Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“Evidence Based Nursing Dan Advokasi Perawat Tentang Musculoskeletal”

Dosen Pengampu :
Ns. Rani Lisa Indra, M.Kep., Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh : Kelompok 1

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
U NIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022/2023
ANALISA PICOT EBN MUSCULOSKELETAL

Judul Penelitian Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Penurunan Intensitas


Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia

Journal Scientific Solutem Vol. 2 No.1 – Januari – Juni 2019 p-


ISSN : 2620-7702 e-ISSN : 2621-136X journal homepage:
http://ejurnal.akperbinainsan.ac.id
Nama Peneliti Dely Maria
Publikasi Penelitian Juni 2019
Population (P) Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada
lansia yang mengalami Artritis reumatoid dengan masalah Nyeri.
Subjek yang digunakan adalah 2 keluarga lansia dengan masalah
keperawatan Nyeri dengan diagnose medis Artritis Reumatoid.
Kedua partisipan memiliki masalah keperawatan dan diagnosis
medis yang sama.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
Wawancara (data dasar keluarga, lingkungan, struktur keluarga,
fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga
terhadap asuhan keperawatan keluarga, dan fungsi perawatan
kesehatan). Observasi dan pemeriksaan fisik data dasar keluarga,
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan
keluarga, dan fungsi perawatan kesehatan.
Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan observasi.
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan dan disalin secara
struktur. Setelah itu data dikelompokkan menjadi data subjektif
dan data objektif, diagnosis dan dibandingkan hasil yang normal.
Penyajian data dilakukan dengan tabel. Kerahasiaan klien sangat
dijaga dengan cara membuat initial pada nama klien. Dari data
yang disajikan kemudian data tersebut dibahas dan dibandingkan
dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis.
Di dunia, arthritis reumatoid merupakan penyakit
muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Angka kejadian
artritis reumatoid pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencapai 20% dari penduduk
dunia yang terserang artritis, dimana 5-10% berusia 5-20 tahun
dan 20% berusia lebih dari 55 tahun. Di Indonesia Penyakit
rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut
di Indonesia. Diperkirakan jumlah penderita rheumatoid arthritis
di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).
Intervention (I) Intervensi nonfarmakologis menurut Smeltzer meliputi
masase, terapi es dan panas, stimulasi listrik syaraf transkutaneus
(TENS), teknik relaksasi, distraksi, hipnosis, dan musik. Salah
satu terapi panas dengan kompres jahe hangat, dimana pada jahe
terdapat kandungan seperti ginggerol, shogaol, dan zingerone
yang dapat memberikan efek farmakologis seperti antioksidan,
anti inflamasi, analgesik, dan antikarsinogenik, sehingga dapat
mengobati artritis reumatoid, asma, stroke, mual, demam dan
infeksi (Hernani & Winarti, 2010).
Cara untuk mengurangi nyeri pada penderita artritis
reumatoid salah satunya adalah kompres jahe hangat, karena jahe
memiliki kandungan enzim siklo-oksigenase yang dapat
mengurangi peradangan pada penderita arthritis reumatoid,
selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas
dan pedas, dimana dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan
spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah,
manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit
sesudah aplikasi panas (Brunner and Suddarth, 2010).
Comparison (C) Tidak ada perbandingan dalam jurnal ini
Outcomes (O) Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 14
Februari 2018, didapatkan bahwa dari ketiga pasien memiliki
usia rerata 64 tahun dan ketiga berjenis kelamin perempuan. Hal
ini menunjukkan nilai ambang nyeri seseorang akan meningkat
seiring bertambahnya usia dan semakin bertambah pula
pemahaman terhadap nyeri dan usaha untuk mengatasinya .
Lanjut Usia merupakan proses penuaan yang akan dialami oleh
setiap individu tanpa ada seorangpun yang dapat mencegahnya
dan tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan
kondisi fisik dan kesehatan
Selain karena proses penuaan, salah satunya adalah
penurunan sistem muskuloskeletal dimana terjadi perubahan
komposisi tulang rawan dan kandungan air yang dapat
mempengaruhi beban sendi sehingga dapat menyebabkan nyeri
sendi dan deformitas pada tulang rawan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat
ditegakan diagnosa keperawatan pertama adalah Nyeri kronis.
Ketiga pasien memiliki intensitas nyeri yang sama dengan skala
nyeri 5 – 6 (nyeri sedang), nyeri yang dialami ketiga pasien
berbeda-beda. Pada Ny. S mengatakan kaku pada sendi, terjadi
saat akan bangun dari duduk dan jongkok, nyeri bertambah bila
di gunakan untuk berjalan nyeri yang dirasakan pada lutut
sebelah kanan, nyeri seperti tersayat dengan skala nyeri 6 (nyeri
sedang), lamanya nyeri 10 – 15 menit. Pada Ny. U mengatakan
nyeri pada lutut dan paha kanan, kaku pada sendi dan kesemutan,
dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang), lebih sering dirasakan pada
pagi dan sore hari, lamanya nyeri 5 – 10 menit. Dan pada Ny. A
mengatakan nyeri pada lutut dan tumit kanan mengalami
pembengkakkan, nyeri dirasakan seperti tersayat dengan skala
nyeri 6 (nyeri sedang), nyeri bertambah saat melakukan aktivitas
berat, lamanya nyeri 5 – 10 menit.
Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri atritis
rhematoid. Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau
terapi mon farmakologis untuk mengurangi nyeri artritis
rhematoid. Dimana jahe terdapat kandungan seperti ginggerol,
shogaol, dan zingerone yang dapat memberikan efek
farmakologis seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, dan
antikarsinogenik, sehingga dapat mengobati artritis reumatoid,
asma, stroke, mual, demam dan infeksi
Beberapa hasil penelitian lain yang mendukung hasil
penelitian ini. Siska Damaiyanti, et.al (2012) menjelaskan bahwa
kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-
oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita
artritis reumatoid, selain itu jahe juga memiliki efek
farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini
dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat
memperlancar sirkulasi darah
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian penulis bahwa
terdapat penurunan intensitas nyeri pada artritis reumatoid yang
di tunjukan dengan adanya penurunan skor intensitas nyeri
setelah dilakukan intervensi kompres jahe hangat. Intervensi
kompres jahe hangat diberikan selama 20 menit kepada setiap
responden.
Hasil intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi
kompres jahe hangat pada ketiga responden menunjukan skala
nyeri 5–6 (nyeri sedang). Dan setelah dilakukan intervensi
kompres jahe hangat terdapat penurunan intensitas nyeri, dua
responden dengan skala nyeri 1–2 (nyeri ringan), dan satu
responden yang sudah tidak mengalami nyeri. Dimana setiap
responden memiliki karakteristik nyeri yang berbeda dan diberi
perlakuan yang sama saat intervensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
pengaruh kompres jahe hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien artritis reumatoid.
Time (T) 20 menit sesudah aplikasi panas

ALASAN KELOMPOK MEMILIH JURNAL INI :


Kami berpendapat jurnal ini sangat efektif digunakan untuk pasien pasien yang
mengalami nyeri. Apalagi bahan yang digunakan adalah bahan yang alami mudah didapatkan
serta harnya yang sangat murah, seperti yang diketahui bahan pada penelitian ini hanya
menggunakan air jahe dan juga air.
Intervensi nonfarmakologis menggunakan jahe ini juga dapat menurunkan kualitas
nyeri dari penyakit muskuluskeletal atau penyakit lainnya seperti : arthritis reumatoid, kaku
badan, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah.
Yang terpenting saat memberikan intervensi pada masyarat kita hanya mengedukasikan
kepada masyarakat untuk merebus jahe. Edukasi yang digunakan sangat mudah dan pasti
dipahami masyarakat, bisa saja misalnya memberikan edukasi dari komunikasi atau melalui
media yang ada

ADVOKASI PERAWAT
PADA MUSKULOSKELETAL
1. Judul Jurnal :
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Advokasi Perawat
Dalam Proses Informed Consent Di Ruang Rawat Inap

2. Nama Peneliti :
a. Dedi Adha1
b. Zulham Efendi
3. Afrizal
4. Asriwan Guci
5. Yulia Fitri

3. Publikasi Penelitian :
1 April 2022

4. Hasil Analisa :
1) Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Dalam
Proses Informed Consent
Menurut teori Notoadmodjo yang dikutip oleh Wawan (2011) bahwa pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya.

2) Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Perawat


Dalam Proses Informed Consent
Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan. Dengan meningkatnya
pengetahuan perawat maka pelaksanaan advokasi akan semakin optimal dan
kesalahan dalam pemberian informasi dan hal yang dapat membahayakan pasien

3) Hubungan Kepemimpinan Dokter dengan Pelaksanaan Peran Advokasi


Perawat Dalam Proses Informed Consent
Perawat memiliki peran sebagai advokat dalam proses pelaksanaan informed
consent, tetapi kenyataannya perawat belum dapat melaksanakan peran ini secara
optimal sesuai dengan standard praktik keperawatan. Pelaksanaan informed
consent hanya difokuskan untuk mendapatkan tanda tangan dari pasien, dan
dokter memAilih perawat bertindak sebagai delegasi mereka. Perawat hanya
melakukan pendelegasian dokter dan bukan bertindak sebagai advokat yang sesuai
dengan perannya sebagai seorang perawat.

4) Hubungan Kode Etik dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Perawat Dalam


Proses Informed Consen
Kurang jelas ataupun kurang spesifiknya mengenai pemberian informed consent
membuat perawat kurang paham. Kurangnya tindak lanjut dari analisi informed
consent ini juga membuat tenaga kesehatan khususnya perawat tidak ada
melakukan perbaikan atas masalah pelaksanaan informed consent (Rose Satiti et
al., 2015).

KESIMPULAN DAN ALASAN KAMI MENGAMBIL JURNAL INI

1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Dalam


Proses Informed Consent
Kami menyimpulakn berdasarkan EBN kami yaitu ”Pengaruh Kompres Jahe
Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia” dan
dihubungkan ke analisa kasus yaitu : dengan adanya pengetahuan dari hasil
pendidikan yang ditempuh selama 5 tahun diperkuliah akan berdampak besar
kepada pasien yaitu tentang edukasi atau intervensi yang diberikan misalnya tidak
salah info kepada pasien

2. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Perawat


Dalam Proses Informed Consent
Kami menyimpulakn berdasarkan EBN kami yaitu ”Pengaruh Kompres Jahe
Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia” dan
dihubungkan ke analisa kasus yaitu : dengan adanya pengetahuan dan
keterampilan maka pelaksanaan advokasi akan semakin optimal dan kesalahan
dalam pemberian informasi dan hal yang dapat membahayakan pasien

3. Hubungan Kepemimpinan Dokter dengan Pelaksanaan Peran Advokasi


Perawat Dalam Proses Informed Consent
Kami menyimpulakn berdasarkan EBN kami yaitu ”Pengaruh Kompres Jahe
Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia” dan
dihubungkan ke analisa kasus yaitu : Perawat harus memiliki rasa kolaborasi yang
kuat kepada sesama tenaga medis, terutama dokter. Karna apabila tidak ada
kolaborasi yang efektif kepada sesama maka advokasi tidak dapat dijalankan

4. Hubungan Kode Etik dengan Pelaksanaan Peran Advokasi Perawat Dalam


Proses Informed Consen
Kami menyimpulakn berdasarkan EBN kami yaitu ”Pengaruh Kompres Jahe
Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia” dan
dihubungkan ke analisa kasus yaitu : kode etik harus ada antar sesama perawat
dan tenaga kesehatan. Baik itu dalam hal Berbuat baik (Beneficience), Keadilan
(Justice) , Tidak merugikan (Nonmaleficience), Kejujuran (Veracity), Menepati
janji (Fidelity), Kerahasiaan (Confidentiality), dan Akuntabilitas (Accountability)
Semua ini harus dilakukan agar advokasi dapat berjalan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai