal.html

51

Anda mungkin juga menyukai