Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak”

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Sandra, M.Kep., Sp.Kep.M.B

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2A:


Lydia Prastika Pratami Yeti 19031034
Niken Retno Wulan 20031006
Dessy Ollivia Pratiwi 20031010
Rini Ainia 20031011
Ridho Arbaad Runanda 20031015
Latifah nurul istiqomah 20031016
Yonanda Nalurita 20031018
R. Zulhelmi Amyrusdi 20031019
Nurbaiti 20031020
Afriyani 20031029
Nur'afifi 20031034
Sari Widyarti 20031040
Rizaldi Zuhendri 20031043

PROGRAM STUDI SARJANA S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
U NIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022/2023
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................................i
Konsep Penyakit Dan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Tumor Otak......................1
A. Definisi.................................................................................................................................1
B. Patofisiologi.........................................................................................................................1
C. Klasifikasi............................................................................................................................1
D. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................2
E. Penatalaksanaan...................................................................................................................3
F. Komplikasi...........................................................................................................................4
G. Diagnosis..............................................................................................................................4
H. ASUHAN KEPEAWATAM..................................................................................................
Penutup....................................................................................................................................6
A. Kesimpilan...........................................................................................................................6
B. Saran.....................................................................................................................................6
Daftar Pustaka........................................................................................................................7

2
KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TUMOR OTAK

A. DEFINISI
Menurut ilwananda tahun 2021 untuk definisi dari “tumor otak” merujuk pada berbagai
kelompok neoplasma yang berasal dari jaringan intrakranial, termasuk meningen (contoh:
meningioma) dengan berbagai derajat keganasan, dimulai dari yang jinak hingga ganas atau
agresif. Setiap jenis tumor memiliki karakteristik biologis, pengobatan dan prognosisnya
sendiri, yang biasanya disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Prognosis tumor otak sangat
tergantung pada lokasi, sifat invasi dan biologi tumor. Menurut asal jaringannya, tumor otak
dibagi menjadi dua kategori, yaitu tumor otak primer dan tumor otak sekunder atau
metastatik. Tumor otak primer berasal dari berbagai jaringan intrakranial, termasuk neuron,
sel glial, astrosit, dan meningen. Tumor otak sekunder adalah metastasis tumor primer di
tempat lain, biasanya dari tumor primer ganas padat, seperti kanker paru-paru, kanker
payudara, melanoma, dan kanker ginjal, serta keganasan hematologis, seperti limfoma dan
leukemia. Transfer ini dapat menyerang parenkim otak, pia mater dan dura mater.

B. PATOFISIOLOGI
Tumor Otak Penekanan Jaringan Otak Kerusakan Jaringan Neuron .
Perubahan Suplai Darah Ke Jaringan Otak Serangan Kejang Sebagai Gejala Penurunan
Kepekaan Neuron Masalah Keperawatan D. 0017 Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Intervensi Utama I.09325 Manajemen Peningkatan Intrakranial Intervensi
Pendukung I.14517 Manajemen Peningkatan TI

Nyeri Ada Kompensasi Kompresi Subkortikal Serta Batang Otak


Autoregulasi . Iritasi Vegal Dimedulla Oblongata Muntah Masalah
Keperawatan D.0019 Defisit Nutrisi Intervensi Utama I.03119 Manajemen Nutrisi
Intervensi Pendukung l.1160 Monitor Nutrisi

C. KLASIFIKASI
Menurut Hadi Purwanto tahun 2016 untuk klasifikasi tumor otak terbagi menjadi 2 yaitu
berdasarkan tumor otak dan berdasarkan lokasi :
A. Berdasarkan jenis tumor
1. Tumor Jinak
a. Acoustic neurom.
b. Meningioma.

1
c. Pituitary adenoma.
d. Astrocytoma (grade I)
2. Tumor Ganas (Malignant)
a. Astrocytoma(grade2,3,4).
b. Oligodendroglioma.
c. Apendymoma.
B. Berdasarkan Lokasi
1. Tumor Intradural
A. Ekstramedular.
a. Cleurofibroma.
b. Meningioma.
B. Intramedula
a. Apendymoma.
b. Astrocytoma.
C. Oligodendroglioma.
a. Hemangioblastoma.
2. Tumor ekstradura
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paru–paru, ginjal dan lambung.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Hadi Purwanto tahun 2016 untuk pemeriksaan penunjang tumor otak terbagi
menjadi 6 yaitu :
1. Arterigrafi atau Ventricolugram
Untuk mendeteksi kondisi patologi pada system ventrikel dan cisterna.
2. CT – SCAN
Dasar dalam menentukan diagnosa.
3. Radiogram
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,penebalan dan klasifikasi;
posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
4. Elektroensefalogram (EEG)
Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
5. Ekoensefalogram
Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
6. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak

2
mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat
radioaktif.

E. PENATALAKSANAAN
Menurut Setiawan tahun 2017 Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan
dalam penatalaksaannya, yaitu:
1. Surgeryb
a. Steroid
Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
b. Anticonvulsant
Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
c. Shunt
Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal Pembedahan merupakan pilihan
utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk
melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa
tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta
sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan
tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi
anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan
pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada
penderita.
2. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi
dengan kemoterapi dan radioterapi.Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif
(moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis
tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian
pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit
jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati
hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi
yang tinggi, Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan
dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
3. Chemotherapy

3
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau
dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada
klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan
dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti
waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan,
pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang
ataukah tidak.

F. KOMPLIKASI
Menurut Hadi Purwanto tahun 2016 untuk komplikasi tumor otak itu sendiri terbagi atas
4 komplikasi, yaitu :
1. Gangguan fisik neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual

G. DIAGNOSIS
Menurut Kusumo Tahun 2018 Keluhan klasik tumor otak : Nyeri kepala, muntah
dengan terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai
dengan mual. Dan gejala tinggi intracranial.
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pasien. Sebagian besar
pasien dengan nyeri kepala derajat ringan hingga sedang akan datang ke rawat jalan di pusat
pelayanan kesehatan, sedangkan pasien dengan nyeri kepala intensitas berat sampai muntah
akan datang di ruang gawat darurat. Nyeri kepala tumor otak menurut Klasifikasi Nyeri
Kepala Internasional terbaru (ICHD-3) didefinisikan sebagai nyeri kepala yang disebabkan
neoplasma intrakranial dengan karakteristik progresif, lebih buruk di pagi hari dan diperparah
oleh manuver Valsava. Nyeri kepala tumor otak klasik digambarkan sebagai nyeri kepala
hebat, lebih buruk di pagi hari, dan disertai dengan mual dan muntah.
Kriteria Diagnosa Tumor Otak : Dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah
dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya,
hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya
sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan pemeriksaan radiologist canggih
yang invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CT Scan dan MRI
bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive
seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan

4
hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui
hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramatrisnya yang fital itu.
Menurut Hadi 2016 Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai
menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti,
adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin
sesuai dengan gejala gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala,
muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan
adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1) Identitas
a. Nama :-
b. Umur : Tumor otak lebih sering terjadi pada
anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua.
c. Jenis kelamin : Secara umum, pria lebih mungkin dibandingkan
wanita untuk terkena tumor otak. Namun, beberapa
jenis tumor otak tertentu,seperti meningioma, lebih sering
terjadi pada wanita.
d. Alamat :-
e. Pekerjaan : Orang yang beresiko yaitu yang bekerja dengan
paparan radiasi.
f. Identitas penanggung jawab : -
2) Riwayat Sakit Sekarang
a. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor

5
otak.
5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6) Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breathing)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur 
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas; ya
- Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm)
b. Kardiovaskular B2 (blooding)
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanan darah Meningkat
c. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata)     : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
- Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung)  : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
- Pengecapan (lidah)    : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
- Gangguan neurologi:
1. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
2. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.

6
3. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
a) Eye (respon membuka mata)

(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan
kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)

(5) : Orientasi baik


(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)

(6) : Mengikuti perintah


(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
d. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersihan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normal
- Uretra : normal
- Produksi urin: normal
7
e. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : menurun
- Porsi makan : setengah
- Mulut : bersih
- Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : bebas
- Kondisi tubuh: kelelahan

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri, hipoksia seebral.
3) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Defisit Nutrisi (D. 0019) Status Nutrisi ( L.0330) Manajemen Nutrisi (I.
Definisi : Asuhan nutrisi Definisi : Keadekuatan 03119).
tidak cukup untuk asupan nutrisi untuk Definisi :
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan Mengidentifikasi dan
tubuh. metabolisme. mengelola asupan nutrisi
yang seimbang.
Kriteria Hasil :
1. Kekuatan otot Tindakan-Tindakan
menelan (2) cukup Observasi :
menurun 1. Identifikasi status
ditingkatkan ke (5) nutrisi.
meningkat. 2. Monitor asupan
2. Verbalisasi makanan.
keinginan untuk 3. Monitor berat
meningkatkan badan.
nutrisi (2) cukup Terapeutik :
menurun 1. Fasilitasi pedoman
ditingkatkan ke (5)
8
mrningkat. diet.
3. Pengetahuan 2. Berikan makanan
tentang pilihan tinggi kalori dan
makanan yang tepat serat.
(2) cukup menurun Edukasi :
ditingkatkan ke (5) 1. Ajarkan diet yang
meningkat. diprogramkan.
4. Nafsu makan (2) 2. Anjrkan posisi
cukup menurun duduk, jika
ditingkatkan ke (5) mampu.
meningkat. Kalaborasi :
1. Kalaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan.
2. Kalaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang
dibutuhkan.
2 Risiko perfusi serebral Perfusi serebral (L. 02014) Manajemen peningkatan
tidak efektif (D. 0017) Definisi : Keadaekuatan tekanan intrakranial (I.
Definisi : aliran darah srebral untuk 109325)
Berresiko mengalami menunjang fungsi otak. Definisi :
penurunan sirkulasi Mengidentifikasi dan
darah ke otak. Kriteria Hasil : mengelola peningkatan
1. Tingkat ke sadaran tekanan dalam rongga
menurun (1) kranial
ditingkatken ke (5)
meningkat. Tindakan-Tindakan
2. Tekanan Observasi :
intrakarnial (2) 1. Peningkatan TIK
cukup memurun 2. Monitor tanda
ditingkat ken ke (5) atau gejala
meningkat. peningkatan TIK.

9
3. Sakit kepala (2) 3. Monitor ICP.
cukup menurun Terapeutik :
ditingkatkan ke (5) 1. Berikan posisi
meningkat. semi fowler
4. Kesadran (1) 2. Cegah terjadinya
memburuk kejang
ditingkatkan ke (5) 3. Hindari pemberian
meningkat. cairan IV
hipotonik.
Kalaborasi :
1. Kalaborasi
pemberian sedasi
dan anti
konfulsan.
2. Kalaborasi
pemberian
diuretik osmosis.
2 Nyeri Kronis (D.0078) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Definisi : pengalaman Defenisi : pengalaman (I.08238)
sensorik atau emosional sensorik atau emosional Definisi :
yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan Mengidentifikasi dan
kerusakan jaringan kerusakan jaringan aktual mengolah pengalaman
aktual atau fungsional, atau fungsional, dengan sensorik atau emosional
dengan onset mendadak onset mendadak atau yang berkaitan dengan
atau lambat dan lambat dan berinsitas kerusakan jaringan atau
berintensitas ringan ringan hingga berat dan fungsional dengan omset
hingga berat dan kosntaan. mendadak atau lambat
konstan, yang dan berintensitas ringan
berlangsung dari 3 bulan Kriteria Hasil : hingga berat dan konstan.
1. Keluhan Nyeri 1
(meningkat) Tindakan-Tindakan
diturunkan ke 4 Observasi :
(cukup menurun). 1. Identifikasi skala
2. Meringis 1 nyeri.
(meningkat) 2. Identifikasi respon
diturunkan ke 5 nyeri nyeri

10
(menurun). nonverbal.
3. Gelisah (2) cukup 3. Identifikasi faktor
meningkat di yang memperberat
turunkan ke (5) dan memperingan
menurun. nyeri
4. Frekuensi nadi (2) Terapeutik :
cukup memburuk di 1. Berikan teknik
turunkan ke (5) farmakologi untuk
membaik. mengurangi rasa
5. Pola tidur ( 2) cuku nyeri.
memburuk 2. Pertimbangkan
diturunkan (5) dalam pemilihan
menurun. strategi skala
nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab
periode dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
skala nyeri.
3. Ajarkan teknik
faomakologis
untuk meredakan
nyeri.

Kalaborasi :
Kalaborasi pemberian
analgesik.

11
12
6
DAFTAR PUSTAKA

Genta, I. M. (2021). Gambaran Rdiologis Pada Bidang Neurologis Tumor Otak. Jurnal
Sintax fusion Volume 1 No. 12 .

Hadi Purwanto, S. (2016). Buku keperawatan medikal bedah II. Kementrian kesehatan
republik indonesia.
Kusumo Dananjoyo, W. N. (2019). Nyeri Kepala Tumor Otak Pada Dewasa. Berkala
Neurosains, Vol 18 No 2.
Setiawan, A., Pudjonarko, D., & Tugaswaro, D. (2017). Pengaruh Pemberian
Deksametason Terhadap Kadar D Dimer Plasma pada Pasien Tumor Otak. MEDICA
HOSPITALIA-JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE, 301).

Anda mungkin juga menyukai