Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ...........ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ................................................................................................................. 5


2.2 Epidemiologi .....................................................................................................6
2.3 Etiologi ............. ...................... ..........................................................................7
2.4 Klasifikasi ............................................................................................................7
2.5 Tanda dan gejala ...................................................................................................8
2.6 Patofisiologi .........................................................................................................9
2.7 Manifestasi klinis ................................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan .................................................................................................12

BAB III PENYELESAIAN KASUS

3.1 Kesimpulan .............. .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan, penyebab diperkirakan berkurangnya
aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata
lain, suplai kebutuhan jantung meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit
aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama
(Barbara C Long, 2006).

Di Amerika Serikat di dapatkan bahwa kurang lebih 50% dari penderita penyakit
jantung koroner mempunyai manifestasi awal angina pectoris stabil (APS). Jumlah pasti
penderita angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden angina pectoris pertahun
pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213 penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi
jantung Amerika memperkirakan ada 6.200.000 penderita APS ini di Amerika Serikat. Tapi
data ini nampaknya sangat kecil di bandingkan dari laporan dua studi besar dari Olmsted
Country dan Framingham yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3%
sampai 3,5% dari penderita angina pectoris pertahun atau kurang lebih 30 penderita angina
pectoris untuk setiap penderita infark miokard akut (Tucker, 2008).

Di Indonesia penyakit jantung adalah pembunuh nomor tiga. Jantung adalah organ
tubuh yang bekerja paling kuat. Setiap harinya organ tubuh ini memompa 16.000 liter darah
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah sekitar 90.000 km. Walaupun relative kecil, namun
organ ini bekerja dua kali lebih keras dari pada betis pelari sprint atau otot petinju kelas berat.
Tidak ada otot kecuali otot rahim wanita yang bekerja siang dan malam selama 70 tahun atau
lebih seperti jantung. Berikut ini terdapat beberapa anjuran yang akan berguna bagi
pemeliharaan kesehatan jantung. Namun, yang perlu ditekankan bahwa dengan mengikuti
anjuran-anjuran bukan berati kita akan kebal terhadap penyakit jantung, sebab sampai
sekarang belum ada sesuatupun yang dapat memberi kekebalan seperti itu(Barbara C. Long,
2006).
Mengingat banyaknya jumlah penderita angina pectoris dan kerugian yang
ditimbulkan terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih komperehensif.
Tetapi angina pectoris stabil terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark
miokard akut dan kematian sehingga meningkatkan harapan hidup serta mengurangi gejala
dengan harapan meningkatnya kualitas hidup. Pada penderita yang berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan awal didapatkan kemungkinan sedang atau tinggi untuk menderita
suatu penyakit jantung koroner perlu dilakukan tes secara noninvasive maupun invasive
untuk memastikan diagnose serta menentukan sertifikasi resiko. Penderita angina pectoris
stabil dengan resiko tinggi atau resiko sedang yang kurang berhasil dengan terpi standar,
perlu dilakukan tindakan revaskularisasi, terutama bila penderita memang menghendaki.
Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaannya. (Departemen ilmu penyakit
dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia, 2006 ).

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apakah pengertian dari angina pektoris?


2. Apa etiologi dari angina pektoris?
3. Ada berapakah klasifikasi angina pektoris?
4. Bagaimana patofisiologi dari angina pektoris?
5. Bagaimanakah tanda gejala angina pektoris?
6. Bagaimana diagnosa dari angina pektoris?
7. Bagaimana manifestasi dari angina pektoris?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan angina pectoris?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian dari angina pektoris


2. Mengetahui etiologi dari angina pektoris
3. Mengetahui klasifikasi angina pektoris
4. Mengetahui patofisiologi dari angina pektoris
5. Mengetahui tanda dan gejala angina pektoris
6. Mengetahui diagnosis dari angina pektoris
7. Mengetahui manifestasi dari angina pektoris
8. Mengetahui penatalaksanaan dari angina pektoris

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi angina pektoris

Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh ischemia
miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering kali
digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa terbakar, rasa bengkak dan
rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 15 menit di daerah
retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri.
Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya
dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas yang disebabkan oleh gangguan
fungsi akibat ischemia miokard (Sjaifoelah Noor, 2010).

Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan didada depan, penyebab diperkirakan berkurangnya
aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen kejantung tidak adekuat atau dengan kata
lain suplai kebutuhan jantung meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit
aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama
(Smaltzer, 2006).

Tejadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia yang terjadi pada
agina terbatas pada durasi serangan tidak menyebabkan kerusakan permanen jaringan
meokardium. Namun angina merupakan hal yang mengancam kehidupan dan dapat
menyebabkan disritmia atau bekembang menjadi infark meokardium (Udjianti, 2010).

2.2 Epidemiologi

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan diantara


penduduk Indonesia umur 2-15 tahun, prevalensi sakit jantung (angina pectoris) berdasarkan
informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama hidupnya sebesar
1,3%dan yang pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman sakit jantung (angina pectoris)
menurut gejala dilaporkan oleh 5-1 per 1000 penduduk umur 5-21 tahun dimana 93% di
antaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan. Menurut data SKRT 2004,
prevalensi penyakit jantung berdasarkan keterangan pernah di diagnosis oleh tenaga
kesehatan pada penduduk umur 15 tahun sebesar 2,2% dan prevalensi gejala penyakit jantung
dalam 1 tahun terakhir sebesar 8,4 %.

2.3 Etiologi dari angina pektoris


Penyebab dari angina pectoris antara lain : ateroskelerosis, spasme pembuluh koroner,
latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan makanan berat dan stress. Karen hal ini
kelanjutan dari stenosis aorta berat, insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai
obstruksi, peningkatan kebutuhan tubuh metabolic, takikardi paroksimal (Barbara C Long,
2006).

Penyebab lainnya adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh
darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah koroner dapat mengiringi
terjadinya iskemik actual/ perluasan dari infark miokard. Sedangkan penyebab lain dari
asteroskterosis yang dapat mempengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner dapat
berhubungan dengan obnormalitas sirkulasi (Udjianti, 2010 ).

2.4 Klasifikasi dari angina pektoris

Adapun klasifikasi angina pectoris (Kumar, 2007) adalah :

Angina Pectoris Stabil


Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini, obstruksi
koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat. Akan tetapi bila
kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat melewati obstruksi tersebut, akan tetapi
iskemik dan timbul gejala angina. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang
dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan atatus inotropik jantung sehingga
kebutuhan O2akan bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara dingin dan makan yang

banyak.
Sakit dada timbul setelah melakukan aktivitas.
Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit.
Bersifat stabil tidak ada perubahan serangan dalam angina selama 30 hari.
Pada phisical assessment tidak selalu membantu dalam menegakkan diagnosa.

Angina Pectoris Tidak Stabil


Unstable angina (angina tak stabil / ATS) Istilah lain yang sering digunakan adalah
Angina preinfark, Angina dekubitus, Angina kresendo. Insufisiensi koroner akut atau
Sindroma koroner pertengahan. Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang dapat
berubah seperti keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau
angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada
patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri. Angina
yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi berat dan lamanya
meningkat.
Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
Fisical assessment tidak membantu.
EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.

Angina Variant
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan
suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya

obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang
normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina
waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitasringan.
Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner EKG deviasi segment ST depresiatau elevasi
yang timbul pada waktu serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.

