Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DASAR HIPERKES

SANITASI DAN LIMBAH INDUSTRI

DOSEN : ADE RIA N,SKM,M.Kes

OLEH KELOMPOK :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA

PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tepat waktu. Ada pun judul dari makalah ini
adalah “Sanitasi dan Limbah Industri”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Dasar Hiperkes dari Ibuk dosen Ade Ria dan
diharapkan dapat menambah wawasan penulis serta pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak,sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan.

Akhir kata, semoga makalah "Sanitasi dan Limbah Industri" ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Padang, Januari 2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah
kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai jenis penyakit yang
salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di dunia, penyakit tersebut telah menimbulkan kematian
sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya. Minimnya sanitasi
lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan
masyarakat, telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan anak oleh penyakit diare dan
berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vektor pembawa penyakit. Penanganan
sanitasi lingkungan oleh pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. Jumlah fasilitas
yang ada tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, masyarakat di banyak wilayah
masih mempraktekkan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun atau di sungai
yang airnya kotor, mencuci di sungai yang airnya kotor, membuang sampah sembarangan dan lain-lain.
Karena itu, kita diharapkan tidak meniru perilaku tersebut dan mampu mengajak rekan dan orang-orang
di sekitar untuk mempraktekkan hidup sehat dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang harus dijaga agar dapat mendukung
aktivitas kehidupan manusia baik saat ini dan dimas depan. Lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi
penghalang bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Melalui upaya perbaikan, pemeliharaan dan
pencegahan, lingkungan menjadi tetap terjaga kebersihan dan bebas dari risiko penyebab penyakit dan
sumber benacana. Industri merupakan salah satu lokasi, tempat orang banyak melakukan aktivitas
bekerja untuk menghasilkan berbagai jenis produk dan jasa. Namun perlu diketahui untuk menunjang
aktivitas manusia di lokasi tersebut, ketersediaan sarana sanitasi menjadi hal yang penting, untuk
mewujudkan lingkungan kerja menjadi bersih dan sehat yang dapat mendukung aktivitas bekerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian sanitasi Industri ?

2. Apakah Tujuan Sanitasi di Industri ?

3. Apakah Manfaat Sanitasi Industri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sanitasi Industri

2. Untuk mengetahui tujuan sanitasi di Industri

3. Untuk mengetahui manfaat sanitasi di Industri

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanitasi Industri

Pengertian sanitasi secara umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau
mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.
Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan
yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Sanitasi merupakan suatu cara dalam penyediaan air
bersih bagi pemakai air di dalam bangunan, dapat berupa air dingin ataukah air panas. Sanitasi
bertujuan dan fungsi untuk kebersihan secara umum terhadap penyebab yang terletak pada faktor
lingkungan. Seperti halnya pengertian dan lingkup umum mengenai higiene dan sanitasi di berbagai
negara, pengertian dan lingkup umum higiene dan sanitasi menurut Kementerian Kesehatan

adalah sebagai berikut:

1. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya dalam mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
juga perlengkapannya yang dapat atau juga bisa menimbulkan penyakit atau masalah kesehatan.

2. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah sesuai dengan ketentuan teknis yang telah ditetapkan
berdasarkan atas terhadap produk, personel dan juga mengenai perlengkapannya yang terdiri dari
persyaratan bakteriologis, kimia dan juga fisika.

3. Sedangkan dalam fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan juga mengenai perlengkapannya
dipakai untuk memelihara kualitas dari lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik
yang mampu merugikan kesehatan manusia antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan (toilet),
saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan
pencegahan terhadap lalat, tiksu dan juga mengenai hewan serta peralatan kebersihan.

B. Tujuan Sanitasi Industri


Secara umum, tujuan sanitasi yaitu untuk menjamin kebersihan lingkungan manusia sehingga terwujud
suatu kondisi yang sesuai dengan persyarakat kesehatan serta untuk mengembalikan, memperbaiki, dan
mempertahankan kesehatan manusia. Seperti yang sedikit disinggung dalam pengertian sanitasi bahwa
sanitasi ini memiliki tujuan untuk menjamin serta mewujudkan kondisi yang sesuai dengan persyaratan
kesehatan. Pada dasarnya sanitasi bertujuan untuk menjamin kebersihan lingkungan manusia sehingga
terwujud suatu kondisi yang sesuai dengan persyarakat kesehatan. Selain itu, sanitas juga bertujuan
untuk mengembalikan, memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan manusia. Dengan terwujudnya
kondisi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan maka proses produksi akan semakin baik dan
menghasilkan produk yang sehat dan aman bagi manusia. Secara umum, berikut ini adalah contoh
tindakan sanitasi lingkungan:

1. Membuat dan mengatur saluran pembuangan air hujan di pinggir jalan.

2. Membuat dan mengatur saluran pembuangan limbah rumah tangga (dapur dan kamar

mandi).

3. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

4. Penyediaan fasilitas toilet umum yang bersih dan terawat.

5. Pengelolaan limbah/ sampah dengan baik, teratur, dan berkesinambungan. Misalnya

dengan memilah sampah plastik, kertas, organik, kaca, dan logam.

C. Manfaat Sanitasi di Industri

Adapun manfaat mempelajari materi sanitasi yang bisa diperoleh berupa :

1. Lingkungan bebas dari berbagai macam bahan buangan / kotoran yang merupakan hasil sisa dari
aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai lagi dan dibuang pada tempat sesuai peruntukannya.

2. Lingkungan terhindari dari sumber pencemar, penyebab terjadinya penyakit dan bahan buangan yang
dapat mengakbatkan celaka seperti benda tajam dan buangan bahan berbahaya.

3. Lingkungan yang memberi rasa aman dan nyaman bagi penghuninya.

4. Berkurangnya jumlah kesakitan dan kecelakaan yang berdampak pada kematian.

5. Lingkungan bersih dan sehat bagi semua.

D. Ruang Lingkup Sanitasi Industri

Secara umum dapat diuraikan bahwa sanitasi mencakup beberapa hal antara lain :
1. Kebersihan Lingkungan dan Tempat Kerja Untuk mewujudkan tempat kerja yang bersih penanganan
sanitasi sangat berkaitan erat dengan :

a. Pengelolaan kotoran manusia (feces), merupakan hal utama yang harus diperhatikan khususnya
dalam hal penyediaan sarana pembuangan tinja (jamban), agar lingkungan tidak menjadi media bagi
serangga vektor penyakit bersarang dan lingkungan bebas dari bau.

b. Pengelolaan air limbah, perlu penanganan yang lebih baik agar tidak terjadi pengotoran yang
mengakibatkan lingkungan sekitar menimbulkan bau dan sarang bagi serangga serta binatang pengerat.

c. Pengelolaan sampah, perlu penanganan yang dimulai dari sumber sampah agar proses pemilahan,
pengangkutan dan pemanfaatan menjadi lebih mudah dan lingkungan menjadi bersih.

2. Melindungi setiap Individu dari Gangguan Penyakit Upaya penanganan lingkungan dengan melakukan
pengawasan terhadap penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan
penanganan feces ( tinja ) manusia, perlu pengawasan dan penanganan dari awal agar tidak mencemari
lingkungan yang dapat mengakibatkan penyakit bagi manusia.

3. Mencegah Terjadinya Celaka Unsur bahaya yang terdapat dilingkungan perlu segera ditangani dengan
baik dan tepat seperti melakukan kegiatan :

a. Pembersihan saluran air limbah dari sumbatan

b. Pembersihan halaman dari sampah

c. Pembersihan jamban dan halaman dari feces (tinja) manusia.

d. Pemantauan terhadap kualitas air bersih.

4. Mencegah Penyakit Melakukan pengawasan dan pemeliharaan untuk mewujudkan lingkungan bersih
yang dapat dilakukan dengan cara :

a. Membersihkan wadah / penampung air bersih dari keberadaan jentik.

b. Membersihkan lingkungan dari tumpukan sampah yang dijadikan media bersarang dan

berkembang bagi serangga penular penyakit.

c. Melakukan penyebarluasan informasi prihal hidup bersih sehat.

5. Menjamin Keselamatan Kerja Setiap Orang Melakukan upaya pemantauan sumber bahaya di setiap
tempat kerja secara rutin dan berkesinambungan agar upaya pencegahan sebelum terjadi kecelakaan
dapat dilakukan untuk mencegah korban, sehingga memberi rasa aman dan nyaman bagi pekerja berada
di tempat kerja. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sanitasi terdiri dari unsur :

1. Pengawasan terhadap sarana sanitasi yang terdapat di industri sebagai upaya untuk bisa mengetahui
sumber pencemar yang terjadi, sehingga tidak mengakibatkan penyakit bagi penggunanya.
2. Pemeliharaan terhadap sarana sanitasi khususnya air bersih dengan melakukan pemeriksaan kualitas
air yang dilakukan secara rutin.

3. Penanganan masalah sarana sanitasi yang dilakukan dengan segera sehingga khususnya sarana
jamban, penampungan sampah dan pembuangan air limbah tidak mengakibatkan risiko.

4. Perbaikan dengan segera terhadap sarana sanitasi yang mengalami masalah agar tidak menjadi
penyebab terjadinya penyakit dan celaka.

E. Syarat Fasilitas Sanitasi di Industri

Beberapa Jenis Fasilitas sanitasi pada lingkungan kerja, antara lain :

1. Toilet

2. Fasilitas untuk BAK (urinal)

3. Wastafel (tempat cuci tangan)

4. Kamar mandi

5. Ruang ganti

6. Ruang istirahat

7. Tempat cuci peralatan

Sedangkan beberapa ketentuan Umum, terkait fasilitas diatas antara lain :

1. Fasilitas sanitasi harus mudah dijangkau dan tidak jauh dari area pekerja (accessible)

2. Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari area kerja reguler

3. Jumlah fasilitas harus sesuai dengan jumlah pekerja

4. Luas area sanitasi harus memenuhi minimal kriteria

5. Fasilitas sanitasi khusus harus tersedia untuk pekerja dengan kondisi tertentu (ex: hamil)

6. Fasilitas sanitasi untuk pria dan wanita harus terpisah dan dibedakan

7. Terdapat petugas yang bertugas untuk membersihkan dan menjaga kondisi fasilitas yang ada

F. Sumber-sumber Pencemaran Kualitas Udara di Industri


Salah satu dampak aktivitas industri dari sisi lingkungan hidup adalah terjadinya pencemaran lingkungan
akibat limbah industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi olehkita semua, khususnya masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan industri tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan,
misalnya lokasi pabrik yang dekat denganpemukiman penduduk, pembebasan tanah yang bermasalah,
tidak dilibatkannya masyarakat dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya
pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila
dibuang ke lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan pencemar termasuk logam
berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air
masyarakat. Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktivitas produksi
yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas
bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik. Selain
itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari
kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama
perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran. Untuk mencegah
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan
adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan
tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun prinsip
pengelolaan limbah industri dapat dilakukan melalui pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan
teknis berhubungan dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri tersebut yang
meliputi sistem, produk, servis maupun proses. Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan
kesadaran lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah pencemaran.

G. Pengawasan Debu di Industri

1.Debu di Industri

Masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer, akibat proses alam seperti asap kebakaran hutan,
debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan butiran debu yang banyak ditemukan
pada industri, sejalan dengan pening- katan taraf ekonomi suatu Negara,karena dengan majunya sector
industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah di sekitar kawasan industri, termasuk
juga berkembang dalam bidang sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lainnya .
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak
negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja
dan masyarakat di sekitar daerah kawa- san industri, tergantung dari jenis paparan yang terhisap. Hal ini
disebabkan pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tersebut, ditambah dengan
penurunan kualitas lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh masuknya zat pencemar ke dalam
lingkungan udara tersebut, baik alami (seperti: kebakaran hutan oleh teriknya matahari, debu vulkanik,
debu mete- orit, pancaran garam dari laut dan sebagainya), dan atau berbagai zat dapat mencemari
udara seperti debu batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun.

2.Karakteristik Debu

Salah satu tipe pencemar udara adalah partikel debu. Debu adalah salah satu partikel yang melayang di
udara, berukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Debu umumnya timbul karena aktivitas mekanis seperti
aktivitas mesin-mesin industri, transportasi, bahkan aktivitas manusia lainnya. Debu memiliki sifat-sifat
berikut, antara lain :

• Debu dapat mengendap karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.

• Debu memiliki permukaan yang selalu basah karena dilapisi oleh air.

• Debu mampu membentuk gumpalan atau koloni karena permukannya yang selalu basah.

• Debu bersifat listrik statis, artinya debu mampu menangkap partikel lain yang berlawanan.

• Debu bersifat opsis, artinya debu mampu memancarkan cahaya pada saat gelap.

Sedangkan menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu :

• Debu organic, Debu organic adalah debu yang berasal dari makhluk hidup

• Debu metal, debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur- unsur logam (Pb, Hg, Cd,
dan Arsen)

• Debu mineral. debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks.

Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain

• Debu fisik (debu tanah, batu, dan mineral),

• Debu kimia (debu organic dan anorganik),

• Debu biologis (virus, bakteri, kista),

• Debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb),

• Debu radioaktif (Uranium, Tutonium),

• Debu Inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain).

Debu industri yang terdapat dalam udara terbagi dua,yaitu

• Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini
segera mengendap karena daya tarik bumi.
• Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap.
Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas
bagian atas; yang berukuran antara 3-5 mikron terta- han dan tertimbun pada saluran napas tengah.
Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya
karena tertahan dan tertimbun mulai dari bionkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya
kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron
berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli; bila mem- bentur alveoli ia dapat tertimbun di situ.
Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5-10 mikron dengan kadar
berbeda dapat masuk ke dalam alveoli. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan
semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per miimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1.000 partikel
per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru. Debu yang
nonfibrogenik adalah debu yang tidak menimbulkan reaksi jaring paru, contohnya adalah debu besi,
kapur, timah. Debu ini dulu dianggap sudah merusak paru disebut debu inert. Belakangan diketahui
bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert. Dalam dosis besar, semua debu bersifat merangsang dan
dapat menimbulkan reaksi walaupun ringan. Reaksi itu berupa produksi lendir berlebihan; bila m terus
berlangsung dapat terjadi hiperplasi kelenjar mukus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan
terbentuknya jaringan ikat retikulin. Penyakit paru ini disebut pneumokoniosis nonkolagen.Debu
fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk jaringan.

3. Bahaya Debu Di Lingkungan Industri

Debu dalam industri ukurannya sangat bervariasi, dengan ukuran halus mendominasi yang lain, dan
dapat memasuki tubuh lewat inhalasi, ingesti, dan kulit. Luasnya permukaan paru yang dapat menyerap
debu (luas paru-paru orang dewasa = 55-75 m2, dan kulit 2 m2) sedangkan luas permukaan debu
semakin besar dengan semakin halusnya ukuran debu. Misal 1 cm3 quartz murni bila ditumbuk halus,
menjadi ukuran 1 mikron, maka terbentuk debu sebanyak 1012, dengan luas permukaan 6 m2 dibanding
dengan asalnya 6 cm2. Volume benda padat yang dihaluskan (akibat proses industry) akan bertambah,
karena, adanya celah di antara partikel di dalam massa. Misalnya, konsen- trasi debu di udara sebesar 50
mppcf berasal dari 1 cm3, zat yang dihaluskan men- jadi ukuran 1 mikron, di udara akan, memenuhi
volume 20.000 ft3

4.Efek Debu Terhadap Kesehatan Pekerja

Efek debu terhadap kesehatan perkerja di industri bervariasi tergantung jenis, sifat kimia-fisika debu di
lingkungan tempat kerja, seperti misalnya :

• Silicosis, asbestosis pada beberapa kasus jantung ikut terpengaruh (corpulmonale), terutama jika
fibrosis parah. Keracunan sistemik: Hg, Pb, Mn, Cd, Be

• Alergi : tepung, kayu,


• Bakteri, jamur : Anthrax dari wool dan tulang, jamur dari kayu, bagasse.

• Iritasi pada hidung, tenggorokan: asam, alkali, Cr .

• Kerusakan jaringan organ dalam: zat radioaktif, Ra.

• Keracunan Beryllium: Biasanya parah, disebabkan oleh Be fumes dan Be terikat pada

debu. Be-fluorida juga berbahaya.

5.Pengawasan Kualitas Udara di Industri

Pelaksanaan pengawasan kualitas udara di Industri dimaksudkan untuk mewujudkan kualitas udara di
Industri agar memenuhi persyaratan. Pengawasan dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pengolahan
dan analisis data, rekomendasi, rencana tindak lanjut, serta pelaporan.

a) Pemantauan.

Pemantauan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Perencanaan meliputi persiapan tenaga, bahan dan alat, biaya, waktu.

• Tenaga adalah petugas kesehatan lingkungan puskesmas dan kabupaten/kota

• Bahan dan alat: Bahan meliputi formulir wawancara pemantauan kualitas udara, formulir observasi
pemantauan kualitas udara, formulir data penyakit di puskesmas , dan laporan kegiatan klinik sanitasi.

• Waktu pelaksanaan/frekuensi:minimal 1 kali dalam setahun.

• Biaya bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

2) Alur pemantauan

• Pengumpulan data primer melalui pemetaan faktor risiko wilayah industri untuk mengetahui
gangguan penyakit dan faktor risiko di dalam kawasan industri maupun di industri.

• Pengumpulan data sekunder informasi tentang gangguan kesehatan atau kejadian penyakit pada
karyawan

• Metode pengumpulan data : survei cepat

3) Pelaksanaan pengukuran kualitas udara

b) Pengolahan dan Analisis Data


1) Pengolahan data

2) Analisis data

Analisis data dilakukan dalam bentuk univariat dan bivariat sebagai berikut :

• Analisis univariat yaitu data hasil pemantauan dibuat presentase untuk melihat komposisi sesuai
variabel yang diinginkan.

• Analisis bivariat yaitu mencari hubungan dari hasil pemantauan dengan kejadian penyakit.

3) Penyajian data

Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar/grafik dan interpretasinya

4) Diseminasi Informasi

Hasil interpretasi disampaikan kepada pemangku kepentingan terkait guna proses pengambilan
keputusan selanjutnya. Hasil ini juga dapat dipergunakan untuk :

• Bahan penyusunan modelling perbaikan kualitas udara dalam ruang rumah;

• Menyusun trend/kecenderungan kualitas udara dalam ruang rumah dan dampaknya terhadap
kesehatan :

• Menyusun proyeksi kualitas udara dalam ruang rumah; dan

• Bahan perencanaan jangka panjang pengelolaan kualitas udara dalam ruang rumah.

c)Rekomendasi

Menyampaikan hasil dari analisis kepada pemangku kepentingan, opsi upaya penyehatan untuk dapat
ditindak lanjuti.

d)Rencana Tindak Lanjut

Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai rencana tindak lanjut serta dilaksanakan di level, diantaranya
yaitu :

NO Bentuk Tindak Lanjut

1 Penyuluhan

2 Pengukuran kualitas udara

3 Perbaikan faktor risiko seperti perbaikan ventilasi


4 Pembuatan bahan penyuluhan (leaflet, poster, dll)

5 Pembinaan dan pemantauan

6 Pendampingan kepada karyawan

7 Fasilitasi sarana/teknis

8 Diseminasi informasi

9 Perencanaan tindak lanjut

10 Sosialisasi dan advokasi

11 Peningkatan kapasitas petugas dan pemangku kepentingan (berjenjang)

e) Laporan

Dinas Kesehatan menyampaikan laporan tahunan kondisi kualitas udara industri diwilayahnya kepada
Gubernur/Bupati/Walikota guna pemantauan dan evaluasi serta ditembuskan kepada Menteri
Kesehatan c.q. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian sanitasi secara umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau
mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.
Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan
yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Secara umum, tujuan sanitasi yaitu untuk menjamin
kebersihan lingkungan manusia sehingga terwujud suatu kondisi yang sesuai dengan persyarakat
kesehatan serta untuk mengembalikan, memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan manusia.
Seperti yang sedikit disinggung dalam pengertian sanitasi bahwa sanitasi ini memiliki tujuan untuk
menjamin serta mewujudkan kondisi yang sesuai dengan persyaratan kesehatan. Adapun manfaat
mempelajari materi sanitasi yang bisa diperoleh berupa :

1. Lingkungan bebas dari berbagai macam bahan buangan / kotoran yang merupakan hasil sisa dari
aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai lagi dan dibuang pada tempat sesuai peruntukannya.
2. Lingkungan terhindari dari sumber pencemar, penyebab terjadinya penyakit dan bahan buangan yang
dapat mengakbatkan celaka seperti benda tajam dan buangan bahan berbahaya.

3. Lingkungan yang memberi rasa aman dan nyaman bagi penghuninya.

4. Berkurangnya jumlah kesakitan dan kecelakaan yang berdampak pada kematian.

5. Lingkungan bersih dan sehat bagi semua.

B. Saran

Sebaiknya mahasiswa lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi dan melakukan pengawasan
dan penyehatan kualitas udara di industri karena memerlukan komitmen yang tinggi dari pemerintah,
pemerintah daerah, lintas program, lintas sektor, pabrik/ industri terkait, dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai