Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN
SINDROM KORONER AKUT DI RUANG ICCU
RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Kelompok I

1. Arya Suka Bhawa (1804030)


2. Inkarizki Sellodella (1804044)
3. Jariaman Puay (1804046)
4. Lidya Chrisnawati (1804049)
5. Mega Agape Timisela (1804056)
6. Yosefin Nesti (1804080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus
dalam rangka memenuhi tugas di Stase Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Sugianto, Sp.S., M.Kes., Ph.D., selaku Direktur Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta.
3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
4. Bapak Andreas Budi K, S.Kep., SH. dan Ibu Andar Setyawati, S.Kep., Ns.,
selaku pembimbing klinik yang telah memberikan bimbingan serta saran
dalam praktik klinik keperawatan.
5. Bapak Isnanto, S.Kep., Ns., MAN., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan lain.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 11 Februari 2019

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian nomor satu di
Amerika Serikat. Menurut Social Security Administration, penyakit
kardiovaskuler menjadi penyebab kematian dini, cacat permanen pada tenaga
kerja Amerika Serikat saat ini. Pada populasi usia 60 tahun ke atas, penyakit
kardiovaskular menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Insiden dan
prevalensi penyakit kardiovaskular meningkat hingga 80-90% yang
diantaranya memiliki satu atau lebih faktor risiko (Black dan Jane, 2014).

Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan prevalensi tertinggi untuk penyakit


kardiovaskuler di Indonesia adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), yakni
sebesar 1,5%. Prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%). Data estimasi
penderita penyakit jantung koroner di Yogyakarta sebanyak 16.663 orang
(0,6%) (Infodatin, 2013).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau Sindrom Koroner Akut (SKA)


merupakan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner (Andra, 2006
dalam Aspiani, 2014). Sindrom ini merupakan suatu fase akut dari angina
pektoris tidak stabil (APTS) yang disertai infark miokardium akut (IMA)
gelombang Q dengan peningkatan non ST/tanpa gelombang Q dengan
peningkatan ST yang terjadi karena adanya trombosis akibat ruptur plak
aterosklerosis yang tidak stabil (Wasid, 2007 dalam Aspiani, 2014). SKA
merupakan satu sindrom yang terdiri atas beberapa penyakit coroner, yaitu
angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, dan infark
miokard dengan elevasi ST (Aspiani, 2014).
Berdasarkan hal di atas, pentingnya mahasiswa keperawatan mengetahui
penyakit Sindrom Koroner Akut sehingga mahasiswa dapat menerapkan
asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien.

B. Tujuan penulisan
1. Memenuhi/melengkapi tugas praktik stase keperawatan gawat darurat di
ruang IMC/ICCU
2. Meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, meliputi :
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi
f. Dokumentasi
BAB II
LANDASAN TEORI SINDROM KORONER AKUT

A. Definisi Sindrom Koroner Akut


Sindrom Koroner Akut merupakan kejadian kegawatan pada pembuluh darah
koroner. Sindrom ini juga merupakan suatu fase akut dari angina pectoris
tidak stabil (APTS) yang disertai infark miokard akut (IMA) gelombang Q
dan peningkatan non ST atau tanpa gelombang Q dengan peningkatan ST
yang terjadi karena adanya trombosis akibat rupture plak aterosklerosis yang
tidak stabil (Aspiani, 2014).

B. Etiologi
Aspiani (2014) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya terletak
pada penyempitan pembulu darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini
diakibatkan oleh 4 hal, meliputi:
1. Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat
konsumsi kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (thrombosis) oleh sel beku darah (thrombus).
3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang
terus menerus.
4. Infeksi pada pembuluh darah.
Mulai terjadinya SKA mulai dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu
aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan), stress emosi,
terkejut, udara dingin. Keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.
Adapun faktor resiko SKA menurut Aspiani (2014) adalah:
Faktor penting yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner dan
dikenal sebagai faktor resiko adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi
2. Hyperlipidemia
3. Perokok berat
4. Diabetes melitus, obesitas
5. Tipe kepribadian, stress emosi
6. Kurang aktivitas fisik
7. Keturunan
8. Usia
9. Jenis kelamin

C. Klasifikasi SKA
Aspiani (2014) mengatakan klasifikasi SKA adalah sebagai berikut:
1. Kelas 1: serangan baru, yaitu kurang dari dua bulan progresif, berat,
dengan nyeri pada waktu istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi
lebih dari dua kali per hari.
2. Kelas 2: sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam hingga dengan 1 bulan
pada waktu istirahat.
3. Kelas 3: akut, yakni kurang dari 48 jam.
Secara klinis: dibagi menjadi 3 kelas, yaitu yang pertama:
a. Kelas A: sekunder, dicetuskan oleh hal-hal diluar koroner, seperti
anemia, infeksi, demam, hipotensi, tirotoksikosis dan hipoksia karena
gagal nafas.
b. Kelas B: primer
c. Kelas C: setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati.
Dengan anti angina (penghambat beta adrenergic, nitrat, dan antagonis
kalsium). Anti angina dan nitrogliserin intravena
D. Anatomi dan Fisiologi
1. Jantung

Gambar 1. Anatomi Jantung Manusia


(Syaifuddin, 2011)
Jantung terletak di rongga toraks di antara paru – paru. Lokasi ini
dinamakan mediastinum. Jantung memiliki panjang kira-kira 12 cm (5
in.), lebar 9 cm (3,5 in.), dan tebal 6 cm (2,5 in.), berbentuk kerucut dan
membentang dari atas ke kiri, dengan massa rata – rata 250 g pada wanita
dewasa dan 300 g pada pria dewasa. Dua pertiga massa jantung berada di
sebelah kiri dari garis tengah tubuh. Pangkal jantung berada di bagian
paling atas, di belakang sternum, dan semua pembuluh darah besar
masuk dan keluar dari daerah ini. Apeks jantung yang dibentuk oleh
ujung ventrikel kiri menunjuk ke arah anterior, inferior, dan kiri, serta
berada di atas diafragma. Membran yang membungkus dan melindungi
jantung disebut perikardium. Perikardium menahan posisi jantung agar
tetap berada di dalam mediastinum, namum tetap memberikan cukup
kebebasan untuk kontraksi jantung yang cepat dan kuat. Perikardium
terdiri dari dua bagian, yaitu perikardium fibrosa dan perikardium serosa.
(Syaifuddin, 2011).
2. Suplai Darah Jantung
Otot jantung membutuhkan suplai darah yang kaya oksigen untuk
memenuhi kebutuhan metaboliknya. Arteri coroner (kanan dan kiri)
bercabang dari aorta tepat di bawah katup aorta, mengelilingi jantung dan
menembus ke miokardium. Kontraksi otot jantung ventrikel kiri
menghasilkan tekanan ekstravaskular yang menyumbat pembuluh darah
koroner terjadi selama diastolik ketika jantung relaksasi dan mempunyai
tahanan atau resistansi yang rendah. Aliran darah arteri koroner dapat
adekuat jika tekanan diastolik sekurang-kurangnya 60 mmHg.
Peningkatan aliran darah koroner meningkat seiring dengan peningkatan
kerja jantung (seperti latihan fisik). Vena koroner mengembalikan darah
dari sebagian besar miokardium ke sinus koroner atrium kanan. Beberapa
area, terutama pada sisi kanan jantung, mengalirkan darah secara
langsung ke ruang jantung (Black & Jane, 2014).

E. Manifestasi Klinis
Gejala sindrom koroner akut berupa keluhan nyeri ditengah dada, seperti rasa
ditekan, rasa diremas-remas menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu
hati, rasa terbakar dengan sesak nafas dan keringat dingin, dan keluhan nyeri
ini dapat merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu, serta punggung.
Lebih spesifik ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk
angina atau maag (Aspiani, 2014).
Black & Jane (2014) menambahkan gejala klinis SKA, meliputi:
1. Terbentuknya thrombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot
jantung dan daerah yang di perdarahi menjadi terancam mati.
2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada
(angina). Lokasi nyeri biasanya berada di sisi kanan atau kiri dada dan
berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke
rahang bawah, leher, bahu dan lengan serta ke punggung. Nyeri dapat
timbul pada waktu istirahat, nyeri ini dapat pula timbul pada penderita
yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau pada penderita
yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya
menjadi lebih berat atau lebih sering.
3. Selain gejala yang khas diatas, dapat juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya tergganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan diatas dapat disertai dengan sesak, muntah atau
keringat dingin.

F. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan (Aspiani, 2014), antara lain :
1. Aritmia
2. Kematian mendadak
3. Syok kardiogenik
4. Gagal Jantung ( Heart Failure)
5. Emboli Paru
6. Ruptur septum ventikuler
7. Ruptur muskulus papilaris
8. Aneurisma Ventrikel
G. Pathway
H. Pemeriksaan diagnostik
1. EKG
a. STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut,
meliputi : hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan
terbentuknya Q pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang
dianggap baru. Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm
pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment
elevasi ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.
b. NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada
2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment depresi ≥
2 mm pada 2 sadapan chest lead.
c. Gambaran EKG
Pemeriksaan EKG memegang peranan penting dalam mendiagnosa
AKS.Pemeriksaan tyang sederhana,murah tapi mempunyai nilai klinis
yang tinggi. Pada APTS/ Non Q infark,perubahan berupa adanya ST
segmen depresi atau T inversi. Hal ini harus dibedakan dengan tanda
hipertropi ventrikel kiri.
d. Gambaran EKG berupa ST Depresi
Pada akut infark dengan gelombang Q, didapat adanya ST segemen
Elevasi,yang pada jam awal masih berupa hiperakut T (gelombang T
tinggi ) yang kemudian berubah menjadi ST elevasi.
e. Gambaran EKG berupa ST Elevasi
Pada penderita dengan nyeri dada sementara ECG-nya normal
menunjukkan besar kemungkinan nonkardiac pain. Sementara
progonosis dengan perubahan ECG hanya T inverted lebih baik dari
ST segmen depresi yang masuk dalam risiko tinggi.
2. Enzim Jantung, yaitu :
a. CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai puncaknya
pada 24 jam pertama, kembali normal setelah 2-3 hari.
b. Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi 4-
8 jam pasca infark. Nilai normal troponin ialah 0,1-0,2 mg/dL, dan
dianggap positif bila > 0,2 mg/dL.
c. LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya
setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
d. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
e. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
f. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
g. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
h. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu
dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi (Aspiani, 2014).

I. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik SKA dibedakan menjadi 2 bagian (Aspiani, 2014)
yaitu:
1. Umum
a. Pasien dianjurkan istirahat total
b. Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada keluhan nyeri dada
dapat
c. Diit cair
d. Segera pasang IV line
e. Oksigen
f. Nitral (cedocard) sublingual
g. Nitrogliserin oral atau infus (drip)
h. Aspirin 160 mg dikunyah
i. Pain killer (Morphine/Petidine)
j. Penderita dirawat di CVCU/ICCU, memerlukan monitor ketat
2. Khusus
a. B Bloker
Mengurangi konsumsi oksigen. Pilihan pada B Bloker non ISA.
Kontra indikasi pada AV blok,Asma Bronkial,Severe LHF.
Pemberian B bloker dapat menurunkan progresif AKS sekitar 13 %.
b. ACE Inhibitor
Hari pertama serangan, mampu menurunkan mortalitas fasca infark.
c. Lipid Lowering Terapi (atorvastatin )
d. Trombolitik Terapi
e. Heparin
UFH (unfraksional heparin), risiko perdarahan memerlukan monitor
APTTT,dosis bolus 5000 IU,diikuti dengan infus 1000 IU/jam (2-2,5
x nilai APTT baseline). Low Molucle Weight Heparin (LMWH)
lebih aman,risiko perdarahan kecil dan tidak memerlukan
pemantauan APTT. Dosis sesuai dengan berat badan, 1 mg/kgBB.
f. Platelet Gliko Protein (GP) Iib/IIIa reseptor Bloker.
Digunakan untuk pencegahan pembekuan darah lebih
lanjut,fibrinolisis endogen dan mengurangi derajat stenosis.
g. Primary dan Rescue PTCA
Di senter-senter yang fasilitas cath-lab dan tenaga ahli yang lengkap,
jarang memberikan trombolitik biasanya penderita langsung
didorong ke kamar cateterisasi untuk dilakukan PTCA, dan pada
mereka yang gagal dalam pemberian trombolitk dilaukan rescue
PTCA.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas
Gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
jadwal olahraga tidak teratur.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
1) TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri
2) Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia)
mungkin terjadi.
3) Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau
komplain ventrikel.
4) Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
papilar
5) Friksi ; dicurigai Perikarditis
6) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
7) Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
8) Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau
bibir
c. Neurosensori: Gejala: Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istirahat). Tanda : Perubahan mental, kelemahan
d. Pernafasan: Gejala: Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat,
dispnea nokturnal, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
1) Peningkatan frekuensi pernafasan
2) Nafas sesak / kuat
3) Pucat, sianosis
4) Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan beban kerja ventrikuler.
2. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan suplai darah paru
3. Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard
4. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/ retensi air
5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan sekunder akibat iskemia miokard
3. Intervensi Sesuai NIC-NOC
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : Cardiac Pump effectiveness NIC :
b/d peningkatan beban a. Tidak ada perubahan tanda vital a. Evaluasi adanya nyeri dada
kerja ventikuler. b. Tidak terjadi perubahan EKG b. Catat adanya disritmia jantung, catat adanya tanda dan gejala
c. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak penurunan cardiac putput
ada asites c. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
d. Tidak ada penurunan kesadaran d. Anjurkan untuk menurunkan stress
e. Kolaborasikan pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung,
antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
Gangguan pertukaran gas NOC: Respiratory Status : Gas exchange NIC :
b/d penurunan suplai a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi a. Observasi tanda-tanda vital
darah paru dan oksigenasi yang adekuat b. Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
b. Respirasi rate dalam rentang normal 16- c. Pasang mayo bila perlu
24x/menit d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
c. Tidak ada tanda-tanda dispnea, apnea e. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
d. Tidak ada perubahan tanda vital ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Nyeri akut berhubungan NOC : Pain control NIC : pain management
dengan iskemia jaringan a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi
miokard nyeri, mampu menggunakan tehnik karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) b. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
dengan menggunakan manajemen nyeri c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi,
c. Mampu mengenali nyeri (skala, distraksi, kompres hangat/ dingin
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Kolaborasikan pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
e. Tidak ada perubahan tanda vital
f. Tidak mengalami gangguan tidur
Kelebihan volume cairan NOC : Electrolit and acid base balance NIC :
b/d peningkatan natrium/ a. Terbebas dari edema, efusi, anasarka a. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema,
retensi air b. Suara nafas bersih distensi vena leher, asites)
c. Tidak ada dyspnea/ortopnea b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
d. Terbebas dari distensi c. Pasang urin kateter jika diperlukan
d. Kolaborasikan pemberian diuretik sesuai intruksi

Defisit perawatan diri b/d NOC : Self care : Activity of Daily Living NIC : Self Care assistane : ADLs
kelemahan sekunder (ADLs) a. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
akibat iskemia miokard a. Klien terbebas dari bau badan b. Monitor kebutuhan klien terkait alat bantu untuk kebersihan diri,
b. Menyatakan kenyamanan terhadap berpakaian, berhias, toileting dan makan.
kemampuan untuk melakukan ADLs c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
c. Dapat melakukan ADLs tanpa bantuan self-care.
d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
4. Discharge Planning
a. Kontrol kesehatan secara berkala ke pelayanan kesehatan terdekat
b. Olahraga terartur
c. Hindari konsumsi alkohol dan penggunaan tembakau
d. Kurangi makanan yang mengandung garam
e. Edukasi pada pasien untuk mengurangi aktivitas yang berat
(Aspiani, 2014)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal pengkajian : 9 Februari 2019 Pukul : 13.04 WIB Oleh : Jariaman Puay
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tn.M
Tanggal lahir, umur : 21 Juni 1942 (76 tahun 6 bulan 20 hari)
Agama : Kristen
Status perkawinan : menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pensiunan
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal Masuk RS : 9 Februari 2019
No. RM : 02072xxx
Ruang : ICCU (kamar 9)
Diagnosa Kerja Medis : Acute Corronary Syndrom
Alamat : Yogyakarta
b. Keluarga/Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Hubungan : Istri
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Yogyakarta
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan pasien
1) Keluhan utama : pasien mengeluh batuk
2) Keluhan tambahan
Badan terasa Lemas, batuk sejak tadi pagi
3) Alasan utama masuk RS
Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke bahu
4) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 9 Februari 2019 pukul 11.00 WIB pasien merasakan nyeri tiba-
tiba di dada sebelah kiri menjalar ke bahu, mual dan muntah 2 kali kemudian
dibawa ke RS Condongcatur dengan keluhan tersebut, kemudian diberikan
oksigen 3 liter/menit, dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil Sinus
Bradikardi, dilakukan pemeriksaan darah lengkap, Hemoglobin 10,6 g/dl,
hematokrit 31,2 %, Limfosit 16, 5 %, neutrofil 78,2 %, diberikan tindakan obat
ISDN 5mg, CPG 75mg, Aspilet 20mg, Infus RL 20 tpm di tangan kanan.
Kemudian pasien dirujuk dengan alasan tidak bias di lakukan tindakan
trombolisis, tidakada spesialis jantung, tidak ada ICCU. Pasien tiba di IGD
Rumah Sakit Betesda pukul 15.03WIB dengan TD : 110/80 mmHg, Nadi :
59x/menit, Suhu 36,1oC Nafas 20x/menit, dilakukan tindakan pemeriksaan
GDS : 124 mg/dl, Pemeriksaan darah lengkap, ureum kreatinin, CKMB/Trop,
dan Ro Thorax. Pasien diberi ISDN 5mg, aspilet 20mg, Clopidogrel 75mg,
Alprazolam 0.25mg, atorvastastin 20mg, pasien di observasi di IGD selama 2
jam dan di instruksikan untuk di rawat di ruang ICCU pada pukul 17.00WIB
untuk dilakukan perawatan lanjut. Pada tanggal 11 februari 2019 pasien dikaji
ukang dan didapatkan hasil TD : 122/65 mmHg, Nadi:75x/menit, Nafas:
18x/menit, Suhu : 36.7 oC kesadaran composmentis GCS E: 4 M:6 V:5, sakit
sedang.
5) Riwayat penyakit yang lalu
Hipertensi sejak 2010
6) Alergi
Tidak ada riwayat alergi
b. Kesehatan keluarga
Keterangan
:
: pasien
: perempuan sudah meninggal
: perempuan
: laki-laki sudah meninggal
: tinggal serumah

