Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM KARDIOVASKULAR: ANGINA PECTORIS

Dosen Koordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep


Dosen Pembimbing : M. Budi Santoso., S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Justika Pratiwi Putri


2350321096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2023
1. Definisi
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksima nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. (Smeltze & Bare, 2002).
Angina pektoris merupakan ketidakseimbangan sementara antara suplai dan
kebutuhan oksigen pada miokard, yang mengakibatkan nyeri dada kiri atau daerah
sebsternum dan dapat beradiasi ke lengan kiri atau keduua lengan, ke rahang, leher,
dan punggung. Nyeri berlangsung dari 1 sampai 15 menit. (Potter & Perry, 2006).
Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa angina pektoris adalah nyeri dada
yang terjadi saat otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup karena
pembuluh darah arteri pada jantung tersumbat atau menyempit.
2. Etiologi
Menurut Smelter dan Bare (2002), angina pektoris diakibatkan oleh penyakit
jantung aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner
utama. (Smeltze & Bare, 2002). Penyebab lainnya yaitu karena spasme arteri koroner,
penyempitan dari lumen pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding
pembuluh darah berkontraksi (vasokontraksi). (Udjianti, 2010).
3. Tanda dan Gejala
Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri yang terasa seperti
tertindih, terbakar, tertusuk atau terasa sesak. Rasa sakit ini dapat menjalar ke lengan,
bahu, punggung, leher, dan rahang. Gejala lain yang dapat menyertai nyeri dada
tersebut antara lain:
a. Keringat berlebihan meski cuaca tidak panas
b. Mual
c. Lelah
d. Pusing
e. Sesak napas
4. Klasifikasi
Menurut Rampengan (2014) terdapat klasifikasi Braunwald pada pasien dengan
UAP antara lain:
1. Kehebatan
Kelas I yaitu serangan baru, berat, atau mempercepat angina. Angina lamanya < 2
bulan, angina berat atau terjadi ≥3 kali/hari, atau lebih sering angina dan dipicu
oleh kurangnya eksersi, tidak ada nyeri istirahat pada 2 bulan terakhir. Kelas II
(Sub akut) yaitu angina muncul saat istirahat yang terjadi ≥1 kali saat istirahat
selama bulan sebelumnya tapi tidak sampai 48 jam. Kelas III (Akut) yaitu angina
muncul saat istirahat yang terjadi ≥1 kali saat istirahat sampai 48 jam.
2. Keadaan Klinis
Kelas A yaitu angina tidak stabil kedua: Eksterinsik keadaan identifikasi dengan
jelas untuk dasar vaskular koroner bahwa memperkuat iskemia miokard termasuk
anemia, demam, infeksi, hipotensi, takiaritmia, tirotoksikosis, hipoksemia
sekunder untuk gagal respirasi. Kelas B yaitu angina tak stabil primer. Kelas C
yaitu angina tidak stabil pasca-infark (2 minggu untuk IMA).
3. Intensitas Pengobatan
Tidak ada atau pengobatan minimal, adanya standar terapi untuk angina stabil
kronik (dosis biasa pada oral beta bloker, nitrat, dan antagonis kalsium),
meskipun terjadi dosis toleransi maksimal pada semua 3 kategori dari terapi oral
termasuk nitrogliserin intravena.
4. ParameterRrisiko Tinggi
Risiko jangka pendek untuk kematian atau non-fatal infark miokard pasien
dengan Unstable Angina Pectoris (UAP)
5. Patofisiologi/ Pathway
Mekanisme angina pektoris disebabkan oleh kurangnya suplay oksigen ke sel-
sel miokardium yang terjadi karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen pada
arteri koroner. Ateriosklerosis adalah penyakit arteri koroner yang sering ditemukan.
Jika beban kerja suatu jaringan meningkat, maka oksigen yang dibutuhkan juga
meningkat. Jika kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri coroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Apabila
terjadinya penyempitan arteri koroner akibat dari ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka akan
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. (Kasron, 2016). Bila aliran
darah koroner tidak dapat menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen yang diperlukan
oleh otot jantung, maka terjadi ketidak seimbangan anatar suplai dan kebutuhan
(Udjianti, 2010). Dalam pemenuhan kebutuhan energi otot jantung, tersedia pembuluh
darah/arteri koronaria yang menyuplai otot jantung dan mempunyai kebutuhan
metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. (Smeltze & Bare, 2002).
Athersoklerosis meliputi berbagai kondisi patologi yang mengahambat aliran
darah dalam arteri yang mensuplai jantung (Wijaya & Putri, 2013). Dalam penyakit
jantung koroner, arteri koroner ini menjadi semakin sempit dan kadang-kadang
terblokir. Hal tersebut akan menyebabkan tidak dapat mengalirnya darah dengan baik
ke otot-otot jantung. Pada tahap awal penderita akan dapat bernafas dalam keadaan
normal dan darah yang mengalir ke jantung masih cukup, namun ketika penderita
melakukan aktivitas yang melelahkan arteri koroner yang menyempit tidak dapat
mensuplai darah dengan baik ke otot-otot jantung. Gejala untuk kelelahan ini bersifat
ringan, sehingga penderita dapat mengurangi aktivitas yang dilakukan secara
bertahap. Namun jika pada suatu kondisi tidak ada darah yang mengalir pada arteri
koroner maka penderita akan mengalami nyeri dada pada bagian kiri atau serangan
jantung dan tidak sadarkan diri. (Sumiati & Nurhaeni, 2010).
6. Pemeriksaan Penunjang
Tes yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengkonfirmasi angina meliputi:
a. Elektrokardiogram (ECG atau EKG)
Tes ini cepat dan tanpa rasa sakit yang dilakukan untuk mengukur aktivitas
listrik jantung. Tambalan lengket (elektroda) ditempatkan di dada dan terkadang
di lengan dan kaki. Kabel menghubungkan elektroda ke komputer, yang
menampilkan hasil tes. EKG dapat menunjukkan apakah jantung berdetak terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak sama sekali. Melalui tes ini, profesional medis
juga dapat mencari pola irama jantung untuk melihat apakah aliran darah melalui
jantung telah melambat atau terganggu.
b. Rontgen Dada
Rontgen dada dapat menunjukkan kondisi jantung dan paru-paru. Rontgen
dada dapat dilakukan untuk menentukan apakah ada kondisi lain yang
menyebabkan gejala nyeri dada dan untuk melihat apakah jantung membesar atau
tidak.
c. Tes Darah
Ketika otot jantung mengalami kerusakan, enzim jantung tertentu memasuki
aliran darah. Tes darah dapat membantu mendeteksi zat ini.
d. Tes Stres
Terkadang angina lebih mudah didiagnosis saat jantung bekerja lebih keras.
Tes stres biasanya melibatkan berjalan di atas treadmill atau mengendarai sepeda
statis sementara jantung dipantau. Jika kamu tidak bisa berolahraga, kamu
mungkin akan diberikan obat yang meniru efek olahraga pada jantung.
e. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar
jantung yang sedang bergerak. Gambar-gambar ini dapat menunjukkan bagaimana
darah mengalir melalui jantung. Ekokardiogram dapat dilakukan selama tes stres.
f. Tes Stres Nuklir
Tes stres nuklir membantu mengukur aliran darah ke otot jantung saat istirahat
dan selama stres. Ini mirip dengan tes stres rutin, tetapi selama tes stres nuklir,
pelacak radioaktif disuntikkan ke dalam aliran darah. Pemindai khusus ini akan
menunjukkan bagaimana pelacak bergerak melalui arteri jantung. Area yang
memiliki sedikit atau tidak ada pelacak menunjukkan aliran darah yang buruk.
g. Cardiac Computerized Tomography (CT)
Ketika tes ini dilakukan, kamu diminta berbaring di atas meja di dalam mesin
berbentuk donat. Tabung sinar-X di dalam mesin berputar mengelilingi tubuh dan
mengumpulkan gambar jantung dan dada. CT scan jantung dapat menunjukkan
apakah jantung membesar atau jika ada arteri jantung yang menyempit.
