DISMENORE
Oleh:
Maulida Diah Setiawati
190070500111025
2.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa remaja disebut sebagai periode transisi antara masa anak-anak dari masa dewasa,
berawal dari usia antara 11 tahun sampai 18 tahun (Prawirohardjo, 2014). Masa ini juga
disebut dengan masa pancaroba masa pubertas dan masa adolescence. Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2015, jumlah remaja di Indonesia adalah 62.594.200 jiwa atau sekitar
30,41% dari total seluruh penduduk Indonesia (Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2015). Remaja
memiliki rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta
cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan
(Infodatin, 2017). Proses pertumbuhan dan perkembangan remaja mengalami banyak
hambatan, sifat remaja yang memiliki keingintahuan yang besar dan menyukai tatangan,
seringkali mengakibatkan remaja memiliki masalah kesehatan fisik maupun psikososial.
Masa ini banyak masalah atau problem hidup yang harus dihadapi karena jiwanya belum
stabil dalam mengambil suatu keputusan dan mudah dipengaruhi hal-hal bersifat negatif,
misalnya keingintahuan mencoba rokok, narkoba, seks, dan lain lain (Mardjan, 2016).
Perkembangan remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu remaja awal, remaja tengah,
remaja akhir. Pada tahap perkembangan ini remaja akan mengalami perubahan baik secara
anatomis, fisiologis, maupun psikis (Kligman et al, 2015). Salah satu tanda perkembangan
yang terjadi pada remaja putri adalah menstruasi. Menstruasi merupakan tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang (Kusmiran, 2012). Menstruasi seringkali muncul dengan
berbagai jenis rasa nyeri atau yang biasa disebut dengan dismenore. Studi menunjukkan 70-
80% remaja melaporkan memiliki dismenore, dimana 40% diantaranya melaporkan
meliburkan diri dari sekolah dan pekerjaan karena disminorre (Smith, 2018).
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai dismenore remaja dapat memahami
bahwa hal tersebut adalah hal yang fisiologis dan dapat waspada terhadap masalah-masalah
seputar dismenore
2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami mengenai dismenore
2. Memahami fisiologis dismenore
3. Memahami penanganan masalah dalam dismenore
3. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
4. Media
1) Leaflet
2) PPT
Lampiran 1
Materi Penyuluhan
1.1 Definisi
Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang
dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara
etimologi nyeri menstruasi (dismenore) adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran
menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2015). Studi menunjukkan 70-80%
remaja melaporkan memiliki dismenore, dimana 40% diantaranya melaporkan
meliburkan diri dari sekolah dan pekerjaan karena disminorre (Smith, 2018).
Dismenorea merupakan nyeri pada perut yang disebabkan kram saat menstruasi.
Dismenore terjadi pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian
bawah, nyeri yang dirasakan hilang timbul (Nugroho & Utama, 2014). Dysmenorrhea
biasanya terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan terasa
selama 24- 36 jam.
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi
selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung
beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri. Dismenore terbagi
menjadi dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri haid
yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan
nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti ditemukannya
endometriosis atau kista ovarium. Onset awal dismenore primer biasanya terjadi
dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah menarke dengan durasi nyeri umumnya 8
sampai 72 jam. Dismenore primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus
(miometrium) dan sekresi prostaglandin, sedangkan dismenore sekunder disebabkan
adanya masalah patologis di rongga panggul (Larasati, 2016).
1.2 Klasifikasi Dismenore
Dismenore diklasifikasikan menjadi 2 yaitu,
a. Dismenore primer
Terjadinya menstruasi merupakan salah satu tanda perkembangan system
reproduksi akibat perubahan hormone. Nyeri yang timbul sejak menstruasi
pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Perubahan yang terjadi
pada produksi hormone reproduksi mengakibatkan perubahan pada aktivitas
system reproduksi. Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50%
wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. pada
wanita dengan dismenore menunjukkan relaksasi uterus lebih lambat (10mmHg),
tekanan aktif maksimal 120 mmHg, dan kontraksi terjadi 3-4x dalam 10 menit
disbanding wanita yang tidak mengalami dismenore (Josimovich, 2018). Nyeri
yang dirasakan sebagai kram yang hilang timbul, biasanya nyeri timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan
setelah 2 hari akan hilang (Nugroho dan Utama, 2014).
b. Dismenore Sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip dan kelainan lainnya yang dapat
menganggu organ dan jaringan sekitarnya (Kusmiran, 2012). Dismenore sekunder
memiliki ciri khas yaitu: terjadi pada usia 20-an atau 30-an setelah siklus haid
yang relative tidak nyeri di masa lalu, ketidaksuburan, darah haid yang banyak
atau perdarahan yang tidak teratur, sensasi nyeri saat berhubungan seks, keputihan
berlebih, nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid, nyeri yang tidak
berkurang dengan terapi nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs).
b) Faktor Kejiwaan
Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa dismenorea yang timbul pada
remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang
dismenorea.Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak
dini.Mereka yang memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan
itusebagai permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap
dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja
putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan penurunan
terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri menstruasi menjadi
lebih berat.Penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu
mengalaminya setiap siklus menstruasinya (Kartono, 2006).
c) Faktor nutrisi
Menurut Singh et al.(2008) dalam hasil penelitiannya, dari total wanita
yang mengisi kuisioner didapatkan 79,43% memiliki kebiasaan memakan
makanan cepat saji (junk food) didapatkan 16,82% di antaranya menderita
dismenore.18 Makanan cepat saji memiliki kandungan gizi yang tidak
seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah serat.19
Kandungan asam lemak yang terdapat di dalam makanan cepat saji dapat
mengganggu metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus
menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang akan
menyebabkan rasa nyeri pada saat dismenore. Prostaglandin terbentuk dari
asam lemak yang ada dalam tubuh. Setelah ovulasi terjadi penumpukan asam
lemak pada bagian fospolipid pada sel membran. Pada saat kadar
progesteron menurun sebelum haid, asam lemak yaitu asam arakidonat
dilepaskan dan mengalami reaksi berantai menjadi prostaglandin yang dapat
menimbulkan rasa nyeri saat haid. Selain dismenore, kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji juga dapat menimbulkan oligomenore,
hipermenore, dan sindrom pre-menstruasi.
d) Lama Menstruasi
Pada penelitian Kural et al. (2015) dilaporkan dari 100 wanita yang
mengalami dismenore 20% diantaranya memeliki durasi menstruasi 5-7 hari.
Dengan analalisis tersebut menggambarkan wanita dengan perdarahan durasi
lebih lama memiliki 1,9x lebih banyak kesempatan untuk menderita
dismenore. Lama durasi haid dapat dipengaruhi factor fisiologis yaitu
kontraksi otot uterus yang berlebihan atau sangat sensitive terhadap
hormone, akibatnya endometrium dalam fase sekresi memproduksi hormone
prostaglandin yang lebih tinggi. Semakin lama durasi haid, maka semakin
sering uterus berkontraksi akibatnya semakin banyak pula prostaglandin
yang dikeluarkan sehingga timbul rasa nyeri saat haid.
1.6 Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap dismenore primer menurut Nugroho dan Utama (2014)
adalah :
1) Anjurkan klien untuk istirahat cukup
2) Kompres hangat didaerah perut
Menurut Kusmiran (2012), ada beberapa hal :
1) Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium
tinggi
2) Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit
3) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan
4) Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan
bidan atau dokter. Boleh minum alangesik (penghilang rasa sakit) yang
banyak dijual ditoko obat, tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kali sehari.
Menurut Wahyuni dalam Atika dan Siti (2009). Hampir sama dengan teori
Kusmiran (2012) dan Nugroho dan Utama (2014), tetapi ada sedikit perbedaan yaitu
untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan sayuran hijau.
Menurut amami (2014)
penatalaksanaan yang dapat
dilakukan adalah dengan
pengobatan meliputi
pemberian NSAID,
hormonal, apabila
ditemukan dismenore
primer maka dilakukan
penatalaksanaan sesuai masalah
Algoritma penatalaksanaan Dismenore (Amami, 2014)
Lampiran 2
Daftar Pustaka
Bernardi, M., Lazzeri, L., Perelli, F., Reis, F. M., & Petraglia, F. (2017).
Dysmenorrhea and related disorders. F1000Research, 6, 1645.
https://doi.org/10.12688/f1000research.11682.1
AMIMI S. OSAYANDE, MD, and SUARNA MEHULIC, MD, University of
Texas Southwestern Medical Center, Dallas, Texas
Am Fam Physician. 2014 Mar 1;89(5):341-346.
Chen C, Cho S, Damokosh AI, Chen A, Li G, Wang X, et al. Prospective
study of exposure to environmental tobbaco smoke and
dysmenorrhea. Environmental Health Perspectives. 2000;
108(11):1019-22.
Kural MR, Noor NN, Pandit D, Joshi T, Patil A. Menstrual characteristics and
prevalence of dysmenorrhea in college going girls. J Family Med
Prim Care [Internet]. 2015 [diakses tanggal 27 Oktober 2015];
4(3):426–431. Tersedia dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Charu S, Amita R, Sujoy R, Thomas GA. Menstrual characteristics and
prevalence and effect of dysmenorrhea on quality of life of medical
students. International Journal of Collaborative Research on Internal
Medicine & Public Health. 2012; 4(4):276-94.
Gagua, T., Tkeshelashvili, B., & Gagua, D. (2012). Primary dysmenorrhea:
prevalence in adolescent population of Tbilisi, Georgia and risk
factors. Journal of the Turkish German Gynecological
Association, 13(3), 162–168. https://doi.org/10.5152/jtgga.2012.21
ABSENSI PESERTA PENYULUHAN
Tanggal :
Jam:
Tempat :
No Nama Alamat Tanda Tangan