Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA Nn. A DENGAN DISMENORHEA PRIMER


DI PUSKESMAS BANGSAL MOJOKERTO

Oleh :
AGUSTIN WULAN SARI, SST
NIM. 2182B1273

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PRODI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
2021/2022
Lembar Pengesahan

Laporan praktik dengan judul “ Asuhan kebidanan Pada Nn. A dengan Dismenorhea Primer
di Puskesmas Bangsal Mojokerto”.

Sidoarjo, Januari 2022


Mahasiswa,

Agustin Wulansari, SST

Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,

Bd. Devy Putri Nursanti,SST.,M.Kes Vidia Atika, SST.M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan

bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Asuhan Kebidanan” ini tepat

pada waktunya yang telah di tentukan.

Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dan masukkan dari

semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah

ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari isi makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi kalimat, isi

maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen

mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi

kesempurnaan laporan ini.

Sidoarjo, Januari 2022

Mahasiswa

Agustin Wulan Sari

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Singkatan iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Kesehatan Reprosuksi Remaja dengan Dismenorhea 4
2.1.1 Pengertian 4
2.1.2 Klasifikasi Dismenorhea 4
2.1.3 Etiologi Dismenorhea 5
2.2.4 Patofisiologi Dismenorhea 6
2.2 Konsep Dasar Manajement Asuhan Kebidanan Kesehatan Reprodusi Remaja dengan
Dismenorhea 7
2.2.1 Pengkajian 7
2.2.2 Interpretasi Data 12
2.2.3 Identifikasi Diagnosa Potensial atau Masalah Potensial 14
2.2 4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera 14
2.2.5 Perencanaan 14
2.2.6 Pelaksanaan 15
2.2.7 Evaluasi 15

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian 16
3.2 Analisa Data 19
3.3 Perencanaan 19
3.4 Penatalaksanaan 20
3.4 Evaluasi 20

BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan 22
4.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 25

iii
DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
C : Celsius
CATIN : Calon Pengantin
CM : Centimeter
DM : Diabetes Mellitus
GO : Gonore
HB : Haemoglobin
HBSAG : Hepatitis B Surface Antigen
HE : Health Education
HIV : Human Immunodeficiency Virus
KIE : Konseling Informasi Edukasi
KG : Kilo gram
L : Liter
mg : Miligran
mmHg : Milimeter Merkuri (Hydragyrum)
RR : Respiratory Rate
S : Suhu
TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberkulosis
TD : Tekanan Darah
TTV : Tanda- Tanda Vital
WIB : Waktu Indonesia Barat

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah menstruasi

pertama, atau dalam bahasa medis disebut dengan menarche. Kejadian ini menandakan

awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa pubertas. Masa pubertas

ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat, menstruasi pertama (menarche),

perubahan psikis dan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya rambut

pada daerah kemaluan, dan pembesaran payudara (Atikah dan Siti, 2009).

Seorang remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus

menstruasi tiap bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman

seperti sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram perut

dan sakit perut. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau dismenorea.

Dismenorea yang sering terjadi pada remaja adalah dismenorea primer. Dismenorea

primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan ginekologik. Dismenorea primer ini ciri

khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya (Atikah

dan Siti, 2009).

Sementara itu, hasil survei terhadap 113 pasien di family practice setting di

Amerika Serikat menunjukkan prevalensi dismenorea 29 – 44 persen dari jumlah pasien

tersebut. Masih di Amerika Serikat, puncak insiden dismenorea primer terjadi pada akhir

masa remaja dan diawal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri dilaporkan

sekitar 92 persen. Insiden ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan

meningkatnya kelahiran (Dito dan Ari, 2011).

Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di Indonesia. Ini

1
dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami dismenorea tidak melaporkan

atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter dan kecenderungan untuk meremehkan

penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat di pastikan secara mutlak. Boleh dikatakan 90

persen perempuan Indonesia pernah mengalami dismenorea (Dito dan Ari, 2011).