h. Pencitraan Resonansi Magnetik Jantung
Tes ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat
gambar jantung secara detail. Kamu akan berbaring di atas meja di dalam mesin
panjang berbentuk tabung yang menghasilkan gambar detail dari struktur jantung
dan pembuluh darah.
i. Angiografi Koroner
Angiografi koroner adalah pemeriksaan menggunakan pencitraan sinar-X
untuk memeriksa bagian dalam pembuluh darah jantung. Ini bagian dari kelompok
umum prosedur yang dikenal sebagai kateterisasi jantung. Pada pemeriksaan ini,
profesional medis akan memasukkan tabung tipis (kateter) melalui pembuluh
darah di lengan atau selangkangan ke arteri di jantung dan menyuntikkan pewarna
melalui kateter. Pewarna membuat arteri jantung terlihat lebih jelas pada sinar-X
7. Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Non medikamentosa Menurut Setyohadi et al (2018) penatalaksanaan
angina pektoris yaitu: tirah baring dan pemberian oksigen 2-4 liter/menit.
b. Tatalaksana Medikamentosa Pengobatan angina pektoris bertujuan untuk
mengurangi keluhan dan gejala, serta mencegah komplikasi berupa serangan
jantung. Penanganan yang diberikan kepada tiap pasien dapat berbeda-beda,
tergantung pada kondisi yang dialaminya. Biasanya, pasien yang mengalami
angina pektoris akan diberikan obat-obatan untuk mengurangi keluhan. Dibawah
ini adalah rincian dari berbagai cara pengobatan angina pektoris (Luhtfiyah, 2021)
:
1) Obat-obatan
Jenis obat yang dapat diberikan oleh dokter untuk meredakan gejala angina
yaitu obat pengencer darah: aspirin, clopidogrel, atau ticagrelor, obat pelebar
pembuluh darah: nitrogliserin, untuk melebarkan dan merelaksasi pembuluh
darah, sehingga aliran darah ke antung lebih baik, obat penghambat beta untuk
memperlambat denyut jantung dan merelaksasi pembuluh darah, sehingga
mengurangi beban kerja jantung, dan obat 12 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
untuk mengontrol penyakit diabetes, kolestrol, dan hipertensi yang merupakan
faktor risiko dari penyakit jantung koroner penyebab angina.
2) Prosedur medis khusus
Apabila angina pektoris tidak mereda setelah pemberian obatobatan, dokter
menungkin akan menganjurkan prosedur medis khusus menanganinya, antara
lain (Luhtfiyah, 2021):
a) Pemasangan ring jantung, untuk melebarkan arteri yang mengalami
penyempitan dengan meletakkan kawat khusus (ring) yang berbentuk
seperti tabung di pembuluh darah arteri jantung.
b) Operasi baypass jantung, yaitu dengan mengambil pembuluh darah dari
bagian tubuh lain untuk membuat saluran aliran darah baru sebagai
pengganti saluran aliran darah yang menyempit. Selain pengobatan medis
diatas, penderita perlu melakukan perubahan gaya hidup untuk mencegah
keluhan muncul kembali yaitu dengan melakukan olahraga secara teratur,
menerapkan pola makan yang baik, menghentikan kebiasaan merokok, dan
beristirahat yang cukup.
8. Pengkajian Keperawatan
Menurut Mutarobin (2018) pengkajian pada UAP yaitu:
a. Pengkajian primer
1) Airways yaitu adanya sumbatan atau penumpukan secret, suara nafas
tambahan seperti wheezing atau krekles.
2) Breathing yaitu adanya esak dengan aktifitas ringan atau istirahat,
meningkatnya RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal, suara nafas
tambahan: ronchi dan krekles, ekspansi dada tidak penuh dan penggunaan otot
bantu nafas.
3) Circulation yaitu nadi lemah, tidak teratur, takikardi, TD meningkat /
menurun, edema, gelisah, akral dingin, kulit pucat, sianosis, dan output urine
menurun.
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas yaitu adanya kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, jadwal olah raga tidak teratur, takikardi, dispnea pada istirahat atau
aktifitas.
2) Sirkulasi
a) Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
b) Tekanan darah : Dapat normal / naik / turun, Perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri.
c) Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia).
d) Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
e) Murmur : Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung.
f) Friksi : Dicurigai Perikarditis.
g) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur.
h) Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
i) Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau
bibir.
c. Integritas Ego
Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja,
keluarga. Selain itu tandatandanya menunjukan antara lain menoleh, menyangkal,
cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri
sendiri, koma nyeri.
d. Eliminasi: normal dan bunyi usus menurun.
e. Makanan atau cairan: pasien biasanya merasakan mual, anoreksia, bersendawa,
nyeri ulu hati atau terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan.
f. Hygiene: kesulitan melakukan tugas perawatan.
g. Neurosensori: pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat). Tanda : perubahan mental, kelemahan.
h. Nyeri atau ketidaknyamanan

 Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan


dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
 Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
 Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
 Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
 Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia.
i. Pernafasan: dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis, peningkatan
frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat, sianosis, bunyi nafas (bersih,
krekles, mengi), sputum.
j. Interkasi social: stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal :
penyakit, perawatan di Rumah sakit. Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon
terlalu emosi (marah terus-menerus, takut) dan menarik diri.
k. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko seperti: penyakit pembuluh darah arteri,
serangan jantung sebelumnya, riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan
jantung positif, kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/l), seorang perokok, diet
tinggi garam dan tinggi lemak, kegemukan (bb idealtb –100 ± 10 %), dan wanita
pasca menopause karena terapi estrogen.
l. Pemeriksaan Diagnostik
 EKG, adanya perubahan segmen ST, gelombang Q, dan perubahan
gelombang T.
 Berdasarkan hasil sinar X dada terdapat pembesaran jantung dan kongestif
paru.
 Enzim jantung, yaitu kreatinin kinase (CK) – isoenzim MB mulai naik
dalam 6 jam, memuncak dalam 18 – 24 jam dan kembali normal antara 3 –
4 hari, tanpa terjadinya neurosis baru. Enzim CK – MB ssering dijadikan
sebagai indikator Infark Miokard. Laktat dehidrogenase (LDH) mulai
meningkat dalam 6 – 12 jam, memuncak dalam 3 – 4 hari dan normal 6 –
12 hari dan troponin T.
 Test tambahan termasuk pemeriksaan elektrolit serum, lipid serum,
hematologi, GDS, analisa gas darah (AGD).
9. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia)
b. Intoleransi Aktivitas b.d antara suplai dan kebutuhan oksigen

Vc
10. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis keperawatan diharapkan tingkat nyeri (I. 01011)
(iskemia) menurun (L.08066) dengan kriteria Observasi:
hasil : - Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri menurun. karakteristik, durasi,
2. Meringis menurun. frekuensi, kualitas,
3. Gelisah menurun. intensitas nyeri.
4. Kesulitan tidur menurun. - Identifikasi skala nyeri.
5. Anoreksia menurun. - Identifikasi respons nyeri
6. Frekuensi nadi membaik. non verbal.
7. Pola napas membaik. - Identifikasi faktor yang
8. Tekanan darah membaik. memperberat dan
memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri.
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri.
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup.
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dongin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yag
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur.
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
- Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
SDKI (D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan (I.05178)
b.d antara suplai dan keperawatan 1x24 jam, diharapkan Observasi
kebutuhan oksigen membaik dengan kriteria hasil: - Monitor kelelahan fisik
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola dan jam
- Saturasi O2 meningkat tidur
- Keluhan lelah menurun - Monitor lokasi dan
- Dispnea saat aktivitas menurun ketidaknyamanan selama
- Dispnea setelah aktivitas menurun melakukan aktivitas.
- Frekuensi napas membaik Terapeutik
- Tekanan darah membaik. - Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
- Frekuensi napas membaik.
stimulus
- EKG Iskemia membaik.
- Lakukan latihan rentang
ferak pasif/aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang.
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Anda mungkin juga menyukai