Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“MENURUT HILDEGARD E. PEPLAU DAN MADELEINE


LEININGER”

Program Studi:
S1 Keperawatan
Disusun Oleh:
Teresa Novita Regina (31020118041)
Theresia Novianty (31020118042)
Tian Juliannisa (31020118043)
Tirsha Clara (31020118044)
Valeria Dian (31020118045)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS


Jl. Parahyangan Kav. 8 Blok B No. 1 Kota Baru Parahyangan
Padalarang – Bandung Barat 40553
2018/2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................... 1


1.2 TUJUAN ................................................................................................ 1
1.3 MANFAAT ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

2.1 Riwayat Hildegard E. Peplau ............................................................... 3


2.2 Model Konsep dan Teori Keperawatan Peplau ................................. 4
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Peplau .................................................... 9
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan Peplau ................................................... 9
2.5 Riwayat Madeliene Leininger .............................................................. 12
2.6 Model Konsep dan Teori Keperawatan Leininger ............................ 14
2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Leininger ............................................... 22
2.8 Aplikasi Teori Keperawatan Leininger .............................................. 22

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 28

A. KESIMPULAN ...................................................................................... 28
B. SARAN ................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Keperawatan Hildegard E. Peplau dan Madeleine Leininger” dalam tugas mata
kuliah ”Falsafah & Teori Keperawatan” oleh dosen BM. Siti Rahayu, S.Kep.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan


makalah ini, namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka
kami memohon maaf atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari
kesempurnaan.

Lebih dan kurangnya di ucapkan Terima Kasih.

Padalarang, 21 November 2018

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan


kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pemenuhan kebutuhan tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan
dan praktik keperawatan profesional. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
kesehatan profesional. Pelayanan kesehatan profesional yaitu bentuk pelayanan
kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan
sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan ikut menentukan mutu dari
pelayanan kesehatan.

Untuk menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang


digunakan, salah satunya adalah Hildegard E. Peplau dan Madeleine Leininger.
Model konsep dan teori keperawatan oleh Peplau menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan
dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien,
perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit sumber kesulitan dan proses
interpersonal. Keperawatan profesional didasarkan pada adanya pendekatan yang
disebut “Proses Keperawatan” dan “Dokumentasi Keperawatan”. Sebagai
pedoman dalam setiap praktik keperawatan, diperlukan berbagai teori yang
digunakan untuk menjalankan tugas keperawatan. Pada makalah ini, akan dibahas
model dan konsep teori keperawatan menurut Hildegard E. Peplau dan Madeleine
Leininger.

1.2 TUJUAN
a. Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui riwayat dan teori yang
dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.
b. Tujuan khusu dari makalah ini untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan teori yang dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.

1
2

c. Tujuan umum makalah ini untuk mengetahui tentang aplikasi teori yang
dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.

1.3 MANFAAT
a. Agar mengetahui riwayat dan teori yang dikemukakan oleh Peplau dan
Leininger.
b. Agar mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan teori yang
dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.
c. Agar mengetahui tentang aplikasi teori yang dikemukakan oleh Peplau dan
Leininger.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hildegard E. Peplau

Hildegard E. Peplau (Hilda) lahir pada tanggal 1 September 1909 di Reading,


Pennsylvania yang merupakan keluarga imigran dari Jerman. Dia merupakan anak
kedua dari 6 bersaudara. Ayahnya seorang pekerja keras sedangkan ibunya sangat
perfeksionis. Orangtuanya bernama Gustav dan Otilie Peplau. Meskipun dalam
keluarga tidak pernah mendiskusikan tentang pendidikan tinggi, Hilda
mempunyai motivasi dan visi yang kuat untuk merubah wanita dari berpikiran
tradisional menjadi yang lebih modern. Dia menginginkan kehidupan yang lebih
baik dan mengenalkan keperawatan sebagai karier wanita di masa datang. Peplau
memulai karier keperawatan pada tahun 1931 sebagai lulusan dari sekolah
perawat Pottstown, PA school. Beliau kemudian bekerja sebagai staff nurse di
Pennsylvania dan New York city. Di Bennington college vermant, ia mendapat
gelar bachelor degree jurusan psikologi interpersonal pada tahun 1943.