Peran bidan pada kasus ini adalah konseling tentang kesehatan reproduksi dan

anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar dapat mengatasi keluhan yang

terjadi pada klien dengan dismenorea primer, contohnya rasa nyeri, pegal pada punggung

dan paha, mual dan pusing. Tanpa memandang sebabnya, untuk sementara waktu dapat

diberikan analgesik (antalgin, novalgin, ibu profen, asam mefenamat dan lain

sebagainya). Bila pada pemeriksaan bidan dijumpai kelainan anatomis yang

kemungkinan adanya endometriosis, maka rujukan makin besar indikasinya (Manuaba,

2008).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Melakukan pengkajian pada remaja dengan dismenorea.

1.2.2 Menyusun diagnosa kebidanan sesuai prioritas pada remaja dengan dismenorea.

1.2.3 Menyusun diagnosa kebidanan dan masalah potensial pada remaja dengan

dismenorea.

1.2.4 Menyusun kebutuhan segera sesuai dengan kebutuhan remaja dengan dismenorea.

1.2.5 Merencanakan tindakan kebidanan pada remaja dengan dismenorea.

1.2.6 Melaksanakan tindakan kebidanan pada remaja dengan dismenorea.

1.2.7 Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada remaja dengan

dismenorea.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

2
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenorea

dengan menggunakan pola pikir asuhan kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu menjelaskan konsep dasar remaja dengan dismenorea

2. Mampu menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada remaja dengan

dismenorea

3. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenorea

4. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenorea

5. Mampu membahas asuhan kebidanan pada remaja dengan dismenorea.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan dan Tempat Praktik

Dapat digunakan sebagai bukti laporan komprehensif mahasiswa pada asuhan

kebidanan remaja dengan dismenorea, dan sebagai bahan evaluasi pengetahuan dan

ketrampilan mahasiswa dalam memberikan asuhan.

1.4.2 Bagi Pasien dan Keluarga

Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan

dismenorea Bagi Mahasiswa.

a.

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Reprosuksi Remaja dengan Dismenorhea

2.1.1 Pengertian

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling

umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir semua

perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut

bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan

(Dito dan Ari, 2011).

Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan

masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat

untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), dan

berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan

untuk menghilangkan nyerinya) (Manuaba, 2008).

2.1.2 Klasifikasi Dismenorea

Menurut jenisnya, dismenorea terdiri dari :

1. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik) adalah nyeri menstruasi tanpa

kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologi). Dismenorea primer biasanya

terjadi dalam 6 – 12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi

teratur ditentukan. Rasa nyeri dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan

paha, terkadang disertai dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi labil.

Terapi yang dibutuhkan psikoterapi, analgetika, hormonal (Atikah dan Siti, 2009).

2. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) adalah nyeri menstruasi

yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya endometriosis. Terjadi pada

4
wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea. Terapi yang dibutuhkan adalah

terapi causal yaitu mencari dan menghilangkan penyebabnya (Atikah dan

Siti, 2009).

2.1.3 Etiologi Dismenorea

Menurut Dito dan Ari (2011), penyebab yang saat ini dipakai untuk menjelaskan

dismenorea primer, yaitu :

1. Faktor kejiwaan

Terjadi karena gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil,

hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah jenis kelaminnya dan imaturitas

(belum mencapai kematangan).

2. Faktor konstitusi

Faktor ini maksudnya adalah faktor yang menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa

nyeri. Faktor-faktor yang termasuk dalam hal ini adalah anemia, penyakit menahun,

dan sebagainya.

3. Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon progesteron

menghambat atau mmencegah kontraktilitas uterus, sedangkan hormon estrogen

merangsang kontraktilitas uterus. Disisi lain, endometrium dalam fase sekresi

memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika

kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain

dismenorea dapat juga dijumpai efek seperti diare, nausea, muntah, flushing (respon

involunter yang tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh

kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas). Jelaslah bahwa

peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya

dismenorea primer.

5
4. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea

dengan urtikaria (biduran), migraine, atau asma bronkhiale.

2.1.4 Patofisiologi

Sampai saat ini patofisiologi terjadinya dismenorea masih belum jelas karena

banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Riset terbaru menunjukkan bahwa

patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu

stimulan miometrium yang kuat dan vasocontrictor (penyempitan pembuluh darah) yang

ada di endometrium sekretori (Dito dan Ari, 2011). Selain itu prostaglandin juga

merangsang saraf nyeri di rahim sehingga menambah intensitas nyeri. Prostaglandin juga

bekerja di seluruh tubuh, hal ini menjelaskan mengapa ada gejala-gejala yang

menyertai menstruasi (Atikah dan Siti, 2009).

Sedangkan untuk mekanisme patologik pada dismenorea sekunder adalah

disebabkan oleh beberapa penyakit yang berhubungan dalam hal reproduksi wanita.

Dismenorea sekunder sering terjadi akibat fibrosis uterus, endometriosis, adenomiosis,

dan penyakit tulang panggul (pelvis) lainnya (Atikah dan Siti, 2009).

2.1.5 Penanganan

Para wanita yang terbiasa mengalami nyeri menstruasi pada umumnya sudah

mengetahui tindakan awal ketika nyeri menstruasi datang. Bahkan tak jarang mampu

mengobati dirinya sendiri berdasarkan pengalaman selama berobat ke dokter, seperti

olahraga ringan misal berjalan kaki, bersepeda, atau berenang, mengompres panas atau

dingin pada daerah perut jika terasa nyeri, istirahat cukup sebelum dan selama periode

menstruasi. Hal terpenting yang perlu diingat adalah pemahaman bahwa dismenorea

primer tidak berbahaya. Obat-obatan yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri

menstruasi, diantaranya : analgesik golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI),

6
misalnya parasetamol atau asetamonofen, asam mefenamat, ibuprofen, metamizol atau

metampiron dan obat-obatan pereda nyeri lainnya. Apabila penggunaan obat-obatan

tidak berhasil maka dapat dilakukan terapi hormonal sesuai anjuran dokter. Bila keluhan

nyeri dapat diatasi dengan cara sederhana maka hal itu jauh lebih baik daripada

penggunaan obat-obatan yang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Prinsip

terapi pada dismenorea primer sama dengan dismenorea sekunder, akan tetapi lebih baik

bila berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis kandungan untuk penanganan lebih

lanjut (Atikah dan Siti, 2009).

2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kesehatan Reprosuksi pada

Remaja dengan Dismenorhea

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah

kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan

kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2005).

Untuk kejelasan langkah maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara detail

dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney, yaitu :

2.2.1 Pengkajian

Dalam langkah pertama ini bidan mencari dan menggali data maupun fakta baik

yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim lainnya, ditambah dengan hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri (Varney, 2007). Proses pengumpulan

data dasar ini mencakup data subyektif dan obyektif.

1. Data subyektif

Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu data

kejadian.

1) Biodata pasien

Menurut Varney (2004), pengkajian biodata antara lain :

7
(1) Nama

Untuk mengetahui nama klien agar mempermudah dalam komunikasi.

(2) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan pasien.

(3) Agama

Untuk memberikan motivasi sesuai agama yang dianut klien.

(4) Suku bangsa

Untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras

(5) Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.

(6) Alamat

Untuk mengetahui alamat klien agar mempermudah mencari alamat jika terjadi

sesuatu.

(7) Pekerjaan

Untuk mengetahui sosial ekonomi klien.

2) Alasan datang

Alasan datang yaitu menanyakan keluhan yang disarankan saat pemeriksaan

serta berhubungan dengan gangguan dismenorea. Pada pasien dismenorea biasanya

mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada punggung dan paha, adakalanya

disertai mual muntah, pusing, diare saat menstruasi (Manuaba, 2009).

3) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi:

(1) Menarche, perlu ditanyakan karena dismenorea biasanya terjadi beberapa waktu

setelah menarche, biasanya 6–12 bulan pertama setelah menarche (Dito dan Ari,

2011).

8
(2) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid teratur atau normal

(21–40 hari), karena siklus haid setiap wanita berbeda-beda, berkaitan dengan usia klien

(Dito dan Ari, 2011).

(3) Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari klien normal (3–

7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda (Dito dan Ari, 2011).

(4) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut yang

digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2 perhari berarti

jumlah darah sedikit, 2–4 perhari berarti normal dan lebih dari 5 perharinya banyak

normalnya yaitu 30 ml perhari (Wiknjosastro, 2007).

(5) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada nyeri perut

bagian bawah, pegal pada pinggang dan paha serta gejala yang menyertai dismenorea

seperti pusing, mual, muntah maupun diare saat menstruasi (Manuaba, 2009).

4) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan (Varney, 2004). Dismenorea primer sering

terjadi pada usia remaja (Atikah dan Siti, 2009).

5) Riwayat KB

Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan KB jenis apa (Varney, 2004).

Dalam kasus dismenorea primer sering terjadi pada usia remaja dan belum menikah

(Atikah dan Siti, 2009).

6) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderita

suatu penyakit kronis dan keluhan yang dialami klien saat ini, yang akan

mempengaruhi timbulnya dismenorea. Karena faktor anemia, penyakit menahun, dan

sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea (Wiknjosastro, 2007).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit yang pernah diderita klien

9
sebelumnya, misal diabetes militus, hipertensi, jantung, asma, TBC, tumor, kanker,

hepatitis, dan lain- lain. Penyakit ini dapat membuat berat badan menjadi kurus

sehingga dapat memicu terjadinya dismenorea saat haid (Yatim, 2004).

(3) Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang ada di

keluarga pasien khususnya penyakit menular dan keturunan yang dapat

mempengaruhi organ reproduksi dan apakah keluarganya terdapat riwayat

dismenorea (Estiwidani dkk, 2008).

2. Data Obyektif

Adalah data yang didapat dari observasi dan pemeriksaan dengan menggunakan

standar yang diakui (Varney, 2004).

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut Varney (2004) meliputi :

(1) Keadaan umum

Baik, sedang atau jelek (Varney, 2004)

(2) Kesadaran

Composmentis atau somnolen (Varney, 2004)

(3) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor hipertensi atau hipotensi, normal 120/80 mmHg (Varney,

2004).

(4) Suhu

Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh / tidak, normalnya suhu tubuh 36,50C –

37,60C (Varney, 2004).

(5) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien, normal 60 – 80 kali permenit (Varney, 2004).

(6) Respirasi

10
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi

normal 18 – 22 x/menit (Varney, 2004).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi dan palpasi.

(1) Inspeksi

Melakukan pemeriksaan pandang terhadap pasien mulai dari kepala sampai kaki.

(1) Kepala

Rambut, warna, lebat atau jarang, rontok, atau ada ketombe (Varney, 2007).

(2) Muka

Pucat, ada oedem atau tidak. Pasien dengan keluhan dismenorea akan terlihat

pucat dan meringis menahan sakit (Varney, 2007).

(3) Mata

Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar atau merah pucat,

sklera putih atau kuning, (Varney, 2007).

(4) Hidung

Ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk mengetahui adanya gangguan jalan

nafas (Varney, 2007).

(5) Gigi

Bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk mengetahui kecukupan kalsium

(Varney, 2007).

(6) Gusi

Warnanya, ada perdarahan atau tidak, untuk mengetahui kecukupan vitamin dan

mineral (Varney, 2007).

(7) Lidah

Bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi yang mengarah pada penyakit

11
tertentu misalnya tifoid (Varney, 2007).

(8) Bibir

Pecah atau tidak, ada stomatitis atau tidak, untuk mengetahui kecukupan vitamin

dan mineral (Varney, 2007).

(9) Telinga

Bersih atau kotor, ada peradangan maupun benjolan atau tidak, untuk mengetahui

adanya tanda infeksi atau tumor (Varney, 2007).

(10) Payudara

Simetris atau tidak, besih atau kotor, ada retraksi atau tidak, untuk mengetahui

ada tidaknya kelainan pada payudara (Varney, 2007).

(11) Abdomen

Simetris atau tidak, ada luka bekas operasi atau tidak (Varney, 2007).

(12) Genetalia eksterna

Ada oedem atau tidak, ada pembengkakan kelenjar bartholini atau tidak

(Varney, 2007).

(13) Ekstrimitas

Ada varises atau oedem pada tangan maupun kaki atau tidak (Varney, 2007).

(2) Palpasi

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan rabaan, pada pemeriksaan ini hanya

diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan, bagaimana keadaan umum.

3) Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan bila diperlukan untuk mendukung penegakan diagnosa mengetahui

kondisi klien sebagai data penunjang seperti pemeriksaan HB (Nursalam, 2004).

2.2.2. Interprestasi Data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi

12
diagnosa atau masalah yang spesifik yang sudah di identifikasikan (Varney, 2004).

Data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis

atau masalah yang spesifik.

1) Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney,

2004). “Nn X umur tahun dengan dismenorea primer”.

Dasar :

(1) Data subyektif

Nn. X mengatakan bahwa saat ini sedang haid hari pertama merasakan pusing,

nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada paha dan pinggang.

(2) Data obyektif

Keadaan umum baik/cukup/jelek

b. Kesadaran komposmentis/somnolen/apatis

c. Tanda-tanda vital

d. Muka pucat, meringis menahan sakit

e. Terdapat nyeri pada perut bagian bawah

2) Masalah

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil

pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien. Dalam kasus

ini masalah yang timbul adalah rasa tidak nyaman dan kecemasan yang dialami pasien

seperti nyeri perut bagian bawah, pagal pada pinggang dan paha, pusing, mual,

muntah maupun diare saat menstruasi (Varney, 2004).

3) Kebutuhan

Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa

masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2004).

13
Kebutuhan yang dapat diberikan pada pasien dismenorea ini dapat berupa

olahraga ringan, kompres air hangat atau dingin di tempat yang nyeri, istirahat cukup

dan makan-makanan yang bergizi (Varney, 2004).

2.2.3. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini diagnosa merupakan tindakan segera yang dapat menimbulkan

kegawatdaruratan pada klien. Pada remaja dengan dismenorea primer merupakan gejala

dan bukan suatu penyakit, karenanya tidak ada diagnosa potensial (Varney, 2004).

2.2.4. Antisipasi

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Data-data terbaru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Sebagian data menunjukkanS

satu situasi yang memerlukan tindakan segera. Sementara yang lain harus menunggu dari

seorang dokter, situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya (Varney,

2004).

2.2.5 Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Tugas bidan disini adalah merumuskan rencana asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan. Merencanakan bersama pasien kemudian membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya (Varney, 2004).

Asuhan kebidanan pada kasus dismenorea primer yang dapat diberikan menurut

Atikah dan Siti (2009), yaitu:

1) Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya

2) Pemberian analgesik dan tokolitik

3) Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau

berenang

14
4) Anjurkan klien untuk cukup istirahat

5) Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau

6) Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa

nyeri

2.2.6 Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan dalam langkah ke V, pemecahan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian oleh bidan, klien atau tim kesehatan lainya. Jika bidan tidak

melaksanakan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaan asuhan kebidanan tersebut (Varney, 2004). Pada kasus ini implementasi

yang dilakukan menurut Atikah dan Siti (2009) adalah :

1. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya

2. Memberikan terapi analgesik dan tokolitik

3. Menganjurkan klien olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau

berenang

4. Menganjurkan klien untuk cukup istitahat

5. Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan sayuran hijau

6. Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika

terasa nyeri

2.2.7. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan. Evaluasi

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan klien

pribadi maupun bidan. Tujuan evaluasi adalah untuk mangatahui kemajuan dari hasil

tindakan yang dilakukan (Varney, 2004).

15
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji : Agustin Wulansari, SST

Tanggal Pengkajian : 05-01-2022

Tempat Pengkajian : Puskesmas Bangsal Mojokerto

3.1 Pengkajian

3.1.1 Data Subjektif

1. Identitas

Nama : Nn. A

Umur : 16 tahun

Agama : Islam

Suku, bangsa : Jawa, Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Alamat : Bangsal

2. Keluhan utama

Perut terasa sakit dari perut bagian bawah, pusing, mual dan ingin muntah sejak tadi

malam tanggal 04-01-2022 pukul 22.00 WIB.

3. Riwayat menstruasi

1) Menarche : 12 tahun

2) Siklus : 30 hari, teratur

3) Lamanya : 6-7 hari

4) Banyaknya : 5 kali ganti pembalut per hari

5) Tanggal menstruasi : 04-01-2022

16
6) Sifat darah : encer, warna merah dan agak menggumpal

7) Dismenorea : nyeri dan sakit selama haid

4. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang

Nn. A mengatakan saat ini mengalami sakit perut bagian bawah, pusing, mual dan

ingin muntah sejak tadi malam. Sifat nyeri, pusing, mual dan ingin muntah

kadang-kadang hilang. Saat ini Nn. A juga merasa lemas.

2) Riwayat penyakit sistemik

Tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti asma, hipertensi, jantung, dll,

maupun riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS, dll.

3) Riwayat penyakit keluarga

Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menurun seperti asma,

hipertensi, jantung, dll, maupun riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC,

HIV/AIDS, dll.

5. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

Tidak nafsu makan, hanya minum dan ngemil saja.

2) Eliminasi

BAB dan BAK masih sama seperti sebelum menstruasi.

3) Istirahat

Tidur tidak nyenyak yang diakibatkan nyeri perut yang dialaminya.

4) Personal hygiene

Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali per minggu menggunakan

shampo, menyikat gigi 3 kali sehari menggunakan pasta gigi, ganti pakaian 2 kali

per hari, dan ganti pembalut 4-5 kali.

17
5) Aktifitas

Tidak sekolah dan tidak bermain

6. Data psikologis :

1) Pasien

Tidak nyaman dengan nyeri yang dialaminya saat ini yang mengganggu

aktifitasnya serta berharap rasa nyerinya bisa segera hilang.

2) Keluarga

Keluarga Nn. A merasa cemas dan berharap semoga sakit Nn. A bisa dengan

segera teratasi.

3.1.2 Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan : Cukup.

umum : Composmentis.

b. Kesadaran

c. TTV TD : 120/80 mmHg, R :18x/menit

N : 82 x/menit, S : 36,70 C.

d. TB : 159 cm

e. BB : 48 kg

2. Pemeriksaan Fisik

1) Rambut

Bersih, tidak berketombe dan tidak rontok.

2) Muka

Bersih, pucat, tidak oedema, dan tampak menahan sakit.

3) Mata

18
Tidak oedema, conjungtiva pucat dan sklera putih.

4) Hidung

Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.

5) Telinga

Bersih, tidak ada serumen.

6) Mulut

Bersih, tidak stomatitis.

7) Kelenjar gondok

Tidak ada pembesaran kalenjar gondok.

8) Mammae

Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

9) Abdomen

Tidak ada pembesaran perut, tidak ada massa, nyeri tekan bagian bawah

10) Anogenital

Tidak dilakukan pemeriksaan

11) Ekstremitas

Tidak ada varises

3.2 Diagnosa Kebidanan

Nn. A umur 16 tahun menstruasi hari ke-2 dengan dismenore primer

3.3 Perencanaan

1. Beri penjelasan pada Nn. A tentang kondisinya.

2. Ajari pada Nn. A cara untuk mengurangi rasa nyeri pada perutnya.

3. Anjurkan pada Nn. A untuk istirahat cukup.

4. Anjurkan pada Nn. A untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

19
5. Beri terapi obat oral untuk mengurangi rasa nyeri dan sakit pada perut.

3.4 Pelaksanaan

1. Pukul 10.35 WIB Memberi penjelasan pada Nn. A bahwa dismenore yang

dialaminya merupakan dismenore primer yaitu rasa sakit pada perut bagian bawah

yang menyertai menstruasi yang tidak disebabkkan oleh kelainan pada rahim dan

dapat menimbulkan gangguan aktifitas sehari- hari.

2. Pukul 10.45 WIB Mengajarkan Nn. A mengurangi rasa nyeri pada perutnya dengan

cara :

1) Istirahat di tempat tidur dan mengompres perutnya dengan botol berisi air

hangat dan mengganjal kakinya dengan bantal supaya lebih rileks.

2) Berolahraga ringan secara teratur seperti jalan kaki sehingga dapat meredakan

rasa nyeri.

3. Pukul 11.00 WIB Menganjurkan Nn. A untuk istirahat cukup.

4. Pukul 11.05 WIB Menganjurkan Nn. A untuk mengkonsumsi buah-buahan dan

sayuran berwarna hijau.

5. Pukul 11.15 WIB Memberi resep obat oral pada Nn. A, yaitu :

1) Asam mefenamat @500mg 2 X 1 tablet

2) Fe @20mg 1 X 1 tablet

3) CTM @2mg 2 X 1 tablet

3.5 Evaluasi

1. Nn. A paham dan mengerti tentang kondisinya saat ini.

2. Nn. A bersedia untuk mengurangi nyeri pada perutnya dengan cara.

a. Istirahat di tempat tidur dan perut di kompres dengan botol berisi air hangat.

b. Kaki diganjal dengan bantal supaya rileks.

20
c. Olahraga ringan secara teratur seperti, jalan kaki sehingga nyeri hilang.

3. Nn. A bersedia untuk istirahat cukup dan sementara tidak beraktifitas terlalu

berat.

4. Nn. A bersedia untuk mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran berwarna hijau.

5. Nn. A sudah menerima obat dan bersedia meminumnya sesuai dosis advis dokter.

21
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pada pengkajian Pada kasus Nn. A umur 16 tahun dengan data subyektif yaitu

sakit pada perut bagian bawah, pusing, mual, ingin muntah, menstruasi teratur

sifat darah encer agak menggumpal, dan data obyektif yaitu keadaan umum

cukup, kesadaran composmentis, vital sign TD; 120/80 mmHg, N; 84 x/menit, R;

16 x/menit, S; 36,7’C, muka pucat menahan sakit, mata tampak anemis, pada

palpasi didapat mammae terasa keras, nyeri tekan pada perut, USG tidak ada

kelainan.

2. Pada interpretasi data didapat diagnosa kebidanan Nn. A umur 16 tahun dengan

dismenorea primer dan masalah diperoleh nyeri dan cemas. Masalah cemas ini

terjadi karena remaja mengalami dismenorea. Bagi remaja putri ini hal yang

abnormal yang menimbulkan rasa nyeri sehingga remaja putri cemas dan untuk itu

remaja perlu mendapatkan penjelasan mengenai dismenorea dan cara

mengatasinya. Keluhan tersebut akan hilang dalam 1-2 hari. setelah mendapat

penjelasan tersebut maka rasa cemas yang remaja rasakan dapat berkurang.

3. Tidak ada diagnosa potensial yang terjadi dikarenakan Nn. A telah mendapat

penanganan yang tepat.

4. Pada kasus Nn. A tidak dilakukan antisipasi karena telah memperoleh penanganan

yang tepat.

5. Pada kasus ini, perencanaan yang diberikan sesuai dengan keadaan Nn. A yang

meliputi penjelasan tentang kondisinya, ajari pada Nn. A cara untuk mengurangi

rasa nyeri pada perutnya, beri nasehat pada Nn. A untuk mengkonsumsi makanan

bergizi, beri terapi obat analgetik seperti asam mefenamat @500mg 2x1 tablet, Fe

22
@20mg 1x1 tablet, CTM @2mg 2x1 tablet.

6. Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat.

7. Evaluasi dilakukan selama 2 hari untuk mengetahui perkembangan remaja dengan

hasil keadaan umum baik, aktivitas kembali lancar, dismenorea primer sudah

teratasi.

8. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik pada kasus ini.

4.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Pasien

Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda dismenorea pada remaja dan

menganjurkan untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat bila

mengalami tanda dismenorea.

2. Bagi bidan/dokter

Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus dismenorea, misalnya

KIE tentang dismenorea, pemberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan

reproduksi sehingga remaja berprilaku hidup sehat dan memahami tentang organ

reproduksi.

3. Bagi institusi

1) Puskesmas

Pelayanan yang diberikan sudah baik diharapkan untuk lebih meningkatkan

kualitas pelayanan dalam pengelolaan asuhan kebidanan pada remaja dengan

dismenorea.

2) Pendidikan

23
Referensi bacaan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi masih kurang

lengkap, diharapkan karya tulis ilmiah ini bisa menjadi referensi yang baik untuk

bahan bacaan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Baziad Ali, Jacoeb T.Z. 2003. Anovulasi:Patofisiologi dan penangananya edisi

2,FKUI:Jakarta

Burns August. 2009. Mengatasi Persoalan Kesehatan Reproduksi Dan Seksual

Perempuan.Insistpress:Yogyakarta.

Hestiantoro, A. 2008.Masalah Gangguan Haid dan Infertilitas.Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Lusa. 2010. Dismenore (Dysmenorrhea) Part 1. Tersedia dalam:

http://www.lusa.web.id/dismenore-dysmenorrhea-part-1/

Manuaba, I.G.B.2008.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi

Sosial Untuk Profesi Bidan.Jakarta:EGC

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Maryati, Dwi. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Mitayani, 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekijo. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan, yayasan bina pustaka : Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2007.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Purwaningsih, W. 2010.Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Numed

Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Jilid I.

Bandung: Mandar Maju.

Wulandari, A. 2011.Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta : Salemba

25

Anda mungkin juga menyukai