Program Studi:
S1 Keperawatan
Disusun Oleh:
Teresa Novita Regina (31020118041)
Theresia Novianty (31020118042)
Tian Juliannisa (31020118043)
Tirsha Clara (31020118044)
Valeria Dian (31020118045)
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 28
B. SARAN ................................................................................................... 28
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Keperawatan Hildegard E. Peplau dan Madeleine Leininger” dalam tugas mata
kuliah ”Falsafah & Teori Keperawatan” oleh dosen BM. Siti Rahayu, S.Kep.
Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka
kami memohon maaf atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari
kesempurnaan.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
a. Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui riwayat dan teori yang
dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.
b. Tujuan khusu dari makalah ini untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan teori yang dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.
1
2
c. Tujuan umum makalah ini untuk mengetahui tentang aplikasi teori yang
dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.
1.3 MANFAAT
a. Agar mengetahui riwayat dan teori yang dikemukakan oleh Peplau dan
Leininger.
b. Agar mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan teori yang
dikemukakan oleh Peplau dan Leininger.
c. Agar mengetahui tentang aplikasi teori yang dikemukakan oleh Peplau dan
Leininger.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
1. Klien
2. Perawat
Peran Perawat:
I. Mitra kerja
Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru.
Sebagai mitra kerja, hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan
kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa
saling percaya, saling mengasihi dan menghargai antara perawat dan klien.
Merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus berupaya
memberikan pendidikan , pelatihan, dan bimbingan pada klien atau keluarga
terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
3. Sumber Kesulitan/Masalah
4. Hubungan Interpersonal
3) Kesehatan
4) Keperawatan
1. Care adalah esensi dari keperawatan dan fokus yang khusus, dominan,
inti dan mempersatukan.
2. Perawatan berbasis budaya (caring) merupakan sesuatu yang bersifat
esensial untuk kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan pertahanan
serta untuk menghadapi hendaya (penyakit jiwa) dan kematian.
3. Perawatan berbasis budaya merupakan makna yang paling komprehensif
dan holistik untuk mengetahui, menjelaskan, menginterpretasikan dan
memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan untuk memandu
keputusan dan tindakan keperawatan.
4. Caring berbasis budaya disiplin merupakan sesuatu yang esensial untuk
tritmen dan pemulihan, dan bahwa tidak mungkin kesembuhan tanpa
adanya caring, tapi caring dapat tetap ada tanpa adanya kesembuhan.
5. Konsep asuhan budaya, makna, ekspresi, pola, proses, dan bentuk
struktural dari perawatan dapat beragam secara transkultural, dengan
adanya keragaman (perbedaan) dan beberapa universalitas (kesamaan).
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dengan klien ini memiliki
empat fase diantaranya :
a) Fase Orientasi
Pada tahap ini perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk
membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
8
b) Fase Identifikasi
Pada tahap identifikasi ini peran perawat apakah sudah melakukan atau
bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi ekspresi perasaan klien serta
melaksanakan asuhan keperawatan.
c) Fase Eksplorasi
d) Fase Resolusi
Fase ini merupakan fase dimana perawat berusaha untuk secara perlahan
kepada klien untuk membebaskan diri dari ketergantungan kepada tenaga
kesehatan dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya agar mampu
menjalankan secara sendiri.
Pada model Peplau ini dapat dilihat adanya tindakan keperawatan yang
diarahkan kepada hubungan interpersonal atau psikoterapi. Secara bertahap pasien
melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kearah realisasi
potensi. Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga
sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya
mengenai hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam
memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat
9
terapeutik. Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien
mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan
klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan
perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan
dengan masalah kesehatannya. Artinya seorang perawat berusaha mendorong
kemandirian pasien.
Kelebihan Kekurangan
1. Dapat meningkatkan kejiwaan 1. Hanya berfokus pada kejiwaan
pasien untuk lebih baik. pasien dalam penyembuhannya
2. Dapat menurunkan kecemasan
klien dalam teori keperawatan.
3. Dapat memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik.
4. Dapat medorong pasien untuk
lebih mandiri.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari
bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan
klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannnya dan
10
Seorang ibu berumur 45 tahun dirawat di rumah sakit sejak 2 minggu lalu,
didiagnosis mengalami Ca servix stadium lanjut ( stadium 4) . Dia tidak mau
makan, mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk
anak dan suaminya, kadang marah tanpa sebab, ekspresinya terlihat sedih,
kadang terlihat menangis, dan ia menolak pengobatan dan perawatan yang
diberikan oleh perawat karena ia merasa umurnya tidak lama lagi.
muncul pada ibu tesebut selama peristiwa tersebut. Berdasarkan data, ibu itu
mengalami depresi. Perawat perlu melakukan hubungan interpersonal dengan ibu
itu karena pada saat seseorang mengalami depresi dia membutuhkan orang lain
yang dapat mendengarkan, menerima, dan memahami dirinya. Hubungan
interpersonal antara perawat dan ibu tersebut melalui 4 tahap yaitu :
a. Tahap Orientasi
b. Tahap Identifikasi
Pada fase ini perawat menjalankan perannya sebagai peran wali (surrogate
role), sikap dan tingkah laku perawat menciptakan perasaan tertentu (felling
tones) dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan
sebelumnya. Perawat maupun ibu itu merasakan adaanya keterikatan independen
dan interdependen.
c. Tahap Explorasi
d. Tahap Resolusi
Pada tahap ini perawat bersama pasien, menyimpulkan apa yang sudah
dicapai selama interaksi dilakukan dan bagaimana interaksi dapat dilanjutkan
12
terhadap masalah lain yang mungkin terjadi pada pasien tersebut. Dalam fase ini
peran perawat sebagai peran kepemimpinan (leadership role).
Tahun 1969, Leininger menjadi Dekan dan Guru Besar Perawat dan mengajar
Antropologi di Universitas Washington (Seatle). Tahun 1974, menjadi Dekan dan
Guru Besar Perawat di Fakultas Keperawatan dan asisten Guru Besar Antropologi
di Universitas Utah (Salt Lake). Tahun 1981, direkrut Universitas Wayne State
(Detroit) dan menjadi Guru Besar Perawat dan asisten Guru Besar Antropologi
dan menjadi Direktur Keperawatan Transcultural sampai dengan pension tahun
1995. Tahun 1996, Universitas Madonna memberikan penghargaan kepadanya
atas dedikasinya dengan meresmikan Leininer Book Collection dan membuat
ruangan Membaca khusus untuk koleksi buku-bukunya yang terkenal dibidang
keperawatan, ilmu social dan kemanusiaan.
14
a) Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c) Perbedaan Budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
d) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
15
juga kematian.
l) “Cultural Care Diversity” (Keragaman Perawatan Kultural) mengacu
kepada variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup,
ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan
yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau
memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.
m) “Cultural care universality” (Kesatuan Perawatan Kultural) mengacu
kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun
pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup atau
simbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta
merefleksikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh
suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (terminlogy
universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu
temuan statistik yang signifikan.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
17
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam
atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
18
a) Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,
kolompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan
mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur
sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan
falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup,
politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.
4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa
yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan
nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang
digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
(Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi
sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
b. Asuhan keperawatan
c. Sistem professional
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
kelompok, keluarga, komunitas, lembaga dengan mempertimbangkan generic
carring dan profesional carring.
e) Evaluasi
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing carry
health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang
bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien.
22
Kelebihan Kekurangan
1) Teori ini bersifat komprehensif 1) Teori transkultural bersifat
dan holistik yang dapat sangat luas sehingga tidak bisa
memberikan pengetahuan kepada berdiri sendiri dan hanya
perawat dalam pemberian asuhan digunakan sebagai pendamping
dengan latar belakang budaya dari berbagai macam konseptual
yang berbeda. model lainnya.
2) Penggunaan teori ini dapat 2) Teori transkultural ini tidak
mengatasi hambatan faktor mempunyai intervensi spesifik
budaya yang akan berdampak dalam mengatasi masalah
terhadap pasien, staf keperawatan keperawatan sehingga perlu
dan terhadap rumah sakit. dipadukan dengan model teori
3) Penggunanan teori transkultural lainnya.
dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan
asuhan keperawatan.
4) Teori ini banyak digunakan
sebagai acuan dalam penelitian
dan pengembangan praktek
keperawatan.
I. Konsep awal
a. Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep
teori ini relevan untuk keperawatan.
b. Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang
luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi
23
II. Kasus
Selama hamil, ibu Mona rajin berenang, suka makan buah dan rutin
memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan.
Dan diprediksi melalui USG anaknya perempuan tetapi masih ada
harapan yang besar bagi mereka, bahwa nantinya anak mereka lahir
laki-laki. Hal ini disebabkan karena suaminya adalah anak tunggal dan
24
Pengkajian
4. Faktor Nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Teori Hildegard E. Peplau berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan,
dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan
adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai
kemantapan pengembangan kepribadian. Teori dan gagasan Peplau dikembangkan
untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat
berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat
bertugas sebagai narasumber, konselor dan wali.
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://docshare01.docshare.tips/files/30013/300130957.pdf
Ann Isaacs, RN, CS, MSN. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Psikiatrik. Jakarta. Kedokteran EGC
https://yuliananovitablog.wordpress.com/2016/11/06/makalah-teori-dan-
konsep-keperawatan-menurut-peplau/
sAndrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care,
2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company
Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture Diversity/A Mobile
orksforce Command Creative Leadership, New Patterships, and Inovative
Approaces to Integration. Diambil pada 9 November 2015 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=650824831&sid=3&clientld=45625&R
QT=309&VName.
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment
and Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,
Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies
Tomey, A.M, and Alligood, M.R, 2006, Nursing Theorist Utilization and
Aplication, third edition, Mosby-Inc, St. Louis Missouri
Tomey, A.M, and Alligood, M.R, 2006, Nursing Theorist and Their Work,
6th edition,
Mosby-Year Book, Inc, Missouri
The Basic concepts of Trancultural Nursing. Diambil pada 10 November
2015 dari http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm.
http://febyanadwicahyanti.blogspot.com/2014/03/teori-keperawatan-
hildegard-e-peplau_8.html
http://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger