Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MODEL KONSEPTUAL

KEPERAWATAN JIWA (MODEL


INTERPERSONAL)

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Jiwa

Disusun oleh :

RIZKI SETIAWAN

433131490120040

3A / S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

JL. PANGKAL PERJUANGAN KM. 1 BY PASS KARAWANG 41316

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya dengan semua
usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang keperawatanyang baik harus
dilakukan oleh seseorang perawat dengan sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.
Model keperawatan yang dijelaskan oleh Hildegard peplau mencakup segala sesuatu
tentang diri individu itu sendiri yang tepatnya didalam dirinya, yaitu interpersonal, dan ini
mengarah pada kejiwaan seseorang.ini lah model konsep teori yang dijadikan acuan perawat
untuk melakukan tindakan keperawatan.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Mampu menghadapi kecemasan didalam diri individu.
Jika seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahn didalam hidup mereka,
terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan permasalahan yang akan
berakibat fatal yang tentunya akan mengganggu kehidupan orang yang mengalami
permasalahan interpersonal ini. untuk itu diperlukan peran perawat dalam mengatasi masalah
ini, untuk membantu pasien mengatasi masalah yang mungkin tidak  bisa diselesaikan sendiri
oleh seseorang.
perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan, untuk inilah kami kelompok
mengangkat model konseputual jiwa interpersonal yang dimana model konsep ini erat sekali
dengan teori Hildegard E. Peplau. sehingga perawat memiliki gambaran untuk melakukan
tindakan keperawatan yang tepat.
B.     Tujuan
Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1.      Menjelaskan teori Hildegard E.Peplau
2.      Mengetahui contoh aplikasi teori hildegard E.peplau dari praktik keperawatan.
3.      menghubungkan teori Hildegard E.Peplau dengan masalah kejiwaan interpersonal
C.     Metode
Makalah ini kami susun menggunakan metode naratif. Karena disini kami memuat
tentang, definisi teori, penjelasan teori, serta penerapan dalam keperawatan yang kami ambil
sumbernya dari buku-buku dan kami jadikan sebagai pedoman untuk menyelesaikan makalah
ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Teori Keperawatan Peplau dan Komponen Utama Keperawatan
1.      Defenisi Keperawatan
Keperawatan didefinisikan oleh peplau sebagai sebuah proses yang signifikan, bersifat
terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrumen edukatif, kekuatan yang
mendewasakan dan mendorong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif,
produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki tanggung jawab
legal didalam pemanfaatan keperawatan secara efektif berikut segala konsekuensinya bagi
klien. Perawat merespons kebutuhan klien akan bantuan melalui proses interpersonal. Proses
interpersonal merupakan hubungan humanistik antara individu yang sakit, atau memerlukan
layanan kesehatan, dan perawat didalam mengenali dan merespons kebutuhan klien. Konsep
utama dalam proses interpersonal ini adalah perawat, klien, hubungan terapautik, tujuan,
kebutuhan manusia, kecemasan, ketegangan, dan frustasi.
2.      Defenisi individu
Individu menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk berusaha
mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan. Berdesarkan penjelasan ini,
peplau mendefinisikan individu sebagai manusia sebab manusia adalah sebuah organisme
yang hidup dalam ekulibrium yang tidak stabil.
3.      Defenisi kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah simbol yang menyatakan secara tidak
langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusian yang terus
menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif didalam kehudupan pribadi
ataupun komunitas.
4.      Lingkungan
Meskipun peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebgai salah satu
konsep utama dalam keperawatan, ia mendorong perawat untuk memerhatikan kebudayaan
dan adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit.
Menurut peplau, lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada
dalam konteks cultural peplau.
B.       Konsep Model Keperawatan Jiwa
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. (Brockopp, 1999)
Konsep model keperawatan jiwa tentunya mengarah pada kesehatan jiwa seseorang, yaitu
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif pada diri sendiri, dan orang lain.
     kesehatan jiwa seseorang meliputi, perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang lain,
mengatasi persoalan hidup sehari hari.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik
secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan
upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang
dialaminya (Videbeck, 2008)
Model konsep keperawatan jiwa terbagi menjadi enam bagian salah satunya adalah
masalah interpersonal.(Suliswati,2005).

C.      Penjelasan Teori peplau interpersonal jiwa


     Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu,perawat, dan proses interaktif
(Peplau,1952) yang menghasikan hubungan antara perawat dan klien
( Torres,1986 Marriner-Tomey,1994).
     Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisamuncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep
ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
     Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan
adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien
dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian
( Chinn dan Jacobs,1995 ). Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan
anatara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai sumber daya
manusia, narasumber, konseler atau konsultan, dan wali/wakil bagian klien.
     Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia.sebagai contoh,ketika klien mencari
pertolongan,langkah pertama perawat dan klien membahas pokok masalah dan perawat
menjelaskan fasilitas yang ada.  Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien,
perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam
hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
     Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat-klien
membentuk suatu “kekuatan mendewasakan “atau “dorongan pertumbuhan” melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien
( Beeber ,anderson dan sills,1990 ).
     Ketika kebutuhan dasar telah diatasi kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan
interpersonal perawat-klien di gambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih
seperti berikut : orientasi, indentifikasi, penjelasan, dan resolusi ( chin dan Jacobs,1995 ).
     Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan
antar manusia yang mencakup proses interpersonal,perawat-klien,dan masalah kecemasan
yang terjadi akibat sakit.

D.      Permasalahan Yang Mengakibatkan Gangguan Interpersonal


     Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan
orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu. Teori dan gagasan peplau
dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan psikiatri. Penelitian
keperawatan tentang kecemasan, empati, instrumen perilaku, dan instrumen untuk
mengevaluasi respons verbal dihasilkan dari model konseptual peplau ( Marriner-
Tomey,1994). Dalam permasalahan interpersonal, seorang individu akan menampakan
perilaku, diantaranya individu merasa terasingi, merasakan kecemasan yang berlebihan,
senang menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang dialaminya.
E.       Terapi interpersonal
     Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan Psikiatri, sangat
banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan bukunya yang berjudul Interpersonal Relations In
Nursing.
     Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi secara
simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya,
biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan.
     Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk keprihatinannya terhadap
praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia
kemudian mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam keperawatan.
Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat
terapeutik.
     Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan, pertama
perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan
berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah
dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan
keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya
dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan
masalah kesehatannya.
     Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan
jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan instrument
untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual Peplau.
                 Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep struktural dari
proses antar-personal-disinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-patient
relationship). Keempat fase tersebut saling berkaitan. Di setap fase diperlukan peran yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan klien. fase antara lain:
1.      Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling mengenal.
Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan profesional dan
perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan
apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menentukan
adanya masalah,dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun
kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam memberi atau
menerima pertolongan. Selain itu fase  ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama,
pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah
perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa
saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya.
2.      Fase Identifikasi
Pada fase ini klien memberikean respon atau mengidentifikasi persoalan yang ia
hadap bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon setiap klien berbeda
satu sama lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien
menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang
perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi kklien serta memberi kepuasan
yang diperlukan.

Fase identifikasi peran perawat apakah  sudah melakukan atau tindakan sebagai


fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asujhan
keperawatan.

Selama fase identifikasi klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan mulai
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak
berdaya dan putus asa. Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna
melaju ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang
diperlukan oleh klien. Fase ini, perawat juga memberi beberapa alternatif untuk mengatasi
masalah klien.

3.      Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien.
Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal.
Selama fase eksploitasi, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya
melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali, memahami keadaan
klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan
mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan
mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu kalien dalam membereikan
gambaran kondisi klien.
Pada fase ini perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi
secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan fase
pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalh. Jika fase ini berhasil,
proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.
4.      Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada tahap
akhir dan keduanya siap mengakhiri hubunga terapeutik yang selama ini terjalin. Fase
resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat terjadi
peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada
masin-masing fase. Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu
mandiri dan  lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupan klien akan
menjadoi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus dilakukan. Peran
tersebut berbeda pada stiap fasenya. Keenam peran tersebut adalah peran sebagai orang asing
(role of the stranger), peran sebagai narasumber (role of resource person), peran sebagai
pengajar (teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role), peran sebagai wali
(surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling role).
Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Di
sini,kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lain. Sebgai orang asing, perawat
harus memperlakukan klien secara sopan, tidak  boleh memberi penilaian sepihak, menerima
klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan. Dalam perannya
sebagai narasumber (role of resource person), perawat memberi jawaban yang spesifik dari
setiap pertanyaan klien, terutama mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga
menginterpretasiakan kepada klien rencana perawatan dan rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan
informasi. Teaching role menurut peplau terdiri atas dua kategori yaitu intruksional, dan
eksperimental. Penyuluhan intruksional adalah pemberian informasi secara luas dan
merupakan bentuk yang di pakai dalam literatur pendidikan. Menyuluhan eksperimental
adalah penyeluhan dengan menggunakan pengalaman dalam pengembangan pengajaran.
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan, terutama
mengenai proses demokratis dalam asuahan keperawatan. Perawat membantu klien dalam
mengerjakan tugas-tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan
partisipasi aktif klien. Dalam surrogate role, klien menggap perawat sebagai walinya. Oleh
sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus menciptakan perasaan tertentu dalam diri
klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya. Funsi perawat disini
adalah membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang ia bayangkan lalu
membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut.
Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien untuk
membebaskan diridari kertegantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan
kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang besar dalam
keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien peran ini sangant penting sebab tujuan
dari teknik hubungan antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami
sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan demikian, satu pengalaman
dapat diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya, bukannya justru
dipisahkann
F.     Kasus masalah kejiwaan interpersonal
Ny Y seorang ibu rumah tangga berumur 35 tahun memiliki 1 orang anak yang beumur 12
tahun, yang baru saja tamat dari sekolah SD, suami Tn Y sudah meninggal 3 tahun yang lalu
akibat kecelakaan yang menewaskan Tn Y dan korban yang ditabraknya, setelah satu tahun
kepergian suaminya Ny Y sering terlihat menyendiri, tidak mau bicara pada orang
disekitarnya, dan sering menangis, sesekali ia menceritakan kepada anaknya bahwa ia takut
dan cemas tidak bisa mencukupi kebutuhan anaknya, dan kebutuhan sehari-hari, dan takut
akan masa lalunya saat kejadian 3 tahun yang lalu.
G.    Terapi Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal
Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini dianataranya adalah :
1.        Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman pada klien, perawat
sebisa mungkin dalam terapi ini membuat klien merasa aman, sebagai contoh perawat
mengatakan bahwa klien berada ditempat yang aman, dan tenang tidak ada yang akan
menyakitinya seperti apa yang ada dipikirannya.
2.        Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi yang menjalin
hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
H.      Peran Perawat Dalam Melakukan Terapi
Peran perawat dalam terapi adalah
1.      Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa
yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain).
2.      Therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
3.      Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan
dengan orang lain.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
     Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif
(Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres, 1986).
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan
adalah proses interpersonal dan terapeutik.
     Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisamuncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
     Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya. Dalam permasalahan interpersonal, seorang individu akan
menampakan perilaku, diantaranya individu merasa terasingi, merasakan kecemasan yang
berlebihan, senang menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang
dialaminya.
      Tujun keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien
mencapai kemantapan pengembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori dan
gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh
sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana
perawat bertugas sebagai nara sumber, konselor, dan wali.
                                                                                                             

DAFTAR PUSTAKA

Ns. Asmadi, s. kep (2005).konsep dasar keperawatan.jakarta:Buku Kedokteran EGC


Ferry & Potter.2005.fundamental keperawatan vol.1 Edisi 4.jakarta:EGC
Hidayat,A.Aziz Alimul.(2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta
Stuart, gail & Sandra J, 1998. keperawatan jiwa. EGC : jakarta

Anda mungkin juga menyukai