Oleh :
NIM : P17211193030
JURUSAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis
B. Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien mendapat serangan
sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali
menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang
bila aktifitas berhenti (Wijaya & Putri, 2013).Aktivitas fisik dan emosi
menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan
meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau
tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan jantung
akan oksigen, maka bisa terjadi kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri
(Kasron, 2012). Tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe angina yaitu:
1. Angina Pectoris Stabil
Pada keadaan ini, tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu
istirahat. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan
denyut jantung, tekanan darah dan status jantung sehingga kebutuhan O2 akan
bertambah seperti pada aktifitas fisik yang berat, namun hilang dengan segera dan
ketika di istirahatkan atau menggunakan pengobatan terhadap angina. Rasa sakitnya
dapat menyebar ke lengan, punggung, atau area lain.
2. Variant angina
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan
suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan
terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit
maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama
terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan waktu
penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri coroner yang
memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban jantung. Hal ini
tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan
thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap
peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami
kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan
serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan
jantung. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia).
Angina pada pertama kali atau angina stabil dengan frekuesi berat dan lamanya
meningkat. Timbul di waktu istirahat atau kerja ringan. Biasanya lebih parah dan
hilang dalam waktu yang lama, dan tidak akan hilang saat beristirahat ataupun
pengobatan angina.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiografi (EKG) menurut Wijaya & Putri (2013), yaitu :
- Monitor EKG terdapat aritmia
- Rekam EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST elevasi ataupun
depresi dan gelombang Q, patologis ini menunjukkan telah terjadi nekrosis
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar (Kasron, 2012).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu spesifik dalam diagnosis angina pectoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut
maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim
tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya
masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan
diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris
(Kasron, 2012).
F. Penatalaksanaan Medis
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris menurut Smeltzer & Bare
(2012):
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan kematian jaringan, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.
2. Mengurangi symptom dan frekuensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah meningkatkan pemberian oksigen
(dengan meningkatkan aliran darah pembuluh jantung) dan menurunkan kebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
1. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain: pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras.
Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung.
Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontrasepsi dan
kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
2. Terapi Farmakologis
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini
dicapai melalui terapi farmakologi dan control terhadap factor risiko. Secara
bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui
bedah pintas arteri koroner atau angioplasty koroner transluminal perkutan
(PTCA= percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan
kombinasi antara terapi medis dan pembedahan. a. Penyekat Beta-adrenergik
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung,
kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat
penyekat beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol. b. Nitrat
dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom angina pectoris, di samping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan
preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial.
Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi
terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat
dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8-12 jam. Obat golongan nitrat dan
nitrit adalah: amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin. Nitrogliserin
biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan
akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit. c. Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos
pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan
sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis
adalah amlodipin, berpridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat serangan jantung sebelumnya
2) Riwayat penyakit pernafasan kronis
3) Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
4) Riwayat perokok
5) Diet rutin dengan tinggi lemak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM, hipertensi, stroke dan penyakit
pernafasan (asma).
d. Riwayat kesehatan sekarang
- Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan angina adalah kegiatan fisik,
emosi yang berlebihan atau setelah makan.
- Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktivitas).
- Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada anterior, substernal
prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak yang menggambarkan sakitnya
seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun ditimpa benda berat/tertekan.
- Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri, lokasinya tidak
tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen, punggung dan leher, .
- Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah keringat dingin,
berdebar-debar, dan sesak nafas.
- Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan umumnya
masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina, sedangkan pada infark
rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan pemberian obat-obatan anti angina,
biasanya akan hilang dengan pemberian analgesic.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
- Heart rate/nadi dapat terjadi bradikardi/takikardi, kuat/lemah, teratur ataupun
tidak.
- Respirasi meningkat
- Suhu dapat normal ataupun meningkat 3) Kepala
- Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
- Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
- Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
4) Leher
- Tampak distensi vena jugularis
- Terdapat/tidak nyeri pada leher 5) Thorak
- Jantung Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur
menunjukkan gangguan katup jantung atau disfungsi otot papilar,
perikarditis.Irama jantung dapat normal teratur (vesikuler) atau (unvesikuler)
tidak
2) Paru-paru
- Suara nafas teratur tapi bisa juga tidak. Terdapat batuk dengan atau tanpa
produksi sputum. Terdapat sputum bersih, kental ataupun berwarna merah muda
3) Abdomen
- Terdapat nyeri atau rasa terbakar epigastrik (ulu hati) - Bising usus normal atau
menurun 8) Ekstremitas
- Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin
- Terdapat edema perifer
jantung, memperbaiki
kontraktilitas
D.0056 L. 05047 MANAJEMEN ENERGI (I. Observasi:
Intoleransi 05178)
Setelah dilakukan 1. Kelelahan adalah efek
aktivitas b/d intervensi samping beberapa obat
Observasi
imobilitas d/d keperawatan selama (Vasodilatasi),
1. Identifkasi gangguan fungsi
pasien meneluh 3x24 jam maka perpindahan cairan
tubuh yang mengakibatkan
lelah, dipsneaa, toleransi aktivitas (diuretic), atau pengaruh
kelelahan
EKG aritmia meningkat dengan fungsi jantung
2. Monitor kelelahan fisik dan
kriteria hasil : 2. Kelelahan adalah efek
Emosional
- Keluhan lelah samping dari beberapa
menurun (3-5) 3. Monitor pola dan jam tidur obat, nyeri, dan stress juga
- Dipsnea setelah memerlukan energy dan
Terapeutik
aktivitas menyebabkan kelemahan
menurun (3-5) 4. Lakukan rentang gerak Dapat menunjukkan
pasif dan/atau aktif dekompensasi jantung
5. Berikan aktivitas distraksi daripada pola tidur
yang
Terapeutik:
menyenangkan
Edukasi 4. Memperbaiki sirkulasi/
menurunukan waktu satu
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan melakukan area yang mengganggu
aktivitas secara bertahap aliran darah
Kolaborasi 5. Dapat meningkatkan koping
1. Kolaborasi dengan ahli klien
gizi tentang cara
meningkatkan asupan Edukasi:
makanan
6. Istirahat fisik harus
dipertahankan untuk
memperbaiki
efisiensi kontraksi
jantung
7. Beraktivitas yang
berlebihan
Meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas
dapat menyebabkan
peningkatan segera pada
frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen
Kolaborasi :
11. Dengan adanya asupan
pada klien dapat
meminimalkan kelelahan
pada pasien dan harus
berkolaborasi karena harus
diberikan diet jantung
J. Referensi
- Corwin, EJ. 2009. Buku satu patofisiologi, 3 edisi revisi. Jakarta:EGC.
- Kasron. 2012. Kelainan dan penyakit jantung. Yogyakarta: Nuha Medika.
- Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
- PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
- PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
- PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
BIODATA
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 61 tahun
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jl. Manggar 21 B RT 06 RW 10
No. Regester : 268302
Tanggal MRS : 29 Juli 2021
Tanggal Pengkajian : 29 Juli 2021
Diagnosa Medis : UNSTABLE ANGINA PECTORIS
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : 1 x/hari
2. BAK : 3-4 x/hari
3. Kesulitan BAB/BAK : tidak terdapat kesulitan BAB/BAK
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut : tidak ada upaya yang dilakukan C.
POLA MAKAN DAN MINUM :
1. Jumlah dan jenis makanan :
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Taat beribadah, sholat 5 waktu, klien juga sering mengikuti pengajian
B. Keyakinan terhadap skehat / sakit :
Klien mengalami sakit karena ujian dari Allah dan karena kesalahan dari dirinya
sendiri yang kurang menjaga diri tetapi kllien berharap jika dirinya sembuh
kembali
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Klien menerima penyakita ini, dengan usahanya klien berharap sembuh dengan
penuh semangat. Jika Tuhan berkehndak lain, klien harus dapat menerimanya
PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum :
Keadaan Umum : Lemah, batuk
Kesadaran Umum : Compos mentis
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36 ℃ Nadi : 110 x/mnt
Tekanan darah : 142/90 mmHg Respirasi : 20 x/mnt
Tinggi badan : 159 cm Berat Badan : 62 kg
2. Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : lengkap, simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : tidak ada lesi
c. Konjunctiva dan sclera : konjungtiva : tidak anemis
Sclera : jernih
d. Kornea dan Iris : jernih
e. Ketajaman Penglihatan / Virus : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Tekanan Bola Mata : normal
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : simetris
b. Lubang Hidung : normal, tidak ada lesi
c. Cuping Hidung : adanya pernapasan
menggunakan
cuping hidung
4. Telinga
a. BentukTelinga : simetris
b. Ukuran Telinga : normal
c. Ketegangan telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Lubang Telinga : tidak ada lesi
e. Ketajaman pendengaran : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Mulut dan Faring
a. Keadaan Bibir : kering
b. Keadaan Gusi dan Gigi : terlihat bersih
c. Keadaan Lidah : bersih
6. Leher
a. Posisi Trakhea : simetris
b. Tiroid : simetris
c. Suara : jelas
d. Kelenjar Lymphe : tidak teraba
e. Vena Jugularis : JVP 5-5 CmHg
f. Denyut Nadi Coratis : teraba
D. Pemeriksaan Integumen( Kulit ) :
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : hangat
c. Warna : merata
d. Turgor : baik
e. Tekstur : halus
f. Kelembapan : lembap
g. Kelainan pada kulit : tidak terdapat kelainan pada kulit
E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak : (tidak dilakukan
pemeriksaan)
a. Ukuran dan bentuk payudara :
b. Warna payudara dan Areola :
c. Kelainan-kelainan Payudara dan Putting :
d. Axila dan Clavicula :
F. Pemeriksaan Thorak / Dada :
1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : simetris
b. Pernafasan
Frekuensi : 20 x/mnt
Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : Dipsnea paroximal
dan takipnea saat melakukan aktivitas
.
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) : intensitas suara kanan dan kiri
sama
b. Perkusi : sonor (DBN)
c. Auskultasi
Suara nafas : vesikuler
Suara Ucapan : DBN
Suara Tambahan : ronchi (-) wheezing (-)
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : tidak ada pulsasi pada dinding thorax - Inspeksi : Terdapat pada ICS V
Mid Clavikula kiri b. Perkusi :
- Batas Atas = ICS II mid sternalis
- Batas Bawah = ICS V
- Batas Kanan = ICS IV line midsternalis dextra - Batas Kiri = ICS V
midclavicula sinistra c. Aukultasi :
- Bunyi Jantung I : ICS IV Linea sternalis kiri (trikuspidalis)
ICS V (bikuspidalis), LUB lebih keras
- Bunyi Jantung II : ICS II linea sternalis kanan (aorta)
ICS III linea sternalis kiri BJ II aorta, DUB lebih keras
- Bising/murmur : tidak terdengar (-)
- Frekuensi Denyut Jantung : 89 x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen :
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : Abdomen tampak simestris kiri dan kanan
- Benjolan /massa : Tidak terdapat kelainan yang terlibat pada abdomen dan tidak
terdapat asites b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 12 x / menit
- Bunyi Jantung Anak/BJA : Tidak dilakukan pemeriksaaan c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada keluhan nyeri tekan pada ulu hati
- Benjolan /massa : Tidak ditemukan masa dan pembengkakan
- Tanda-tanda Ascites : Tidak ditemukan asites
- Hepar : tidak ditemukan pembesaran hepar
- Lien : Tidak ditemukan pembesaran lien
- Titik Mc. Burne : Tidak ada keluhan nyeri tekan pada titik ini d. Perkusi
- Suara Abdomen :.Terdapat bunyi timpani
- Pemeriksaan Ascites : Tidak dilakukan pemeriksaan asites karena tidak ada asites
H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya (tidak dilakukan pemeriksaan)
1. Genetalia
a. Rambut pubis :
b. Meatus Urethra :
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal
2. Anus dan Perineum
a. Lubang Anus :
b. Kelainan-kelainan pada anus :
c. Perenium :
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimis )
a. Kesimestrisan otot : simetris
b. Pemeriksaan Oedema : tidak ada oedema
5 5
c. Kekuatan otot :55
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. DiagnosaMedis : UNSTABLE ANGINA
PECTORIS
B. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang Medis :
1. Laboratorium :
TGL PEM JENIS PEM HASIL LAB NORMAL
Darah Rutin
29 Juli Leukosit 7,2 rb/mm 4,5 – 11,0 rb/mm3
Kimia Klinik
74
BUN 16,6 – 48,5
29 Juli 1,27
2021 Kreatinin 0,31 – 0,95
2. Rontgen :-
3. ECG : 29 Juli 2021
Irama sinus takikardia
Axis normal
Hipertropi ventrikel tidak ada
ST elevasi dan depresi tidak ada
Interval PR < 0,20
4. USG :-
5. Lain – lain :-
Radiologi (THORAX PA) (29 Juli 2021)
HASIL :
Cor : bentuk, ukuran dan posisi kesan DBN
Aorta : normal
Trachea : di tengah
Pulmo : infiltrate dan konsolidasi seluruh lapang kedua paru terutama
lapang tengah paracardial Kedua sinus kostofrenikus tajam
Hemidiafragma D/S baik
Tulang dan jaringan lunak normal,
Mahasiswa,
Nadhifatul Fiandika R
NIM : P17211193030
ANALISA DATA
i
Umur : 61 tahun
No. Reg. : 268302
Do : Iskemia otot
- Tachicardia -
Gambaran EKG :
Terjadi metabolism
Irama sinus takikardia anaerob (peningkatan
Axis normal asam)
`
Hipertropi ventrikel
tidak ada
Kontraksi miokardium
ST elevasi dan depresi menurun
tidak ada
Interval PR < 0,20
Fungsi ventrikel
- Palpitasi
terganggu
Perubahan
hemodinamika
PENURUNAN
CURAH JANTUNG
Ds : Nyeri Akut Aterosklerosis
- Pasien mengeluh nyeri
dada sebelah kiri tembus ke Aliran O2 ke arteri
coronaria menurun
belakang Do :
- Skala nyeri :
P : Aterosklerosis Hipoksia akut
Nyeri dada
NYERI AKUT
lemah
- Gambaran EKG : Hipoksia akut
Fungsi ventrikel
terganggu
Perubahan
hemodinamika
Peningkatan tekanan
jantung
Kelelahan
INTOLERANSI
AKTIVITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D. 0077 29/
07/ 31/07/
Nyeri akut b/d iskemia d/d 2021 2021
pasien mengatakan nyeri (masalah
teratasi
pada dada kiri menembus ke sebagian)
belakang, skala nyeri 4
29/
07/
D.0008 2021
2. 31/07/
Penurunan curah jantung b/d 2021
perubahan irama jantung d/d (masalah
teratasi
tachicardi, EKG aritmia, sebagian)
palpitasi
29/
07/
D.0056 2021
31/07/
2021
(masalah
teratasi
sebagian)
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
D.0008
D.0056
3. 29/07/2021 Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
d/d pasien meneluh lelah, dipsneaa,
EKG aritmia
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
7. Memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan/
konsumsi oksigen miokard
dan kerja berlebihan
Mengurangi resiko keluhan
pada jantung
9. `Meningkatkan
kesediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard
untuk melawan
efek
hipoksi/iskemia
Edukasi
Kep
29 JULI 2021
07.30 1 Membina hubungan S : Klien mengeluh nyeri pada
WIB 2 saling percaya, dada kiri tembus ke
3 memperkenalkan diri belakang
dan menjelaskan O : Klien tampak meringis dan
maksud dan tujuan, memegangi dada. Klien
kurang kooperatif
mengobservasi keadaan
Klien
07.45 1 Memeriksa tanda – tanda S : Klien mengatakan masih
WIB 2 vital nyeri dada kiri tembus ke
3 belakang dan lelah
karena sesak nafas
setelah beraktivitas
O : TD = 142 / 90 mmhg N
= 110 x / menit
RR = 20 x / menit
S = 36 c
SaO2 = 99%
(ISDN) 3 tablet
x 850 mg
diberikan secara
per oral
Lovenox 0,6 ml/12
jam diberikan
Allopurinol 1x300 mg
dibeerikan per oral
07.50 1 Monitor keluhan nyeri S : Klien mengeluh nyeri
WIB 2 dada klien dada kiri berkurang O :
- Klien sudah tidak meringis,
- Klien sudah tidak susah tidur
karena nyeri berkurang
- P = Aterosklerosis
- Q = Nyeri seperti ditusuk
- R = Nyeri dada kiri tembus
ke belakang
- S = Skala 2
- T = Nyeri timbul intensitas
timbul dalam jangka 6 jam
sekali durasi 5-10 menit
07.55 1 Mengontrol lingkungan S : Klien merasa lebih nyaman
WIB yang menyebabkn dengan dikontrol
nyeri lingkungannya
Cahaya, suhu ruang, O : Klien kooperatif dan klien
kebisingan dengan tampak nyaman dengan
membatasi kondisi ruangan sekarang
Pengunjung
O: O: O:
- TD = 142 / 90 - N = 95 x/menit - N = 90 x / menit
mmhg - TD = 130/80 - TD = 120 / 80
- N = 110 x / menit mmHg mmHg
- RR = 20 x / menit - RR = 22 x / menit - RR = 19 x / menit -
- S = 36 c - Klien sudah tidak Klien sudah tidak
- SaO2 = 99% meringis tampak meringis
- Klien tampak P =
meringis Aterosklerosis Q P = Aterosklerosis
P = = Nyeri seperti Q = Nyeri sudah
Aterosklerosis Q ditusuk R = Dada berkurang
= Nyeri seperti kiri R = Dada kiri
ditusuk R = Dada S = Skala 2 T S = Skala 2 T =
= Nyeri Nyeri timbul ketika
kiri
timbul ketika
S = Skala 4 lelah dengan mengalami lelah
T = Nyeri setiap frekuensi 5- berat
10 menit
2-10 menit A : Masalah A : Masalah teratasi
teratasi sebagian
sebagian
P: P:
A : Masalah Melanjutkan
Mengulangi
belum teratasi tindakan
beberapa tindakan
keperawatan
hingga klien sudah
P: sesuai dengan
tidak merasakan
intervensi ke
Melanjutkan nyeri yaitu
3,
tindakan intervensi
4, 10
keperawatan ke 3 dan 4
sesuai dengan
I:
intervensi ke 3, 4, I:
5, 10 - Memonitor - Memonitor Tanda
keluhan nyeri – tanda vital
dada klien - Memantau
I:
- Melakukan perkembanga
- Memeriksa teknik n kondisi
kondisi pasien nonfaramkologi pasien
dan memonitor s yang telah - Memonitor
TTV diajarkan rekaman EKG
- Memonitor - Memonitor
keluhan nyeri rekaman EKG
dada klien
- Mengontrol
lingkungan yang
tenang
- Memberikan dan
mengajarkan
nonfarmakolog
is (tekhnik
relaksasi nafas
dalam)
- Memonitor
rekaman EKG
E: E: E:
membaik
D. 0003 S: S: S:
Klien mengeluh Klien Klien mengatakan
nyeri dada kiri mengatakan nyeri nyeri dada kiri
tembus ke dada kiri tembu skala 2, badannya
belakang dengan ke belakang merasa lebih sehat,
skala 4, badannya dengan skala 2, klien juga
lemas, klien juga badannya lemas, mengatakan sudah
merasa sesak klien juga tidak lagi pusing
nafas setelah mengatakan sesak dan sesak nafas
beraktivitas nafas setelah
beraktivitas sudah
berkurang
O: O:
- Klien tampak O : - Nadi = 9 3 x / menit
cemas - N = 100 x / menit
- Klien sudah tidak
- N = 110 x / - Rasa cemas klien
cemas
menit
tampak berkurang
- SaO2 = 98 %
- SaO2 = 99 %
- SaO2 = 99 %
- Gambaran EKG
- Gambaran
- Gambaran EKG
1. Irama
EKG 1. Irama sinus sinus takikardia
1. Irama sinus takikardia 2. membaik
takikardia 2. Axis normal 3. 2. Axis
Axis normal 3. Hipertropi normal 3.
Hipertropi ventrikel tidak Hipertropi
ventrikel tidak ada ventrikel tidak
ada 4. ST elevasi ada
4. ST elevasi dan depresi 4. ST elevasi dan
dan depresi tidak ada 5. depresi tidak ada
Interval PR 5. Interval PR <
tidak ada 5. < 0,20 0,20
Interval PR
< 0,20
A: A : masalah A : masalah
masalah belum teratasi teratasi
teratasi sebagian sebagian
P: P; P:
Melanjutkan Melanjutkan Lanjutkan intervensi
tindakan tindakan
keperawatan keperawatan
sesuai dengan sesuai dengan
intervensi ke 2, 3, intervensi ke 2, 3,
4, 5, 6, 8, 4, 5, 6, 8,
10, 10,
dan 11
I:
I: I:
- Memonitor EKG
- Memonitor tanda - Memonitor 12 sadapan
– tanda vital EKG 12 sadapan - Memonitor keluhan
klien - Memonitor nyeri dada klien
- Memonitor keluhan nyeri - Memonitor TTV
keluhan nyeri dada klien
dada klien - Memonitor TTV
- Memonitor - Memberikan
cairan tubuh edukasi klien
klien untuk melakukan
- Memonitor EKG aktivitas secara
12 sadapan bertahap
- Memonitor
SaO2 oksigen
- Memberikan
tekhnik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
keluhan nyeri
klien
E: E: E:
O: O:
- Gambaran EKG - Gambaran EKG O:
menunjukkan menunjukkan
- Gambaran EKG
iskemia : iskemia :
menunjukkan
INFARK INFARK
iskemia : INFARK
didapatkan ST didapatkan ST
didapatkan ST
elevasi pada elevasi pada
elevasi pada lead II,
lead II, III, lead II, III,
III, dan aVf
dan dan
(STEMI Inferior)
aVf (STEMI aVf (STEMI
sudah nampak
Inferior) Inferior)
normal
- TD = 142/90 mengalami
- TD = 120 / 80
mmHg penurunan -
mmHg
- RR = 20 x / menit TD = 130/80 - RR = 19 x / menit
mmHg
- RR = 22 x /
menit
A: A:
masalah belum A : masalah
Masalah teratasi
teratasi teratasi
sebagian
sebagian
P: P:
P;
Melanjutkan Mengulangi
Melanjutkan
tindakan tindakan
tindakan
keperawatan keperawatan hingga
keperawatan
sesuai dengan klien merasa sehat
sesuai dengan
intervensi ke dan keluhan nyeri
intervensi ke 4,5.7
hilang. Tindakan
– 2,3,7,8 yang diulang pada
intervensi ke 4 dan 7
I: I: I:
- Memeriksa
- Memberikan -Memonitor
kondisi pasien
edukasi kepada perkembangan klien
penyebab
klien banyak -Membantu melatih
kelelahan istirahat dan ROM
- Menganjurkan makanan
tirah baring dihabiskan
- Memonitor
- Membantu
kelelahan fisik
melatih ROM
dan emosional
- Memberikan
aktivitas ringan
yang mampu
dijalankan
- klien
E:
E: E: - Klien sudah mampu
- Kelelahan beraktivitas ringan
- Kelelahan secara mandiri
menurun menurun
- Sesak nafas - Sesak nafas
berkurang setelah
- Gambaran EKG aktivitas
membaik menurun -
- Perassan lemah Gambaran
berkurang EKG
membaik
- Perasan
lemah
menurun
FORMAT RESUME
SENIN Perfusi perifer tidak Setelah di lakukan asuhan PERAWATAN SIRKULASI OBSERVASI
1 16/08/ efektif b.d hipertensi keperawtan selama 3x 24 (I.02079) - Untuk mengetahui
2021 akibat hipoglikemia d.d jam maka masalah perifer kemungkinan klien
Observasi
nyeri pada ekstremitas dan idak efektif dapat teratasi mengalami gangguan
tekanan darah meningkat Dengan kriteria hasil - Identifikasi faktor
sirkulasi
1. Nyeri ekstremitas resiko gangguan