Anda di halaman 1dari 6

TUGAS OHN

UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PERAWAT MELALUI


PENDEKATAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAERAH

Disusun oleh:
Kelompok 2 (3A / S1 Keperawatan )
- Rizki Setiawan
- Ikra Priyatna
- Ahmad Fauzi
- Iwan Setiawan
- Sifa Badriyansah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
2022
Jln. Pangkal Perjuangan KM 1 Raya Bypass Karawang
Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya.
Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan
manusia terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan manusia dari kebutuhan yang
bersifat paling dasar hingga kebutuhan untuk diakui dalam kehidupan masyarakat.

Memperoleh penghidupan yang layak, upah kerja, jaminan kesehatan, dan


jaminan kerja merupakan bagian dari kesejahteraan sosial. Tenaga
Kesehatanmerupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Tidak hanya masyarakat
umum, setiap orang termasuk profesi tenaga kesehatan berhak memperoleh
kesejahteraan dalam melakukan pelayanan di Fasyankes. Akan tetapi, upah jasa
yang diperoleh tidaklah sebanding dengan beban kerja yang dilakukan.Di samping
itu, setiap tahunya banyak lulusan tenaga kesehatan yang saling berebut tempat
kerja. Banyak pula yang membantik setir menjadi pedagang karena sulit
mendapatkan pekerjaan, dan banyak pula yang menganggur karena persaingan
global yang ketat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Sementara kursi PNS yang
diberikan cuma bisa dihitung jari.

Pada Pasal 28D Ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja”. Dilanjutkan Pasal 28H Ayat (3) berbunyi “Setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat”. Secara tidak langsung Pasal disamping memberikan
gambaran amanah bagi seluruh pemberi pekerjaan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan bahwa mereka harus memperlakukan yang adil bagi setiap karyawanya
termasuk dalam bidang pemberian upah dari jasa layanan.Pasal 5 Ayat (1) UU
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia berbunyi “Setiap orang diakui
sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta
perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan
hukum”. Artinya setiap tenaga kesahatan berhak menuntut kelayakan upah
ditempatnya bekerja, karena itu adalah perintah Undang-Undang ini, hanya saja
banyak tenaga kesehatan yang tidak berani menuntut karena takut dirinya akan
dipecat.

Tenaga kesehatan yang diupah tidak sesuai dengan kinerja dan background
pendidikanya juga berhak melaporkanya ke Komnas HAM. Itu adalah perintah
UUD 1945.

Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga Kesehatan


adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatanserta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Kemudian Pasal 1 Point 3 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
berbunyi “Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain”. Artinya bahwa Tenaga Kesehatan adalah orang
yang bekerja dalam lingkup/bidang kesehatan. Selain itu juga, Tenaga kesehatan
juga menerima upah atau imbalan. Dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan
adalah pekerja/buruh.

Pengusaha juga tidak boleh melakukan pemutusan hubungan kerja hanya karena
pekerja masuk anggota serikat. Itu termasuk tindak pidana. Kemudian apabila
pengusaha tersebut mengurangi upah kerja tenaga kesehatan, juga termasuk tindak
pidana.

Pasal 6 UU No. 13/2003 berbunyi “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh


perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha”. Arti dari pasal tersebut
dapat dijabarkan bahwaPengusaha (pemilik Fasyankes) harus memberikan
perlakukan yang sama bagi karyawanya termasuk pengupahan yang diberikan.
Dilanjutkan Pasal 35 ayat (1) berbunyi “Pemberi kerja yang memerlukan tenaga
kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana
penempatan tenaga kerja” dan ayat (3) berbunyi “Pemberi kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan
perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik
mental maupun fisik tenaga kerja”. Artinya pemberi kerja memiliki kewajiban
dalam mensejahterakan, melindungi keselamatan dan kesehatan setiap tenaga
kesehatan yang telah direkrutnya.

Dari sedikit itu alasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga
kesehatan yang bekerja di Fasyankes termasuk pekerja/buruh; setiap tenaga
kesehatan yang bekerja harus memperoleh kesetaraan terkait kesejahteraan;
tenaga kesehatan yang bekerja di Fasyankes wajib diberikan perlindungan yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik;
penghasilan yang layak adalah penerimaan atau pendapatan pekerja/ buruh dari
hasil pekerjaannya sehingga mampu pmemenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh
dan keluarganya secara wajar. Tentunya harus sesuai UMR/UMK

Untuk menjamin pelindungan terhadap masyarakat sebagai penerima Pelayanan


Keperawatan dan untuk menjamin pelindungan terhadap Perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan, diperlukan pengaturan mengenai keperawatan secara
komprehensif yang diatur dalam undang-undang. Selain sebagai kebutuhan
hukum bagi perawat, pengaturan ini juga merupakan pelaksanaan dari mutual
recognition agreement mengenai pelayanan jasa Keperawatan di kawasan Asia
Tenggara. Ini memberikan peluang bagi perawat warga negara asing masuk ke
Indonesia dan perawat Indonesia bekerja di luar negeri untuk ikut serta
memberikan pelayanan kesehatan melalui Praktik Keperawatan. Ini dilakukan
sebagai pemenuhan kebutuhan Perawat tingkat dunia, sehingga sistem
keperawatan Indonesia dapat dikenal oleh negara tujuan dan kondisi ini sekaligus
merupakan bagian dari pencitraan dan dapat mengangkat harkat martabat bangsa
Indonesia di bidang kesehatan.

Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang Keperawatan untuk


memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum serta untuk meningkatkan,
mengarahkan, dan menata berbagai perangkat hukum yang mengatur
penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan yang bertanggung jawab,
akuntabel, bermutu, dan aman sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Undang-Undang ini memuat pengaturan mengenai jenis perawat,
pendidikan tinggi keperawatan, registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang,
praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi perawat dan klien, kelembagaan
yang terkait dengan perawat (seperti organisasi profesi, kolegium, dan konsil),
pengembangan, pembinaan, dan pengawasan bagi perawat, serta sanksi
administratif.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 ini ditetapkan dengan pertimbangan

a. Bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan


nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan
kesehatan;
b. Bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
c. Bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat
yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi;
d. Bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam
Peraturan Perundang-undangan guna memberikan pelindungan dan kepastian
hukum kepada perawat dan masyarakat;
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Keperawatan;

Penetapan besaran UMR Karawang 2022, terangkum dalam Keputusan Gubernur


Jawa Barat, Nomor 561/Kep.732-Kesra/2021, Tentang Upah Minimum
Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2022. Berdasarkan
keputusan tersebut, UMR Karawang 2022 adalah sebesar Rp4.798.312. Jumlah
UMR ini tidak mengalami kenaikan dari UMR Karawang 2021. Walau tidak
mengalami kenaikan, namun UMR Karawang masih masuk dalam jajaran UMR
terbesar se-Indonesia, bahkan UMR Karawang 2022 jauh lebih besar dari UMR
Jakarta 2022.

Anda mungkin juga menyukai