Peplau
Biografi Singkat
Hildegard E. Peplau lahir dari Reading, Pennsylvania tahun 1909 (Amerika
Serikat). Dikenal sebagai pionir keperawatan jiwa yang berkarir lebih dari 7
dekade. Latar belakang pekerjaannya yaitu sebagai perawat jiwa. Peplau
meninggal pada tanggal 17 Maret 1999 di Oaks, California.
Pendidikan
Hildegard E. Peplau menyelesaikan pendidikan D3 keperawatan di Pottstown,
Pennsylvania pada tahun 1931. Kemudian melanjutkan pendidikan S1
jurusan interpersonal psikologi tahun 1943 di Bennington. Tahun 1947,
Peplau menyelesaikan pendidikannya dengan jurusan keperawatan jiwa di
Universitas Colombia, New York dan mendapatkan gelar professor dari
Universitas Rutgers. Dirinya dikenal dengan “ibu keperawatan jiwa” karena
teori yang dikemukakannya.
Klien
Sistem klien yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Klien adalah subjek yang dipengaruhi
adanya proses interpersonal.
Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan serta proses interaksi interpersonal
dengan pasien yang bersifat pertisipatif. Perawat juga berperan sebagai mitra
kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor
sesuai dengan fase proses interpersonal yang dilalui.
Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
meggambarkan metode transformasi energi atau ansietas pasien oleh
perawat yang terdiri dari 4 fase: fase orientasi, fase identifikasi, fase
eksploitasi, fase resolusi.
1. Fase Orientasi
Pada fase Orientasi, perawat dan klien masih sebagai orang yang asing.
Pertemuan diawali pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, kemudian
perawat dan klien malakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan
dan terjadi sebuah proses pengumpulan data.
Hal paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan
pasien dan keluarganya dalam menganalisis situasi. Perawat dan klien saling
mengenali, memperjelas dan menentukan masalah, Setelah itu, mengambil
keputusan bersama untuk menentukan tipe bantuan apa yang diperlukan.
Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien ke ahli lain sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Fase Identifikasi
Fase identifikasi berfokus memilih bantuan profesional yang tepat. Pada fase
ini, pasien merespons orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya
secara selektif. Respons pasien terhadap perawat:
4. Fase Resolusi
Fase resolusi terjadi setelah fase orientasi, identifikasi dan eksploitasi
berjalan dengan sukses. Fase resolusi berfokus mengakhiri hubungan
profesional pasien dan perawat. Pasien berusaha untuk melepaskan rasa
ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuannya untuk
menjalankan segala sesuatu secara sendiri.
1. Manusia
Manusia dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya
sendiri untuk mengurangi ketegangan dan menjaga keseimbangan yang
disebabkan oleh kebutuhan dan ketidak seimbangan dirinya. Setiap individu
merupakan makhluk unik yang mempunyai persepsi dan ide, hal ini penting
untuk proses interpersonal.
2. Lingkungan
Peplau menjelaskan bahwa lingkungan sebagai bentuk di luar organisme
dalam konteks kebudayaan. Dari sinilah kebudayaan dan kepercayaan
diaktualisasikan. Dalam menghadapi kehidupan, budaya dan adat istiadat
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.
3. Keperawatan
Keperawatan adalah alat pendidikan yang bertujuan untuk mendukung
kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas, dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. Perkembangan kepribadian dan proses
kemanusiaan saling berkesinambungan dan berjalan kearah kehidupan yang
kreatif, konstruktif dan produktif.
4. Kesehatan
Peplau menjelaskan tentang kesehatan sebagai gerak progresif individu dan
proses makhluk lain secara terus menerus dalam kreativitas, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat. Proses interpersonal
merupakan materna force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun
klien
https://www.pakmantri.com/2020/03/teori-keperawatan-hildegard-e-peplau.html
Paradigma dan Teori KeperawatanHildegard
E. Peplau
December 09, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah teori dan paradigma dalam keperawatan sangatlah penting bagi seorang
perawat karena menjadi dasar atau acuan untuk melakukan asuhan keperawatan. Teori
keperawatan sendiri terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hal tersebut
dibuktikan dengan hadirnya begitu banyak teori keperawatan dari para ahli. Teori
keperawatan sama halnya dengan teori-teori lain yang terdiri dari kumpulan konsep,
definisi, dan asumsi yang ketiganya menjelaskan fenomena. Perbedaannya hanya
terletak pada fenomena yang diangkat oleh bidang ilmu keperawatan, yaitu seputar
manusia, sehat-sakit, lingkungan, dan keperawatan itu sendiri.
Dalam makalah ini akan di bahas tentang topik “Paradigma dan Teori
KeperawatanHildegard E. Peplau”.Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini,
terangkum dalam pertanyaan berikut:
2. Bagaimana komponen teori yang meliputi konsep, definisi, asumsi, dan fenomena
dapat terjadi?
3. Bagaimana cara mengembangkan hubungan antara perawat dan klien menurut teori
Peplau?
4. Bagaimanahal-hal yang dapat dianut dalam teori keperawatan dalam konsep utama
dari paradigma keperawatan yang meliputi konsep manusia, konsep sehat-sakit,
konsep lingkungan, dan konsep keperawatan menurut Peplau?
1.3. Tujuan Penulisan
2. Mengetahui hal-hal yang dapat terjadi dalam komponen teori yaitu konsep, definisi,
asumsi, dan fenomena.
4. Mengetahui isi konsep utama dari paradigma keperawatan yang meliputi konsep
manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan, dan konsep keperawatan menurut
Peplau yang dianut dalam teori keperawatan.
1.4. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dalam tiga bab, yaitu bab pendahuluan, isi dan penutup.
Dalam bab pendahuluan terdiri atas: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sistematika penulisan. Sedangkan pada bab isi akan dibahas mengenai beberapa sub
bab yang berkaitan dengan paradigma dan teori keperawatan Hildegard E. Peplau.
Selanjutnya pada bab penutup terdiri atas: kesimpulan dan saran.
BAB II
ISI
2.1. Definisi Paradigma
Istilah paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn (1979) melalui
bukunya yang berjudul “The Structure Of Science Revolution”. Khun
mendefinisikan paradigma adalah sebagai model, konsep, pola atau pandangan dunia.
Pengertian lain dari paradigma menurut Potter dan Perry dalam bukunya Fundamental
of Nursing diartikan sebagai bagian dari ilmu, filosofi, dan teori yang dapat diterima
yang diterapkan oleh suatu disiplin.
Kata Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model , teladan,
dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping memperlihatkan
dirinya. Pengertian paradigma menurut Masterman diklasifikasikan dalam 3
pengertian paradigma :
1. Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian
ilmuwan.
2. Paradigmasosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau
penemuan teori yang diterima secara umum.
3. Paradigma konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep dalam
lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma pergerakan.
Jadi, Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena
yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berpikir yang
menjelaskan suatu fenomena. Paradigma mengandung berbagai konsep yang terkait
dengan fokus keilmuannya.
Klien/manusia
Lingkungan
Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sering disebut
sebagai makhluk yang paling sempurna karena memiliki akal. Dalam keperawatan,
manusia adalah sentral penerima asuhan keperawatan, karena manusia memiliki
kebutuhan yang kompleks, termasuk klien, keluarga, dan komunitas. (Potter dan
Perry, 2009).
Manusia dipandang sebaagi individu yang bersifat holistik dan humanistik
yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan, baik internal
maupun eksternal yang akan berpengaruh terhadap status kesehatannya,
asuhan/pelayanan keperawatan. Asuhan/pelayanan keperawatan merupakan
praktik/tindakan keperawatan mandiri yang diberikan karena adanya ketidakmampuan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan dasar berupa biologi, psikologi, sosial, budaya dan spiritual.
Manusia memiliki siklus hidup dan mempunyai kapasitas untuk berpikir, belajar,
bernalar, berkomunikasi dan mengembangkan budaya serta nilai. Manusia berperan
sebagai sasaran pelayanan keperawtaan, berpotensi secara aktif terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya. Manusia adalah klien sebagai individu, keluarga dan
masyarakat. Individu sebagai klien adalah anggota keluarga yang unik sebagai satu
kesatuan yang utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Kebutuhan
individu berdasarkan hierarki maslow:
Sebagai contoh, seorang komunis tentu mempunyai konsep yang dipengaruhi oleh
falsafah negaranya yang berasaskan komunis dan tidak meyakini adanya Tuhan. Hal
itu tentunya berbeda dengan konsep bangsa Indonesia yang mempunyai asas pancasila
dan percaya terhadap Tuhan.
b) dapat memilihara/menampilkan dirinya dalam situasi apapun agar tetap sehat, dan
a) terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai fungsi masing-
masing,
b) diturunkan/ berkembang biak melalui jalan pembuahan sperma dari laki-laki dan
ovum dari perempuan sehingga ia dapat hamil, lalu melahirkan bayi yang kemudian
tumbuh, dan berkembang menjadi remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal, dan
a) ID
b) Ego
Ego merupakan hasil pengembangan dari ID. Aktivitas ego, bisa sadar, prasadar,
dan tak sadar. Ego tugasnya adalah menghindari ketidaksenangan dengan melawan
atau mengatur pelepasan dorongan naluri agar sesuai dengan tuntutan dunia luar.
Perbedaan ego dan ID yaitu ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan
mempunyai mekanisme pembelaan, sedangkan ID lebih mementingkan diri sendiri
untuk memenuhi kesenangan. Contoh sifat kepribadian ego yang bersifat sadar yaitu
kaki Andi terasa sakit ketika terkena semak semak berdiri. Contoh sifat kepribadian
ego yang bersifat prasadar yaitu supaya mengingat kembali nama seseorang yang
telah menolong saya ketika saya jatuh tadi siang.
c) Super Ego
Super ego merupakan sifat kepribadian yang berlandaskan aspek etis atau tidak
etis, pantas atau tidak pantas, salah atau benar. Pada prinsip super ego, pemenuhan
kebuttuhan harus selalu disesuaikan dengan nilai atau norma dimasyarakat termasuk
keluarga. Contoh superego yaitu seorang anak sudah dari kecil diajarkan oleh orang
tuanya tidak boleh mencuri.
Definisi keperawatan menurut ANA tahun 2003 dalam Potter dan Perry tahun
2009 adalah diagnosis dan pengobatan respons manusia terhadap masalah kesehatan
yang ada atau berpotensial ada. Sementara definisi lain dari keperawatan yaitu suatu
bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. (Asmadi, 2008) Dalam
praktiknya, seorang perawat ketika memberikan asuhan keperawatan biasanya
berpedoman kepada teori yang menjadi aspek pengetahuan sehingga membantu
perawat merawat klien dengan baik.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan (WHO). Sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (UU no.23/92). Sedangkan sakit merupakan keadaan terganggunyafungsi
tubuh yang normal, baik fungsi fisiologis maupun fungsi sosialnya. Faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap kesehatan, yaitu:
Peplau sendiri mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan
proses makluk hidup secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas,
produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.
2.3.4. Konsep Lingkungan
Lingkungan Hospes/manusia
Agen adalah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit, contoh
faktor biologi, mekanik dan kimiawi. Hospes adalah makhluk hidup yang dapat
tertular oleh penyakit. Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan manusia dan agen.
Teori adalah sesuatu yang telah dibuktikan kebenarannya sehingga menjadi fakta.
(Sunaryo, 2004) Pengertian teori menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey tahun
2000 dalam buku Sunaryo tahun 2004 adalah hipotesis (dugaan sementara) yang
belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti.
Teori dapat digunakan sebagai suatu cara melihat melalui suatu kumpulan kenyataan
dan konsep khusus secara relatif dan proporsinya dalam menggambarkan atau
hubungannya dengan konsep. (Fawcett, 2005 dalam Potter dan Perry, 2009).
Sebuah teori terdiri dari kumpulan konsep, definisi, dan asumsi yang menjelaskan
sebuah fenomena. “Teori menjelaskan bagaimana elemen-elemen tersebut
berhubungan dengan fenomena secara khusus.” (Potter dan Perry, 2009) Berikut ini
akan dijelaskan lebih rinci mengenai elemen-elemen dari sebuah teori.
1. Elemen pertama yang terdapat dalam sebuah teori adalah konsep-konsep yang
saling berhubungan sehingga dapat menjelaskan sebuah fenomena. Pengertian
konsep adalah suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu. (J.
Sudarminta, 2002) “Konsep tersebut bisa sederhana atau kompleks dan
berhubungan dengan objek atau kejadian yang berasal dari pengalaman nyata
individu.” (Tomey dan Alligood, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009)
2. “Definisi diartikan sebagai keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan
tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau
ungkapan tersebut.” (Jan Hendrik Rapar) Definisi berhubungan dengan arti
umum konsep dalam sebuah teori. (Potter & Perry, 2009)
3. Asumsi diartikan sebagai pernyataan yang menjelaskan sifat konsep, definisi,
tujuan, hubungan, dan struktur teori. (Chinn dan Kramer, 2004; Meleis, 2006
dalam Potter & Perry, 2009)
4. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-
hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah (Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia: 1997) Sementara pengertian lain dari fenomena
adalah sebuah aspek realitas yang dirasakan secara sadar atau dialami manusia.
(Meleis, 2006 dalam Potter & Perry, 2009).
4. Fase resolusi mengacu pada fase final atau terminasi merupakan fase dimana
perawat dan klien berkolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga hubungan
terapeutik diantara mereka dapat berakhir.
Dalam teori Peplau terdapat asumsi eksplisit dan implisit. Asumsi
eksplisit memberikan pandangan bahwa:
Fenomena yang terjadi pada teori Peplau merupakan fenomena individu
dan dieksplorasi dalam hubungan perawat-pasien. Thomas, Baker, dan Estes
menggunakan konsep kecemasan Peplau sebagai suatu makna untuk memecahkan
perasaan marah secara konstruktif melalui proses pembelajaran pada hubungan
perawat-pasien (Tomey & Alligood,1998).
A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya teknologi maka manusia harus dituntut untuk
berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini.seseorang atau individu itu
sendiri harus mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan kemampuan
dan support system dalam beradaptasi. Karena akan banyaknya timbul stressor
yang berasal dari lingkungan luar maupun dalam lingkup individu itu
sendiri. Seiring dengan semakin tingginya stressor yang dihadapi individu
dalam masyarakat, seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin
kompleks, berdampak pada tingkat stress individu. Kondisi tersebut beresiko
tinggi menyebabkan gangguan fisik dan jiwa, sehingga dapat diprediksi angka
kesakitan semakin meningkat khususnya gangguan jiwa.Disinilah konsep –
konsep keperawatan jiwa akan disampaikan khususnya pada konsep modal
sosial.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi
dalam lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu
menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan
perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang dalam
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk
mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial.
Lingkungan sosial tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman
individu dalam hidupnya. Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia
(2005), budaya dapat berguna dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi dan
memastikan masa depan pasien.
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan
sosial individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan
faktor lingkungan sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana tindakan isolasi
sosial ini akan membuat individu tersebut akan menimbulkan masalah
ganguan jiwa yang lebih kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi oleh
individu tersebut terhadap lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan
dirinya sendiri. Berdasarkan masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk
membahas model konseptual keperawatan jiwa secara lebih mendalam
khususnya tentang model sosial.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konseptual
keperawatan jiwa (model sosial)
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b. Mengidentifikasi model konseptual sosial
c. Menjelaskan aplikasi model sosial
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi
kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media
internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar kesehatan jiwa,
pengertian konsep model sosial
BAB III :Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUN TEORITIS
b. Model interpersonal
c. Model sosial
d. Model eksistensi
e. Model komunikasi
f. Model behavioral
g. Model medical
h. Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan
Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori
perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-
sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku,
menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik
dan sebagai pembela klien.
b. Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau
individu seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang
lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa atau insiden yang
terjadi di lingkungan pada masa lalu.
c. Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik
berkepanjangan seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan
pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda akibat musibah yang
melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat
memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
d. Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat
kita menjadi lebih mementingkan diri masing – masing, yang
seharusnya budaya lebih mementingkan kebersamaan untuk
menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat
membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.
e. spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat
menimbulkan deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah
yang dapat berkembang di masyarakat terjadinya konflik dan berbagai
masalah yang tidak dapat terselesaikan.
3. Model Terapi
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah
pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan terapis berupaya menggali system sosial klien seperti suasana
dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
a. peran klien :
1) Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh
masalah yang dialaminya dan aktif terlibat dalam proses
pemulihan. Disini tujuannya yaitu perawat mampu menganalisa
faktor utama yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa,
selain itu klien juga dapat membina hubungan baik antara
perawat sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.
b. peran terapis :
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak
dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke
mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan
adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi
akan dapat menolong pasien hanya apabila pasien meminta
pertolongan. Pasien datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya
dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga
mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang diberikan. Terapi
akan sukses jika pasien puasa dengan perubahan yang terjadi dalam
hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan
perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi
tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang
efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan
terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan
rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga
termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap
prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia,
2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
Fokus model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap
individu dan pengalaman hidupnya.
Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu
pada saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan
tindakan keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.
B. Saran
1. Perawat diharapkandapat menerapkan model konseptual
keperawatan jiwa khususnya model sosialdalam melakukan asuhan
keperawatan jiwa dirumah sakit maupun dilingkungan masyarakat.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun
puskesmas diharapkan mampu melayani masyarakat dengan menggunakan
model konseptual sosial kepada masyarakat baik yang mengalami
gangguan maupun tidak.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang
mendalam mengenai model konseptual khususnya model sosialsehingga
ketika turun kelapangan mahasiswa dan mahasiswi dapat melakukan
perawatan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta : EGC
Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Labels: Konseptual Model Keperawatan Jiwa
http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/07/konseptual-model-keperawatan-jiwa-model.html
https://www.academia.edu/12603892/
MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_JIWA_PROSES_KEPERAWATAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Model Konseptual Banyak ahli mendefiniskan mengenai model konseptual seperti
berikut ini:
1. Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan
menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen &
Kenny, 2009, hal. 29).Model konseptual keperawatan merupakan suatu carauntuk
memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan merupakan petunjuk bagi perawat untuk mendapatkan informasi
agar perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).Marriner-Tomey (2004, dalam
Nurrachmah, 20100 menjelaskan bahwa, model konseptual keperawatan telah memperjelas
kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan dengan melibatkan empat konsep
yaitumanusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan
hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga meerupakan sumber pendukung bagi
individu. Ketiga adalah Kesehatan menjelaskan tentang rentang sehat-sakit sepanjang siklus
mulai konsepsi hingga kematian. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen
penting dalam perannya sebagai faktor penentu meningkatnya keseimbangan kehidupan
seseorang (klien).Lebih lanjut Tomey mengatakan, konseptualisasi keperawatan umumnya
memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga,
masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Cara pandang dan fokus
penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti
penekanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer.Tujuan
dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98)
1) Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
2. Model Konseptual Dalam Keperawatan Jiwa
Berikut ini akan dijelaskan berbagai macam model konseptual yang dikembangkan oleh
beberapa ahli diantaranya menurut
a. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Merupakan model yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada
masa anak.Menurut model psycoanalytical, gangguan jiwa dikarenakan ego tidak
berfungsi dalam mengontrol id, sehingga mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(deviation of Behavioral) dan konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Setiap
fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala
merupakan symbol dari konflik. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.
Proses terapi pada model ini menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi
transferen, bertujuan untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Contoh proses terapi pada
model ini adalah: klien dibuat dalam keadaan tidur yang sangat dalam. Dalam keadaan
tidak berdaya terapis akan menggali alam bawah sadar klien dengan berbagai
pertanyaanpertanyaan tentang pengalaman traumatic masa lalu..Dengan cara demikian,
klienakan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya
untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat dalam model
psyhcoanalytical Melakukan pengkajian keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya (menjadi korban perilaku kekerasan fisik, sosial,
emosional maupun seksual) dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik.
b. Interpersonal ( Sullivan, Peplau)
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Hildegard Peplau.Teori
interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.Sullivan
menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan
jiwa individu.Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang disebabkan karena
adanya ancaman yangdapat menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas yang dialami
seseorangtimbul akibat konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal),
dikarenakan adanya ketakutan dan penolakan atau tidak diterima oleh orang sekitar.
Lebih lanjut Sullivan mengatakan individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada
pada dirinya. Sullivan mengatakan dalam diri individu terdapat 2 dorongan yaitu :
Dorongan untuk kepuasan, berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar,
tidur, kesepian dan nafsu.
Dorongan untuk keamanan, berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti
penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu.
1. Proses terapi Proses terapi terbagi atas dua komponen yaitu Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien) dan Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) Prinsip dari
terapi ini adalah.Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan menjalin hubungan
yang sehat. Dengan re edukasi diharapkan, klien belajar membina hubungan
interpersonal yang memuaskan, mengembangkan hubungan saling percaya.dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga
dan dihormati.
2. Peran perawat dalam terapi adalah
a) Share anxieties (berbagi pengalaman mengenai apa-apa yang dirasakan klien
dan apa yang menyebabkan kecemasan klien saat berhubungan dengan orang
lain)
b) Therapist use empathy and relationship (Empati dan turut merasakan apa-apa
yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Social ( Caplan, Szasz)
Model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat menimbulkan stress
dan mencetuskan gangguan jiwa(social and environmental factors create stress, which
cause anxiety and symptom).Menurut Szasz, setiap individu bertanggung jawab terhadap
perilakunya, mampu mengontrol dan menyesuaikan perilaku sesuai dengan nilai atau
budaya yang diharapkan masyarakat.Kaplan, meyakini bahwa, konsep pencegahan
primer, sekunder dan tertier sangat penting untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa.
Situasi sosial yaga dapat menimbulkan gangguan jiwa adalahkemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, kurangnya support systemdan koping mekanisme yang
maladaptif.
Proses terapi
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam modifikasi lingkungan dan adanya
support system. Proses terapi dilakukan dengan menggali support system yang dimiliki
klien seperti: suami/istri, keluatga atau teman sejawat. Selain itu therapist berupaya :
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat
atau tempat kerja.
d. Existensial ( Ellis, Rogers)
Model ekistensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
apabila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akandirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam
Bodi-imagenya Prinsip terapinya pada model ini adalah mengupayakan individu agar
memiliki pengalaman berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses
dengan memahami riwayat hidup orangtsb, memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi diri (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), sesrta mendorong untuk menerima dirinya sendiri dan menerima
kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior). Terapi dilakukan melalui kegiatan Terapi aktivitas kelompok.
e. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa adalah faktor
biopsikososial dan respos maladaptive saat ini. Contoh aspek biologis yaitu sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :
mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek social
sepeertisusah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi
penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam
beradaptasi pada masalahmasalah yang munculsaat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu.
Prinsip proses terapi pada model supportif adalah menguatkan respon coping adaptif.
Terapis membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengenal kekuatan atau
kemampuan serta coping yang dimiliki klien, mengevaluasi kemampuan mana yang dapat
digunakan untuk alternative pemecaha masalah. Terapist berupaya menjalin hubungan
yang hangat dan empatik dengan klien untuk membantu klien menemukan coping klien
yang adaptif.
f. Medica ( Meyer, Kraeplin)Menurut konsepini penyebab gangguan jiwa adalah
multifactor yang kompleks yaitu aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social.
Model medical meyakini bahwa penyimpangan perilaku merupakan manifestasi
gangguan sistem syaraf pusat (SSP). Dicurigai bahwa depresi dan schizophrenia
dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, serta gangguan synaptic. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Peran perawat dalam model medical ini adalah
melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi
jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan
Medical model terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
g. Model KomunikasiModel perilaku mengatakan bahwa, penyimpangan perilaku terjadi jika
pesan yang disampaikan tidak jelas. Penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan
non verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara. Proses terapi dalam
model ini meliputi:
Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif.
Melakukan analisa proses interaksi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi
suatu pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual
keperawatan jiwa digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar
dapat menghadapi stressor melalui
meksnisme koping yang positif.
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
FIK UI & WHO, 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa
(MPKP), Jakarta: Tidak diterbitkan Keliat, B.A., dkk. 2005. Modul Basic Course
Community Mental
-
Psychiatric
Nursing. Jakarta: Tidak diterbitkan Ralph S.S.,
Rosenberg, M.C., Scroggins, L., Vassallo, B., Warren, J., 2005, Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification, NANDA International, Philadelphia Rawlins, R.P.,
Heacoch, P.E., 1993, Clinical Manual of Psych
iatric Nursing, Mosby Year Book,
Toronto Rawlins, R.P., Williams,S.R., Beck, C.M.,1993, Mental Health Psychiatric
Nursing a Holistic Life Cicle Approach, Mosby Year Book, London Stuart, G.W.,
Laraia, M.T., 1998, Principles and Practice of Psychiatric Nursi
ng, 6 th Edition,
Mosby, St. Louis Stuart, Gall Wiscart and sundeen, Sandra J. Pocket guide to
psychiatric nursing (2 nd. Ed) Mosby Year Book, St. Louis, baltimore. Boston
Chicago. London. Sydney. Toronto. Stuat, G.W., Sundeen, S.J., 1998, Keperawatan
Jiwa
, Buku Saku, Terjemahan Hamid, A.S., Edisi 3, EGC, Jakarta TIM Jiwa FIK UI.
1999. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta: Bagian
Keperawatan Jiwa Komunitas FIK UI, tidak diterbitkan Townsend, M.C. 1998.
Diagnosis Keperawatan pada Kep
erawatan Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan
Rincian Perawatan, Jakarta: EGC
https://pdfcoffee.com/makalah-konseptual-model-dalam-keperawatan-jiwa-2-pdf-free.html