PENELITIAN ILMIAH
JURUSAN KEPERAWATAN
MEI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lansia Dengan Diabetus Militus Di RSUD Ngudi
Waluyo wlingi” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Proposal ini disusun untuk
penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2. Imam Subekti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan dan bantuan fasilitas pendidikan yang sedang diikuti.
3. Dr. Susimilwati, S.Kp, M.Pd selaku pembimbing yang dalam penyusunan dan
penulisan proposal skripsi ini telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan
4. Dr. Diah Widodo, S.Kp, M.Kes selaku pembimbing yang dalam penyusunan dan
penulisan proposal skripsi ini telah banyak memberikan bimbingan, saran dan
penyusunan dan penulisan proposal skripsi ini telah banyak memberikan bimbingan,
kepada peneliti.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan proposal ini. Penulis berharap semoga gagasan pada proposal ini
dapat bermanfaat.
Penyusum
Latar Belakang : Diabetes Mellitus (DM) saat ini telah menjadi masalah kesehatan dunia yang
sering ditemukan di masyarakat akibat komplikasinya yang bersifat akut maupun kronik dan
merupakan salah satu penyakit yang memiliki kecenderungan memburuk serta insidennya terus
meningkat dari waktu ke waktu (Bilous & Donelly, 2015) Metode : penelitian ini menggunakan
jenis penelitian quasi eksperimental design. Quasi experimental design adalah jenis desain
penelitian yang memiliki kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara
random. Peneliti menggunakan desain quasi experimental design karena dalam penelitian ini
terdapat variabel-varibel dari luar yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
Introduction : Work accidents in hospitals can interfere with the productivity and quality of
work of nurses in providing nursing care to patients. For this reason, it is necessary to know what
factors affect nurses' work accidents in hospitals so that preventive measures can be taken.
Methods : This study uses a quasi-experimental research design. Quasi experimental design is a
type of research design that has a control group and an experimental group that is not chosen
randomly. The researcher used a quasi-experimental design because in this study there were
external variables that the researcher could not control.
2.1.4. Diagnosa
Diagnosis diabetes mellitus tipe 2 ditegakkan berdasarkan anamnesis mengenai gejala klasik
diabetes, pemeriksaan fisik terkait komplikasi diabetes, serta pemeriksaan laboratorium berupa
pemeriksaan kadar gula darah, tes toleransi glukosa oral, serta HbA1c untuk kontrol keberhasilan
terapi.
Anamnesis
Hal utama yang perlu ditanyakan saat anamnesis diabetes mellitus tipe 2 adalah mengenai gejala
klasik diabetes. Gejala klasik tersebut adalah poliuria, polidipsi, dan polifagia. Dokter juga perlu
menanyakan mengenai gejala lain yang dapat mengarahkan kepada hiperglikemia seperti
penurunan berat badan serta kemungkinan komplikasi diabetes seperti masalah penglihatan,
parestesia ekstremitas bawah, luka yang sulit sembuh, ulkus diabetik, serta disfungsi seksual.
Pada pasien yang telah didiagnosa diabetes mellitus tipe 2 sebelumnya, dokter perlu menanyakan
hal-hal berikut:
Durasi pasien mengetahui menderita diabetes dan pengobatan yang didapat
Apakah kontrol dilakukan secara teratur dan hasil kontrol gula darah pasien
Kejadian hipoglikemia berat akibat pengobatan diabetes pasien dan pengetahuan pasien
mengenai hipoglikemia dan penanganan pertamanya
Komplikasi diabetes
Riwayat penyakit lain yang berhubungan seperti hipertensi, dislipidemia, stroke
Pemeriksaan Fisik
Mayoritas pasien diabetes merupakan pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas. Untuk
itu, penting dilakukan pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan lingkar pinggul
untuk menentukan status gizi pasien. Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah
untuk melihat adanya hipertensi serta memeriksa apakah pasien memiliki hipotensi ortostatik
yang menunjukkan pasien mengalami neuropati otonom. Dokter juga perlu menginspeksi pola
pernapasan pasien apakah pasien memiliki pola respirasi Kussmaul yang
menandakan ketoasidosis diabetik serta inspeksi kulit untuk melihat adanya acanthosis nigricans,
atau infeksi kulit.
- Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan funduskopi bertujuan untuk memeriksa retina pasien. Jangan lupa untuk
mendilatasi pupil pasien sebelum melakukan funduskopi. Jika ditemukan tanda
perdarahan atau eksudat, atau terdapat neovaskularisasi, segera rujuk pasien ke spesialis
mata untuk penanganan lebih lanjut.
- Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk menilai tanda-tanda neuropati sensori perifer
pada pasien. Hal yang perlu dicek adalah kemampuan sensori pasien terhadap suhu dan
sentuhan serta refleks tendon.
- Pemeriksaan Kaki
Pemeriksaan kaki bertujuan untuk memeriksa pembuluh darah tibialis posterior dan
dorsalis pedis. Lakukan palpasi pada kedua pembuluh darah tersebut. Pulsasi yang lemah
atau tidak teraba menandakan mikrovaskularisasi yang buruk. Dokter juga perlu
memeriksa tanda-tanda infeksi kaki untuk mencegah terjadinya ulkus kaki dan amputasi.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus tipe 1. Hal ini sangat
penting untuk menentukan apakah pasien 100% memerlukan insulin eksogen atau masih dapat
menggunakan modifikasi gaya hidup dan obat antidiabetes oral untuk penanganan diabetesnya.
Diagnosis banding ini dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan kadar insulin, C-peptida, dan
uji antibodi.
Diagnosis Banding Lain
Kondisi prediabetes dapat dikatakan sebagai faktor risiko DM 2, namun demikian dapat juga
dimasukkan ke dalam diagnosis banding yang mesti dibedakan dengan DM 2, karena tidak
menyingkirkan kemungkinan hal-hal di bawah ini dapat dicegah progresivitasnya ke DM 2.[24]
Prediabetes dibedakan antara toleransi glukosa terganggu dan gangguan glukosa puasa:
Toleransi glukosa terganggu (TGT) / impaired glucose tolerance: kadar gula darah hasil
tes toleransi glukosa oral sebesar >140-200 mg/dL
Gangguan glukosa puasa (GGP) / impaired fasting glycaemia (IFG): gula darah
puasa >100-126 mg/dL[25,26]
2.1.6. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus
Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM.
Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :2 Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah. Jangka
panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan
neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat
badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan
mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%,
lemak 20-25% danprotein 10-15%.
Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus
berikut:
IMT = BeratBadan (Kg)_______
Tinggi Badan (m) Xtinggi Badan (m)
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang
sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE).
Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan
kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalasmalasan.
3. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan
kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan
fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian
obat hipoglikemik
2.1.7. Faktor Penyebab
Diabetes tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, yaitu ketika sel tubuh menjadi kebal atau tidak
responsif terhadap insulin. Insulin membantu sel menyerap dan mengubah gula (glukosa)
menjadi energi. Resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
Akibat kondisi tersebut, pankreas harus bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin agar
glukosa dapat masuk ke sel. Namun, seiring waktu, sel pankreas akan mengalami kerusakan
akibat bekerja terlalu keras sehingga tidak dapat menghasilkan insulin. Hal ini menyebabkan
glukosa menumpuk dalam darah.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan resistensi insulin. Namun, diduga diabetes
tipe 2 dipicu oleh kombinasi dari faktor-faktor di bawah ini:
Kondisi genetik yang memengaruhi tubuh dalam memproduksi insulin
Berat badan berlebih atau obesitas, yang berisiko menimbulkan resistensi insulin pada sel
Sindrom metabolik, berupa gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi, trigliserida tinggi, dan lingkar pinggang yang melebihi normal
Produksi glukosa yang berlebihan oleh organ hati
Kerusakan sel beta, yang mengakibatkan gangguan terhadap proses produksi insulin
2.1.9. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu7 : Pencegahan
Premordial Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor
risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan premodial pada
penyakit DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa
konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai
atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang termasuk kelompok
risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM
diantaranya :
- Kelompok usia tua (>45tahun)
- Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
- Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
- Riwayat keiuarga DM
- Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
- Disiipidemia (HvL)
2.2.2. Etiologi
Terdapat beberapa teori yang mendasari kecemasan ditinjau dari kontribusi 2 ilmu, yaitu ilmu
psikologi dan ilmu biologi.
1. Teori psikologis
- Teori psikoanalitik Definisi Freud, kecemasan dipandang sebagai hasil dari konflik psikis
antara keinginan seksual atau agresif sadar dan ancaman sesuai dari realitas superego atau
eksternal. Dalam menanggapi sinyal ini, ego mengerahkan mekanisme pertahanan untuk
mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima dari muncul dalam kesadaran.
- Teori perilaku Teori-teori perilaku atau belajar dari kecemasan mendalilkan bahwa
kecemasan merupakan respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan tertentu.
- Teori eksistensial Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang mengalami
perasaan hidup di alam semesta tanpa tujuan. Kecemasan merupakan respon mereka
terhadap kekosongan yang dirasakan dalam keberadaan dan makna.
2. Teori biologi
- Otonom Sistem saraf Sistem saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan, terutama mereka dengan gangguan panik, menunjukkan nada simpatik
meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang, dan merespon berlebihan
terhadap rangsangan moderat.
- Neurotransmitter Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan pada basis
studi hewan dan tanggapan terhadap terapi obat adalah norepinefrin (NE), serotonin, dan
Î ³- aminobutyric acid (GABA).
O1 : Pre test 1
O2 : Pre test 2
X : Treatment
O3 : Post test 3
O3 : Post test 4
Pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab hipotesis yang sudah ditentukan
penelit serta mengetahui pengaruh anatara variabel bebas yaitu teknik kognitif behavior
dengan variabel terikat yaitu cemas pada pasien lansia penderita diabetus militus. Untuk
kerangka kosep penelitian sesuai dengan bagan berikut ini:
POPULASI
LANSIA YANG MENDERITA DIABETUS MILITUS
SAMPLE
PASIEN DIABETUS MILITUS
TEKNIK SAMPLING
NON PROBABILITY SAMPLING DENGAN TEKNIK PURPOSIVE SAMPLING
DISAIN PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN QUASY EXPERIMENTAL
PENGOLAHAN DATA
DATA DIPEROLEH DARI KUISIONER YANG DIBERIKAN PADA RESPONDEN DAN
PERLAKUAN LANGSUNG KEPADA RESPONDEN DAN DATA DIANALISIS
MENGGUNAKANTEKNIK STATIK DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN
APLIKASI SPSS
HASIL PENELITIAN
APAKAH ADA PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI KESEHATAN PADA LANSIA
DENGAN DIABETUS MILITUS
3.3. Sampling
Sampling adalah suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk digunakan dalam
penelitian atau sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh,
yaitu tidak mencakup seluruh objek penelitian (populasi) akan tetapi sebagian saja dari populasi.
Menurut Sugiyono (2014:16) teknik sampling adalah merupaka teknik pengambilan sampel
untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, dan terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan
pendekatan purposive sampling serta dengan metode penelitian kuantitatif korelasional.
Sampel – sampel yang telah ada akan disaring kembali sesuai dengan kriteria – kriteria yang
telag ditetapkan oleh peneliti hal ini merupakan non probability sampling dengan pendekatan
purposive sampling. Berikut ini adalah kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini:
3.3.1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi penelitian ini sebagai berikut:
- Pasien lansia
- Pasien dengan kecemasan ringan hingga berat
- Bersedia untuk menjadi responden
3.3.2. Kriteria Eksklusi
Kriterua eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini
adalah sebagai berikut:
- Pasien darurat
- Pasien dengan diabetus militus
3.4. Variabel
3.4.1. Variabel Bebas
Variable bebas adalah Variabel yang menerangkan sering. Menurut Sugiyono (2012: 59),
pengertian variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
peruabahan atau timbulnya variabel dependend (terikat). Pada penelitian ini variabel bebasnya
yaitu teknik kognitif behavior.
3.4.2. Variabel terikat
Variable terikat yaitu variabel yang menerangkan dengan tujuan untuk memperkirakan
ataupun meramalkan nilai-nilai dari variabel yang menerangkan sudah diketahui. Menurut
Sugiyono (2012:59), pengertian variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah
cemas.