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola nutrisi metabolik
1) Sebelum sakit
Klien makan 3x dalam sehari, nafsu makan baik, tidak mengalami penurunan
berat badan, pasien tidak mengontrol jenis makanan yang di konsumsi, pasien
sering makan gorengan dan makanan bersantan makanan yang tidak disukai
sayuran, tidak ada makanan pantang, jenis minuman air putih, minuman yang
disukai kopi dan air putih, tidak ada minuman yang tidak disukai, banyaknya
minum 1200 cc/24 jam.
2) Selama sakit
Sejak pasien dirawat pada 9 februari 2019, klien mengatakan selama di rumah
sakit mendapatkan bubur, frekuensi makan 3x dalam 1 hari ini, pasien selalu
menghabiskan porsinya, banyaknya minum klien dalam 24 jam sebanyak 600
cc, tidak ada keluhan.
b. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. BAB (Buang Air Besar)
Klien mengatakan frekuensi bab 1x per hari di pagi hari, terkadang
konstipasi.
b. BAK (Buang Air Kecil)
dalam sehari bak 6 x dalam sehari, tidak ada keluhan.
2. Selama sakit
a. BAB (Buang Air Besar)
Klien mengatakn selama sakit belum bisa bab, terakir bab tanggal 9
februari 2019 di pagi hari.
b. BAK (Buang Air Kecil)
Dalam sehari pasien mengeluarkan urin 1200 cc selama 24 jam, urine
bewarna kemerahan, tidak ada nyeri.
c. Pola Aktifitas Istirahat Tidur
1. Sebelum sakit
a. Keadaan aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan setiap hari rutin berjalan kaki selama 30 menit di pagi
hari, tidak menggunakan alat bantu untuk memenuhi aktivitas setiap hari.
AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi

Mobilisasi di tempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Memasak

Belanja

Merapikan rumah
Keterangan :
1 : Mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Perlu bantuan orang lain
4 : Perlu bantuan orang lain dan alat
5 : Tergantung total
b. Kebutuhan tidur
Klien tidak pernah tidur siang, jumlah tidur malam 8 jam, tidak ada
penghantar untuk tidur.
c. Kebutuhan istirahat
Klien mengatakan istirahat setelah aktifitas selama 30 menit.
2. Selama sakit
a. Keadaan aktivitas
Klien mudah lelah saat melakukan aktifitas yang ringan.
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di TT 

Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Keterangan :
1 : Mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Perlu bantuan orang lain
4 : Perlu bantuan orang lain dan alat
5 : Tergantung total
b. Kebutuhan tidur
Klien tidur siang selama 2 jam dan malam selama 9 jam. Tidak ada
keluhan.
c. Kebutuhan istirahat
Klien selama di rumahsakit memaksimalkan istirahat.
d. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)
Klien mengatakan mandi 2x dalam sehari dengan sabun mandi, mencuci rambut
sehari 1x, menggosok gigi 2x saat pagi dan malam hari.
e. Pola Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan memiliki riwayat merokok, dan berhenti merokok pada tahun
2000, klien tidak mengkonsumsi alkohol, klien tidak mengkonsumsi NAPZA.
f. Pola Reproduksi seksualitas
Klien mengatakan tidak ada keluhan. Pasien memiliki 4 orang anak.
g. Pola Kognitif Persepsi Sensori
Klien tenang dan mampu berbicara dan berkomunikasi dengan jelas, bahasa yang
dikuasai jawa dan Indonesia, klien mampu membaca dengan baik dan mampu
memahami informasi, klien tidak memiliki masalah pendengaran, dalam
keseharian klien menggunakan kacamata, pasien merasakan nyeri skala 4 dan
berbaring untuk mengurangi nyeri.
h. Pola Konsep Diri
1. Identitas diri : pasien mampu menyebutkan nama dan tanggal lahirnya.
2. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh
3. Harga diri : pasien menjunjung tinggi harga diri
4. Gambaran diri: pasien menyatakan dirinya berwibawa.
5. Peran diri : pasien merasa terganggu karena nyeri
i. Pola Koping
Pengambilan keputusan : dibantu oleh istri, anak dan menantunya
Yang dilakukan saat punya masalah : berdiskusi dengan keluarga
j. Pola Peran-berhubungan
Klien mengatakan bekerja sebagai swasta, klien mengatakan mendapat dukungan
penuh dari keluarga.
k. Pola Nilai dan Keyakinan
1. Sebelum sakit
Klien mengatakan beragama muslim, menjalankan sholat 5 waktu.

2. Selama sakit
Klien mengatakan selama di RS belum melakukan kewajiban dalam
beribadah.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TB = 161 cm
b. Pengukuran BB = 59 kg
BB 59 kg 59
IMT= = = =22,78
TB 1,61 m ² 2,59
c. Pengukuran tanda vital
Tekanan darah : 120/60 mmHg, diukur di lengan atas bagian kanan menggunakan
manset sewasa.
Nadi : 75 x/mnt, reguler, diukur di brakialis.
Suhu : 36,7 0C diukur difrontalis atau dahi.
Respirasi : 18 x/mnt, reguler.
d. Tingkat kesadaran
1) Kualitatif : Compons Mentis
2) Kuantitatif : E4, V5, M6
e. Keadaan umum
Tampak sakit sedang karena klien terlihat masih menahan nyeri di dada
f. Urutan Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk kepala simetris antara kanan dan kiri sama,warna rambut klien hitam
sedikit beruban, tidak ada luka dikepala, tidak ada nyeri tekan di kepala.
2) Mata
Bentuk mata klien antara kiri dan kanan sama, tidak ada nyeri tekan, sklera
merah muda, bentuk pupil isokor
3) Telinga
Bentuk telinga klien antara kiri dan kanan sama, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada luka di telinga.
4) Hidung
Septum berada di tengah, tidak ada nyeri tekan di hidung, tidak ada luka
dihidung, klien menggunakan oksigen nasal canul 3 tpm.
5) Mulut dan Tenggorokan
Kemampuan berbicara klien baik, warna lidah klien merah muda, tonsil klien
T1.
6) Leher
Tidak ada nyeri tekan dileher, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid
7) Tengkuk
Kaku kuduk klien negatif
8) Dada
a. Inspeksi
Warna kulit coklat, bentuk dada simetris antara kanan dan kiri
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa
c. Perkusi
Batas jantung atas kiri jantung ICS 2
Batas atas kanan jantung ICS 2 linea sternalis kanan
Batas kiri bawah jantung ICS 5 linea mid clavicularis
d. Auskultasi
Terdengar bunyi jntung 1 “lup” di katup mitral dan trikuspidalis
Bunyi jantung 2 “dup” di aorta dan pulmonal, tidak ada bunyi tambahan
9) Payudara
Tidak dilakukan pemeriksaan
10) Punggung
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang (kifosis, lordosis, skoliosis)
11) Abdomen
a) Inspeksi : warna kulit coklat, tidak ada luka didaerah abdomen
b) Auskultasi : bising usus 12 x/menit, gurglus
c) Perkusi : suara hipersonor
d) Palpasi : tidak ada nyeri tekan di empat kuadran abdomen, tidak teraba
massa, lien, tidak ada hepatomegali
12) Anus dan Rectum
Tidak ada hemoroid
13) Genetalia
Tidak ada benjolan pada area genetalia

14) Ekstramitas
a. Atas
Tidak ada kelaianan bentuk tangan, tidak ada kelaianan bentuk jari
tangan, jari-jari tangan lengkap, terpasang infus RL 500 cc di tangan kanan
dengan 20 tpm.
b. Bawah
Tidak ada kelainan bentuk kaki , tidak ada kelainan bentuk jari kaki,
kekuatan otot 5 5
5 5
15) Refleks
a. Refleks fisiologis
Bisep + trisep positif
b. Refleks patologis
Babinski negatif
5. Rencana Pulang
a. Kontrol kesehatan secara berkala ke pelayanan kesehatan terdekat
b. Olahraga terartur
c. Hindari konsumsi alkohol dan penggunaan tembakau
d. Kurangi makanan yang mengandung garam
e. Edukasi pada pasien untuk mengurangi aktivitas yang berat

6. Diagnostik Test
a. Laboratorium
Tanggal 09-02-2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,6 g/dl 11,7-15,5
Hemotokrit 30,6 % 35-49
Lekosit 11,80 ribu/mmk 4,5-11,5
Eritrosit 3,51 juta/mmk 4,20-5,40
Trombosit 269 ribu/mmk 150-450
Ureum 67,0 mg/dl 10-50
Creatinin 3,83 mg/dl 0,5-1,5
Cholesterol 225,4 mg/dl >200
Trigliserida 189,4 mg/dl 50-150
CK-MB 30,4 U/L <24
HJ Trop 558,40 ng/L >100-2000
Natrium 140,4 mmol/L 135-145
Kalium 5,28 mEq/ L 3,5-5

b. EKG
1) Tanggal: 9-2-2019
HR: 56 bpm
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI)
2) Tanggal: 9-2-2019
HR: 62 bpm
Interpretasi: Sinus Normal

7. Program Pengobatan
Per Oral
1. Aspilet 20 mg 4 tablet
2. Atorvastatin 20 mg
3. Alprazolam 0,25 mg
4. Novenox 2 x 6,4 mg/ml
5. ISDN 3 x 5 mg

Per SC
1. Lovenox 2x0,4 mg/ml
ANALISA OBAT

No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi Keperawatan


1. Aspilet Meredakan Hipersensitivitas Perdarahan, Aspirin termasuk dalam golongan NSAID (Non Steroid Anti
nyeri skala terhadap zat ulserasi Inflamatory Drug) yang mana cara kerja NSAID yaitu dengan
ringan hingga aktif dari aspilet menghambat kerja enzim siklooksigenase yang bekerja merangsang
sedang pembentukan prostaglandin yang menyebabkan nyeri sehingga saat
NSAID bekerja maka produksi prostaglandin akan ditekan dan
nyeri bisa dihindari
2. Atorvastatin Menurunkan Penyakit hati Otot nyeri, Atorvastatin bekerja dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-
kolesterol, aktif, wanita demam, lebih methylglutaryl-coenzyme A reductase, suatu enzim yang berperan
pengaturan hamil, ibu cepat haus, lebih dalam pembentukan kolesterol. Dengan terhambatnya kinerja enzim
diet/pola makan menyusui sering buang air ini maka kadar kolesterol dalam darah akan berkurang.
kecil
3. Alprazolam Digunakan Hipersensitif Rasa Alprozolam memiliki mekanisme kerja sama dengan golongan
untuk terhadap obat mengantuk, benzodiazepam yaitu berkaitan dengan reseptor GABA (Gamma-
mengobati Alprazolam, ibu pusing atau aminobutyric acid) yang merupakan neurotransmiter dan hormon
kecemasan dan menyusui dan melayang, otak yang tugasnya menghambat reaksi-reaksi dan tanggapan
panic ibu hamil. tekanan darah neurologis yang tidak menguntungkan sehingga obat ini
rendah, memberikan efek anti cemas, rasa mengantuk
kesulitan dalam
berbicara.
4. Novenox Untuk Wanita hamil Reaksi alergi Setelah obat ini disuntikan ke tubuh seseorang, maka kandungan
pengencer darah dan menyusui, pada kulit, diare kimia yang terkandung dari obat ini yaitu enoxaparin sodium akan
pasien dengan dan mual, berperan sebagai anticoagulantyang berfungsi sebagai pengencer
gangguan hati demam, darah sehingga darah tidak akan mengental saat pembedahan
dan ginjal. pembengkakan
di kaki atau
tangan.
5. ISDN Obat untuk Pasien yang Pusing, sakit Obat ini bekerja dengan cara merelaksasi pembuluh darah pada
mengatasi nyeri mengalami kepala, mual, tubuh, sehingga mengurangi kerja yang harus dilakukan jantung
dada (angina) hipersensitif muntah untuk memompa darah, dengan berkurangnya kerja jantung maka
terhadap obat kebutuhan oksigen jantung juga akan berkurang dan nyeri dada pun
berkurang.
6. Lovenox Profilaksis Riwayat, Gejala Kandungan pada obat ini yaitu enoxaparin sodium akan berperan
gangguan trombositopenia perdarahan, sebagai antikoagulan yang berfungsi sebagai pengencer darah
tromboembolitik selama terapi trombositopenia sehingga tidak akan mengental saat pembedahan
vena terutama dengan
pada bedah enoksaparin
ortopedi,
mencegah
trombosis pada
sirkulasi
ekstrakorporal
selama
hemodialisa

B. ANALISA DATA
No Data Penyebab Etiologi
1. DS: Pasien mengeluh batuk Penurunan curah jantung Perubahan frekuensi/irama jantung
DO: Pasien batuk, CK-MB: 30,4 U/L
EKG: Tanggal: 9-2-2019
HR: 56 bpm
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI)
2. DS: Pasien mengeluh sedikit lemas Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
DO:
EKG: Tanggal: 9-2-2019
HR: 56 bpm
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI)
3. DS: Pasien mengeluh sedikit lemas Defisit perawatan diri: Makan Kelemahan
DO: kebutuhan makan dibantu orang lain dan alat
4. DS: Pasien mengeluh sedikit lemas Defisit perawatan diri: Mandi Kelemahan
DO: kebutuhan mandi dibantu orang lain dan alat
5. DS: Pasien mengeluh sedikit lemas Defisit perawatan diri: Berpakaian Kelemahan
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan alat
6. DS: Pasien mengeluh sedikit lemas Defisit perawatan diri: Eliminasi Kelemahan
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan alat
C. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi/irama jantung dibuktikan dengan:
DS: Pasien mengeluh batuk
DO: Pasien batuk, CK-MB: 30,4 U/L
EKG: Tanggal: 9-2-2019
HR: 56 bpm
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan:
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas
DO:
EKG: Tanggal: 9-2-2019
HR: 56 bpm
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI)
3. Defisit perawatan diri: Makan berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan:
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan alat
4. Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan:
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan alat
5. Defisit perawatan diri: Berpakaian berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan:
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan alat
6. Defisit perawatan diri: Eliminasi berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan:
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan alat

Yogyakarta, 11 Februari 2019


Oleh
(Kelompok 1)
D. NURSING CARE PLAN
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Tgl: 11 Feb 2019 Tgl: 11 Feb 2019 Tgl: 11 Feb 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: 12.45
Jam: 12.45 wib Jam: 12.45 wib Jam: 12.45 wib wib
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan a. Observasi TTV a. Salah satu tanda adanya peningkatan
b/d perubahan keperawatan selama 3x24 jam TIK adalah melalui tekanan darah.
frekuensi/irama jantung diharapkan penurunan curah jantung b. Kaji tingkat kesadaran b. Salah satu tanda adanya peningkatan
dibuktikan dengan: daoat teratasi dengan kriteria hasil: klien TIK adalah melalui penurunan
DS: Pasien mengeluh batuk Cardiac Pump effectiveness kesadaran.
DO: Pasien batuk, CK-MB: a. Tanda Vital dalam rentang c. Lakukan perekaman c. Gambaran hasil EKG sebagai data
30,4 U/L normal (Tekanan darah sistol EKG/ hari untuk melakukan tindakan
EKG: Tanggal: 9-2-2019 110-140mmHg diastol 60- selanjutnya.
HR: 56 bpm 90mmHg, Nadi 60-100x/menit, d. Anjurkan untuk d. Stres akan meningkatkan tekanan
Intepretasi: Segmen ST respirasi: 16-20x/menit) menurunkan stres darah. Jika stres diatasi, maka tekanan
elevasi (STEMI) b. EKG: sinus normal darah akan kembali normal. Stress
c. Tingkat kesadaran: compos juga meyebabkan jantung berdebar
mentis dan nafas menjadi cepat.
e. Berikan O2: 3L/mnt e. Sistem peredaran darah dalam tubuh
(binasal canule) manusia dipengaruhi oleh oksigen.
Jika suplai oksigen cukup maka akan
timbul sesak nafas.

2 Tgl: 11 Feb 2019 Tgl: 11 Feb 2019 Tgl: 11 Feb 2019 T Tgl: 11 Feb 2019
Jam: 12.45 wib Jam: 12.45 wib Jam: 12.45 wib Jam: 12.45 wib
Intoleransi aktifitas b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji aktivitas fisik 1. Menyediakan informasi dasar untuk
ketidak seimbangan suplai keperawatan selama 3x24 jam pada klien merumuskan tujuan keperawatan
dan kebutuhan oksigen diharapkan intoleransi aktivitas dapat 2. Posisikan pasien semi selama penetapan tujuan.
yang ditandai dengan : teratasi dengan kriteria hasil: fowler 2. Posisi semi fowler memudahkan
DS: Pasien mengeluh 1. Pasien menunjukkan toleransi 3. Anjurkan klien untuk inspirsi dan ekspirasi.
sedikit lemas selama aktivitas fisik sebagaimana membatasi aktivitas 3. Aktivitas yang berlebih akan membuat
DO: dibuktikan oleh fluktuasi tanda 4. Berikan O2: 3L/mnt kerja jantung semakin berat sehingga
EKG: Tanggal: 9-2-2019 vital yang normal selama aktivitas (binasal canule) menjadikan suplai oksigen ke jaringan
HR: 56 bpm fisik (Tekanan darah sistol 110- menjadi kurang
Intepretasi: Segmen ST 140mmHg diastol 60-90mmHg, 4. Pemberian oksigen dapat membantu
elevasi (STEMI) Nadi 60-100x/menit, respirasi: 16- kebutuhan oksigen didalah tubuh
20x/menit)
2. Pasien tidak sesak
3. Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: 12.45
Jam: 12.45 wib 12.45 wib Jam: 12.45 wib wib
Defisit perawatan diri : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kebutuhan klien 1. Menilai kebutuhan pasien dalam
Mandi b/d kelemahan yang keperawatan selama 3x24 jam untuk alat-alat bantu rangka pemenuhan kebersihan klien
ditandai dengan diharapkan deficit perawatan diri: untuk kebersihan diri. guna persiapan alat.
DS: Pasien mengeluh mandi dapat teratasi dengan kriteria 2. bantu klien sampai 2. Dengan pemenuhan kebutuhan mandi
sedikit lemas hasil: mampu secara utuh dapat melindungi klien dari berbagai
DO: kebutuhan berpakaian a. Menyatakan kenyamanan untuk melakukan self- kuman sehingga dapat menjaga
dibantu orang lain dan alat terhadap kemampuan untuk care. keutuhan kulit.
melakukan ADLs 3. Ajarkan kepada keluarga 3. Keluarga merupakan lembaga pertama
b. Dapat melakukan ADLs dengan cara memandikan di dalam pemenuhan kebutuhan,
bantuan tempat tidur kemampuan keluarga dalam
c. Klien terbebas dari bau badan 4. Kolaborasi dengan memberikan asuhan kesehatan
keluarga untuk mempengaruhi status kesehatan
memenuhi kebutuhan keluarga khusunya klien.
ADLs 4. Dukungan dari keluarga dapat
meningkatkan ADLs
4. Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: 12.45
Jam: 12.45 wib 12.45 wib Jam: 12.45 wib wib
Defisit perawatan diri : Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau peningkatan dan 1. Dalam rangka pemenuhan kebersihan
berpakaian b/d kelemahan keperawatan selama 3x24 jam penurunan kemampuan klien dipengaruhi oleh kebudayaan,
yang ditandai dengan diharapkan deficit perawatan diri: untuk berpakaian dan social, keluarga, pendidikan, dan
DS: Pasien mengeluh berpakaian dapat teratasi dengan melakukan perawatan persepsi seseorang terhadap kesehatan
sedikit lemas kriteria hasil: rambut Pertimbangkan 2. Meningkatkan kemandirian klien agar
DO: kebutuhan berpakaian a.  Mampu untuk mengenakan budaya pasien ketika tercapai peningkatan ADL
dibantu orang lain dan alat pakaian dan berhias sendiri perawatan diri. 3. Keluarga merupakan lembaga pertama
secara mandiri atau tanpa alat 2. Bantu pasien untuk dalam pemenuhan kebutuhan,
bantu menaikkan, kemampuan keluarga dalam
b. Mengungkapkan kepuasan dalam mengancingkan, dan memberikan asuhan kesehatan
berpakaian dan menata rambut merisleting pakaian, mempengaruhi status kesehatan
jika diperlukan keluarga khusunya klien.
3. Ajarkan kepada 4. Dukungan dari keluarga dapat
keluarga cara meningkatkan ADLs
mengenakan pakaian
klien di tempat tidur
4. Kolaborasi dengan
keluarga untuk
memenuhi kebutuhan
ADL
5. Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: 12.45
Jam: 12.45 wib 12.45 wib Jam: 12.45 wib wib
Defisit perawatan diri : Setelah dilakukan tindakan 1. observasi kebutuhan 1. Menilai kebutuhan pasien dalam
eliminasi b/d kelemahan keperawatan selama 3x24 jam klien dalam eliminasi rangka pemenuhan eliminasi guna
yang ditandai dengan diharapkan defisit perawatan diri: 2. buang urin dan persiapan alat.
DS: Pasien mengeluh eliminasi dapat teratasi dengan mengganti diapers 2. Memenuhi kebutuhan eliminasi klien
sedikit lemas kriteria hasil: 3. Ajarkan kepada dan sebagai pemenuhan dokumentasi
DO: kebutuhan berpakaian a.mampu untuk melakukan aktivitas keluarga cara balance cairan
dibantu orang lain dan alat eliminasi secara mandiri atau tanpa menggunakan urinal 3. Keluarga merupakan lembaga pertama
alat bantu dan mengganti diapers dalam pemenuhan kebutuhan,
b.mengenali & mengetahui 4. Kolaborasi dengan kemampuan keluarga dalam
kebutuhan bantuan untuk eliminasi keluarga untuk memberikan asuhan kesehatan
memenuhi kebutuhan mempengaruhi status kesehatan
ADL keluarga khusunya klien.
4. Dukungan dari keluarga dapat
meningkatkan ADL
6. Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: Tanggal: 11 Februari 2019 Tanggal: 11 Februari 2019 Jam: 12.45
Jam: 12.45 wib 12.45 wib Jam: 12.45 wib wib
Defisit perawatan diri : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pasien 1. Kemampuan menelan menjadi salah
makan b/d kelemahan yang keperawatan selama 3x24 jam kemampuan untuk satu tolak ukur dalam program diet.
ditandai dengan diharapkan defisit perawatan diri: menelan 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
DS: Pasien mengeluh makan dapat teratasi dengan kriteria 2. Bantu pasien makan 3. Makan dengan perlahan mampu
sedikit lemas hasil: 3. Anjurkan klien makan mencegah makanan masuk ke
DO: kebutuhan berpakaian a. Mampu makan secara mandiri secara perlahan pernafasan.
dibantu orang lain dan alat b. Mengungkapkan kepuasan 4. Kolaborasi dengan 4. Dukungan dari keluarga dapat
makan keluarga untuk meningkatkan ADLs
c. Menerima suapan dari pemberi memenuhi klien makan
asuhan.
E. CATATAN PERKEMBANGAN
HARI PERTAMA
Nama pasien : Tn. N
Ruang : ICCU
Diagnosa : ACS
N Diagnosa Keperawatan Tanggal Perkembangan (SOAPIE) Tanda
O Jam tangan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan 11 Februari I:
frekuensi/irama jantung dibuktikan dengan: 2019 1. Mengobservasi TTV
DS: Pasien mengeluh batuk 14.05  TD : 120/70 mmHG
DO: Pasien batuk, CK-MB: 30,4 U/L  N : 78 x/menit
EKG: Tanggal: 9-2-2019  S : 36,8 C
HR: 56 bpm  RR : 18x/menit
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI) 2. Mengkaji tingkat kesadaran pasien
14.10  Kesadaran CM
3. Melakukan perekaman EKG
 AR : 64 (sinus normal)
18.15 4. Menganjurkan klien untukmenurunkan stress
 Pasien kooperstif
5. Memberikan O2 3 L/menit (binasal canul)
 Terpasang O2 binasal canul
E:
S: Pasien mengatakan masih batuk
20.30
O: pasien batuk
2. Intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan suplai 11 Feb 2019 I:
dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan : 14.05
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas 1. Mengkaji aktivitas fisik pada klien
DO: 14.10  Aktivitas klien sepenuhnya di atas tempat tidur
EKG: Tanggal: 9-2-2019 2. Memposisikan pasien semi fowler
HR: 56 bpm  Pasien dalam posisi semi fowler
Intepretasi: Segmen ST elevasi (STEMI) 14.15
N Diagnosa Keperawatan Tanggal Perkembangan (SOAPIE) Tanda
O Jam tangan
3. Menganjurkan klien untuk membatasi aktivitas
18.15  Klien kooperatif
4. Memberikan O2: 3L/mnt (binasal canule)
 Klien terpasang binasal canule
20.45
E:
S: Pasien mengatakan masih lemas
O: Pasien lemas, RR= 18x/mnt
3. Defisit perawatan diri : Mandi b/d kelemahan yang 12 februari 2019 I:
ditandai dengan 04.50 1. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas kebersihan diri.
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan  Kulit pasien lengket, Kebutuhan mandi, set
alat memandikan telah dipersiapkan
05.00 2. membantu memandikan.
 Kulit bersih, tidak lengket, pasien terlihat nyaman
05.00 3. mengajarkan kepada keluarga cara memandikan di tempat
tidur
 sementara pasien dibantu oleh perawat, keluarga
membantu menyediakan fasilitas.
04.58 4. melakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan ADLs
 keluarga sanggup untuk ikut serta dalam pemenuhan
kebutuhan pasien.
05.30 E:
S : pasien mengatakan badanya segar dan tidak lengket
lagi.
O: pasien terdengar menyatakan kenyamanannya,
Kulit bersih dan wangi.

4 Defisit perawatan diri : berpakaian b/d kelemahan 12 februari 2019 I:


yang ditandai dengan 05.20 1. memantau peningkatan dan penurunan kemampuan
DS: Pasien mengeluh sedikit lemas untuk berpakaian dan melakukan perawatan rambut
N Diagnosa Keperawatan Tanggal Perkembangan (SOAPIE) Tanda
O Jam tangan
DO: kebutuhan berpakaian dibantu orang lain dan Pertimbangkan budaya pasien ketika perawatan diri.
alat  Pasien mudah lelah untuk aktifitas, gerakan
pasien lambat, kebiasaan pasien selalu menyisir
rambut saat bangun tidur.
05.25 2. membantu pasien untuk menaikkan, mengancingkan,
dan merisleting pakaian.
 Baju pasien sudah diganti dengan yang baru
05.27 3. mengajarkan kepada keluarga cara mengenakan pakaian
klien di tempat tidur
 keluarga pasien mengerti
04.58 4. melakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan ADL
 keluarga sanggup untuk ikut serta dalam
pemenuhan kebutuhan pasien.
05.30

5
N Diagnosa Keperawatan Tanggal Perkembangan (SOAPIE) Tanda
O Jam tangan
6.

.7
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC dan NOC. Jakarta: EGC.
Black, Joyce & Jane. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.
Nanda. (2018). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2011). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. (2016). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai