(IMA-EST)
Disusun Oleh:
Preseptor:
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki- laki 55 tahun dirawat di bagian jantung RSUP Dr. M.
Djamil Padang dengan keluhan utama nyeri dada sejak 5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Pasien merupakan rujukan RSI Siti Rahmah dengan diagnosis
STEMI anterior, mendapat terapi loading aspilet 160 mg dan clopidogrel 300 mg.
Nyeri dirasakan seperti tertindih, menjalar ke ulu hati, dengan durasi nyeri selama
30 menit. Nyeri dada pertama kali dirasakan pasien dan terjadi ketika istirahat.
Saat nyeri pasien berkeringat dingin, mual, tapi tidak sampai muntah. Pasien tidak
ada merasakan sesak nafas, tidak ada riwayat sesak saat aktivitas atau terbangun
malam hari karena sesak. Pasien tidak merasakan jantung berdebar-debar, pusing,
seorang perokok aktif selama 29 tahun, riwayat hipertensi tidak ada, riwayat
diabetes melitus tidak ada, riwayat keluarga tidak ada, riwayat dislipidemia tidak
anemis, sklera terlihat tidak ikterik dan tekanan vena jugularis didapatkan 5+0
cmH2O. Pada pemeriksaan jantung didapatkan iktus kordis tidak terlihat, iktus
kordis teraba kuat angkat. Perkusi jantung didapatkan batas jantung kanan pada
linea sternalis dextra, batas atas RIC II dan batas kiri 1 jari medial LMCS di RIC
V. Pada auskultasi ditemukan S1 dan S2 reguler, tidak terdengar murmur maupun
gallop. Pemeriksaan paru didapatkan inspeksi simetris kiri dan kanan, palpasi
didapatkan fremitus kiri dan kanan sama, perkusi didapatkan sonor kiri dan kanan,
dan auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler, tidak ada rhonki -/- dan wheezing
-/-. Pada pemeriksaan abdomen, tidak distensi, hepar dan lien tidak teraba serta
bising usus normal. Ekstremitas hangat dan tidak terdapat edema pretibial pada
tungkai.
Thoracic Ratio (CTR) sebesar 50%, segmen aorta normal, segmen pulmonal
0,8 mg/dl, natrium 134 mmol/l, kalium 3,2 mmol/l, kalsium 8,3 mg/dl, Troponin I
437u/l, dan gula darah sewaktu 172 mg/dl. Pemeriksaan laboratorium memberikan
berat badan >65 kg (1), time to treatment >4 jam (1), sehingga skor TIMI 4/14.
Pasien ini didiagnosa dengan STEMI anterior extensive onset 5 jam TIMI
4/14. Pasien diberikan tatalaksana berupa IVFD RL 500cc/ 24 jam, oksigen 2l/
menit nasal kanul, nitrogliserin sublingual tablet 300 mcg, aspilet 160 mg
(loading), clopidogrel 600mg atau ticagrelor 180 mg (loading),, atorvastatin 1x40
2x 90 mg, ISDN 5 mg (kp) atorvastatin 1x40 mg, ramipril 1x2,5 mg, bisoprolol 1x
Pada tanggal 6 Juli 2020 pasien sudah tidak merasakan nyeri dada. Pada
permenit, saturasi 99%. Pasien direncanakan untuk mobilisasi dan rawat jalan
dengan terapi pulang ASA 1x160mg, brilinta 2x90mg, atorvastatin 1x40 mg,
DISKUSI
Pasien laki- laki berusia 55 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 24 Juli 2019 pukul 14.05 WIB dengan keluhan utama nyeri
dada sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti tertindih di
pertengahan dada menjalar ke ulu hati, muncul saat istirahat, dan dirasakan selama
30 menit, keluhan muncul saat pasien sedang beristirahat. Keluhan ini disertai
dengan keringat dingin, mual, dan pasien tidak merasakan sesak nafas dan
Nyeri dada yang dirasakan pasien merupakan nyeri dada khas infark, yaitu
istirahat dengan durasi lebih dari 20 menit.5,6 Nyeri yang terjadi pada pasien ini
menyumbat arteri koroner secara total dari plak ateroskelosis yang ruptur.
Gambar 3.1Proses terbentuk trombus6
adenosin dan laktat sehingga terjadi asidosis intraseluler. Keadaan ini akan
seperti adenosin dan laktat akan dihantarkan ke ujung-ujung saraf aferen terus-
Nyeri dada juga dapat disebabkan oleh kelainan non iskemik seperti aorta
Selain nyeri dada, keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan kelainan
organ lain terutama yang juga berhubungan dengan sistem kardiovaskular juga
beraktivitas dan berbaring. Pasien terbangun malam hari karena sesaknya tidak
ada, pasien tidak mengeluhkan kaki sembab, dan tidak memiliki riwayat sesak
nafas sebelumya. Hal ini dapat menyingkirkan adanya kongesti paru yang terjadi
pasien ini tidak mengalami aritmia. Hal ini perlu ditanyakan karena hipoksia
aritmia. Namun, pasien harus dipasang monitor EKG karena bisa sajarasa
berdebar-debar pada pasien dapat terabaikan karena nyeri dada yang lebih
dominan.6
Riwayat penyakit dahulu seperti asma, gastritis, dan stroke tidak ada.
Asma perlu ditanyakan pada pasien SKA karena akan diberikan pengobatan
harus dipertimbangkan. Selain itu, pasien SKA juga akan diberikan antiplatelet
seperti aspirin sebagai tatalaksana awal. Aspirin merupakan golongan AINS yang
darahkoroner.6
Faktor risiko kardiovaskuler yang dimiliki pasien ini adalah usia tua,
aktivitas ovarium, selama belum menopause ada peran hormon, yaitu hormone
estrogen, estrogen memiliki efek protektif pada sistem kardiovaskular karena ada
Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital baik, turgor baik dan akral hangat
menandakan tidak ada gangguan perfusi jaringan. JVP normal, batas jantung
dalam batas normal, rhonki dan gallop tidak ada, tidak ada distensi/ascites, dan
tidak ada edema pada pasien ini dapat mempertajam kemungkinan belum terjadi
PEMERIKSAAN EKG
Pemeriksaan EKG menjadi salah satu poin diagnosis setelah gejala klinis.
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada
T inverted di V1-V4, ST elevasi di V2, V3, dan V4, LVH (-), RVH (-). Pada
Pada pasien ada terdapat kelainan EKG yakni STEMI. Nilai ambang
elevasi segmen ST untuk STEMI pada sebagian besar sadapan adalah 0,1 mV.
Nilai ambang untuk diagnostik berbagai sadapan beragam, bergantung pada usia
dan jenis kelamin (Tabel 3.2). Penilaian elevasi ST dilakukan pada titik J dan
dapat dijumpai pada pasien STEMI kecuali jika STEMI tejadi di min-anterior.8
V1-V4 Anterior/anteroseptal
V1-V2 Septal
I, aVL,V5-V6 Lateral
V7-V9 Posterior
PEMERIKSAAN THORAKS
IGD didapatkan CTR 50%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal,
pinggang jantung normal, dan apeks tertanam. terdapat infiltrat dan kranialisasi (-
PEMERIKSAANLABORATORIUM
disgnosis kerja STEMI harus ditegakkan lebih awal dari gejala klinis dan
pemeriksaan EKG. CKMB dan Troponin I/T digunakan sebagai marker yang
informasi tentang penyebab nekrosis miosis adalah karena iskemia atau non
iskemia. Peningkatan kadar troponin I akan terjadi dalam waktu 2 hingga 4 jam
dan dapat menetap hingga 2-3 hari atau hingga 2 minggu apabila terjadi infark
yang luas. Peningkatan kadar troponin juga terjadi pada keadaan takiaritmia atau
CKMB dapat meningkat dalam 4-6 jam dan mencapai puncak saat 12 jam, dapat
menetap hingga 2 hari. Berikut ini adalah gambar waktu timbulnya berbagai
marker jantung.8
troponin I yaitu 437 u/L. Hal lain yang perlu dilakukan pada pasien yang
risiko dapat dilakukan dengan merujuk kepada skor TIMI (Tabel 3.4 dan 3.5). 18
Pada pasien ini didapatkan skor TIMI pasien sebesar 3/14. Hal ini
menandakan risiko mortalitas pasien dalam 30 hari adalah 4.4%. Semakin tinggi
skor TIMI seorang pasien, risiko mortalitas pasien akan semakin besar. Pada
pasien ini Killip juga digunakan untuk melihat resiko gagal jantung. Pada pasien
STEMI anterior ekstensive onset 5 jam TIMI 4/14. Tatalaksana pasien digunakan
miokard, hal yang sangat menentukan prognosis pasien.. Ada dua terapi reperfusi
yang dapat diberikan untuk pasien SKA yaitu dengan primary PCI atau dengan
dan sedikitnya delay hingga pasien ditindak merupakan tujuan yang harus dicapai
pada pasien, maka pasien harus dipertimbangkan untuk dirujuk ke fasilitas yang
Gambar 4 :
Gambar 4. Algoritma tatalaksana pasien STEMI.
PrimaryPCI
Terapi IKP primer dilakukan pada pasien yang sampai ke tim IKP dari
KMP kurang dari 12 jam. IKP pada STEMI hanya dilakukan pada lesi culprit,
yaitu lesi yang berhubungan dengan daerah infark. Penggunaan stent dianjurkan
Rescue PCI/ rescue IKP dilakukan segera ketika pasien tidak berhasil
Tabel 3.7. Dosis ko-terapi antiplatelet dan antikoagulan pada pasien yang
ASA 160 mg, antiplateletdan rencana asuhan berupa Primary PCI / IKPPrimer.
(Tabel 3.9) fibrinolitik yang datang pada waktu <12 jam. Apabila pasien datang
dalam waktu 2 jam dengan infark miokard luas dan risiko perdarahan rendah dan
prediksi waktu hingga sampai di meja kateterisasi >90 menit maka pasien
Absolut Relatif
Stroke hemoragik atau stroke yang TIA dalam 6 bulan terakhir
penyebabnya belum diketahui, Pemakaian antikoagulan oral
Kehamilan atau dalam 1
dengan awitan kapanpun
minggu postpartum
Stroke iskemik 6 bulan terakhir Tempat tusukan yang tidak
Kerusakan sistem saraf sentral dan dapat dikompresi
Resusitasi traumatik
neoplasma
Hipertensi
Trauma operasi/ trauma kepala refrakter(TDS>180 mmHg)
yangberat dalam 3 minggu terakhir Penyakit hati lanjut Infeksi
Perdarahan saluran cerna dalam 1 endokarditis
Ulkus peptikum yang aktif.
bulan terakhir
Penyakit perdarahan Diseksi aorta
IMA yang juga memakai anti agregasi platelet dan antikoagulan menyebabkan
namun merupakan komplikasi yang fatal. Identifikasi dini lokasi dan sumber
intrakranial, cek pemeriksaan darah tepi, APTT dan fibrinogen. Jika hemodinamik
terganggu berikan transfusi PRC (Packed Red Cells) dan jika fibrinogen <1 gr/L.
Bila STEMI terjadi dalam waktu 12 jam setelah awitan simptom, maka
reperfusi perlu dilakukan secepatnya. Tetapi bila STEMI sudah melampaui 12 jam
dari awitan symptom, tidak ada lagi jaringan yang bisa diselamatkan, infark
miokard telah komplit dan keluhan pasien hilang. Terapi reperfusi hanya
diberikan kalau masih ada tanda-tanda iskemia berupa nyeri dada, elevasi segmen
ST, atau terjadi left bundle branch block baru. Jika PPCI tidak bisa dilakukan,
Pasien ini didiagnosa dengan STEMI anterior extensive onset 5 jam TIMI
4/14. Pasien diberikan tatalaksana berupa IVFD RL 500cc/ 24 jam, oksigen 2l/
menit nasal kanul, nitrogliserin sublingual tablet 300 mcg, aspilet 160 mg
Pasien telah dilakukan PTCA 1 stent di proksimal mid LAD pada CAD 1
VD incomplete di mild LAD.Pasien diberikan terapi aspilet 1x 100 mg, ticagrelor
2x 90 mg, ISDN 5 mg (kp) atorvastatin 1x40 mg, ramipril 1x2,5 mg, bisoprolol 1x
2,5 mg, injeksi lovenox 0,6 cc, injeksi lansoprazol 1x 30 mg,Atorvastatin 1x40 mg
meningkatkan supply.
Pada tanggal 6 Juli 2020, pasien sudah tidak merasakan nyeri dada. Pasien
direncanakan untuk mobilisasi dan rawat jalan dengan terapi pulang ASA 1x160mg,
brilinta 2x90mg, atorvastatin 1x40 mg, ramipril 1x2,5mg, dan bisoprolol 1x2,5mg.
Edukasi yang dapat kita berikan pada pasien ini berupa edukasi kepatuhan terhadap
diabetes mellitus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan