Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN IKM - IKK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI


UNIVERSITAS HALU OLEO

PELAYANAN KESEHATAN GIZI DI PUSKESMAS POASIA

Oleh:
Wa Ode Dzayumrih, S.Ked
K1B1 22 023

Pembimbing :
dr.Amiruddin Eso, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Wa Ode Dzayumrih,S.Ked

NIM : K1B1 22 023

Judul Laporan : Pelayanan kesehatan Gizi di puskesmas poasia

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang berjudul “Pelayanan kesehatan

Gizi di puskesmas poasia” dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.

Kendari, 21 Februari 2023


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Amiruddin Eso, M.Kes


NIP. 1978 0414 2008 03 1 001
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat
Pelayanan Kesehatan Gizi Puskesmas Poasia ini dalam rangka sebagai tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan referat ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya sangat penulis
harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Amiruddin Eso, M.Kes
atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala dalam
proses penyusunan referat ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga referat Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia


ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya
serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas segala bantuan dan
perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi pada semua pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan laporan ini penulis ucapkan terima kasih.

Kendari, 21 februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh

masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya

yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan

tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk

masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa

mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Puskesmas merupakan

unit pelaksanaan teknis kesehatan dibawah supervisi Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan

preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya

kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya

kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan. Upaya kesehatan esensial harus diselenggarakan oleh

setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan

minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat

esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana,


pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya

pelayanan kesehatan gizi menjadi salah satu UKM esensial yang pokok

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Permenkes RI No.75

Tahun 2014 tentang Pedoman Manjemen Puskesmas).

Sasaran dan target upaya peningkatan status gizi masyarakat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019,

adalah: (1) prevalensi gizi kurang/ kekurangan gizi (underweight) pada

anak balita menurun dari 19,6% menjadi 17,0%; (2) prevalensi stunting

(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (di bawah 2 tahun) menurun

dari 32,9% menjadi 28,0%; (3) prevalensi wasting (kurus) anak Balita

menurun dari 12% menjadi 9,5%; (4) prevalensi anemia pada ibu hamil

menurun dari 37,1% menjadi 28,0%; dan (5) persentase bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) menurun dari 10,2% menjadi 8,0%.

Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan

2015-2019, kegiatan pembinaan gizi masyarakat diarahkan untuk

meningkatnya pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran program pada

tahun 2019: (1) persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang

mendapat Pemberian MakananTambahan (PMT) mencapai 95,0%; (2)

persentase bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI)

Eksklusif mencapai 50,0%; (3) persentase ibu hamil yang mendapat Tablet

Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan mencapai 98,0%;

(4) persentase Balita kurus yang mendapat makanan tambahan mencapai

90,0%; (5) persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) sebesar 50%; dan (6) persentase remaja puteri mendapat Tablet

Tambah Darah (TTD) mencapai 30,0%.Dalam upaya Pelayanan kesehatan

gizi di Puskesmas Poasia sendiri berjalan sesuai dengan harapan yaitu

mencapai target.

B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui program pelayanan Kesehatan gizi di Puskesmas

Poasia.

2. TUJUAN KHUSUS

a. Menambah referensi dan pengetahuan penulis tentang program

pelayanan kesehatan gizi di Puskesmas.

b. Dapat dijadikan dasar untuk mengetahui, menilai dan memantau

hal-hal terkait program pelayanan Kesehatan gizi Puskesmas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PUSKESMAS

B. Pelayanan Gizi Di Puskesmas

1. Definisi

2. Indikator masalah gizi

Indicator masalah gizi meliputi:

3. Tujuan Pelayanan Gizi

1. memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah termasuk Pengelola Program Gizi dalam mendukung

program perbaikan gizi.

2. menata pelaksanaan pelayanan Gizi di berbagai tingkatan

pemerintahan.

3. memberikan gambaran menyeluruh mengenai pemasalahan gizi

dan capaian indikator program gizi

C. Upaya Pelayanan Gizi Di Puskesmas

Dalam upaya pelayanan gizi harus di ketehui terlebih dahulu

masalah masalah gizi. Masalah gizi adalah indikator yang digunakan untuk

menilai besaran masalah gizi yang terjadi di satu wilayah. Indikator

masalah gizi terdiri atas :


a) persentase balita berat badan kurang.

Berat Badan Kurang merupakan masalah gizi yang

bersifat umum dapat disebabkan karena masalah kronis ataupun

akut, sehingga perlu konfirmasi lebih lanjut. Masalah Berat

Badan Kurang yang terjadi lama akan mengakibatkan gangguan

pertumbuhan pada anak. Berat Badan Kurang adalah kategori

status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur

(BB/U) dengan Z-score kurang dari -2 SD

b) persentase balita pendek.

Balita Pendek merupakan masalah gizi yang bersifat

kronis yang disebabkan oleh banyak faktor baik dari masalah

kesehatan maupun di luar kesehatan dan berlangsung lama.

Balita Pendek berdampak pada gangguan kognitif dan risiko

menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa. Pendek adalah

kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U) dengan z-score kurang dari -2 SD.

c) persentase balita gizi kurang

Gizi kurang merupakan masalah gizi yang bersifat akut terutama

disebabkan oleh asupan yang kurang atau penyakit infeksi. Gizi

kurang berdampak pada gangguan pertumbuhan pada anak. Gizi

kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat

Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan z-score kurang

dari -2 SD.
d) persentase remaja putri anemia.

Anemia pada remaja putri berdampak buruk terhadap penurunan

imunitas, konsentrasi, prestasi belajar,kebugaran dan

produktivitas. Dampak yang lebih serius akan terjadi karena

mereka adalah calon ibu yang akan hamil dan melahirkan bayi

yang berisiko terhadap kematian ibu melahirkan dan bayi lahir

prematur serta BBLR. remaja putri anemia adalah remaja putri

dengan kadar Hb kurang dari 12,0 g/dl.

e) persentase ibu hamil anemia.

Anemia pada ibu hamil menjadi salah satu penyebab terjadinya

bayi BBLR dan pendarahan pada saat persalinan yang berujung

pada kematian ibu. Anemia sebagai indikator rendahnya kualitas

kesehatan dan gizi. Ibu hamil anemia adalah ibu hamil dengan

kadar Hb kurang dari11,0 g/dl.

f) persentase ibu hamil risiko Kurang Energi Kronik.

Kurang Energi Kronik adalah kurangnya asupan energi yang

berlangsung relatif lama. Keadaan KEK pada ibu hamil jika

tidak segera ditangani akan menyebabkan gangguan kesehatan

bagi ibu dan janin yang dilahirkan seperti keguguran, bayi

BBLR bahkan kematian. Sehingga wajib dilakukan pengukuran

status gizi pada ibu hamil untuk dapat menentukan tindakan

segera. Ibu hamil risiko KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar

Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm.


g) persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan

salah satu faktor determinan terjadinya masalah

pendek.Indikator ini sebagai indikator outcome dari kondisi gizi

ibu selama kehamilan. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram

Indikator kinerja gizi adalah indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan

kinerja program gizi, yang meliputi:

a. Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi

bayi dan ibu. Indikator ini bertujuan untuk mengetahui penurunan

persentase ASI Eksklusif berdasarkan kelompok umur sehingga dapat

merencanakan

edukasi gizi pada saat yang tepat bagi ibu hamil dan menyusui.

b. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Minimal

90 Tablet Selama Masa Kehamilan

Pemberian TTD merupakan satu intervensi untuk mencegah terjadinya

anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai

mengonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III

c. Cakupan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang Mendapat

Makanan

Tambahan
Ibu hamil di Indonesia masih mengalami defisit asupan energi dan protein.

Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil

sangat diperlukan untuk mencegah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR).

d. Cakupan Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan

Di banyak negara, kurang dari seperempat anak balita usia 6-23 bulan

dengan frekuensi makan dan kriteria keragaman makanannya sesuai untuk

usianya. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui

bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang

kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pemberian

makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah

satu strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi.

e. Cakupan Bayi Baru Lahir yang Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera

setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi

dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal 1 (satu) jam.

melindungi bayi yang baru lahir dari tertular infeksi dan mengurangi

angka kematian bayi baru lahir

f. Cakupan Balita Yang Ditimbang Berat Badannya

Balita yang ditimbang berat badannya menggambarkan tingkat

keberlangsungan pemantauan pertumbuhan sebagai bentuk partisipasi

masyarakat sekaligus menilai kinerja tenaga kesehatan dalam mengedukasi

masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan


g. Cakupan Balita mempunyai Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA)/Kartu

Menuju Sehat (KMS)

KMS digunakan sebagai media untuk merekam pemantauan pertumbuhan

anak. Sebaiknya seluruh balita mempunyai KMS didalam buku KIA agar

dapat terus diikuti pertumbuhannya dari waktu ke waktu.

h. Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A

Vitamin A merupakan zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dan

asupan vitamin A dari makanan sehari-hari umumnya masih kurang.

Kekurangan Vitamin A (KVA) di dalam tubuh yang berlangsung lama

menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berdampak pada

meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Mempertahankan status

vitamin A pada bayi dan anak balita dapat mengurangi masalah kesehatan

masyarakat seperti kecacingan dan campak.

i. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan

Gizi buruk secara langsung disebabkan karena kekurangan asupan dan

adanya penyakit infeksi. Gizi buruk yang berlangsung lama akan

menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Berdasarkan Permenkes Nomor 347/Menkes/IV/2008 semakin aktif

surveilans gizi, maka semakin banyak kasus yang ditemukan dan dirujuk,

karena setiap gizi buruk yang ditemukan harus segera mendapat

perawatan. Indikator ini untuk melihat kinerja akses pelayanan Kesehatan.

dalam menanggulangi masalah gizi ada 3 langkah yaitu pengkajian (assessment),


analisis (analysis) dan respon (action).

1. Assessment atau pengkajian adalah kegiatan pengumpulan dan

pengolahan data mengenai situasi gizi populasi di suatu wilayah.

2. Analysis atau analisis adalah kegiatan menganalisis determinan

masalah gizi termasuk penyebab langsung, tidak langsung dan

mendasar. Analisis ini disajikan dalam bentuk informasi yang

digunakan untuk diseminasi dan advokasi.

3. Action atau respon adalah tindakan yang didasari oleh hasil

analisis dan sumber daya yang tersedia. Hasil analisis menjadi

dasar perumusan kebijakan, pengambil keputusan, dan

perencanaan program.

D. Upaya Pelayanan Gizi Yang Di Lakukan Di Puskesmas Poasia

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan bayi dan balita

3. Pelayanan kesehatan remaja

4. Pelayanan kesehatan remaja

5. Pelayanan di fasilitas kesehatan

E. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

Anda mungkin juga menyukai