Peplau mendapatkan gelar master dan doctor dari Universitas Columbia


jurusan ilmu pengajaran. Dia juga mendapatkan sertifikat psikoanalisis di Wiliam
Alanson White Institute New York. Awal tahun 1950, mulai mengajar kelas
pertamanya pada psikiatri keperawatan di fakultas ilmu pendidikan. Dr. Peplau
menjadi pengajar di fakultas keperawatan University Rutgers dari 1954 – 1974.
Peplau juga bekerja sebagai konsultan pada WHO, US air force, US general
surgeon. Setelah pensiun dari Universitas Rutgers ia bekerja sebagai professor
kunjungan di universitas Leuven Belgium tahun 1975 dan 1976.

3
4

2.2 Model Konsep dan Teori Keperawatan Peplau

Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik yaitu satu seni


menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau membutuhkan pelayanan
kesehatan. Keperawatan dapat dipandang sebagai satu proses interpersonal karena
melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang sama.
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang
menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral
yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber
kesulitan), dan proses interpersonal.

1. Klien

Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia,


fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi
kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.

2. Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan


pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang
menjadi tujuan.

Peran Perawat:
I. Mitra kerja

Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru.
Sebagai mitra kerja, hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan
kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa
saling percaya, saling mengasihi dan menghargai antara perawat dan klien.

II. Narasumber (Resources Person)


5

Memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah


yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang
memerlukan bantuan. Perawat mampu memberikan informasi yang akurat,
jelas dan rasional kepada klien dalam suasana bersahabat dan akrab.

III. Pendidik (Teacher)

Merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus berupaya
memberikan pendidikan , pelatihan, dan bimbingan pada klien atau keluarga
terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.

IV. Kepemimpinan (Leadership)

Mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga merangsang


individu untuk berperan. Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga
untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan
partisipasi.

V. Pengasuh pengganti (Surrogate)

Membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat


mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya
klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan
guna untuk membantu memenuhi kebutuhannya.

VI. Konselor (Consellor)

Meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu


kehidupan yang kreatif, instruktif dan produktif. Perawat harus dapat
memberikan bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah
akan mudah dilakukan.

3. Sumber Kesulitan/Masalah

Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman


interpersonal yang lalu dengan yang sekarang. Ansietas terjadi apabila
komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologi (sakit jiwa) dan
6

biologi individu. Dalam model Peplau, ansietas merupakan konsep yang


berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam
keadaan sakit biasannya tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat
pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien. Berkurangnya ansietas
menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.

4. Hubungan Interpersonal

Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses


interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Hubungan
interpersonal yang merupakan faktor utama model keperawatan menurut Peplau
mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama yaitu:

1) Manusia atau individu

Manusia atau individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang


dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh
kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai
persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk
proses interpersonal.

2) Masyarakat atau lingkungan

Masyarakat atau lingkungan budaya dan adat istiadat merupakan faktor


yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.

3) Kesehatan

Kesehatan didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses


kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan yang kreatif,
konstruktif dan produktif.

4) Keperawatan

Kesehatan dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna.


Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik
7

bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi


interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan
mencapai resolusi masalah.

1. Care adalah esensi dari keperawatan dan fokus yang khusus, dominan,
inti dan mempersatukan.
2. Perawatan berbasis budaya (caring) merupakan sesuatu yang bersifat
esensial untuk kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan pertahanan
serta untuk menghadapi hendaya (penyakit jiwa) dan kematian.
3. Perawatan berbasis budaya merupakan makna yang paling komprehensif
dan holistik untuk mengetahui, menjelaskan, menginterpretasikan dan
memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan untuk memandu
keputusan dan tindakan keperawatan.
4. Caring berbasis budaya disiplin merupakan sesuatu yang esensial untuk
tritmen dan pemulihan, dan bahwa tidak mungkin kesembuhan tanpa
adanya caring, tapi caring dapat tetap ada tanpa adanya kesembuhan.
5. Konsep asuhan budaya, makna, ekspresi, pola, proses, dan bentuk
struktural dari perawatan dapat beragam secara transkultural, dengan
adanya keragaman (perbedaan) dan beberapa universalitas (kesamaan).

Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dengan klien ini memiliki
empat fase diantaranya :

a) Fase Orientasi

Pada tahap ini perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk
membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
8

b) Fase Identifikasi

Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan


memberikan asuhan keperawatan. Respon pasien pada fase identifikasi dapat
berupa :

1. Partisipasi mandiri dalam hubungannya dengan perawat.


2. Individu mandiri terpisah dari perawat.
3. Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat.

Pada tahap identifikasi ini peran perawat apakah sudah melakukan atau
bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi ekspresi perasaan klien serta
melaksanakan asuhan keperawatan.

c) Fase Eksplorasi

Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam


fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien
dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

d) Fase Resolusi

Fase ini merupakan fase dimana perawat berusaha untuk secara perlahan
kepada klien untuk membebaskan diri dari ketergantungan kepada tenaga
kesehatan dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar mampu
menjalankan secara sendiri.

Pada model Peplau ini dapat dilihat adanya tindakan keperawatan yang
diarahkan kepada hubungan interpersonal atau psikoterapi. Secara bertahap pasien
melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kearah realisasi
potensi. Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga
sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya
mengenai hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam
memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat
9

terapeutik. Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien
mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan
klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan
dengan masalah kesehatannya. Artinya seorang perawat berusaha mendorong
kemandirian pasien.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori H.E Peplau

Kelebihan Kekurangan
1. Dapat meningkatkan kejiwaan 1. Hanya berfokus pada kejiwaan
pasien untuk lebih baik. pasien dalam penyembuhannya
2. Dapat menurunkan kecemasan
klien dalam teori keperawatan.
3. Dapat memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik.
4. Dapat medorong pasien untuk
lebih mandiri.

2.4 Aplikasi Teori Keperawatan Menurut Peplau

Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari
bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan
klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannnya dan
10

perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasanyang berhubungan


dengan masalah kesehatannya. Artinya seorang perawat berusaha mendorong
kemandirian pasien.

Penerapan dalam keperawatan


1. Hildegarde Peplau ahli teori keperawatan yang terkenal,
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori Peplau
mengatakan bahwa perawat dan klien berpartisipasi dan berkontribusi
pada hubungan dan lebih jauh lagi bahwa hubungan itu sendiri dapat
bersifat terapeutik.
2. Perawat menggunakan hubungan perawat – klien sebagai pengalaman
interpersonal korektif bagi kliennya.
3. Intervensi keperawatan sering berfokus pada masalah interpersonal
“disini dan sekarang “(bertentangan dengan masalah di masa lalu atau
masalah hubungan sebelumnya)” dan pemecahan masalah interpersonal
4. Intervensi ansietas merupakan fungsi keperawatan yang penting. Ciri –
ciri ansietas adalah keprihatinan, kesulitan, ketidakpastian, atau
ketakutan yang terjadi akibat ancama yang nyata atau dirasakan ansietas
adalah respons subjektif terhadap stres.

Contoh kasus dalam keperawatan

Seorang ibu berumur 45 tahun dirawat di rumah sakit sejak 2 minggu lalu,
didiagnosis mengalami Ca servix stadium lanjut ( stadium 4) . Dia tidak mau
makan, mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk
anak dan suaminya, kadang marah tanpa sebab, ekspresinya terlihat sedih,
kadang terlihat menangis, dan ia menolak pengobatan dan perawatan yang
diberikan oleh perawat karena ia merasa umurnya tidak lama lagi.

Dalam kasus yang digambarkan diatas perawat perlu memahami perilaku


yang ditunjukkan oleh ibu tersebut yaitu dengan membantu mengatasi masalah
yang dirasakan dan menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang
11

muncul pada ibu tesebut selama peristiwa tersebut. Berdasarkan data, ibu itu
mengalami depresi. Perawat perlu melakukan hubungan interpersonal dengan ibu
itu karena pada saat seseorang mengalami depresi dia membutuhkan orang lain
yang dapat mendengarkan, menerima, dan memahami dirinya. Hubungan
interpersonal antara perawat dan ibu tersebut melalui 4 tahap yaitu :

a. Tahap Orientasi

Perawat mencoba mendekati klien dan membangun hubungan saling percaya.


Perawat memperkenalkan dirinya dan menunjukkan sikap mau membantu klien.
Pada fase ini perawat berperan sebagai role of the stranger, dimana perawat
sebagai orang lain bagi ibu itu maka, ia harus berbicara dengan sopan, jujur, dan
menerima klien apa adanya.

b. Tahap Identifikasi

Pada fase ini perawat menjalankan perannya sebagai peran wali (surrogate
role), sikap dan tingkah laku perawat menciptakan perasaan tertentu (felling
tones) dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan
sebelumnya. Perawat maupun ibu itu merasakan adaanya keterikatan independen
dan interdependen.

c. Tahap Explorasi

Perawat berusaha menjelaskan tentang penyakitnya, memotivasi klien untuk


mengikuti pengobatan dan perawtan yang diberikan dan meningkatkan spriritual
kepada keluarga untuk bisa menerima dan ikut mensupport klien. Pada fase ini
juga perawat menjalankan perannya sebagai narasumber, (role of resorce
person) peran pengajaran (teaching role), peran kepemimpinan dan peran
konseling.

d. Tahap Resolusi

Pada tahap ini perawat bersama pasien, menyimpulkan apa yang sudah
dicapai selama interaksi dilakukan dan bagaimana interaksi dapat dilanjutkan
12

terhadap masalah lain yang mungkin terjadi pada pasien tersebut. Dalam fase ini
peran perawat sebagai peran kepemimpinan (leadership role).

2.5 Riwayat Madeleine Leininger

Madeleine Leininger, lahir pada tanggal 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska,


Amerika Serikat dan meninggal di Omaha, Nebraska 10 Agustus 2012. Leininger
adalah perintis teori keperawatan, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1961.
Kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli.
Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran
faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana
cara terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. Dr.
Madeleine Leininger menempuh pendidikan dan memegang gelar akademis.
Tahun 1945 mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver
CO dan menyelesaikanya pada tahun 1948, Tahun 1950 menyelesaikan
pendidikan di St. Scholastica College dan mendapat gelar sarjana dalam ilmu
biologi, ilmu filsafat dan humaniora dan BSN dari Benedictine College, Atchison,
KS.M., Tahun 1953 memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic University
America, Washington, DC., tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan
direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Tahun 1965, menjadi
perawat pertama mendapat gelar Ph.D Doctor of Philosophy (Antropologi budaya
dan sosial), Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi
di University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural
di perkenalkan di dunia keperawatan, Tahun 1969-1974, sebagai dekan, profesor
keperawatan dan dosen antropologi di University Of Washington school of
Nursing, tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan profesor Utah University
13

dan membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural


keperawatan.

Madeline Leininger adalah seorang antropolog perawat perintis. Menjabat


dekan dari University of Washington, Sekolah Keperawatan pada tahun 1969, dia
tetap dalam posisi itu sampai 1974. Janjinya mengikuti perjalanan ke New Guinea
pada tahun 1960 yang membuka matanya untuk kebutuhan perawat untuk
memahami pasien dan latar belakang budaya mereka dalam rangka untuk
menyediakan perawatan. Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai "Margaret
Mead Keperawatan" dan diakui di seluruh dunia sebagai pendiri keperawatan
transkultural, sebuah program yang dia menciptakan di sekolah pada tahun 1974.
Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, dia telah menulis atau
menyunting 27 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel, sekarang bisa kita
lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan juga sebagai bahan
penelitian. Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah
mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan
budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa
depan dunia keperawatan.

Tahun 1969, Leininger menjadi Dekan dan Guru Besar Perawat dan mengajar
Antropologi di Universitas Washington (Seatle). Tahun 1974, menjadi Dekan dan
Guru Besar Perawat di Fakultas Keperawatan dan asisten Guru Besar Antropologi
di Universitas Utah (Salt Lake). Tahun 1981, direkrut Universitas Wayne State
(Detroit) dan menjadi Guru Besar Perawat dan asisten Guru Besar Antropologi
dan menjadi Direktur Keperawatan Transcultural sampai dengan pension tahun
1995. Tahun 1996, Universitas Madonna memberikan penghargaan kepadanya
atas dedikasinya dengan meresmikan Leininer Book Collection dan membuat
ruangan Membaca khusus untuk koleksi buku-bukunya yang terkenal dibidang
keperawatan, ilmu social dan kemanusiaan.
14

2.6 Model Konsep dan Teori Keperawatan Leininger

Menurut Leininger, keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran


humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan
fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan
dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk
memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang
berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu
menghadapi rintangan dan kematian.

Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang


pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih
pendidikan doktor dalam ilmu antropologi sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma
di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.

Konsep utama dan definisi teori Leininger :

a) Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c) Perbedaan Budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
d) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
15

menganggap bahwa budayanya adalah yan.g terbaik diantara budaya-


budaya yang dimiliki oleh orang lain
e) Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f) Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g) Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya
h) “Care” mengacu kepada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang
berhubungan dengan pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan
pemberian pengalaman maupun perilaku kepada orang lain sesuai dengan
kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi maupun cara
hidup manusia.
i) ”Caring” mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan
secara langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan individu lain dan kelompok didalam memenuhi
kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau dalam
menghadapi kematian.
j) “Culture” merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisi nilai,
keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu
yang memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan
keputusan, dan tindakkan dalam pola hidup.
k) “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pembelajaran
subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang
membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain
maupun kelompok untuk mempertahankan kesejahteraan mereka,
kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan
16

juga kematian.
l) “Cultural Care Diversity” (Keragaman Perawatan Kultural) mengacu
kepada variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup,
ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan
yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau
memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.
m) “Cultural care universality” (Kesatuan Perawatan Kultural) mengacu
kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun
pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup atau
simbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta
merefleksikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh
suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (terminlogy
universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu
temuan statistik yang signifikan.

Paradigma Transkultural Nursing adalah :

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
17

mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat


dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam
atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
18

Proses Asuhan Keperawatan Transkultural

Proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori keperawatan


transkultural adalah sebagai berikut:

a) Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,
kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan
mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur
sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan
falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup,
politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Leininger’s


Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :

1. Faktor Teknologi (Technological Factors)


Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk
memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka
perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang persepsi sehat sakit,
kebiasaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
19

penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan


kesehatan saat ini.

2. Faktor Keagamaan dan Falsafah Hidup (Religous and Philosofical Factors)


Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan
motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama
yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan,
berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri
yang utuh.

3. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (Kinship and Social Factors)


Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang
dilakukan rutin oleh keluarga.

4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa
yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan
nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang
digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.

5. Faktor Peraturan dan Kebijakan (Polithical and Legal Factors)


Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural.
Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang menunggu.

6. Faktor Ekonomi (Economical Factors)


20

Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang


dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang
ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor,
tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.

7. Faktor pendidikan (Educational Factors)


Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam
menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya.

Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat


pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
(Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi
sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

c) Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)


Peran perawat pada transkultural nursing teori ini adalah menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
profesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan
oleh Leininger seperti dibawah ini:

a. Sisem generik atau transkultural


21

b. Asuhan keperawatan
c. Sistem professional

Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
kelompok, keluarga, komunitas, lembaga dengan mempertimbangkan generic
carring dan profesional carring.

d) Tindakan keperawatan (Implementasi)


Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan
3 prinsip askep, yaitu :

a) Culture care preservation/ maintenance


Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya
guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang
di inginkan.

b) Culture care accommodation/ negotiation


Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada,
yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.

c) Culture care repatterning/ restructuring


Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.

e) Evaluasi
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing carry
health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang
bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.
22

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger

Kelebihan Kekurangan
1) Teori ini bersifat komprehensif 1) Teori transkultural bersifat
dan holistik yang dapat sangat luas sehingga tidak bisa
memberikan pengetahuan kepada berdiri sendiri dan hanya
perawat dalam pemberian asuhan digunakan sebagai pendamping
dengan latar belakang budaya dari berbagai macam konseptual
yang berbeda. model lainnya.
2) Penggunaan teori ini dapat 2) Teori transkultural ini tidak
mengatasi hambatan faktor mempunyai intervensi spesifik
budaya yang akan berdampak dalam mengatasi masalah
terhadap pasien, staf keperawatan keperawatan sehingga perlu
dan terhadap rumah sakit. dipadukan dengan model teori
3) Penggunanan teori transkultural lainnya.
dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan
asuhan keperawatan.
4) Teori ini banyak digunakan
sebagai acuan dalam penelitian
dan pengembangan praktek
keperawatan.