2.5 Tanda Dan Gejala

Gejalanya (Syaufuddin, 2006) adalah sakit dada sentral atau restrosentral yang dapat
menyebar kesalah satu atau kedua tangan, leher atau punggung. Sakit sering timbul pada
kegiatan fisik maupun emosi atau dapat timbul spontan waktu istirahat.
Penderita dengan angina pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik. Penderita
dengan angina pektoris stabil, pola sakit dadanya dapat dicetuskan kembali oleh kegiatan dan
oleh factor-faktor pencetus tertentu, dalam 30 hari terakhir tidak ada perubahan dalam hal
frekueensi, lama dan factor-faktor pencetusnya (sakit dada tidak lebih lama dari 15 menit).
Pada angina pektoris tidak stabil, umumnya terjadi perubahan-perubahan pola :
meningkatnya frekueensi, parahnya dan atau lama sakitnya dan faktor pencetusnya. Sering
termasuk di sini sakit waktu istirahat, pendeknya terjadi crescendo ke arah perburukan gejala-
gejalanya. Subset ketiga adalah angina Prinzmetal (variant) yang terjadi karena spasme arteri
koronaria.
Faktor pencetus yang paling banyak menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi
yang berlebihan dan kadang-kadang sesudah makan. Semua keadaan ini meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard dengan mengingkatkan baik denyut nadi maupun tekanan darah
sistemik. Hasil perkalian kedua parameter ini merupakan indeks dari kebutuhan oksigen
miokard.

2.6 Patofisiologi

Pada angina pektoris, penderita sering merasakan sakit pada daerah dada. Rasa sakit
dada ini disebabkan karena adanya iskemia miokard akibat suplai darah dan oksigen yang
berkurang. Berkurangnya aliran darah pembuluh darah koroner ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain penyempitan akibat proseJaterosklerosis, spasme pembuluh darah
koroner, stenosis aorta, ataupun kebutuhan metabol ik yang bertambah sep erti yang dapat d
iju mp ai p ad a hi perti roi d, anemia berat, takikardia paroksismal dengan irama ventrikular
yang cepat. Manifestasi penyakit jantung koroner dapat bervariasi, antara lain berupa angina
pektoris, infark miokard akut, angina tidak stabil, iskemik miokard asimtomatilg kegagalan
jantung aritmia, gangguan hantaran jantung dan kematian mendadak.
Pada angina pektoris tidak stabil serangan terjadi pada waktu istirahat, tidur ataupun
aktivitas minimal. Penyebabnya ialah spasme pembuluh koroner, penyumbatan sementara
oleh trombus dan trombus yang beragregasi. Rasa sakit dada pada keadaan ini terjadinya
lebih lama daripada angina biasa dan frekuensi timbulnya serangan lebih sering. Pada
Prinzmetal angina yang disebut juga variant angina pektoris, serangan angina timbul pada
waktu istirahat, akibat spasme pembuluh darah koroner yang sudah sklerotik atau spasme
pembuluh koroner normal.
Pada pemeriksaan EKG akan tampak elevasi segmen ST. Angina jenis ini dapat
berkembang menjadi infark miokard atau aritmia atau fibrilasi ventrikel.

Patofisiologi angina pektoris:


Penimbunan lemak (lipid) dan jaringan abrous pada dinding arteri koroner

Penyempitan pembuluh darah koroner

Obstruksi / hambatan aliran darah miokard

Iskemia (berkurangnya kadar O2)

Mengubah metabolism aerobic menjadi an-aerobik

Tertimbun asam laktat

pH sel menurun

Muncul efek hipoxia

Mengganggu fungsi ventrikel sinistra

Menurunnya fungsi ventrikel sinistra dapat mengurangi curah jantung. Dengan berkurangnya
jumlah curah jantung sekuncup (jumlahdarah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut)

Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerak jalan / heremodinamik

Tekanan jatung kiri, tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan tekanan dalam paru-paru kiri
meningkat

Peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung

Nyeri

2.8 Manifestasi Klinis


a) Nyeri seperti diperas, diikat atau tertekan (biasanya tidak menusuk), terjepit, terasa
panas di daerah perikardium, sternal, atau substernum dada, kemungkinan menyebar
ke lengan, permukaan dalam tangan kiri, permukaan ulnar jari manis dan jari
kelingking, rahang bawah, atau thoraks yang menghilang selama 2-10 menit.
b) Rasa sesak, tercekik dan kualitas yang terus-menerus.
c) Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan yang menyertai
nyeri
d) Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat. Angina
Prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya menghilang selama 5
menit.
e) Tercetus oleh
Latihan fisik, dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung
Pajanan terhadap dingin, dapat mengakibatkan basokonstriksi dan peningkatan
tekanan darah, disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen
Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaaan darah untuk suplai jantung (pada
jantung yang sudah sangan parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri
angina semakin buruk)
Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah,
dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

Elektro Kardio Gram


Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada
waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau. Kadang-
kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas.
Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan
gelombang T menjadi negatif.

Holter Monitor.
Holter monitor merupakan alat praktis yang mampu memantau berbagai aktivitas listrik
selama 24 jam untuk menilai irama jantung, posisi ruang jantung, dan evaluasi terapi
(pemasangan pacemaker). Bila terdapat keluhan berupa pusing, pingsan, tekanan darah
rendah, lelah berkepanjangan atau berdebar tanpa adanya perubahan pada pemeriksaan EKG
saat istirahat.
Alat ini dapat berguna untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung (aritmia) atau
kejadian epileptic (EEG) yang sulit diketahui bila dipantau dalam jangka pendek. Bersamaan
dengan perekaman, pasien mencatat aktivitas dan keluhan yang muncul saat perekaman.
Alat ini menggunakan elektroda yang dipasangkan di dada yang dihubungkan ke alat
yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas listrik jantung selama periode
perekaman.

Angiografi Curone
Angiogram, yang pada dasarnya sinar x dari arteri koroner, telah menjadi tes diagnostik
yang paling akurat untuk menunjukkan keberadaan dan luasnya penyakit koroner. Dalam
prosedur ini, digunakan tabung fleksibel (kateter) yang panjang dan tipis untuk melakukan
manuver ke dalam arteri yang terletak di lengan atau pangkal paha. Kateter ini akan
dilewatkan lebih lanjut melalui arteri ke salah satu dari dua arteri koroner utama. Sebuah
pewarna disuntikkan pada waktu itu untuk membantu sinar x melihat jantung dan arteri
lebih jelas. Banyak sinar x singkat dibuat untuk menciptakan sebuah film darah mengalir
melalui arteri koroner, yang akan mengungkapkan penyempitan yang mungkin dapat
menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung dan gejala terkait angina.

Stres Testing

Bagi banyak orang dengan angina, hasil elektrokardiogram saat istirahat tidak akan
menunjukkan adanya kelainan. Karena gejala angina terjadi selama stress (latihan fisik),
fungsi jantung mungkin perlu dievaluasi di bawah tekanan fisik dari latihan. Tes stres
dilakukan bersamaan dengan EKG sebelum, selama, dan setelah latihan untuk mencari
kelainan terkait stress (latihan fisik). Tekanan darah juga diukur selama uji stres.

Foto Rontgen Dada


Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.

3.7 Penatalaksannaan

Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :


1) Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikianmeningkatkan
kuantitas hidup.
2) Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.

Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian oksigen


(dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan
mengurangi kerja jantung).

Terapi Farmakologi
1. Penyekat Beta
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.

2. Nitrat dan Nitrit


Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan
preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah
satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap
nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil
nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.

3. Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler
sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem,
felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.

Terapi Non Farmakologis

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan
naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk
menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah.
Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif,
agresif atau ambisius.

Komplikasi

Stres psikologis
Infark Miokard
Aritmia
Gagal jantung

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel.

2. Etiologi dari angina pectoris terdiri dari 4 bagian yaitu


a) Arterosklerosis.
b) Aorta insufisiensi
c) Spasmus arteri koroner
d) Anemi berat

3. Macam Macam Angina Pectoris :


a) Angina pectoris stabil.
b) Angina pectoris tidak stabil.
c) Angina variant

4. Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian oksigen


(dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen
(dengan mengurangi kerja jantung).

5. Pemeriksaan diagnosa dari angina pectoris, adalah :


a) Elektrokardiogram (EKG)
b) Holter monitor
c) Angiografi Curone
d) Stress testing
e) Foto rontgen dada

6. Penatalaksanaan dari angina pectoris terdiri dari terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis.

Anda mungkin juga menyukai