Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

JAMBAN SEHAT
PKLT IPE-CP POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

Oleh :

Kelompok 20

Bunga Citra Lestari (173210315) Natasya Rahmadanti (174210440)


Eru Dwi Putra (173110241) Riski Novratiwi (172110108)
Halimah Refriyanti (171110012) Sari Saraswati (175110560)
Hildayati Zainia Yuliya (162210738) Sri Aulia (174110413)
Monica Dwi Oktarina (173110255) Uci Julia (161210720)

Pembimbing :
Sejati, SKM, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES R.I PADANG


2020
Satuan Acara Penyuluhan ( SAP )
Jamban Sehat

Topik : Jamban Sehat


Sasaran : Keluarga anak D
Tempat : Rumah keluarga anak D
Hari/Tanggal : Kamis, 11 April 2020
Pukul : 15.00 - 15.40 WIB
Lama Waktu : 40 Menit

A. Latar Belakang
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan, dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

PHBS Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Rumah
tangga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik.
Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang
ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS, khususnya berkaitan dengan menggunakan
jamban di rumah sebagai salah satu indikator PHBS di Rumah tangga. berdasarkan Profil
Departemen Kesehatan tahun 2005, 40 – 60 % anak sekolah dasar kedapatan menderita
cacingan, sedangkan Yayasan Kusuma Buana mencatat 23,2% anak SD menderita
anemia pada tahun 2007, begitu juga dengan kasus diare. Hal ini dapat disebabkan
karena perilaku tidak menggunakan jamban dan juga perilaku tidak mencuci tangan
pakai sabun sebelum makan (Depkes RI, 2008).

Data World Health Organization menunjukan setiap tahun 100.000 anak Indonesia
meninggal karena diare, sedangkan data Departemen Kesehatan RI sendiri menyatakan
diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang
tahun.

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden
diare pada anak meningkat. Pada tahun 2000 IR (incidence rate) penyakit diare 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi
423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada tahun 2010
dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah kasus 2.580 dengan kematian sebanyak 77 kasus
(CFR: 2,98%) (Kemenkes RI, 2013).

Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%.
Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis.
Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah
sebabnya penyakit diare sebagai salahsatu penyakit yang ditularkan melalui air masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000
penduduk.Penggunaan jamban di berbagai daerah di Indonesia masih menggunakan
pembuangan air yang tidak sehat. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian yang
dilaksanakan antara lain oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dimana datayang tercatat pada
penduduk yang menggunakan jamban pada tahun 2002 memperlihatkan rumah tangga
(RT) yang memakai jamban leher angsa didaerah perkotaan sebesar 79,14% dan tinggal
di pedesaan sebesar 42,16%,yang menggunakan jamban plengsengan, di daerah
perkotaan sebesar 11,41%dan di daerah pedesaan sebesar 11,23%. Sedangkan yang
menggunakan jamban cemplung di daerah perkotaan sebesar 1,96% dan di daerah
pedesaan sebesar 10,56%. Bila dilihat secara keseluruhan (perkotaan dan perdesaan), RT
yang memakai jamban leher angsa sebesar 61,64%, jamban cemplung 21,01%,jamban
plengsengan 11,32%, dan yang tidak memakai jamban 6,03% (Kemenkes RI, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat dapat mengetahui dan
memahami tentang Jamban Sehat
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini masyarakat diharapkan :
a. Peserta dapat memahami apa itu jamban sehat.
b. Peserta dapat memahami syarat dan cirri ciri penggunaan jamban sehat.
c. Peserta dapat memahami jenis-jenis dari jamban sehat
d. Peserta dapat memahami manfaat jaban sehat serta akibat jamban tidak sehat
e. Peserta dapat menggunakan jamban sehat dengan bersih.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik Pentingnya Imunisasi
2. Sasaran
Sasaran : Keluarga anak D
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab dan diskusi
4. Media dan alat
a. Infocus
b. Laptop
c. Pengeras suara
d. Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 11 April 2020
Waktu : 15.00 - 15.40 WIB
Tempat : Rumah Keluarga anak D
6. Pengorganisasian
a. Penyaji :
b. Moderator :
c. Observer :
d. Fasilitator :
e. Dokumentasi :
7. Setting Tempat

Keterangan :

: Pembimbing : Peserta

: Pemateri : Fasilitator

: Moderator : Observer

D. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respons Audiens
1. 5 Menit Pembukaan
 Memberi salam Menjawab salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan kotrak: waktu, topik, Mendengar &

tempat serta tujuan penyuluhan Memperhatikan


2. 30 Menit Pelaksanaan
 Mengkaji pengetahuan klien
tentang jamban sehat
 Menjelaskan pengertian jamban
sehat
 Menjelaskan ciri-ciri/syarat jamban
sehat dan tidak sehat Mendengar &

 Menjelaskan jenis-jenis jamban memperhatikan


sehat
 Menjelaskan manfaat jamban sehat
 Menjelaskan Akibat jamban yang
tidak sehat
 Menjelaskan cara memelihara
jamban sehat
3. 5 Menit Penutup
 Menyimpulkan materi penyuluhan  Menyimpulkan
bersama dengan klien materi penyuluhan
 Melakukan evaluasi dengan bersama mahasiswa
memberikan pertanyaan  Menjawab
 Menutup penyuluhan dan pertanyaan
memberikan salam
 Menjawab salam

E. UraianTugas
1. Penanggung Jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Moderator
a. Membuka acara.
b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
c. Menjelaskan tujuan dan topik.
d. Menjelaskan kontrak waktu.
e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri.
f. Mengarahkan alur diskusi.
g. Memimpin jalannya diskusi.
h. Menutup acara.
3. Pemateri
a. Mempresentasikan materi untuk penyuluhan
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan audiens
c. Bersama audiens menyimpulkan materi penyuluhan

4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
b. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari Peserta
5. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.

F. Kriteria Evaluasi
b. Evaluasi Struktur
1. 60% peserta menghadiri penyuluhan.
2. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana.
c. Evaluasi Proses
1. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
2. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
3. 70 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan jamban sehat
4. 80 % peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.
d. Evaluasi Hasil
1. Peserta mampu menyebutkan pengertian jamban sehat dengan bahasa
sendiri
2. Peserta mampu menyebutkan ciri-ciri jamban sehat dan jamban tidak
sehat
3. Peserta mampu menyebutkan manfaat jamban sehat
4. Peserta mampu menyebutkan akibat jamban yang tidak sehat
5. Peserta mampu menyebutkan cara memelihara jamban sehat
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Jamban Sehat


Jamban  adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja manusia.
Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya, (Abdullah, 2010).

B. Jenis-jenis Jamban Sehat


1. Jamban cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke
dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
2. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air
yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia
yang dilengkapi dengan resapannya.
3. Kakus Bor
Jamban yang tempat penampungan kotorannya dibuat dengan mempergunakan bor.
Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor aunger dengan diameter
antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus jauh lebih dalam
dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung atau
plengsengan, karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil. Pengeboran pada
umumya dilakukan sampai mengenai air tanah. Perlengkapan lainnya dan cara
mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan kakus
plengsengan.

C. Ciri-ciri / Syarat Jamban Sehat


Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
1. Tidak mencemari air
a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b) Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah
b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya
d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan
b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air
c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran
d) Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodic
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan
penguat lai yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a) Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
b) Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran
c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh
d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a) Jamban harus berdinding dan berpintu
b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.

D. Manfaat Jamban Sehat


1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
4. Kotoran tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-
binatang lainnya
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara
7. Sederhana desainnya
8. Murah
9. Dapat diterima oleh pemakainya

E. Akibat Jamban Tidak Sehat


1. Mengotori lingkungan
2. Mencemari air
3. Menimbulkan bau tak sedap
4. Merusak pemandangan
5. Menimbulkan penyakit
F. Cara Memelihara Jamban Sehat
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki
7. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit
8. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar
bakteri pembusuk tetap berperan aktif
9. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
10. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain
bekas, dll.
Daftar Pustaka

Kesehatan Masnyarakat Ilmu Dan Seni, Prof, Dr. Soekidjo Notoatmodjo

Sumijatun, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai