Anda di halaman 1dari 44

Teori Keperawatan Hildegard E.

Peplau

Biografi Singkat
Hildegard E. Peplau lahir dari Reading, Pennsylvania tahun 1909 (Amerika
Serikat). Dikenal sebagai pionir keperawatan jiwa yang berkarir lebih dari 7
dekade. Latar belakang pekerjaannya yaitu sebagai perawat jiwa. Peplau
meninggal pada tanggal 17 Maret 1999 di Oaks, California.

Pendidikan
Hildegard E. Peplau menyelesaikan pendidikan D3 keperawatan di Pottstown,
Pennsylvania pada tahun 1931. Kemudian melanjutkan pendidikan S1
jurusan interpersonal psikologi tahun 1943 di Bennington. Tahun 1947,
Peplau menyelesaikan pendidikannya dengan jurusan keperawatan jiwa di
Universitas Colombia, New York dan mendapatkan gelar professor dari
Universitas Rutgers. Dirinya dikenal dengan “ibu keperawatan jiwa” karena
teori yang dikemukakannya.

Ruang lingkup pekerjaannya sebagai perawat jiwa juga memengaruhi


kontribusinya di keperawatan sebagai ahli dalam keperawatan jiwa, pendidik,
penulis, dan penteori. Sejarahnya sebagai pionir keperawatan jiwa modern
ditandai dengan publikasinya pada tahun 1952 yang berjudul “Interpersonal
Relations in Nursing”. Paradigma keperawatan dikeluarkan berkaitan dengan
publikasinya dalam bidang ini.
Konsep Teori Peplau
Hildegard Peplau, seorang perawat psikiatri, mengenalkan konsep
interpersonalnya pada tahun 1952. Inti dari teori Peplau adalah pemanfaatan
hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Teori dan konsep
keperawatan menurut Peplau tertuang dalam bukunya yang
berjudul “Interpersonal Relations in Nursing”. Buku ini awalnya diterbitkan
pada tahun 1952.

Model konsep dan teori keperawatan peplau menjelaskan tentang


kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan
dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal,
perawat-klien, dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit. Model teori
ini dapat dilihat adanya tindakan keperawatan yang diarahkan kepada
hubungan interpersonal atau psikoterapi antara klien dengan perawat.

Klien
Sistem klien yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Klien adalah subjek yang dipengaruhi
adanya proses interpersonal.

Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan serta proses interaksi interpersonal
dengan pasien yang bersifat pertisipatif. Perawat juga berperan sebagai mitra
kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor
sesuai dengan fase proses interpersonal yang dilalui.

Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit


Gangguan kecemasan tingkat berat yang disebabkan oleh sulitnya
mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang
sekarang. Ansietas atau gangguan kecemasan terjadi apabila komunikasi
dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu.
Dalam teori Peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting
karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit.

Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
meggambarkan metode transformasi energi atau ansietas pasien oleh
perawat yang terdiri dari 4 fase: fase orientasi, fase identifikasi, fase
eksploitasi, fase resolusi.

Skema dan Tahap Proses Hubungan


Interpersonal Peplau

Seperti yang telah digambarkan melalui skema di atas, terdapat beberapa


tahap proses Interpersonal saat perawat sedang berhubungan dengan klien,
yaitu:

1.     Fase Orientasi
Pada fase Orientasi, perawat dan klien masih sebagai orang yang asing.
Pertemuan diawali pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, kemudian
perawat dan klien malakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan
dan terjadi sebuah proses pengumpulan data.
Hal paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan
pasien dan keluarganya dalam menganalisis situasi. Perawat dan klien saling
mengenali, memperjelas dan menentukan masalah, Setelah itu, mengambil
keputusan bersama untuk menentukan  tipe bantuan apa yang diperlukan.
Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien ke ahli lain sesuai dengan
kebutuhannya.

2.     Fase Identifikasi
Fase identifikasi berfokus memilih bantuan profesional yang tepat. Pada fase
ini, pasien merespons orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya
secara selektif. Respons pasien terhadap perawat:

 Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat: Partisipan mandiri


dalam hubungannya dengan perawat.
 Anatomy dan independent: Individu mandiri terpisah dari perawat.
 Pasif dan dependent: Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung
pada perawat.
3.     Fase Eksploitasi
Fase Eksploitasi berfokus menggunakan bantuan profesional untuk alternatif
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan
kebutuhan pasien. Pasien mulai menerima informasi tentang
penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada perawat, mendengarkan penjelasan-penjelasan dari
perawat dan sebagainya. Hingga akhirnya pasien mulai merasa sebagai
bagian integral dari lingkungan pelayanan.

4.     Fase Resolusi
Fase resolusi terjadi setelah fase orientasi, identifikasi dan eksploitasi
berjalan dengan sukses. Fase resolusi berfokus mengakhiri hubungan
profesional pasien dan perawat. Pasien berusaha untuk melepaskan rasa
ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuannya untuk
menjalankan segala sesuatu secara sendiri.

Konsep Mayor atau Konsep Sentral Hildegard E.


Peplau
Konsep Mayor dari Teori Hildegard E. Peplau ada empat bagian yang tak
terpisahkan, yaitu:

1.     Manusia
Manusia dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya
sendiri untuk mengurangi ketegangan dan menjaga keseimbangan yang
disebabkan oleh kebutuhan dan ketidak seimbangan dirinya. Setiap individu
merupakan makhluk unik yang mempunyai persepsi dan ide, hal ini penting
untuk proses interpersonal.

2.     Lingkungan
Peplau menjelaskan bahwa lingkungan sebagai bentuk di luar organisme
dalam konteks kebudayaan. Dari sinilah kebudayaan dan kepercayaan
diaktualisasikan. Dalam menghadapi kehidupan, budaya dan adat istiadat
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.

3.     Keperawatan
Keperawatan adalah alat pendidikan yang bertujuan untuk mendukung
kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas, dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. Perkembangan kepribadian dan proses
kemanusiaan saling berkesinambungan dan berjalan kearah kehidupan yang
kreatif, konstruktif dan produktif.
4.     Kesehatan
Peplau menjelaskan tentang kesehatan sebagai gerak progresif individu dan
proses makhluk lain secara terus menerus dalam kreativitas, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat. Proses interpersonal
merupakan materna force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun
klien

https://www.pakmantri.com/2020/03/teori-keperawatan-hildegard-e-peplau.html
Paradigma dan Teori KeperawatanHildegard
E. Peplau
December 09, 2014

                                    BAB I

PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Sebuah teori dan paradigma dalam keperawatan sangatlah penting bagi seorang
perawat karena menjadi dasar atau acuan untuk melakukan asuhan keperawatan. Teori
keperawatan sendiri terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hal tersebut
dibuktikan dengan hadirnya begitu banyak teori keperawatan dari para ahli. Teori
keperawatan sama halnya dengan teori-teori lain yang terdiri dari kumpulan konsep,
definisi, dan asumsi yang ketiganya menjelaskan fenomena. Perbedaannya hanya
terletak pada fenomena yang diangkat oleh bidang ilmu keperawatan, yaitu seputar
manusia, sehat-sakit, lingkungan, dan keperawatan itu sendiri.

Paradigma atau fenomena keperawatan yang mencakup empat komponen yang


telah dijelaskan sebelumnya mengandung pengertian suatu cara pandang yang
mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
(Kusnanto, 2004) Dalam hal ini, seorang perawat profesional harus benar-benar dapat
memandang secara utuh, memahami, dan mengaplikasikan berbagai teori
keperawatan yang menjelaskan paradigma. Oleh karena itu, kami membuat makalah
ini dengan tujuan agar para pembaca yang bergelut di bidang keperawatan dapat
mengetahui secara lebih mendalam mengenai teori-teori keperawatan―dalam hal ini
kami berfokus pada teori keperawatan Peplau. Setelah mengetahui dengan baik teori
tersebut, seorang perawat haruslah dapat mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja
sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada klien.
1.2.      Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan di bahas tentang topik “Paradigma dan Teori
KeperawatanHildegard E. Peplau”.Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini,
terangkum dalam pertanyaan berikut:

1.      Bagaimana paradigma dan paradigm keperawatan ?

2.      Bagaimana komponen teori  yang meliputi konsep, definisi, asumsi, dan fenomena
dapat terjadi?

3.      Bagaimana cara mengembangkan hubungan antara perawat dan klien menurut teori
Peplau?

4.      Bagaimanahal-hal yang dapat dianut dalam teori keperawatan dalam konsep utama
dari paradigma keperawatan yang meliputi  konsep manusia, konsep sehat-sakit,
konsep lingkungan, dan konsep keperawatan  menurut Peplau?

1.3.      Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1.      Mengetahui paradigma dan paradigma keperawatan.

2.      Mengetahui hal-hal yang dapat terjadi dalam komponen teori yaitu konsep, definisi,
asumsi, dan fenomena.

3.      Mengetahui hubungan antara perawat dan klien menurut teori Peplau.

4.      Mengetahui isi  konsep utama dari paradigma keperawatan yang meliputi konsep
manusia, konsep sehat-sakit, konsep  lingkungan, dan konsep  keperawatan menurut
Peplau yang dianut dalam teori keperawatan.

1.4.      Sistematika Penulisan

         Makalah ini disusun dalam tiga bab, yaitu bab pendahuluan, isi dan penutup.
Dalam bab pendahuluan terdiri atas: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sistematika penulisan. Sedangkan pada bab isi akan dibahas mengenai beberapa sub
bab yang berkaitan dengan paradigma dan teori keperawatan Hildegard E. Peplau.
Selanjutnya pada bab penutup terdiri atas: kesimpulan dan saran.

BAB II
ISI

2.1.            Definisi Paradigma
Istilah paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn (1979) melalui
bukunya yang berjudul “The Structure Of Science Revolution”. Khun
mendefinisikan paradigma adalah sebagai model, konsep, pola atau pandangan dunia.
Pengertian lain dari paradigma menurut Potter dan Perry dalam bukunya Fundamental
of Nursing diartikan sebagai bagian dari ilmu, filosofi, dan teori yang dapat diterima
yang diterapkan oleh suatu disiplin.

Kata Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model , teladan,
dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping memperlihatkan
dirinya. Pengertian paradigma menurut Masterman diklasifikasikan dalam 3
pengertian paradigma :
1.    Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian
ilmuwan.
2.    Paradigmasosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau
penemuan teori yang diterima secara umum.
3.    Paradigma konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep dalam
lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma pergerakan.

Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai pandangan mendasar dari


suatu ilmu yang menjadi pokok persoalan yang dipelajari.Sementara itu, menurut
Adam Smith (1975) Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau
memandang sesuatu.

Jadi, Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena
yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berpikir yang
menjelaskan suatu fenomena. Paradigma mengandung berbagai konsep yang terkait
dengan fokus keilmuannya.

2.2.      Definisi Paradigma Keperawatan

Dalam keperawatan, paradigma dapat menjadi pandangan mengenai segala


sesuatu tentang keperawatan itu sendiri yang dikenal dengan sebutan paradigma
keperawatan. “Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau
cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.” (Kusnanto, 2004)

Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh


mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang
membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan diantara teori tersebut guna
mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka
kerja keperawatan. Paradigma keperawatan terdiri atas 4 unsur, yaitu keperawatan,
manusia, sehat-sakit dan lingkungan. Keempat unsur inilah yang membedakan
paradigma keperawatan dengan teori lain. Teori keperawatan didasarkan pada
keempat konsep tersebut, yakni konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep
lingkungan dan konsep keperawatan sebagai intinya. Hubungan keempat komponen
tersebut dapat dilihat pada gambar.

            Klien/manusia

                            

                          Keperawatan                                                              Sehat- Sakit

               Lingkungan

Paradigma memiliki fungsi yaitu dapat menyikapi dan menyelesaikan berbagai


persoalan yang melingkupi profesi keperawatan , praktik , dan organisasi profesi.
Selain itu dapat membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia
keperawatan dan membantu untuk memahami setiap fenomena yang terjadi.
2.3.      Konsep Paradigma keperawatan

Konsep dapat disebut juga ide-ide, yaitu kesan-kesan yang abstrak dari


lingkungan yang diorganisir melalui symbol-symbolyang nyata. Misalnya konsep
mengenai obyek, sifat-sifat dankejadian. Kumpulan dari konsep-konsep ini
akanmenyusun kerangka konseptual atau model konseptual yang tersusun dari ide-ide
abstrak, umum dan preposisi yangmenspesifikasi hubungan diantaranya.

           Konsep keperawatan dikembangkan berdasarkan filosofi dan paradigma


keperawatan. Pada filosofi keperawatan terdapat tiga unsur utama yang menjadi
keyakinan dan proses berpikir kritis dalam mengembangkan ilmu keperawatan, yaitu
humanism, holism dan care. Dari ketiga unsur utama, diyakini bahwa manusia
merupakan pusat/sentral asuhan keperawatan dan care sebagai landasan utama dalam
praktik/asuhan keperawatan. Berdasarkan filosofi keperawatan, maka dikembangkan
empat konsep utama paradigma keperawatan, yaitu:
1.      Manusia                                         3. Kesehatan (Sehat-sakit)
2.      Keperawatan                                 4. Lingkungan
2.3.1.   Konsep Manusia

Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sering disebut
sebagai makhluk yang paling sempurna karena memiliki akal. Dalam keperawatan,
manusia adalah sentral penerima asuhan keperawatan, karena manusia memiliki
kebutuhan yang kompleks, termasuk klien, keluarga, dan komunitas. (Potter dan
Perry, 2009).

           Manusia dipandang sebaagi individu yang bersifat holistik dan humanistik
yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungan, baik internal
maupun eksternal yang akan berpengaruh terhadap status kesehatannya,
asuhan/pelayanan keperawatan. Asuhan/pelayanan keperawatan merupakan
praktik/tindakan keperawatan mandiri yang diberikan karena adanya ketidakmampuan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

          

           Manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh


dalam arti merupakan satu kesatuan utuhdari aspek jasmani dan rohani dan unik
karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkatan
perkembangannya. (Konsorsium Ilmu Kesehatan 1992).

           Kebutuhan dasar berupa biologi, psikologi, sosial, budaya dan spiritual.
Manusia memiliki siklus hidup dan mempunyai kapasitas untuk berpikir, belajar,
bernalar, berkomunikasi dan mengembangkan budaya serta nilai. Manusia berperan
sebagai sasaran pelayanan keperawtaan, berpotensi secara aktif terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya. Manusia adalah klien sebagai individu, keluarga dan
masyarakat. Individu sebagai klien adalah anggota keluarga yang unik sebagai satu
kesatuan yang utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Kebutuhan
individu berdasarkan hierarki maslow:

a.     Aktualisasi diri                         d. Keamanan dan kenyamanan

b.     Harga diri                                 e. Fisiologi

c.     Mencintai dan dicintai

           Keluarga sebagai klien merupakan sekelompok individu yang berhubungan


erat secara terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun bersama-sama di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan.
           Mayarakat sebagia klien adalah pranata yang terbentuk karena interaksi antara
manusia  dan budaya dalam lingkungannya, bersifat dinamis yang terdiri dari
individu, keluarga dan  masyarakat.

Dalam konsep paradigma keperawatan manusia juga membahas bahwa seseorang


manusia dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

1)      Filsafat hidup individu.

Sebagai contoh, seorang komunis tentu mempunyai konsep yang dipengaruhi oleh
falsafah negaranya yang berasaskan komunis dan tidak meyakini adanya Tuhan. Hal
itu tentunya berbeda dengan konsep bangsa Indonesia yang mempunyai asas pancasila
dan percaya terhadap Tuhan.

2)      Pengalaman hidup seseorang.

Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang menyenangkan, sedih, dan


sebagainya. Misalnya, seseorang berinteraksi dengan orang yang ramah, baik, dan
sopan, akan berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki rasa untuk
berkomuunikasi dengan baik terhadap sesama. Sebaliknya, jika seseorang pernah
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan selama berinteraksi dengan orang
lain, maka ia mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kejam dan tidak
punya perasaan.

3)      Pengetahuan manusia tentang dirinya.

Pengetahuan manusia/seseorang tentang dirinya sangat terbatas, salah satunya


karena manusia juga memikirkan hal-hal yang disekitarnya, misalnya harta dan
lingkungan. Seseorang juga tidak bisa mengenal dirinya sendiri secara utuh, terkadang
orang lain atau sahabatnya lebih mengenal pribadi orang tersebut secara keseluruhan.
Hal itu disebabkan bahwa seseorang tidak bisa menilai dirinya sendiri tanpa dikritik
atau disaran oleh orang lain.

Profesi keperawatan mempunyai konsep tentang manusia yang memandang dan


meyakini manusia sebagai makhluk yang unik, sebagai sistem adaptif dan sebagai
makhluk yang holistik. Manusia sebagai makhluk yang unik mengandung pengertian
bahwa manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Contohnya, ada dua orang yang memiliki sifat
yang berbeda, si A memiliki sifat yang pemalu dan pendiam, sedangkan si B memiliki
sifat yang humoris.
            Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka adalah memandang manusia sebagai
sistem terbuka yang dinamis yang memerlukan berbagai masukan dari subsistem
maupun suprasistem. Subsistem terdiri atas komponen sel, organ, dan sistem organ
(misalnya, sistem pernapasan dan sisitem kardiovaskuler). Suprasistem meliputi
keluarga, komunitas, masyarakat, dan sosial budaya didalam mempertahankan suatu
keadaan seimbang. Tujuan utama manusia sebagai sistem terbuka adalah sebagai
berikut:

a)      tahap bertahan serta berusaha untuk mencapai kebahagiaan lahir/batin,

b)      dapat memilihara/menampilkan dirinya dalam situasi apapun agar tetap sehat, dan

c)      derajat kesehatan manusia ditentukan oleh kemampuannya beradptasi dengan segala


pengaruh, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri.

Manusia sebagai makhluk holistik. Keperawatan memandang manusia sebagai


makhluk holistik yang meliputi biologis, psikologis, sosiologis, spritual, dan kultural.
Hal itu berarti bahwa sebagai perawat harus memperhatikan aspek tersebut dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien. Sebagai makhluk holistik, manusia
dilihat dari aspek jasmani dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya, dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan terus menerus
menghadapi perubahan lingkungan serta berusaha untuk beradaptasi dengan
lingkungan.

Manusia sebagai makhluk yang holistik menjadi beberapa yaitu:

1.      Manusia sebagai makhluk biologis.

Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a)      terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai fungsi masing-
masing,
b)      diturunkan/ berkembang biak melalui jalan pembuahan sperma dari laki-laki dan
ovum dari perempuan sehingga ia dapat hamil, lalu melahirkan bayi yang kemudian
tumbuh, dan berkembang menjadi remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal, dan

c)      untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia mempunyai kebutuhan dasar


yang harus dipenuhi, kebutuhan dasar yang paling utama adalah keyakinan kepada
Tuhan, sedangkan kebutuhan dasar biologis adalah fisiologis seperti oksigen, air,
makanan, dan sebagainya.

2.      Manusia makhluk psikologis.

Manusia sebagai makhluk psikologis artinya manusia adalah makhluk yang


berjiwa. Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai sifat-sifat yang tidak
dimiliki makhluk lain. Manusia mempunyai kemampuan berpikir, kesadaran pribadi,
dan perasaan. Selain itu, manusia yang dapat berubah dari waktu kewaktu dan
bertindak atas sesuatu tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.

Menurut Sigmun Freud, sebagai makhluk psikologis, manusia


memiliki/mempunyai kepribadian. Sifat kepribadian itu yaitu:

a)      ID

ID adalah bagian dari kepribadian yang paling dasar dimiliki manusia. ID


merupakan pusat dari semua proses biologis atau jasmani. ID bisa dikatakan sebagai
bentuk ekspresi yang sangat ilmiah. ID merupakan sistem kepribadian yang asli, yang
berisi segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir.ID
menurut Freud, bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan, mencari kenikmatan dan
menghindari yang menyakitkan. Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa sakit
dan mendapatkan kenikmatan, ID memiliki dua proses yaitu tindakan refleks dan
proses primer. Tindakan-tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan.
Contohnya bersin dan berkedip. Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis
yang sedikit rumit. Misalnya, proses primer khyalan meyediakan makanan kepada
orang yang lapar.

b)      Ego
Ego merupakan hasil pengembangan dari ID. Aktivitas ego, bisa sadar, prasadar,
dan tak sadar. Ego tugasnya adalah menghindari ketidaksenangan dengan melawan
atau mengatur pelepasan dorongan naluri agar sesuai dengan tuntutan dunia luar.
Perbedaan ego dan ID yaitu ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan
mempunyai mekanisme pembelaan, sedangkan ID lebih mementingkan diri sendiri
untuk memenuhi kesenangan. Contoh sifat kepribadian ego yang bersifat sadar yaitu
kaki Andi terasa sakit ketika terkena semak semak berdiri. Contoh sifat kepribadian
ego yang bersifat prasadar yaitu supaya mengingat kembali nama seseorang yang
telah menolong saya ketika saya jatuh tadi siang.

c)      Super Ego

Super ego merupakan sifat kepribadian yang berlandaskan aspek etis atau tidak
etis, pantas atau tidak pantas, salah atau benar. Pada prinsip super ego, pemenuhan
kebuttuhan harus selalu disesuaikan dengan nilai atau norma dimasyarakat termasuk
keluarga. Contoh superego yaitu seorang anak sudah dari kecil diajarkan oleh orang
tuanya tidak boleh mencuri.

3.      Manusia sebagai makhluk sosial.

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk zonpolitocon, yang artinya adalah


manusia sebagi makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain dan selalu
berinteraksi dengan mereka. Manusia akan belajar dari lingkungan sekitarnya tentang
norma, ajaran, peraturan, kebiasaan, tingkah laku yang etis maupun tidak etis dan
ragam budaya manusia. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki kepentingan
dengan orang lain, mengabdi kepada kepentingan sosial dan tidak dapat lepas dari
lingkungan terutama lingkungan sosial. Contohnya, pada saat sakit, seseorang
membuttuhkan pertolongan orang lain, untuk membantu proses penyembuhan
ataupun untuk merawatnya.

4.      Manusia sebagai makhluk spritual.

Manusia sebagai makhluk spritual mempunyai hubungan dengan kekuatan diluar


dirinya, yaitu hubungan dengan Tuhan, dan mempunyai keyakinan dalam hidupnya.
Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpengruh pada prilakunya. Contohnya, pak
Yudi mengalami sakit tumor dan beliau yakin selain para medis yang dapat
membantunya dalam mengatasi penyakitnya tersebut, beliau juga yakin bahwa Tuhan
juga akan menyembuhkan penyakitnya.
Manusia merupakan sebagai titik sentral dari upaya pelayanan keperawatan
dan sebagai penerima asuhan keperwatan berhak mengambil keputusan bagi dirinya.
Dalam kehidupannya manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
termasuk kebutuhan pengakuan harkat dan martabat untuk mencapai keseimbangan
sesuai dengan tahap-tahap yang selalu berinteraksi dengan sesama dan berespon
terhadap lingkungan, serta mempunyai kemampuan untuk mempertahankan integritas
diri melalui adaptasi dengan lingkungan sekitar.

           Sedangkan menurut Hildegard E.Peplau dalam konsep utama paradigma


keperawatan pada point pertama yaitu manusia bahwa manusia adalah organisme
yang hidup dalam keseimbangan yang tidak stabil yang berjuang dengan caranya
sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu
merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang
telah terbentuk dan penting untuk interpersonal.

2.3.2.   Konsep Keperawatan

Definisi keperawatan menurut ANA tahun 2003 dalam Potter dan Perry tahun
2009 adalah diagnosis dan pengobatan respons manusia terhadap masalah kesehatan
yang ada atau berpotensial ada. Sementara definisi lain dari keperawatan yaitu suatu
bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. (Asmadi, 2008) Dalam
praktiknya, seorang perawat ketika memberikan asuhan keperawatan biasanya
berpedoman kepada teori yang menjadi aspek pengetahuan sehingga membantu
perawat merawat klien dengan baik.

           Lokakarya Keperawatan Nasional (1983) menyebutkan bahwa keperawatan


merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan bentuk
pelayanan mencangkup bio psikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan diberikan secara humanistik, menghargai dan
menghormati martabat manusia, memberi perhatian pada klien serta menjunjung
tinggi keadilan bagi setiap manusia. Pelayanan keperawatan ditunjukan untuk,
ü  Mempertahankan kesehatan
ü  Meningkatkan kesehatan
ü  Menolong klien untuk mengatasi secara tepat masalah yang
dihadapinya

           Tujuan pelayanan keperawatan adalah untuk mencapai kemandirian klien


dalam meningkatkan status kesehatan secara optimal dengan pencegahan sakit dan
peningkatan keadaan sehat. Pelayanan keperawatan juga ditujukan kepada penyediaan
pelayanan keseahatan utama dalam usaha mengadakan perbaikan sistem pelayanan
kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif.
Keperawatan mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia serta mempelajari berbagai upaya untuk mencaapi kebutuhan dasara tersebut.

           Keperawatan menurut Hildegard E.Pelau yaitu proses interpersoal yang


bermakna, bersifat tarapeutik. Keperawatan menurut Peplau yaitu alat pendidikan
yang kekuatannya bertujuan untuk mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas
langsung, produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.

2.3.3.   Rentang Sehat-Sakit

Pengertian kesehatan menurut Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang


kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi. Sehat juga dapat diartikan sebagai
keadaan seimbang bio-psiko-sosio-spiritual yang dinamis yang memungkinkan
individu untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya, sakit diartikan sebagai keadaan yang
tidak seimbang antara bio-psiko-sosio-spiritual, sebagai respons tubuh terhadap
interaksinya dengan lingkungan. (Kusnanto, 2004) Tingkat sehat-sakit pada setiap
klien berbeda-beda sehingga hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang
perawat.

           Sehat adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan (WHO). Sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (UU no.23/92). Sedangkan sakit merupakan keadaan terganggunyafungsi
tubuh yang normal, baik fungsi fisiologis maupun fungsi sosialnya. Faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap kesehatan, yaitu:

·       Perawatan diri yang baik

·       Pencegahan terhadap penyakit/cedera


·       Menggunakan potensial intelektual

·       Manajemen stress dan mengekspresikan emosi secara baik

·       Hubungan interpersonal yang baik

·       Peduli terhadap lingkungan dan kondisi sekitar

           Peplau sendiri mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan
proses makluk hidup secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas,
produktivitas dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.
2.3.4.   Konsep Lingkungan

Lingkungan adalah semua kondisi dan faktor yang dapat memengaruhi


kesehatan klien, baik yang berupa lingkungan internal maupun eksternal. “Manusia
sebagai makhluk sosial mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkungannya
dan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.” (Kusnanto, 2004) Oleh karena itu,
lingkungan akan berpengaruh besar terhadap kesehatan klien dan kebutuhan
pelayanan kesehatan, yang berupa pengaruh positif maupun negatif.

           Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia,


mencangkup lingkungan interna dan lingkungan eksterna. Lingkungan interna adalah
lingkungan yang berasal dari dalam manusia itu sendiri, mencangkup faktor genetik,
mutasi biologi, jenis kelamin, psikologis, faktor prediposisi terhadap penyakit dan
faktor lingkungan. Sedangkan lingkungan eksterna adalah lingkungan disekitar
manusia yang mencangkup lingkungan fisik dan biologis, lingkungan sosial, cultural
dan spiritual. Untuk memahami lingkungan, dapat digunakan model segitiga oleh
Leavel, 1965.
Agen

 Lingkungan                             Hospes/manusia

           Agen adalah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit, contoh
faktor biologi, mekanik dan kimiawi. Hospes adalah makhluk hidup yang dapat
tertular oleh penyakit. Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan manusia dan agen.

           Menurut Peplau, lingkungan didefinisikan sebagai bentuk diluar organisme


dalam konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan
sehingga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi individu.
2.4.      Definisi Teori dan Teori Keperawatan

Teori adalah sesuatu yang telah dibuktikan kebenarannya sehingga menjadi fakta.
(Sunaryo, 2004) Pengertian teori menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey tahun
2000 dalam buku Sunaryo tahun 2004 adalah hipotesis (dugaan sementara) yang
belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti.
Teori dapat digunakan sebagai suatu cara melihat melalui suatu kumpulan kenyataan
dan konsep khusus secara relatif dan proporsinya dalam menggambarkan atau 
hubungannya dengan konsep. (Fawcett, 2005 dalam Potter dan Perry, 2009).

Teori yang dapat memberikan pengetahuan kepada seorang perawat dalam


melakukan asuhan keperawatannya dikenal dengan sebutan teori keperawatan. “Teori
keperawatan adalah konseptualitas dari beberapa aspek keperawatan untuk mencapai
tujuan menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan/atau pelaksanaan asuhan
keperawatan.” (Meleis, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009). Teori keperawatan akan
membantu seorang perawat untuk melihat situasi klien, sebuah cara untuk mengolah
dara, menganalisis dan menginterpretasi sehingga perawat tersebut dapat membuat
intervensi keperawatan. (Potter dan Perry, 2009).

2.5.      Komponen dari Suatu Teori

Sebuah teori terdiri dari kumpulan konsep, definisi, dan asumsi yang menjelaskan
sebuah fenomena. “Teori menjelaskan bagaimana elemen-elemen tersebut
berhubungan dengan fenomena secara khusus.” (Potter dan Perry, 2009) Berikut ini
akan dijelaskan lebih rinci mengenai elemen-elemen dari sebuah teori.
1.    Elemen pertama yang terdapat dalam sebuah teori adalah konsep-konsep yang
saling berhubungan sehingga dapat menjelaskan sebuah fenomena. Pengertian
konsep adalah suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu. (J.
Sudarminta, 2002) “Konsep tersebut bisa sederhana atau kompleks dan
berhubungan dengan objek atau kejadian yang berasal dari pengalaman nyata
individu.” (Tomey dan Alligood, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009)
2.    “Definisi diartikan sebagai keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan
tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau
ungkapan tersebut.” (Jan Hendrik Rapar) Definisi berhubungan dengan arti
umum konsep dalam sebuah teori. (Potter & Perry, 2009)
3.    Asumsi diartikan sebagai pernyataan yang menjelaskan sifat konsep, definisi,
tujuan, hubungan, dan struktur teori. (Chinn dan Kramer, 2004; Meleis, 2006
dalam Potter & Perry, 2009)
4.    Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-
hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah (Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia: 1997) Sementara pengertian lain dari fenomena
adalah sebuah aspek realitas yang dirasakan secara sadar atau dialami manusia.
(Meleis, 2006 dalam Potter & Perry, 2009).

2.6.      Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau

Teori keperawatan dapat membantu seorang perawat mengerti praktik


keperawatan. Teori keperawatan yang akan dibahas adalah teori Peplau. Hildegard
E.Peplau lahir tahun 1909, yang dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui,” satu-satunya
perawat untuk melayani ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian menjadi
presiden , Ia menjabat dua istilah di Dewan International Council Of Nurses (ICN), Ia
meninggal di usia 89 tahun.

Teori Peplau yang menjelaskan salah satu komponen dari paradigma


keperawatan yaitu keperawatan itu sendiri. Teori Peplau (1952) mengemukakan
tentang “Psycho-dynamic nursing theory”menekankan pentingnya hubungan antar
manusia melalui pemahaman perilaku dapat diidentifikasikan  masalah seseorang dan
menerapkan prinsip-prinsip hubungan antara manusia pada masalah yang timbul.
“Teori Hildegard Peplau (1953) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif.” (Potter dan Perry, 2009). Teori Peplau adalah teori yang mengembangkan
teori interpersonal Sullivan dimana teori tersebut menganggap bahwa perawat sebagai
interpersonal dengan proses terapis (pengobatan). “Proses interpersonal merupakan
hubungan humanistik antara individu yang sakit, atau memerlukan layanan kesehatan,
dan perawat di dalam mengenali dan merespons kebutuhan klien.” (Asmadi, 2005)
Peplau mendefinisikan keperawatan sebagai suatu proses yang signifikan, terapeutik,
interpersonal dan suatu instrumen edukatif, kekuatan yang mendewasakan yang
bertujuan meningkatkan diri ke arah peralihan kepribadian. (Paula J. Christensen,
1995)  Peplau berkeyakinan bahwa ada banyak peran yang dapat dilakukan perawat
dimana peran tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan klien, seperti konsultan,
tutor, agen keamanan, mediator, administrator, pengamat, dan peneliti. Selanjutnya,
Peplau mengembangkan konsep hubungan terapeutik perawat-pasien yang meliputi
empat fase yaitu orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.

1. Fase orientasi merupakan fase menentukan atau menemukan masalah.


Dalam fase ini perawat dan klien bertemu sebagai orang yang belum saling mengenal,
sehingga penting sekali untuk perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien
dan keluarganya dalam mengidentifikasi situasi, menganalisis, mengenali,
memperjelas, menentukan masalah yang ada, kemudian menemukan cara untuk
memecahkan masalah tersebut.
2. Fase identifikasi adalah fase yang mengawali fase kerja karena dimulai
ketika klien mulai merasa lebih kuat dengan mengungkapkan perasaannya kepada
perawat. Namun, pada fase ini respons setiap klien berbeda satu sama lain. Untuk itu
perawat harus melakukan eksplorasi perasaan, membantu klien menghadapi
penyakitnya, menguatkan klien, dan memberi kepuasan yang diperlukan. Secara
keseluruhan, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang diperlukan
oleh klien. (Asmadi, 2005).

3. Fase eksplorasi, perawat memberikan pelayanan keperawatan yang


maksimal sesuai dengan kebutuhan klien. Pada fase ini merupakan jalan keluar
setelah identifikasi bersama dan pemahaman terhadap masalah-masalah klien.
Perawat dan klien berdiskusi bersama mengenai informasi-informasi tentang
penyembuhan klien. Di fase ini, klien dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
perawat dan mendengarkan penjelasan dari perawat. Jadi, fase eksplorasi adalah fase
pemberian bantuan kepada klien sebagai langkah pemecahan masalah.

4. Fase resolusi mengacu pada fase final atau terminasi merupakan fase dimana
perawat dan klien berkolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga hubungan
terapeutik diantara mereka dapat berakhir.

Model Peplau yang menggambarkan keperawatan sebagai suatu hubungan


terapeutik sangat berguna untuk mengkaji dan menganalisis hubungan perawat-klien.
Hubungan terapeutik tersebut dapat terjalin setelah melewati keempat fase yang telah
dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut membuat Peplau yakin bahwa proses
interpersonal tersebut dapat meningkatkan klien ke arah peralihan kepribadian dan
kehidupan personal klien.

                      Dalam teori Peplau terdapat asumsi eksplisit dan implisit. Asumsi
eksplisit memberikan pandangan bahwa:

ü  Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penaganan perawatan.

ü  Menjalankan fungsi keperawatn dan pendidikan keperawatan dengan membantu


perkembangan pasien ke arah kedewasaan.

ü  Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing


proses ke resolusi dari masalah interpersonal.

                      Asumsi implisit yaitu mempertegas profesi keperawatan, memiliki


tanggung jawab legal dalam penggunaan keperawatan secara efektif dan segala
konsekuensinya kepada pasien.

                      Fenomena yang terjadi pada teori Peplau merupakan fenomena individu
dan dieksplorasi dalam hubungan perawat-pasien. Thomas, Baker, dan Estes
menggunakan konsep kecemasan Peplau sebagai suatu makna untuk memecahkan
perasaan marah secara konstruktif melalui proses pembelajaran pada hubungan
perawat-pasien (Tomey & Alligood,1998).

Perawat dalam hubungan perawat-klien diharuskan menjalankan enam


peran.Peran tersebut berada pada setiap fase.

1.      Role of the stranger terjadi di awal perkenalan perawat dengan klien.


Klien cenderung menganggap perawat sebagai orang asing. Namun
perawat harus mampu memperlakukan klien secara sopan, tidak memberi
penilaian sepihak, tidak semena-mena, dan tetap berkasih sayang.

2.      Role of the resourse person menjadikan perawat sebagai narasumber.


Perawat memberi jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan klien,
terutama mengenai informasi kesehatan. Perawat juga menginformasikan
rencana perawatan yang akan diterapkannya pada klien.

3.      Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam


menggunakan informasi. Teaching role berupa penyuluhan instruksional
yang merupakan pemberian informasi sesuai literature pendidikan dan juga
penyuluhan eksperimental dimana informasi yang diutarakan berasal dari
pengalaman perawat.

4.      Leadership role dimana perawat membantu klien dalam mengerjakan


tugasnya secara kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif klien. Perawat
harus mampu menunjukkan suasana demokratis dalam asuhan
keperawatan.

5.      Surrogate role terjadi ketika klien menganggap perawat sebagai walinya.


Perawat berperan untuk membimbing klien mengenali kondisinya sendiri
dan membedakan dengan sosok yang klien bayangkan, serta membantu
klien membedakan diri dengan sosok yang ia bayangkan.

6.      Counseling role berperan dalam membantu klien mengingat dan


memahami sepenuhnya apa yang tengah terjadi padanya saat itu. Sehingga
klien dapat mengambil pelajaran atas apa yang terjadi padanya agar tidak
terulang di masa depan.
Seperti teori keperawatan pada umumnya, teori keperawatan Peplau juga
dibagi menjadi empat komponen, yaitu komponen keperawatan, manusia, kesehatan,
dan lingkungan.

1.      Keperawatan menurut Peplau adalah sebuah proses yang signifikan,


bersifat terapeutik, dan interpersonal (Asmadi, 2008). Keperawatan
merupakan sarana edukatif yang mendewasakan dan mendorong
kepribadian klien dalam arah yang kreatif, konstruktif, produktif,
personal dan kehidupan komunitas.

2.      Individu menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai


kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan
oleh kebutuhan. (Asmadi, 2008). Peplau menganggap individu sebagai
manusia yang hidup dalam ekuilibrium yang tidak stabil, dimana
kondisinya dapat berubah sewaktu-waktu dengan penyebab yang
beragam.

3.      Kesehatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah simbol yang


menyatakan secara tidak langsung perkembangan progresif dari
kepribadian dan proses kemanusiaan yang terus menerus mengarah
pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di dalam kehidupan pribadi
atau komunitas (Asmadi, 2008). Kesehatan sebagai simbol yang
menyatakan perkembangan kepribadian klien dalam proses pencapaian
kedewasaan. Perawat seperti yang disebutkan dalam fase hubungan
perawat-klien berperan untuk membantu klien menghadapi rasa cemas
dan putus asanya sehingga melalui semua itu diharapkan klien mampu
menjadi lebih dewasa. Perawat memfasilitasi dan melatih klien untuk
menjadi mandiri dalam menghadapi penyakitnya. Perawat berperan
besar dalam memberdayakan dan memandirikan klien. Kesehatan
merupakan simbol dari pendewasaan klien menjadi lebih mandiri,
produktif dan kreatif dalam kehidupannya.

4.      Lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan


berada dalam konteks kultural(Asmadi, 2008). Lingkungan menurut
Peplau adalah kebudayaan dan adat istiadat klien saat harus
membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit Peplau tidak terlalu
berfokus pada lingkungan yang memengaruhi status kesehatan klien,
melainkan kondisi psikologis dalam diri klien.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
-          Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena yang
ada.
-          Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global dari mayoritas
kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang tersusun
untuk mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai
kerangka kerja keperawatan.
-          Paradigma keperawatan terdiri atas 4 unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-
sakit dan lingkungan.
-          Teori adalah sebuah ide atau sekumpulan ide yang ditujukan untuk menjelaskan
fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa.
-          Teori Keperawatan adalah pernyataan terstruktur dan sistematis yang dapat
menjelaskan suatu fenomena, memprediksi dan sekaligus mengontrol sesuai
dengan variable-variabel dari disiplin ilmu keperawatan.
-          Komponen dari teori antara lain, konsep, definisi, asumsi, dan fenomena.
-          Teori Hildegard Peplau (1953) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif.
-          Teori Peplau (1952) mengemukakan tentang “Psycho-dynamic nursing
theory” menekankan pentingnya hubungan antar manusia melalui pemahaman
perilaku dapat diidentifikasikan  masalah seseorang dan menerapkan prinsip-
prinsip hubungan antara manusia pada masalah yang timbul.
-          Peplau berkeyakinan bahwa ada banyak peran yang dapat dilakukan perawat
dimana peran tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan klien, seperti
konsultan, tutor, agen keamanan, mediator, administrator, pengamat, dan peneliti.
-          Peplau mengembangkan konsep hubungan terapeutik perawat-pasien yang
meliputi empat fase yaitu orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
3.2Saran
Bagi mahasiswa calon perawat diharapkan dapat memahami paradigma
keperawatan beserta konsepnya dan juga teori keperawatan agar bisa
mengaplikasikannya pada saat bertemu dengan pasien/klien yang berbeda-beda di
rumah sakit nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bastable, S. B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan

Pembelajaran. Jakarta: EGC. Diambil dari www. books. google. com.

Christensen, P.J., Kenney, J.W. 1995. Nursing Process: Application of Conceptual

Models, 4th Ed. (Eds) (Egi Komara Yudha). Jakarta: EGC.


Hidayat,A.A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997. http://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 23
Februari 2014 pukul 19.42 WIB.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC.
Nursalam, Efendi Ferri. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental of Nursing. (Eds) (Dripa
Sjabana). Jakarta: Salemba Medika.
Rapar, Jan Hendrik. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis.
Sudarminta, J. 2002 Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Kanisius.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.


Tomey A.M., danAlligood, M.R. 2002. Nursing Theorist and Their Work. (5thed.). St.
Louis: Mosby.
Videback, Sheila L. 2001. Psychiatric Mental Health Nursing. (Eds) (Pamilih Eko
Karyuni). Jakarta: EGC.
http://piarohdina.blogspot.com/2014/12/paradigma-dan-teori-keperawatanhildegar.html
TEORI KEPERAWATAN. Martha E. Rogers
A. Biografi Martha E. Rogers dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas Texas, tertua dari
4 bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy Mulholland tajam rogers. Dia
menerima gelar diploma keperawatan dari sekolah rumah sakit Knoxvillepada tahun 1936.
Pada tahun 1937 ia menerima gelar B.S. dari george peabodyperguruan tinggi di nashville,
tennessee.(Tomey & Alligood, 1998). Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari
universitasJohns Hopkins di Baltimore. Menduduki posisi staf dalam keperawatan
kesehatan masyarakat, serta membentuk pelayanan perawat pertama di Arizona, kemudian ia
pindah ke perguruan tinggi sebagai dosen tamu dan bergabung dengan asosiasi penelitian
selama 21 tahun. Rogers adalah Profesor dan Kepala Divisi Perawat Pendidikan di
Universitas New York sampai tahun 1954, disini Roger focus mengajar, memformulasi dan
mengelaborasi teorinya. Dia meninggal pada 13 Maret 1994, pada umur 79. (Hector, 1989 dalam
McEwen & Wills, 2011).
B. Konsep Teori Martha E. RogersDasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia
dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia
secara langsung. (Tomey & Alligood, 1998).Keperawatan adalah ilmu
humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam
strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan
prinsip -prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu
kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan
manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip -prinsip kreatifitas,
seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan kegiatan yang bersumber pada ilmu
pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa
keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan,
dan teknologi. (McEwen & Wills, 2011)
C. Asumsi Teori Martha E. RogersRogers dalam McEwen & Wills, 2011, mengemukakan
beberapa asumsi yang terdiri dari lima bagian, yaitu :
1. Unifield whole is greater and different than the sum of part.Manusia adalah system yang utuh
yaitu merupakan keseluruhan dari proses yang utuh dari dirinya dan antara satu dan
lainnya berbeda di beberapa bagian dan merupakan penjumlahan dari bagian-bagiannya.
2. Mutual exchange of matter and energy.Manusia dan lingkungan selalu berubah secara
kontinyu termasuk energi keduanya. Individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi
dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor
eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
3. Unidirectionality: life process does not reverse nor repeat.Bahwa proses kehidupan manusia
merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara
terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti
yang diharapkan semula.4.Pattern and organization identify the human field.Pola dan organisasi
mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif
4. Human beings have abstraction, imagery, language, and thought, sensation and
emotion.Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan, bertutur
bahasa, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang
mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakaninti teori Martha E.
Rogers yang merupakan bagian dari Building Blocks, yang terdiri dari: (Tomey & Alligood, 1998)
1. Energy Fields (Bidang Energi) Bidang Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non
kehidupan, seperti energi manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak
terbatas terdiri dari mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat
dikurangi, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.
2. Universe of Open System (Sistem terbuka).Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi
bersifat tak terbatas dan terbuka, menyatu antara satu dengan yang lainnya.
3. Pattern (Pola)Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan
bangunan lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu
indikasi sakit atau penyakit.
4. Pandimensionality (Empat kedimensian)Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber
dimensi energi yang diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang
menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya”
Empat kedimensian didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai
ruang tanpa batas.
Menurut Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan proses
kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan dan
hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers
mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di
kemukakannya. Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu :
1. ResonancyPrinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antara
manusia dan lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-pola
gelombang yang ditunjukkan dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi
yang lebih tinggi pada gelombang perubahan.
2. HelicyPrinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dengan lingkungan
adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis pola-pola
perilakumanusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan, menguntungkan,
merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan bukan menyatakan
ritmitasi.
3. IntegralityAdalah proses interaksi yang menguntungkan antara manusia dan
lingkungannya secara berkesinambungan.
D. Asumsi Utama Konsep Sentral Dari Model Konseptual Martha E. RogersRogers meletakan
sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia.
Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap empat konsep sentral
adalah sebagai berikut :
1. KeperawatanRogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human
Being, yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang
mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan
sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan
adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat
menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat
sertamerehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan
bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam
keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk. (Rogers,1992 dalam
Meleis2007).
2. KesehatanIstilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh
budaya atau individu. Kesehatan dan penyakit merupakan manifestasi pola dan
diangap menunjukkan pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang
konsep sehat-sakit sebagai suatu ekspresi dari interaksi manusia dengan lingkungannya
dalam proses yang mendasar (Fitzpatrick dan Whall, 1986).
3. Lingkungan,Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi
yang diidentifikasi dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik.
Lingkungan mencakup segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan
manusia. (Meleis 2007)
4. Manusia Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda.Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan
lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka.
Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara
kreatif dalam perubahan. (Meleis, 2007).
E. Kegunaan Prinsip Roger Dalam Konsep KeperawatanJika profesi keperawatan dipandang
sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan
pedoman untuk memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon
terhadapmasalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasimanusia dan lingkungannya, untuk memperkuat
hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia
dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin
dalam proses keperawatan.Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik,
diperlukan pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses
keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka
perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi,
serta bersediamaju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri,
yang Rogers(1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi
maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan
kepadaatau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat
menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah,
atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.Dalam tahap keperawatan, semua fakta
dan opini tentang klien dan lingkungan dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam
mengukur dan alat pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari
suatu pemisahan diri atau bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis
data harus dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai
dengan menanyakan beberapa pertanyaan danmendapat respon dari data yang
ada.Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan
mencerminkan prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip
helicy.Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadangakan ditambahkan beberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien
merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang diidentifikasi
ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan
pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi
menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan
melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran
bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan adalah
penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan fisik
atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan
penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian
memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.Sebagai hasil dari penilaian
keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis
keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip
homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan
terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran
bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-
lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan
berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar
kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang
lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang
diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin tidak tepat
(Smith, 1988).Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan
asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam
lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yangsatu ini akan
terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan,
masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu,
masalah ini tidak bisa ditangani dengan efektif dengan cara yangumumnya diterima secara
umum, transisi, tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung
atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruhmanusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke tingkat
mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat
yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan di bidang helicy
membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk
mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak hanya
tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individuF. Kelemahan
Rogers Tentang HomeodinamikWalaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan
tujuan universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang
mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar yang
diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak. Persyaratan
belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang jelas.
Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep dan
hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwanperawat
(Kim, 1986). Definisi operasional diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes
konsep teoritis dan untuk pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-
konsep yang terlibat (Hardy, 1974).Pada tahap dalam perkembangan ilmu
keperawatan,instrumen yang cukup akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak
ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak
sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup
menggunakan atau menguji sistem yang membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan
keperawatan. Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya
adalah totalitas terbatas. (George, Julia B.1995:241)G. Menggunakan Prinsip-Prinsip Roger
Sebagai PendekatanAplikatif Dalam Pemberian Asuhan KeperawatanJika profesi keperawatan
dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-prinsip homeodynamics
memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan arah perkembangan individu
sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Keberhasilan menggunakan prinsip-
prinsip homeodinamik memerlukan pertimbangan perawat dalam melibatkan klien pada
proses keperawatan. (Alligood, 2006).Dalam tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan
opini tentang klien dan lingkungan dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan
prinsip Integrasi, seri berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir
dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip helicy.Untuk mencerminkan pola gagasan,
terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai
pertimbangan.Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang
kemandirian. Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses
keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola,
keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut
dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970 dalam
Meleis, 2007).Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk
mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses
kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu
ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke
tingkat yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan di bidang helicy
membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk
mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi aktif dari klien, kesehatan tidak dapat tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu. (Christensen,1995)Dasar teori Rogers
adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi,
agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses
kehidupan manusia secara utuh, sehingga pengkajian didasarkan pada lima asumsi dasar dan
prinsip-prinsip hemodinamik Rogers dan yang merupakan bagian dari Building Blocks.H.
Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers Dengan Riset KeperawatanModel konseptual
abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung memiliki hubungan dengan
riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model konseptualnya memberikan arah dan
stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa
uniknya realita profesi keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti
konsep Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti
apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E
Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar
pengetahuan dalam aktifitas penelitian keperawatan.I.Hubungan Teori Keperawatan Martha E.
Rogers Dengan Pendidikan KeperawatanPada tahun 1963, Rogersmencetuskan ide untuk
mendirikan kembali program undergraduated dan graduated dalam pendidikan
keperawatan. Hal ini adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan
dalam ilmu keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan
bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh
pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh pendidikan
dalam keperawatan.J.Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers Dengan Praktik
KeperawatanMartha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya
sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat
ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya berdasar
padakonsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers.1. Pemberian kewenangan penuh dalam
hubungan perawat klien2. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar3. Penyesuaian
terhadap pola4. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam
proses penyembuhan.5. Menunjukkan suatu perubahan yang positif6. Memperluas fase
pengkajian dalam proses keperawatan7. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam
hidup.“Tujuan dari keperawatan adalah untuk membantu semua orang di manapun mereka
beradadan menunjang kesejahteraan yang maksimal bagi individu, keluarga dan kelompok
(Rogers, 1985)”

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Model konsep dan teori keperawaran menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama
konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers
berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan
karakter yang berbeda –beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia
dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan
manusia deciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.Asumsi tersebut didasarkan
pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan
lingkungan,kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses
kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari integritas,resonansi
dan helicy.Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak
dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung
arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan
berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi
antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan –lahan
maupun berlangsung dengan cepat.
B. SARAN
Kita dapat mengacu pada teory proses keperawatan oleh roger’s untuk acuan tindakan proses
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA http://oachavierrania.blogspot.co.id/2013/12/makalah-konsep-dan-model-
keperawatan.htm

onseptual Model Keperawatan Jiwa - Model Sosial


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengan berkembangnya teknologi maka manusia harus dituntut untuk
berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini.seseorang atau individu itu
sendiri harus mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan kemampuan
dan support system dalam beradaptasi. Karena akan banyaknya timbul stressor
yang berasal dari lingkungan luar maupun dalam lingkup individu itu
sendiri. Seiring dengan semakin tingginya stressor yang dihadapi individu
dalam masyarakat, seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin
kompleks, berdampak pada tingkat stress individu. Kondisi tersebut beresiko
tinggi menyebabkan gangguan fisik dan jiwa, sehingga dapat diprediksi angka
kesakitan semakin meningkat khususnya gangguan jiwa.Disinilah konsep –
konsep keperawatan jiwa akan disampaikan khususnya pada konsep modal
sosial.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi
dalam lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu
menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan
perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk
mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial.
Lingkungan sosial tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman
individu dalam hidupnya. Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia
(2005), budaya dapat berguna dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi dan
memastikan masa depan pasien.
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan
sosial individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan
faktor lingkungan sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana  tindakan isolasi
sosial ini akan membuat individu tersebut akan menimbulkan masalah
ganguan jiwa yang lebih kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi oleh
individu tersebut terhadap lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan
dirinya sendiri. Berdasarkan masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk
membahas model konseptual keperawatan jiwa secara lebih mendalam
khususnya tentang model sosial.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konseptual
keperawatan jiwa (model sosial)
2.       Tujuan khusus
a.       Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b.      Mengidentifikasi model konseptual sosial
c.       Menjelaskan aplikasi model sosial

C.    Ruang lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu model konseptual
keperawatan jiwa khususnya model konseptual sosial.

D.    Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi
kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media
internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.

E.     Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I       :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan        
penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II      :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar kesehatan jiwa,
pengertian konsep model sosial
BAB III    :Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUN TEORITIS

A.    Model konseptual Keperawatan Jiwa


1.      Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang
kompleks. Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem
atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu
dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk
memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di
dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi
organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka
terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada
suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999
: 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi
dalam situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang
individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual
keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif
unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2.      Macam –macam  model konseptual keperawatan jiwa

Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat


dikelompokkan menjadi beberapa model yaitu :

a.       Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada


seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan,
norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).

Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa


mimpi dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free
association : mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada
sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara
tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist
tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari
klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi :
menjadi gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien
dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan.
Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist menjadi
sasaran perilaku atau perasaan klien.

b.      Model interpersonal

Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap


perilaku itu merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang
lain atau lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak
sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh
lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan
dan dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan
untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan, tidur,
kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan
penyesuaian diri terhadap nila-nilai budaya seperti nilai-nilai
masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan terganggu maka
dia akan mengalami sakit mental. 

c.       Model sosial

Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan


bahwa perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan
percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien
mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya
individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi
dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan
koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami
perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari
lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami
penyimpangan perilaku.

d.      Model eksistensi

Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa


terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci
diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image – nya.

e.       Model komunikasi

Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa


setiap perilaku, baik verbal maupun non verbal adalah bentuk
komunikasi. Ketidak mampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan
dan frustasi.

f.       Model behavioral

Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa


semua perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu
dari lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan
pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat
perubahan pada kognitif dan afektif.

g.      Model medical

Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi


factor yang kompleks meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan
factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap
melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologi, dan
teknik interpersonal.

h.      Model keperawatan

Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan
Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori
perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-
sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku,
menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik
dan sebagai pembela klien.

B.     Model konseptual Sosial


1.      Pengertian
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa
perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa
situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan
mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan
yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak
mampuan mengkoping stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan
sangat sedikit. Individu mengembangkan koping yang patologis.
Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor create
stress, which cause anxiety and symptom). Beberapa factor predisposisi
stress yaitu :
a.       Pengaruh genetic
b.      Pengaruh masa lalu
c.       Pengaruh konflik lain
Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman
hidupnya. kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan
perilaku. Prilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu
mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain. Individu yang
sudah dilabel atau dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma
lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan atau dirawat.
Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa.
Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi pencetus:
a.       Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.
b.      Kurang mampu mengatasi stress.
c.       Kurang support system
2.      Faktor - faktor perubahan prilaku
Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa
aspek factor terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.
a.       Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan
organ tubuh akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka
adaptasi terhadap kondisi fisiknya. Tetapi disini lingkungan tidak dapat
menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan
normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak
mau bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah
satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang tersebut.

b.      Psikologi
         Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau
individu seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang
lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa atau insiden yang
terjadi di lingkungan pada masa lalu.

c.       Sosial
         Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik
berkepanjangan seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan
pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda akibat musibah yang
melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat
memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.

d.      Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat
kita menjadi lebih mementingkan diri masing – masing, yang
seharusnya budaya lebih mementingkan kebersamaan untuk
menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat
membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.

e.       spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat
menimbulkan deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah
yang dapat berkembang di masyarakat terjadinya konflik dan berbagai
masalah yang tidak dapat terselesaikan.

3.      Model Terapi
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah
pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan terapis berupaya menggali system sosial klien seperti suasana
dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

a.       peran klien :
1)       Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh
masalah  yang dialaminya dan aktif terlibat dalam proses
pemulihan. Disini tujuannya yaitu perawat mampu menganalisa
faktor utama yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa,
selain itu klien juga dapat membina hubungan baik antara
perawat  sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.

2)       Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan


system pendukung sosial disini adalah selain terapis dalam proses
pemulihan juga diharapkan berperannya anggota keluarga lain
yang dapat membantu karena klien akan lebih mudah mengerti
tujuan utama yang diharapkan oleh terapis jika yang
menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalam proses
sosialisasi juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar,
buku cerita sehingga klien lebih mudah untuk mengerti.

3)      Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat


Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan
prilaku yang kurang baik menjadi baik, juga klien dapat
mengerjakan sesuatu dimulai dari hal yang terkecil seperti
mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.

b.       peran terapis :
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak
dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke
mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan
adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi
akan dapat menolong pasien hanya apabila pasien meminta
pertolongan. Pasien datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya
dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga
mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang diberikan. Terapi
akan sukses jika pasien puasa dengan perubahan yang terjadi dalam
hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan
perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi
tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang
efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan
terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan
rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga
termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap
prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia,
2005).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
Fokus model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap
individu dan pengalaman hidupnya.
Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu
pada saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan
tindakan keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.

B.     Saran
1.      Perawat diharapkandapat menerapkan model konseptual
keperawatan  jiwa khususnya model sosialdalam melakukan asuhan
keperawatan jiwa dirumah sakit maupun dilingkungan masyarakat.
2.      Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun
puskesmas diharapkan mampu melayani masyarakat dengan menggunakan
model konseptual sosial  kepada masyarakat baik yang mengalami
gangguan maupun tidak.
3.      Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang
mendalam mengenai model konseptual khususnya model sosialsehingga
ketika turun kelapangan mahasiswa dan mahasiswi dapat melakukan
perawatan yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta : EGC
Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC 
Labels: Konseptual Model Keperawatan Jiwa

http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/07/konseptual-model-keperawatan-jiwa-model.html

https://www.academia.edu/12603892/
MODEL_KONSEP_KEPERAWATAN_JIWA_PROSES_KEPERAWATAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Model Konseptual Banyak ahli mendefiniskan mengenai model konseptual seperti
berikut ini:
1. Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan
menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Christensen &
Kenny, 2009, hal. 29).Model konseptual keperawatan merupakan suatu carauntuk
memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan merupakan petunjuk bagi perawat untuk mendapatkan informasi
agar perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).Marriner-Tomey (2004, dalam
Nurrachmah, 20100 menjelaskan bahwa, model konseptual keperawatan telah memperjelas
kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan dengan melibatkan empat konsep
yaitumanusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan
hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga meerupakan sumber pendukung bagi
individu. Ketiga adalah Kesehatan menjelaskan tentang rentang sehat-sakit sepanjang siklus
mulai konsepsi hingga kematian. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen
penting dalam perannya sebagai faktor penentu meningkatnya keseimbangan kehidupan
seseorang (klien).Lebih lanjut Tomey mengatakan, konseptualisasi keperawatan umumnya
memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga,
masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Cara pandang dan fokus
penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti
penekanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer.Tujuan
dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98)
1) Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.
2) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
2. Model Konseptual Dalam Keperawatan Jiwa
Berikut ini akan dijelaskan berbagai macam model konseptual yang dikembangkan oleh
beberapa ahli diantaranya menurut
a. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Merupakan model yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada
masa anak.Menurut model psycoanalytical, gangguan jiwa dikarenakan ego tidak
berfungsi dalam mengontrol id, sehingga mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(deviation of Behavioral) dan konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Setiap
fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala
merupakan symbol dari konflik. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.
Proses terapi pada model ini menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi
transferen, bertujuan untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Contoh proses terapi pada
model ini adalah: klien dibuat dalam keadaan tidur yang sangat dalam. Dalam keadaan
tidak berdaya terapis akan menggali alam bawah sadar klien dengan berbagai
pertanyaanpertanyaan tentang pengalaman traumatic masa lalu..Dengan cara demikian,
klienakan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya
untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat dalam model
psyhcoanalytical Melakukan pengkajian keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya (menjadi korban perilaku kekerasan fisik, sosial,
emosional maupun seksual) dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik.
b. Interpersonal ( Sullivan, Peplau)
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Hildegard Peplau.Teori
interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.Sullivan
menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan
jiwa individu.Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang disebabkan karena
adanya ancaman yangdapat menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas yang dialami
seseorangtimbul akibat konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal),
dikarenakan adanya ketakutan dan penolakan atau tidak diterima oleh orang sekitar.
Lebih lanjut Sullivan mengatakan individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada
pada dirinya. Sullivan mengatakan dalam diri individu terdapat 2 dorongan yaitu :
 Dorongan untuk kepuasan, berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar,
tidur, kesepian dan nafsu.
 Dorongan untuk keamanan, berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti
penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu.
1. Proses terapi Proses terapi terbagi atas dua komponen yaitu Build Feeling Security
(berupaya membangun rasa aman pada klien) dan Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) Prinsip dari
terapi ini adalah.Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan menjalin hubungan
yang sehat. Dengan re edukasi diharapkan, klien belajar membina hubungan
interpersonal yang memuaskan, mengembangkan hubungan saling percaya.dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga
dan dihormati.
2. Peran perawat dalam terapi adalah
a) Share anxieties (berbagi pengalaman mengenai apa-apa yang dirasakan klien
dan apa yang menyebabkan kecemasan klien saat berhubungan dengan orang
lain)
b) Therapist use empathy and relationship (Empati dan turut merasakan apa-apa
yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Social ( Caplan, Szasz)
Model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat menimbulkan stress
dan mencetuskan gangguan jiwa(social and environmental factors create stress, which
cause anxiety and symptom).Menurut Szasz, setiap individu bertanggung jawab terhadap
perilakunya, mampu mengontrol dan menyesuaikan perilaku sesuai dengan nilai atau
budaya yang diharapkan masyarakat.Kaplan, meyakini bahwa, konsep pencegahan
primer, sekunder dan tertier sangat penting untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa.
Situasi sosial yaga dapat menimbulkan gangguan jiwa adalahkemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, kurangnya support systemdan koping mekanisme yang
maladaptif.
Proses terapi
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam modifikasi lingkungan dan adanya
support system. Proses terapi dilakukan dengan menggali support system yang dimiliki
klien seperti: suami/istri, keluatga atau teman sejawat. Selain itu therapist berupaya :
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat
atau tempat kerja.
d. Existensial ( Ellis, Rogers)
Model ekistensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
apabila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akandirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam
Bodi-imagenya Prinsip terapinya pada model ini adalah mengupayakan individu agar
memiliki pengalaman berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses
dengan memahami riwayat hidup orangtsb, memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi diri (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), sesrta mendorong untuk menerima dirinya sendiri dan menerima
kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior). Terapi dilakukan melalui kegiatan Terapi aktivitas kelompok.
e. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa adalah faktor
biopsikososial dan respos maladaptive saat ini. Contoh aspek biologis yaitu sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :
mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek social
sepeertisusah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi
penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam
beradaptasi pada masalahmasalah yang munculsaat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu.
Prinsip proses terapi pada model supportif adalah menguatkan respon coping adaptif.
Terapis membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengenal kekuatan atau
kemampuan serta coping yang dimiliki klien, mengevaluasi kemampuan mana yang dapat
digunakan untuk alternative pemecaha masalah. Terapist berupaya menjalin hubungan
yang hangat dan empatik dengan klien untuk membantu klien menemukan coping klien
yang adaptif.
f. Medica ( Meyer, Kraeplin)Menurut konsepini penyebab gangguan jiwa adalah
multifactor yang kompleks yaitu aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social.
Model medical meyakini bahwa penyimpangan perilaku merupakan manifestasi
gangguan sistem syaraf pusat (SSP). Dicurigai bahwa depresi dan schizophrenia
dipengaruhi oleh transmisi impuls neural, serta gangguan synaptic. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Peran perawat dalam model medical ini adalah
melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi
jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan
Medical model terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah.
g. Model KomunikasiModel perilaku mengatakan bahwa, penyimpangan perilaku terjadi jika
pesan yang disampaikan tidak jelas. Penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan
non verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara. Proses terapi dalam
model ini meliputi:
 Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
 Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
 Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif.
 Melakukan analisa proses interaksi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi
suatu pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual
keperawatan jiwa digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar
dapat menghadapi stressor melalui
meksnisme koping yang positif.
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
FIK UI & WHO, 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa
(MPKP), Jakarta: Tidak diterbitkan Keliat, B.A., dkk. 2005. Modul Basic Course
Community Mental
-
Psychiatric
Nursing. Jakarta: Tidak diterbitkan Ralph S.S.,
Rosenberg, M.C., Scroggins, L., Vassallo, B., Warren, J., 2005, Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification, NANDA International, Philadelphia Rawlins, R.P.,
Heacoch, P.E., 1993, Clinical Manual of Psych
iatric Nursing, Mosby Year Book,
Toronto Rawlins, R.P., Williams,S.R., Beck, C.M.,1993, Mental Health Psychiatric
Nursing a Holistic Life Cicle Approach, Mosby Year Book, London Stuart, G.W.,
Laraia, M.T., 1998, Principles and Practice of Psychiatric Nursi
ng, 6 th Edition,
Mosby, St. Louis Stuart, Gall Wiscart and sundeen, Sandra J. Pocket guide to
psychiatric nursing (2 nd. Ed) Mosby Year Book, St. Louis, baltimore. Boston
Chicago. London. Sydney. Toronto. Stuat, G.W., Sundeen, S.J., 1998, Keperawatan
Jiwa
, Buku Saku, Terjemahan Hamid, A.S., Edisi 3, EGC, Jakarta TIM Jiwa FIK UI.
1999. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta: Bagian
Keperawatan Jiwa Komunitas FIK UI, tidak diterbitkan Townsend, M.C. 1998.
Diagnosis Keperawatan pada Kep
erawatan Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan
Rincian Perawatan, Jakarta: EGC

https://pdfcoffee.com/makalah-konseptual-model-dalam-keperawatan-jiwa-2-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai