Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KIE PADA REMAJA

PENYULUHAN ANEMIA PADA REMAJA

Oleh :

RISKA CHRISTI HARYANTI

NIM . 202108120

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan KIE dengan judul “Anemia Pada Remaja ” di Klinik Kusuma Samarinda

telah disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :

Hari/tanggal : Senin 22 Desember 2022

Samarinda 22 Desember 2022

Mahasiswa

Riska Christi Haryanti

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Wuri Widi Astuti,SST, M. Keb Heni Hermayunita, Amd. Keb


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat


dan bimbingan-Nya, sehingga dapat membuat laporan KIE dengan judul
“Penyuluhan Anemia Pada Remaja”.

Laporan KIE ini sebagai kewajiban bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi
Bidan STIKES Karya Husada Kediri yang akan menyelesaikan pendidikan akhir
program. Dengan Laporan Praktik KIE di jadikan syarat dalam menempuh profesi
kebidanan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya Laporan KIE ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh
dari kesempurnaan, unutk itu kami mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan karya tulis ini. Harapan penulis mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini
berguna bagi semua pihak.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Analisa Kebutuhan KIE

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke

dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga dalam arti fisik.

Perubahan fi sik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan

remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan

fisik. Batasan usia remaja Indonesia adalah 11–24 tahun dan belum menikah.

Proses dalam penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan

remaja, yaitu: remaja awal (early adolescence), remaja madya (middle

adolescence), remaja akhir (late adolescence) (Sarwono, 2013).

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam

darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Penyebab anemia antara lain:

defisiensi asupan gizi dari makanan ( zat besi, asam folat, protein, vitamin C,

vitamin A, seng, dan vitamin B12), adanya zat penghambat penyerapan besi

yang berasal dari makanan, penyakit infeksi, malabsorbsi, dan pendarahan juga

dipengaruhi oleh faktor biologis seperti menstruasi (Prayitno dan Fadhilah,

2012).

Berbagai penelitian menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya anemia pada remaja puteri secara umum meliputi tingkat pengetahuan

gizi, pola konsumsi, sosial ekonomi, status kesehatan, aktifitas fisik, dan pola
siklus menstruasi. Pengetahuan gizi yang rendah atau kurang menyebabkan

sebagian remaja tidak memahami apakah makanan sehari-hari yang dikonsumsi

sudah memenuhi syarat menu seimbang atau belum. Pengetahuan gizi juga akan

membuka wawasan para remaja puteri mengenai dampak dari kekeliruan

perilaku gizi yang selama ini sudah dilakukan (Kurniawati, 2017).

Menurut WHO dalam jurnal Kemenkes RI (2016), penegakkan diagnosis

anemia dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin atau Hb

dalam darah. Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Remaja putri

menderita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12

gram/dL anemia ringan Hb 11-11,6 gr/dl, anemia sedang 8.0 – 10.9 gr/dl, anemia

berat < 8.0 gr/dl.

Selain itu remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia

dari pada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja puteri

mengalami haid. Seorang wanita yang mengalami haid yang banyak selama lebih

dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan besi, sehingga membutuhkan besi

pengganti lebih banyak dari pada wanita yang haidnya hanya tiga hari dan

sedikit. Alasan kedua adalah karena remaja puteri seringkali menjaga

penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga berdiet dan

mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh

akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti besi. Hal ini

perlu penangan yang serius mengingat anemia pada remaja akan berdampak
buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran

remaja dan produktifitas.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astriandani

(2015), yang dilakukan di Sedayu, tentang hubungan kejadian anemia dengan

prestasi pada remaja putri didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

kejadian anemia terhadap prestasi belajar. Secara khusus anemia yang dialami

remaja putri akan berdampak dalan jangka panjang, mengingat mereka adalah

para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga

memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi

lahir rendah (Kemenkes RI, 2018).

1.2 Tujuan Penyuluhan


1.2.1 Tujuan Teoritik

Tujuan pendidikan kesehatan atau penyuluhanyang pokok adalah

terjadinya perubahan dalam membina individu, keluarga atau masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Terbentuknya perilaku sehat pada individu, kelompok dan masyarakat

yang sesuai dengan hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Menurut WHO, tujuan

penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku seseorang dan atau

masyarakat dalam bidang kesehatan (Notoadmojo, 2015).


1.2.2 Tujuan Praktis

1.2.2.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan

peserta mengetahui tentang pengetahuan mengenai anemia

1.2.2.2 Tujuan Khusus:

1. Para remaja putri memahami tentang definisi anemia

2. Para remaja putri memahami tentang gejala anemia

3. Para remaja putri memahami tentang penyebab anemia

4. Para remaja putri memahami tentang penatalaksanaan anemia

5. Para remaja putri memahami tentang pencegahan anemia

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis

1) Manfaat Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan, menambah pemahaman dan


pengalaman secara nyata tentang KIE yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

2) Manfaat Bagi Profesi

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah


pengetahuan tentang tata cara memberikan penyuluhan pada remaja

3) Manfaat Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi bahan materi kuliah tentang KIE dan


menambah pengetahuan bagi mahasiswa profesi kebidanan STIKes
Karya Husada Kediri mengenai asuhan kebidanan secara
berkesinambungan.
4) Manfaat Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan memberikan


kontribusi bagi Puskesmas dengan membantu pelaksanaan KIE

5) Manfaat Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan serta wawasan pasien akan


pentingnya menjaga kesehatan.

1.3.3 Manfaat Praktis

1) Manfaat Bagi Penulis

Memberikan pengalaman secara nyata tentang KIE pada remaja


sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan

2) Manfaat Bagi Profesi

Dapat menjadi bahan materi kuliah tentang KIE dan dapat


memberikan pemahaman bagi mahasiswa profesi kebidanan STIKes
Karya Husada Kediri mengenai asuhan kebidanan secara
berkesinambungan.

3) Manfaat Bagi Institusi

Memberikan masukan tentang metode penyuluhan bagi


mahasiswa profesi kebidanan Karya Husada Kediri mengenai pemberian
KIE.

4) Manfaat Bagi Klinik

Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan memberikan


kontribusi bagi Klinik dengan membantu pelaksanaan asuhan kebidanan
untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan.

5) Manfaat Bagi Pasien


Mendapatkan pendampingan secara berkala sehingga remaja
bisa mengikuti perkembangan pada tahapannya.
BAB 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

2.1 Identitas Kegiatan

Topik : Pemahaman tentang Anemia

Sasaran : Remaja Putri di Wilayah Kerja Klinik Kusuma

Waktu Pelaksanaan: 22 Desember 2022

Waktu : 60 menit

Tempat : Klinik Kusuma

2.1.1 Karakteristik Peserta

2.1.1.1 Jumlah Peserta : 4 Remaja Putri

2.1.1.2 Tingkat Pendidikan : SMP

2.1.2 Tujuan Penyuluhan

2.1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan

peserta mengetahui tentang Anemia

2.1.2.2 Tujuan Khusus:

1. Para remaja putri memahami tentang definisi anemia

2. Para remaja putri memahami tentang gejala anemia

3. Para remaja putri memahami tentang penyebab anemia

4. Para remaja putri memahami tentang

penatalaksanaan anemia
2.1.3 Materi Penyuluhan

2.1.3.1 Anemia

1) Definisi Anemia

2) Gejala Anemia

3) Penyebab Anemia

4) Pencegahan Anemia

2.1.4 Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

2.1.5 Media

1. Leaflet

2.1 Proses Kegiatan

2.1.1 Rincian Kegiatan

Tabael 2.1 Rincian Kegiatan Penyuluhan

Media dan
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta alat Waktu
penyuluhan
1 Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam 5 mnt
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan tujuan Memperhatikan

2 Pengembang an Menggali Pengetahuan Mengisi pre test Leaflet 10


peserta tentang Anemia

Membagikan leaflet Menerima Leaflet


3 Penyajian Menjelaskan tentang : Memperhatikan - 30
penjelasan
1) Definisi anemia
2) Gejala anemia
3) Pencegahan anemia
4) Penyebab anemia

Memberikan kesempatan
4 Evaluasi Post test - 10
kepada peserta untuk
mengajukan pertanyaan

5 Penutup Bertanya tentang materi Memperhatikan 5


dan menjawab salam

2.1.1 Materi Penyuluhan

2.1.1.1 Definisi Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar

hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal

(WHO, 2011). Penyebab anemia antara lain: defisiensi asupan

gizi dari makanan ( zat besi, asam folat, protein, vitamin C,

vitamin A, seng, dan vitamin B12), adanya zat penghambat

penyerapan besi yang berasal dari makanan, penyakit infeksi,

malabsorbsi, dan pendarahan juga dipengaruhi oleh faktor

biologis seperti menstruasi (Prayitno dan Fadhilah, 2012).

Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di

Indonesia, dimana terjadi pada kelompok balita, anak sekolah, ibu

hamil, wanita dan lakilaki dewasa. Secara umum anemia

merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari

normal. Adapun pengertian anemia menurut Adriani dan Wijatmadi


(2012), anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb)

di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok

orang menurut umur dan jenis kelamin. Hemoglobin (Hb) adalah

parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi

anemia. Kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan

anemia. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang

berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.

2.1.1.2 Gejala Anemia

Menurut Arisman (2004), gejala anemia biasanya tidak khas

dan sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan

sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku

dan konjungtiva palpebra. Sedangkan menurut Depkes (1998) dan

Supariasa (2002) dalam Nursari (2010), gejala/tandatanda anemia

antara lain 5 L (lelah, lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat,

nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat, susah buang

air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing, dan

mudah mengantuk.

2.1.1.3 Pencegahan Anemia

Menurut Kemenkes R.I (2016), upaya pencegahan dan

penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan zat

besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan

hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya:

a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi Meningkatkan

asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi


seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama

sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam

jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu

meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi

non-heme), walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding

dengan hewani.

b. Suplementasi zat besi Pada keadaan dimana zat besi dari

makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu

didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat

besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu

dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam

tubuh.

BAB 3
HASIL KEGIATAN

3.1 Peran serta masyarakat dan tingkat kehadiran

Peserta yang hadir dalam penyuluhan sebanyak 4 remaja Putri

dengan latar belakang pendidikan semuanya SMA

3.2 Tingkat pemahaman setelah KIE

Tabel 3.1 Evaluasi pelaksanaan penyuluhan

No Uraian Jumlah (%)


1 Hasil Pre
Test Dari 4
sasaran
a. Pengetahuan Baik 1
b. Pengetahuan Cukup 2
c. Pengetahuan Kurang 1
2 Hasil Post
Test Dari 4
sasaran 100%
a. Pengetahuan Baik 4
b. Pengetahuan Cukup 0
a. Pengetahuan Kurang 0

Penjelasan hasil penyuluhan menunjukkan dari 4 sasaran yang

diberikan penyuluhan mendapatkan hasil pengetahuan remaja putri

sebelum diberikan penyuluhan adalah memiliki pengetahuan baik

sebanyak 1, memiliki pengetahuan cukup 2 remaja dan yang

berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang. Setelah diberikan konseling

yang berpengetahuan baik sebanyak 4.

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

Evaluasi pelaksanaan program penyuluhan menunjukkan adanya

peningkatkan pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penyuluhan sangat signifikan dalam meningkatkan pemahaman atau

pengetahuan

4.2 Saran

4.2.1 Bagi penulis

Diharapkan lebih meningkatkan wawasan, pengetahuan,

pemahaman, dan dapat mempraktikan teori yang didapat secara

langsung melalui program KIE.

4.2.2 Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswanya

dengan penerapan pendidikan kesehatan serta dapat menjadi bahan

referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan

kebidanan dengan memberikan KIE

4.2.3 Bagi Klinik Kusuma Samarinda

Diharapkan dapat sebagai masukan agar dapat meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan menejemen asuhan

kebidanan pada remaja putri

DAFTAR PUSTAKA
Azagew, A. W., Kassie, D. G., & Walle, T. A. 2020. Prevalence of primary
dysmenorrhea, itsintensity, impact and associated factors among female
students’ at Gondar town preparatoryschool, Northwest Ethiopia. BMC
Women'sHealth, 20(1), 5.

Baziad A H. 2003. Program pendidikan konsultan endokinologi reproduksi dan


fertilitas. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Charles R.B Beckmann, Frank W. Ling, Barbara M. Barzansky, William N.P Herbert,
Douglas W. Laube, & Roger P. Smith. 2010. Obstetrics and Gynecology (6th
ed.).USA: Lippincott Williams and Wilkins
Djuanda, Adhi. 2008. MIMS Indonesia Petunjuk Konsuitasi . Edisi 7. Jakarta : PT.
Info Master.
Use the "Insert Citation" button to add citations to this document.

Moore, eds Essentials of Obstetrics and Gynecology. 3rded. Philadelphia: WB


Saunders

Greenspan F.S & Baxter J.D. 2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik.Alih Bahasa:
Wijaya C, et al. Jakarta: EGC.

Hacker, N. F, & Moore, J. G. 2001. Esential obstetri dan genekologi. Edisi 2.


Chrisina, Y. & Nugroho, E. Jakarta: Hipokrates.

Judha, M., Sudarti, & Fauziah,. A. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan(1st ed.). Yogyakarta: Nuha Medika

Manju Saini.2020. Role Of Multigrain Based Flour Mixes To Combat Malnutrition


Among Adolescents. International Journal of Home ScienceUdaipur, Rajasthan,
India

Manuaba, I. B. G. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan


KeluargaBerencana.Jakarta. EGC

Nirwana, A.B. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita (Remaja, Menstruasi, Menikah,


Hamil, Nifas, Menyusui). Yogyakarta: Nuha medika
LEAF LET

Anda mungkin juga menyukai