DOSEN PEMBIMBING :
Ns. T. Abdur Rasyid M.Kep
FAKULTAS KESEHATAN
2023
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1:
Anggota :
2
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.laporan ini kami buat guna
memenuhi tugas dari dosen. Laporan ini membahas scenario yang berhubungan dengan “It is
a worse pain?”, semoga denagn laporan yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa dapat
menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Kami mengetahui laporan yang kami susun ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami masih mengaharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen
pwmbimbing kami serta teman-teman sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun
kami dari yang salah menjadi benar.
Semoga laporan yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kkita, akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Penulisan Kasus
Tn. S berusia 63 th dating ke IGD dengan nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke
lengan dan pundak kiri disertai sesak nafas sejak 4 jam SMRS dengan skala nyeri 9/10,
pasien riwayat perokok menghabiskan 3 bungkus rokok/hari. Pasien riwayat hipertensi
sejak 10 tahun yang lalu namun tidak berobat rutin. Pasien memiliki orang tua
meninggal karena penyakit jantung. Hasil pemeriksaan: TD 180/100 mmHg, frekuensi
nadi 132x/mnt, frekuensi napas 30x/mnt, suhu 38 C, satO2 90%, hasil pemeriksaan
ronkhi lobus distal bilateral. JPV 5 + 4 cmH2O, tidak ada pembesaran jantung, suara
paru krekles lobus paru bawah, bunyi jantung S1 dan S2 dan terdengar murmur. GRT 3
detik dan akral dingin. Pasien tampak berkeringat dingin dan gelisah. EKG didapatkan
elevasi ST pada V1, V2, V3 dan V4 > 2 mm. pasien didiagnosis STEMI anteroseptal
pada CAD killip II. Hasil pemeriksaan biomarker troponin 1> 10,0 (reaktif). Pasien
mendapatkan terapi Aspilet 160 mg (po), Clopidogrel 300 mg (po), ISDN 5 mg (SL),
morfin sulvat (iv), obat perdipin iv, IVFD NaCl 14 tpm, oksigen via NRM 8 LPM.
Pasien dikonsulkan ke dokter jantung direncanakan mendapatkan terapi teombolitik dan
atrau menjalani primary PCI.
2. Kata Sulit
1. STEMI Anteroseptal
2. Morfin Sulfat
3. Krekles Paru
4. Primary PCI.
5. Terapi Aspilet
6. Pemeriksaan Biomarket Troponin
7. Terapi Termbolitik
8. Syndrom Coroner Akut (SKA)
3. Pertanyaan
1. Apa saja etiologic dari syndrome coroner akut ?
2. Bagaimana penatalaksanaan dari syndrome ?
3. Pencegahan dari syndrome coroner akut ?
4. Bagaimana caranya agar tidak menimbulkan komplikasi lain pada SKA?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari SKA?
6. Apa resiko seseorang yang terkena SKA?
7. Apakah SKA ini bisa menjadi penyakit bawaan ?
8. Apa saja komplikasi pada SKA?
9. Bagaiman asuhan keperawatan pada pasien dengan syndrome coroner akut ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Jawaban Kata Sulit
1. STEMI Anteroseptal
ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu
kedaruratan medis di bidang kardiologi dengan angka morbiditas
(jumlah individu yang memiliki sakit dalam suatu populasi) dan
mortalitas (jumlah kematian spesifik pada suatu populasi) yang tinggi
sehingga memerlukan penanganan yang cepat. Diagnosis awalnya
didasarkan pada gejala yang konsisten dengan MI dan tanda-tanda dari
EKG. Pada pasien usia lanjut, gejala khas yang muncul biasanya
(misalnya, sesak napas, mual, muntah, kelelahan, palpitasi (jantung
berdebar) atau sinkop (pingsan karna penurunan jumlah darah yang
mengalir ke otak) ) yang dapat menyebabkan diagnosis MI tertunda
atau terlewatkan. Oleh karena itu, elevasi segmen ST pada EKG
menjadi instrumen utama untuk diagnosis awal. Sedangkan
anteroseptal adalah salah satu bagian jantung, anterior (bagian depan
jantung) dan septal (sekat ruang jantung)
2. Morfin Sulfat
Morfin sulfat adalah salah satu golongan opoid kuat yang berguna
untuk mengurangi rasa nyeri yang hebat.
Murfin Sulfat adalah salah satu alkaloid tumbuhan alam yang
ditemukan dalam opium dan merupakan prototype opiate.
3. Krekles Paru
Crackel paru adalah suara paru yang berderak atau bergelembung yang
berasal dari pangkal paru, akibat penundaan pembukaan kempalin
5
jalan napas yang menutup . adalah bunyi yangbersiul yang diakibatkan
udara yang melewati jalan napas yang menutup sebagian.
4. Primary PCI
Primary PCI adalah salah satu tindakan untuk mengalirkan kembali
arteri koroner yang tersumbat trombus, yang menyebabkan infark
miokard (STEMI).
6
penentuan pemasangan stent harus diperhatikan panjang stent dan
tekanan yang dibutuhkan untuk pengembangan stent tersebut harus
sesuai panjang lesi dan keras lesi.
5. Terapi Aspilet
Aspilet merupakan aspirin yang diberikan dalam dosis kecil. Aspirin
bermanfaat mencegah atau menurunkan insiden serangan jantung dan
mati mendadak. Penelitian selanjutnya juga melaporkan bahwa aspirin
bermanfaat bagi pasien yang sudah dilakukan pemasangan stent atau
operasi jantung. Dosis yang dianjurkan yaitu antara 80-160 mg/hari.
Aspirin dosis kecil yang beredar di Indonesia yang digunakan untuk
PJK (Penyakit Jantung Koroner) antara lain adalah: Ascardia,
Farmasal, Aspilet (thrombo-aspilet).
7
(Menurut Jurnal :Evaluasi penggunaan obat antiplatelet pada
pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap rumah sakit umum
Kabupaten Tangerang tahun 2019 : jurnal Farmagazine Vol.8, No 1
Febuary 2021)
7. Terapi Tembolitik
Terapi Trombolitik Merupakan intervensi ditujukan untuk mengatasi
thrombosis coroner segera setelah awitan infark miokardium akut
untuk memulihkan miokardium (menurunkan ukuran akhir infark)
pengobatan yang dimula 3 hingga 6 jam dari awitan gejala telah
banyak diterima sebagai factor yang membatasi aplikasi terapi
trombolitik karena nekrosis miokardium akan terjadi jika perfusi ulang
coroner tidak dilakukan sebelum terjadi kerusakan ireversibel.
8
(Buku ajar sindrom koroner akut, pandangan masyarakat umum)
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan salah satu penyakit tidak
menular dimana terjadi perubahan patologis atau kelainan dalam
dinding arteri coroner yang dapat menyebabkan terjadinya iskemik
miokardium dalam UAP (Unstable Angina Pectoris) serta infrak
miokard akut(IMA) seperti Non-ST Elevation Myocardinal Infarct
(NSTEMI) dan ST elevation Myocardinal Infarct(STEMI).(Tumade et
al.,2014).
Jawaban Pertanyaan
1. Apa saja etiologic dari syndrome coroner akut ?
Etiologi SKA umumnya disebabkan adanya pecahnya plak, trombosis
atau iskemia. Dasar mekanisme terjadinya SKA umumnya adalah
aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi imun sistemik
yang disebabkan oleh lipid. Inflamasi merupakan salah satu faktor
penyebab SKA, yang bersifat lokal dan sistemik. Inflamasi berperan
dalam inisiasi dan perkembangan plak aterosklerotik,yang kemudian
menyebabkan ketidakstabilan plak dengan pembentukan trombus.
9
a. Factor risiko utama ;
factor risiko yang di Yakini secara langsung meningkatkan risiko
timbulnya SKA, misalnya kadar kolestrol darah yang abnormal,
tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan merokok.
b. Factor risiko tidak langsung (contributing risk factor) ;
factor risiko yang dapat di asosiakan dengan timbulnya sindrom
coroner akut, yang termasuk dalam golongan ini adalah diabetes
melitus, kegemukan, tidak aktif dan stress.
c. Factor risiko alami ;
jenis ini terdiri dari keturunan, jender dan usia
10
Pencegahan sindrom koroner akut yaitu pencegahan primer untuk
meningkatkan kesehatan dan menurunkan faktor resiko, pencegahan
sekunder untuk menangani gejala dengan cepat secara optimal
sehingga mencegah keadaan yang lebih parah dan rehospitalisai, serta
pencegahan tersier untuk mempertahankan kesehatan secara optimal
melalui dukungan dan kekuatan yang ada pada diri penderita, dan juga
bisa dengan mempemberdayan keluarga seperti melakukan pendekatan
oleh penderita.
11
(Menurut aratikel asuhan keperawatan pada pasien dengan infark
miokard akut di ICVCU RSUD Dr Moewardi Surakarta tahun 2022)
12
Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
1. Survey primer
2. DR(Danger and Responsiveness), periksa potensi Bahasa dan respon
pasien
3. S (Send for help), jika pasien tidak merespon penolong harus meminta
bantuan
4. A (Airway)
Keadaan jalan nafas
Tingkat kesadaran : Compos mentis, somnolen, kaji gcs
pasien
Pernafasan : Spontan
Upaya bernapas : Ada
Benda asing dijalan nafas : Tidak ada
Bunyi nafas : Veskuler
Hembusan nafas : Ada
B (Breathing)
Fungsi pernapasan
Jenis pernafasan :Dispnea dan takipnea (cepat dan
dangkal)
Frekuensi pernafasan : 28x/menit
Retraksi otot bantu nafas : Ada
Kelainan dinding thoraks :
Bunyi nafas : Vesikulet
Hembusan nafas :
C (Circulation)
Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran :
Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak ada
Kapiler refiil : 3 detik
Tekanan darah : 180/100mmHg
Nadi radial/carotis : 132x/menit
Akral perifer : Dingin
D (Disability)
Pemeriksaan Neorologis
Pengkajian ststsus neurologis pasien menggunakan skala
APVU (alert,pain,pain and unresponsive) atau Glosgow Coma
(GCS)
E (Exposure)
Membuka pakaian pasien dan perhatikan adanya ancaman
pada anggota gerak dan tubuh secara keseluruhan serta suhu
tubuh pasien. Lihat kelainan yang mungkin memerlukan
intervensi segera, seperti luka terbuka atau patah tulang,
perdarahan yang tidak terkontrol, atau pengeluaran isi
(eviserasi)
13
FORMAT ANALISA DATA
DO :
1. TD:180/100mmHg Suplai darah arteri coroner
(Tekanan darah meningkat) tersumbat
2. Nadi 132x/menit
3. Pasien memiliki riwayat
hipertensi Jaringan otot jantung tidak
4. Pasien merasa nyeri di dada menerima suplai oksigen yang
sebelah kiri yang menjalar adekuat
ke lengan
5. JVP 5 + 3 mmH2O
(meningkat) Ketidakmampuan otot jantung
6. CRT 3 detik memenuhi kenutuhan darah
7. Riwayat kesehatan keluarga, yang harus dipompa
orang tua pasein meninggal
karena penyakit jantung
Aliran darah yang dipompa
8. Murmur (+)
dari vertikel tidak mencukupi
kebutuhan supain darah
seluruh tubuh
14
Rencana Tindakan Keperawatan
15
mengurangi nyeri)
6. Monitor EKG 12
sadapan
7. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
8. Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
Teraupeutik
1. Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
2. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
3. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu
4. Berikan dukunga
emosional dan
spiritual
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas
fisik secara toleransi
2. Anjurkan beraktifitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antraritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
16
BAB III
SKEMA
Rencana Tindakan
Keperawatan :
1. Curah jantung
2. Perawatan jantung
17
DAFTAR PUSTAKA
Sodiqur Rifqi, (2012). Primary Percutaneus Coronary Intervention (Primary PCI), senjata
"Baru" untuk melawan serangan jantung akut, Vol 1(2), Hal 139-142
Suci Alma Harselia, Ashya Karunia Putri, (2028). Tindakan percutaneous cononary
intervention pada pasien Stenosis Arteri coroner kanan : Volume 03, Nomor 01,
Januari - Juni
Dian Anggraini, Teo Zumibakti Andani, (2018).Kualitas hidup pasien Pasca – Percutaneous
Cononary Intervention (PCI): Vol. 4 No. 2, Juli hal: 98-105)
Muhibbah, Abdurahman Wahid, dkk,(2019). Karakteristik Pasien Sindrom Koroner Akut
pada Pasien rawat inap ruang tulip di RSUD ULIN BANJARMASIN. Vol.3, No.1,
Maret Hal. 6-12
Aulia Annisa Putri Heri, Anas Subarnas, (2020). Morfin : Penggunaan Klinis dan Aspek-
Aspeknya: Vol 17. No 3
Moh. Muadz Ervin Yahya, Jondri, Achmad Rizal, (2021). lung sound classification using
wavelet transformation and recurrent neural networks : Vol.8, No.2 April
Fathurrahman Rabani, Jondri, Achmad Rizal, (2021). Klasifikasi suara paru normal dan
abnormal menggunakan fitur Discrete wavelet transform dengan klasifikasi
menggunakan jaringan saraf tiruan yang dioptimasi dengan Algoritma genetika :
Vol. 7, No. 1, Bulan Mei
Heny Widianingsih, Sahrudi, (2022). Efektivitas tindakan primary percutaneous coronary
intervention pada pasien STEMI onset kurang dari 6 jam : Vol : 4, No : 3, Maret
18
19
20
21
22
23
24
25