2.8 Aplikasi Teori Keperawatan Menurut Leininger

I. Konsep awal
a. Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep
teori ini relevan untuk keperawatan.
b. Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang
luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi
23

dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai


prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan
pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang
universal dalam keperawatan.
c. Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan
apresiasi terhadap perbedaan kultur.
d. Culture care adalah teori yang holistik karena meletakkan didalamnya
ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya,
termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks
lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem professional.

II. Contoh Kasus


I. Identitas Klien
Nama : Mona Sinaga
Kerja : Bapelkes (Badan Pelatihan Kesehatan)
Nama Suami : JonathanSimanjuntak
Mereka tinggal dirumah orang tua laki-laki.
Ekonomi mapan ( lebih dari cukup )
Pendidikan : D IV bidan
Suku : Batak
Agama : Kristen
Melahirkan : Kamis, 22 Maret 2007
Tempat : Rumah sakit Vinaestetika : 2 hari.

II. Kasus
 Selama hamil, ibu Mona rajin berenang, suka makan buah dan rutin
memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan.
 Dan diprediksi melalui USG anaknya perempuan tetapi masih ada
harapan yang besar bagi mereka, bahwa nantinya anak mereka lahir
laki-laki. Hal ini disebabkan karena suaminya adalah anak tunggal dan
24

diharapkan sebagai ahli waris nantinya.


 Melahirkan dengan cara Caesar, karena panggulnya merata.
Sebelumnya dokter bilang bahwa dia harus dioperasi, dia menolak
karena dia ingin melahirkan anaknya secara normal. Dokterpun
menurutinya, setelah beberapa jam ia mengedan kuat-kuat dan
berteriak, tidak berhasil juga.
 Akhirnya dia mau caesar, akan tetapi rasa cemas dan takut terus
menghantuinya. Disamping rasa takut tersebut ada juga rasa malu
karena bagian perutnya hitam-hitam padahal ia adalah seorang bidan.
 Setelah operasi selesai, keluarganya datang, tapi mereka kurang puas
karena mereka tidak dapat langsung menggendong sibayi dan suster/
perawatnya kurang memperhatikan bayinya. Lebih dikesalkannya
siibu tidak bisa menyusui anaknya karena air susunya tidak bisa
keluar.

Pengkajian

1. Faktor Teknologi (Technological Factors)

 Selama hamil ibu mona rutin dalam memeriksakan kandungannya setiap


bulan, selama kehamilan, klien pernah USG dan hasil dari USG
diprediksikan ibu mona akan melahirkan bayi perempuan. Pada saat
melahirkan, ibu mona dioperasi.

2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religous and Philosofical Factors)

 Agama Kristen protestan, intensitas ibadah selama hamil meningkat. Ibu


mona menginginkan anak pertamanya laki-laki karena merupakan penerus
marga dalam keluarganya (suku batak) ditambah lagi karena suaminya
adalah anak tunggal walaupun berdasarkan hasil USG diprediksi anak
mereka perempuan.
25

3. Faktor Sosial dan Kekeluargaan ( Social and Kinship factor )

 Nyonya Mona sinaga, usia 26 tahun, wanita, status menikah, kehamilan


pertama, tinggal bersama orang mertua (orang tua suami), hubungan
dengan orang tua/ mertua erat, penggambilan keputusan secara
musyawarah.

4. Faktor Nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)

 Dalam keluarga menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia, Ibu


mona selalu membersihkan diri dan merawat kulitnya dengan lotion.
Makan dengan porsi yang besar dan selama kehamilan ibu mona tidak
membatasi diet makanannya. Beliau rajin berenang, rajin makan buah
(memperhatikan gizi).

5. Faktor Peraturan dan Kebijakan (Polithical and Legal Factors)

 Waktu melahirkan ibu dibolehkan ditunggui oleh suami, tetapi tidak


diizinkan bagi keluarga keruang operasi. Saat bayi sudah lahir, keluarga
tidak langsung diizinkan mengendong bayi karena bayi dimasukan
keruang bayi untuk mendapatkan perawatan.

6. Faktor Ekonomi (Economical Factor)

 Klien seorang PNS, biaya persalinan tidak jadi masalah (ditangguna


bersama), jumlah anak yang ditanggung tidak ada, selama kehamilan klien
dan suami telah mempersiapkan biaya untuk keperluan selama hamiln dan
biaya persalinan dengan cara menabung.

7. Faktor Pendidikan (Educational Factors)

 Pendidikan ibu mona adalah D IV bidan, dan suaminya adalah sarjana


Ekonomi. Pekerjaan ibu mona dan suami adalah sebagai PNS.
Pengetahuan ibu mona mengenai persalinan cukup luas karena profesi
beliau adalah bidan.
26

Diagnosa Keperawatan

 Ketidak patuhan klien terhadap prosedur pengobatan yakni proses


persalinan. Klien menolak caesar dengan tegas karena klien yang
berprofesi sebagai bidan merasa mampu menjalani persalinan secara
normal.
 Gangguan komunikasi verbal berdasarkan perbedaan kultur tidak ada.
 Tidak ada rasa tabu/ malu dari klien ketika yang membantu persalinan
dokter laki-laki.
 Klien tidak percaya hasil USG, karena latar belakang kulturalnya sebagai
suku batak yang sangat menginginkan anak laki-laki.
 Respon klien yang dilatar belakangi budayanya yakni adanya rasa malu
ketika perutnya dibuka.

Perencanaan dan Implementasi Keperawatan

 Cultural Care Preserventation/ Maintenance

o Memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik (tanpa


ada masalah karena budaya) antara klien dengan perawat maupun
klien dengan dokter atau klien dengan tenaga kesehatan lain.

 Cultural Care Accomodation/ Negotiation


o Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien,
mencoba memahami kebudayaan klien sepanjang tidak
memperburuk proses intra natal klien.
o Keluarga klien diketahui ingin melihat bayi dengan segera setelah
persalinan, maka perawat memberikan penjelasan kepada keluarga
bahwa bayi yang lahir caesar membutuhkan perawatan terlebih
dahulu sehingga tidak dapat langsung digendong oleh keluarga
klien.
 Cultural Care Repartening / Reconstruction
27

o Memberikan informasi mengenai kondisi klien yang tidak dapat


menjalani persalinan secara normal dan harus caesar.
o Melibatkan keluarga untuk turut serta memberikan pengertian
kepada klien bahwa bayi yang akan lahir dengan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan sama saja.

Evaluasi

 Ketidakpuasan klien terhadap pelayanan dari rumah sakit tersebut, karena :


klien tidak bisa bertemu langsung dengan bayinya, dan kurangnya
pelayanan keperawatan bayi karena bayi kurang diperhatikan.
 Perawat kurang memperhatikan kebutuhan klien seperti cuek, tidak peduli
dengan klien.
28

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Teori Hildegard E. Peplau berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan
adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai
kemantapan pengembangan kepribadian. Teori dan gagasan Peplau dikembangkan
untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat
berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat
bertugas sebagai narasumber, konselor dan wali.

Teori Madeleine Leininger tentang Asuhan Keperawatan Transkultural dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan
klien.
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.

3.2. SARAN

Diharapkan kepada semua perawat untuk dapat mengembangkan ilmunya


dalam melaksanakan asuhan keparawatan atau pengabdian masyarakat, serta dapat
mengaplikasikan langsung teori – teori yang sudah ada dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
29

DAFTAR PUSTAKA

http://docshare01.docshare.tips/files/30013/300130957.pdf
Ann Isaacs, RN, CS, MSN. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Psikiatrik. Jakarta. Kedokteran EGC
https://yuliananovitablog.wordpress.com/2016/11/06/makalah-teori-dan-
konsep-keperawatan-menurut-peplau/
sAndrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care,
2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company
Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture Diversity/A Mobile
orksforce Command Creative Leadership, New Patterships, and Inovative
Approaces to Integration. Diambil pada 9 November 2015 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=650824831&sid=3&clientld=45625&R
QT=309&VName.
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment
and Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,
Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies
Tomey, A.M, and Alligood, M.R, 2006, Nursing Theorist Utilization and
Aplication, third edition, Mosby-Inc, St. Louis Missouri
Tomey, A.M, and Alligood, M.R, 2006, Nursing Theorist and Their Work,
6th edition,
Mosby-Year Book, Inc, Missouri
The Basic concepts of Trancultural Nursing. Diambil pada 10 November
2015 dari http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm.
http://febyanadwicahyanti.blogspot.com/2014/03/teori-keperawatan-
hildegard-e-peplau_8.html
http://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger

Anda mungkin juga menyukai