Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian sanitasi

Sanitasi merupakan salah satu upaya manusia untuk mewujudkan lingkungan bersih
dan sehat dengan cara melakukan upaya pembersihan, pemeliharaan dan perbaikan terhadap
kondisi lingkungan yang bermasalah akibat tumpukan kotoran, sampah dan genangan air
limbah yang dapat dijadikan media tumbuh kembangnya serangga dan binatang pengerat
sebagai perantara penular penyakit dan terjadinya celaka.

Beberapa pengertian perihal sanitasi menurut para ahli antara lain :

1. Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 2004) mengatakan bahwa Sanitasi


adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan
mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan
(Depkes RI, 2004).

2. Menurut World Health Organisation ( WHO ) adalah pengawasan penyediaan air


minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor
penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer
dan keselamatan lingkungan kerja.

Dalam penerapannya sanitasi ditempat kerja upaya pemeliharaan, pengawasan dan perbaikan
di utamakan pada :

1. Penyediaan air bersih yang dapat digunakan untuk membersihkan badan, mencuci
pakaian dan peralatan, menyiram tanaman.

2. Pengelolaan air limbah yang dilakukan dengan baik agar lingkungan sekitar tidak
tercemar dan menjadi kotor. Sanitasi Industri dan K3

3. Pengelolaan sampah yang dilakukan dengan baik agar lingkungan sekitar tidak
tampak tumpukan sampah yang dapat dijadikan media untuk bersarang serangga dan
binatang pengerat perantara penular penyakit.
4. Pengawasan vektor penyakit yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan
sehingga tempat yang menjadi media bagi vektor untuk tumbuh dan berkembang biak
bisa dicegah.

5. Pencegahan dan pengawasan pencemaran tanah yang dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan terhadap telur cacing perantara penyakit.

Upaya sanitasi dasar meliputi :

1. Penyediaan air bersih


Air merupakan salah satu yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Air erat hubungan dengan kesehatan manusia sebab air dapat
menjadi media perantara penularan penyakit, untuk memperoleh air bersih perlu
dilakukan pengawasan dari sumber, distribusi, penampungan dan pemanfaatan.
2. Penampungan kotoran manusia (jamban)
Kotoran manusia adalah berupa benda padat yang oleh tidak digunakan oleh
tubuh kemudian dikeluarkan disebut feces atau tinja. Penampungan tinja
dimaksudkan untuk menampung tinja dan urine atau kencing yang perlu disediakan.
Tinja yang tidak tertampung dengan baik dapat mencemari lingkungan atau
menimbulkan bau busuk dan sumber air yang mengakibatkan terjadinya penyakit.

3. Pengelolaan sampah

Sampah adalah benda padat hasil aktivitas manusia yang oleh pemiliknya
tidak digunakan lagi dan dibuang, Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan,
pengumpulan, pengankutan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

4. Pembuangan air limbah.

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan
lazimnya muncul karena hasil aktivitas manusia di industri, rumah sakit dan tempat
kerja lainnya. Air limbah yang dibuang tampa melalui proses pengolahan terlebih
dahulu mengakibatkan masalah bagi lingungan dan sumber air bersih, sehingga untuk
amannya air limbah sebelum dibuang harus melalui proses pengolahan agar air
buangannya aman bagi mahluk hidup yang terdapat di badan air atau sungai.
2.2 Pengertian keselamatan kerja

Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam hal memberi
perlindungan pada pekerja agar terhindar dari terjadinya celaka. Oleh karena itu penerapan
keselamatan kerja di tempat kerja merupakan keharusan bagi setiap tempat kerja.

Pengertian keselamatan kerja menurut beberapa ahli antara lain :

1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).

2. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaannya.

3. Keselamatan Kerja adalah Segala upaya untuk mengurangi Kemungkinan


Terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan.

Keselamatan kerja mengarah kepada perlindungan fisik pekerja agar tidak terjadi
celaka pada pekerja yang berhubungan dengan mesin, peralatan kerja, bahan kerja, proses
pengolahan, tempat kerja dan lingkungan fisik kerja.

Keselamatan kerja merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
terjadinya :

1. Kecelakaan di tempat kerja

2. Kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, peralatan, objek
kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.

2.3 Tujuan keselamatan kerja

Adapun tujuan yang diharapkan dengan menerapkan keselamatan kerja di tempat


kerja antara lain:

1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk


kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas kerja.
2. Melindungi kesehatan dari tenaga kerja demi meningkatkan efisiensi dari pekerja
dan merupakan sebuah tindakan pencegahan terhadap kecelakaan para kerja.

3. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

4. Menjamin segala keutuhan dan juga kesempurnaan dari para pekerja baik secara
rohani maupun jasmani yang meliputi hasil kerja budaya demi kesejahteraan
masyarakat.

5. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

6. Memberi rasa aman dan nyaman bagi pekerja saat berada di tempat kerja

2.4 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) “Occupational Health and Safety”, disingkat
OHS. K3 adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan segala daya upaya
berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja,
manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan
yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang
berlaku.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek.
Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit.

1. Keselamatan (safety), Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan


untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat
kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses
produksi.

2. Kesehatan (health), Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan


psikologi individu (the degree of physiological and psychological well being of the
individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan
untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan
memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

2.5 Bahaya Kerja (Hazard)

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.
Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem,
kondisi atau peralatan. Misalnya api, secara alamiah mengandung sifat panas yang bila
mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan kerusakan cedera. Bahaya dalam
212 Sanitasi Industri dan K3  kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya.

2.6 Risiko di tempat kerja

Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko merupakan peluang terjadinya suatu kejadian


yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko dapat digambarkan sebagai peluang dan
kemungkinan (probability) suatu bahaya untuk menghasilkan kecelakaan kerja serta tingkat
keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi (severity) (Anizar, 2009).

Risiko keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya
kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (Soedirman, 2014). Jadi dapat
disimpulkan bahwa risiko merupakan hasil dari peluang terjadinya suatu kejadian yang tidak
diinginkan dengan besar dampak atau kerugian yang dapat timbul dari kejadian tersebut.

2.7 Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri

Defenisi Kesehatan kerja menurut Komisi Gabungan ILO/WHO dalam Kesehatan


Kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi ke 12 tahun 1995 adalah upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial
semua pekerjaan yang setinggi-tingginya.

Fokus utama upaya Kesehatan Kerja mencapai tiga tujuan :

1) Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kerjanya,

2) Perbaikan kondisi lingkungan kerja dan pekerjaan yang kondusif bagi keselamatan
dan Kesehatan Kerja,
3) Pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah yang
mendukung Keselamatan dan Kesehatan Kerja . juga meningkatkan kondisi sosial
yang positif dan operasi yang lancar dan dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan (Widjayakusuma M, 2010).

2.8 Upaya Pengendalian Bahaya dan Risiko di Tempat Kerja/Industri

a. Mengantisipasi Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi atau


memperkirakan potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Anitisipasi merupakan
tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industry atau perusahaan di
tempat kerja
b. Mengenal atau rekognisi Bahaya Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian
kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam rekognisi dilakukan pengenalan
dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, dan sifat.
c. Evaluasi atau Penilaian Bahaya Pada tahap penilaian atau evaluasi pada proses
produksi dan lingkungan kerja, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan
analisis di laboratorium. Melalui penilaian bahaya pada proses produksi dan
lingkungan kerja dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan
terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang berlaku,
sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian.
d. Pengendalian (Control) Pengendalian faktor–faktor lingkungan kerja sesungguhnya
dimaksudkan untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat
dan aman atau memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga
tenaga kerja terbebas dari bahaya penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja.

2.9 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam aktivitas
dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri. K3
menjadi wacana industri abad ini setelah ditemukannya teori – teori yang representatif yang
mendukung akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen resiko yang
muncul dalam kegiatan industri yang lebih luas.
Meninjau kembali literatur – literatur yang telah dikenal dan diterapkan mengenai
studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan penerapan yang penuh
komitmen dan konsistensi penuh dari semua pihak masih banyak diharapkan. Kendala –
kendala makro seperti costibility dan understanding sering kali banyak ditemui dilapangan
akan tetapi tidak berarti pula bahwa program K3 tidak berjalan, ini menuntut komitmen dan
kesadaran pada masing – masing pihak.

Sebagai logika dasar tentang pentingnya pemahaman K3 dapat diilustrasikan dengan


Historical perspective yaitu“Apabila seorang pembangun membangun sebuah rumah untuk
seseorang dan tidak membuat konstruksi dan rumah yang ia bangun runtuh akan
menyebabkan rumah tersebut rusak dan meninggal pemiliknya, ternyata pembangun bisa
menyebabkan kematian”. Ini artinya bahwa dalam setiap aktivitas apapun selain perencanaan
teknis fisik harus diperhatikan pula aspek – aspek keamanan yang terkait langsung maupun
tidak langsung.

Walaupun hakekat bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan tetapi
setidaknya dengan program K3 membantu dalam menjamin peminimalisasian bahaya dan
manajemen resiko. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika industri.

Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah :

1. Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14 Tahun


1969 pasal 9 & 10 Tentang pokok – pokok Ketenagakerjaan, dan UU No. 1 Tahun
1970 Tentang keselematan kerja

2. Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat
kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (SMK3, pasal 2
).

Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak
diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi
pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :

1. Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.

2. Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.


3. Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah
membayar (menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.

4. Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.

Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja yang
mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Bila disebabkan terkena panas (atmosphere)seharusnya panas dalam industri
diberi pelindung (safety) dan inilah yang menghasilkan dasar pemikiran mengenai
perkembangan teknologi safety dan sanitasi industri.

Perkembangan terkini mengenai K3 sebagai integrasi dari ISO 9001 : 2000 (Quality)
dan ISO 14001 : 1996 (Enviromental) yang diterapkan diseluruh Negara didunia adalah
dengan munculnya berbagai macam sistem keamanan dan keselamatan kerja yang
disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan compatibility dari jenis dan lingkungan
di industri masing – masing Negara tersebut, misalnya NSC (USA), SAFETY MAP
(Australia), SMK3 (Indonesia), British standard 8800 Guide to OH&SMS (Inggris), SGS
Yarsley ICS & ISMOL ISA 2000 Requirements for S&HMS (Swiss), National Standard
Authority of Ireland (Irlandia)

Potensi bahaya dapat berasal dari mesin – mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan –
bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses produksi yang beresiko
akan munculnya bahaya. Faktor – faktor sumber bahaya diantaranya: faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologi, faktor fisiologi, dan faktor psikologi.

Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan dari
akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber – sumber resiko adalah:

1. Perubahan

2. Produk

3. Kekayaan dan bahan baku

4. Prosedur dan aktivitas proses

5. Teknologi dan peralatan

6. Personel
7. Tempat kerja dan lingkungan

8. Lingkungan alam, keadaan iklim

9. Eksternal/pihak – pihak yang terkait

Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia, Metode,
Mesin (alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali dengan pengetahuan
tentang perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui intruksi kerja aman atau
Prosedur standar. Metode yang representative dan compatible juga mampu mendatangkan
keselamatan.

Sedangkan mesin (alat) memerlukan suatu aksesoris khusus dalam menunjang


kerjanya agar mampu beroperasi secara aman tanpa mengurangi fungsi aslinya
dengan sedikit sentuhan teknologi tidak menutup kemungkinan alat penunjang tersebut
dalam keadaan tertentu bisa sangat penting sekali eksistensinya, ini dapat kita maksudkan
dengan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) yang diselaraskan dengan fungsi
dan jenis bahaya yang sudah disarankan penggunaannya yang efektif . Untuk lingkungan
tergantumg pada pengaturan tata letak dan fungsi dalam manajemen yang efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai