OLEH KELOMPOK :
PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tepat waktu. Ada pun judul dari makalah ini
adalah “Sanitasi dan Limbah Industri”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Dasar Hiperkes dari Ibuk dosen Ade Ria dan
diharapkan dapat menambah wawasan penulis serta pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak,sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Akhir kata, semoga makalah "Sanitasi dan Limbah Industri" ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah
kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai jenis penyakit yang
salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di dunia, penyakit tersebut telah menimbulkan kematian
sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya. Minimnya sanitasi
lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan
masyarakat, telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan anak oleh penyakit diare dan
berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vektor pembawa penyakit. Penanganan
sanitasi lingkungan oleh pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. Jumlah fasilitas
yang ada tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, masyarakat di banyak wilayah
masih mempraktekkan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun atau di sungai
yang airnya kotor, mencuci di sungai yang airnya kotor, membuang sampah sembarangan dan lain-lain.
Karena itu, kita diharapkan tidak meniru perilaku tersebut dan mampu mengajak rekan dan orang-orang
di sekitar untuk mempraktekkan hidup sehat dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang harus dijaga agar dapat mendukung
aktivitas kehidupan manusia baik saat ini dan dimas depan. Lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi
penghalang bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Melalui upaya perbaikan, pemeliharaan dan
pencegahan, lingkungan menjadi tetap terjaga kebersihan dan bebas dari risiko penyebab penyakit dan
sumber benacana. Industri merupakan salah satu lokasi, tempat orang banyak melakukan aktivitas
bekerja untuk menghasilkan berbagai jenis produk dan jasa. Namun perlu diketahui untuk menunjang
aktivitas manusia di lokasi tersebut, ketersediaan sarana sanitasi menjadi hal yang penting, untuk
mewujudkan lingkungan kerja menjadi bersih dan sehat yang dapat mendukung aktivitas bekerja.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sanitasi Industri
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian sanitasi secara umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau
mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.
Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan
yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Sanitasi merupakan suatu cara dalam penyediaan air
bersih bagi pemakai air di dalam bangunan, dapat berupa air dingin ataukah air panas. Sanitasi
bertujuan dan fungsi untuk kebersihan secara umum terhadap penyebab yang terletak pada faktor
lingkungan. Seperti halnya pengertian dan lingkup umum mengenai higiene dan sanitasi di berbagai
negara, pengertian dan lingkup umum higiene dan sanitasi menurut Kementerian Kesehatan
1. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya dalam mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
juga perlengkapannya yang dapat atau juga bisa menimbulkan penyakit atau masalah kesehatan.
2. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah sesuai dengan ketentuan teknis yang telah ditetapkan
berdasarkan atas terhadap produk, personel dan juga mengenai perlengkapannya yang terdiri dari
persyaratan bakteriologis, kimia dan juga fisika.
3. Sedangkan dalam fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan juga mengenai perlengkapannya
dipakai untuk memelihara kualitas dari lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik
yang mampu merugikan kesehatan manusia antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan (toilet),
saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan
pencegahan terhadap lalat, tiksu dan juga mengenai hewan serta peralatan kebersihan.
2. Membuat dan mengatur saluran pembuangan limbah rumah tangga (dapur dan kamar
mandi).
1. Lingkungan bebas dari berbagai macam bahan buangan / kotoran yang merupakan hasil sisa dari
aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai lagi dan dibuang pada tempat sesuai peruntukannya.
2. Lingkungan terhindari dari sumber pencemar, penyebab terjadinya penyakit dan bahan buangan yang
dapat mengakbatkan celaka seperti benda tajam dan buangan bahan berbahaya.
Secara umum dapat diuraikan bahwa sanitasi mencakup beberapa hal antara lain :
1. Kebersihan Lingkungan dan Tempat Kerja Untuk mewujudkan tempat kerja yang bersih penanganan
sanitasi sangat berkaitan erat dengan :
a. Pengelolaan kotoran manusia (feces), merupakan hal utama yang harus diperhatikan khususnya
dalam hal penyediaan sarana pembuangan tinja (jamban), agar lingkungan tidak menjadi media bagi
serangga vektor penyakit bersarang dan lingkungan bebas dari bau.
b. Pengelolaan air limbah, perlu penanganan yang lebih baik agar tidak terjadi pengotoran yang
mengakibatkan lingkungan sekitar menimbulkan bau dan sarang bagi serangga serta binatang pengerat.
c. Pengelolaan sampah, perlu penanganan yang dimulai dari sumber sampah agar proses pemilahan,
pengangkutan dan pemanfaatan menjadi lebih mudah dan lingkungan menjadi bersih.
2. Melindungi setiap Individu dari Gangguan Penyakit Upaya penanganan lingkungan dengan melakukan
pengawasan terhadap penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan
penanganan feces ( tinja ) manusia, perlu pengawasan dan penanganan dari awal agar tidak mencemari
lingkungan yang dapat mengakibatkan penyakit bagi manusia.
3. Mencegah Terjadinya Celaka Unsur bahaya yang terdapat dilingkungan perlu segera ditangani dengan
baik dan tepat seperti melakukan kegiatan :
4. Mencegah Penyakit Melakukan pengawasan dan pemeliharaan untuk mewujudkan lingkungan bersih
yang dapat dilakukan dengan cara :
b. Membersihkan lingkungan dari tumpukan sampah yang dijadikan media bersarang dan
5. Menjamin Keselamatan Kerja Setiap Orang Melakukan upaya pemantauan sumber bahaya di setiap
tempat kerja secara rutin dan berkesinambungan agar upaya pencegahan sebelum terjadi kecelakaan
dapat dilakukan untuk mencegah korban, sehingga memberi rasa aman dan nyaman bagi pekerja berada
di tempat kerja. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sanitasi terdiri dari unsur :
1. Pengawasan terhadap sarana sanitasi yang terdapat di industri sebagai upaya untuk bisa mengetahui
sumber pencemar yang terjadi, sehingga tidak mengakibatkan penyakit bagi penggunanya.
2. Pemeliharaan terhadap sarana sanitasi khususnya air bersih dengan melakukan pemeriksaan kualitas
air yang dilakukan secara rutin.
3. Penanganan masalah sarana sanitasi yang dilakukan dengan segera sehingga khususnya sarana
jamban, penampungan sampah dan pembuangan air limbah tidak mengakibatkan risiko.
4. Perbaikan dengan segera terhadap sarana sanitasi yang mengalami masalah agar tidak menjadi
penyebab terjadinya penyakit dan celaka.
1. Toilet
4. Kamar mandi
5. Ruang ganti
6. Ruang istirahat
1. Fasilitas sanitasi harus mudah dijangkau dan tidak jauh dari area pekerja (accessible)
2. Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari area kerja reguler
5. Fasilitas sanitasi khusus harus tersedia untuk pekerja dengan kondisi tertentu (ex: hamil)
6. Fasilitas sanitasi untuk pria dan wanita harus terpisah dan dibedakan
7. Terdapat petugas yang bertugas untuk membersihkan dan menjaga kondisi fasilitas yang ada
1.Debu di Industri
Masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer, akibat proses alam seperti asap kebakaran hutan,
debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan butiran debu yang banyak ditemukan
pada industri, sejalan dengan pening- katan taraf ekonomi suatu Negara,karena dengan majunya sector
industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah di sekitar kawasan industri, termasuk
juga berkembang dalam bidang sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lainnya .
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak
negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja
dan masyarakat di sekitar daerah kawa- san industri, tergantung dari jenis paparan yang terhisap. Hal ini
disebabkan pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tersebut, ditambah dengan
penurunan kualitas lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh masuknya zat pencemar ke dalam
lingkungan udara tersebut, baik alami (seperti: kebakaran hutan oleh teriknya matahari, debu vulkanik,
debu mete- orit, pancaran garam dari laut dan sebagainya), dan atau berbagai zat dapat mencemari
udara seperti debu batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun.
2.Karakteristik Debu
Salah satu tipe pencemar udara adalah partikel debu. Debu adalah salah satu partikel yang melayang di
udara, berukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Debu umumnya timbul karena aktivitas mekanis seperti
aktivitas mesin-mesin industri, transportasi, bahkan aktivitas manusia lainnya. Debu memiliki sifat-sifat
berikut, antara lain :
• Debu memiliki permukaan yang selalu basah karena dilapisi oleh air.
• Debu mampu membentuk gumpalan atau koloni karena permukannya yang selalu basah.
• Debu bersifat listrik statis, artinya debu mampu menangkap partikel lain yang berlawanan.
• Debu bersifat opsis, artinya debu mampu memancarkan cahaya pada saat gelap.
• Debu organic, Debu organic adalah debu yang berasal dari makhluk hidup
• Debu metal, debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur- unsur logam (Pb, Hg, Cd,
dan Arsen)
• Debu mineral. debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks.
• Debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb),
• Debu Inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain).
• Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini
segera mengendap karena daya tarik bumi.
• Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap.
Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas
bagian atas; yang berukuran antara 3-5 mikron terta- han dan tertimbun pada saluran napas tengah.
Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya
karena tertahan dan tertimbun mulai dari bionkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya
kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron
berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli; bila mem- bentur alveoli ia dapat tertimbun di situ.
Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5-10 mikron dengan kadar
berbeda dapat masuk ke dalam alveoli. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan
semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per miimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1.000 partikel
per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru. Debu yang
nonfibrogenik adalah debu yang tidak menimbulkan reaksi jaring paru, contohnya adalah debu besi,
kapur, timah. Debu ini dulu dianggap sudah merusak paru disebut debu inert. Belakangan diketahui
bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert. Dalam dosis besar, semua debu bersifat merangsang dan
dapat menimbulkan reaksi walaupun ringan. Reaksi itu berupa produksi lendir berlebihan; bila m terus
berlangsung dapat terjadi hiperplasi kelenjar mukus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan
terbentuknya jaringan ikat retikulin. Penyakit paru ini disebut pneumokoniosis nonkolagen.Debu
fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk jaringan.
Debu dalam industri ukurannya sangat bervariasi, dengan ukuran halus mendominasi yang lain, dan
dapat memasuki tubuh lewat inhalasi, ingesti, dan kulit. Luasnya permukaan paru yang dapat menyerap
debu (luas paru-paru orang dewasa = 55-75 m2, dan kulit 2 m2) sedangkan luas permukaan debu
semakin besar dengan semakin halusnya ukuran debu. Misal 1 cm3 quartz murni bila ditumbuk halus,
menjadi ukuran 1 mikron, maka terbentuk debu sebanyak 1012, dengan luas permukaan 6 m2 dibanding
dengan asalnya 6 cm2. Volume benda padat yang dihaluskan (akibat proses industry) akan bertambah,
karena, adanya celah di antara partikel di dalam massa. Misalnya, konsen- trasi debu di udara sebesar 50
mppcf berasal dari 1 cm3, zat yang dihaluskan men- jadi ukuran 1 mikron, di udara akan, memenuhi
volume 20.000 ft3
Efek debu terhadap kesehatan perkerja di industri bervariasi tergantung jenis, sifat kimia-fisika debu di
lingkungan tempat kerja, seperti misalnya :
• Silicosis, asbestosis pada beberapa kasus jantung ikut terpengaruh (corpulmonale), terutama jika
fibrosis parah. Keracunan sistemik: Hg, Pb, Mn, Cd, Be
• Keracunan Beryllium: Biasanya parah, disebabkan oleh Be fumes dan Be terikat pada
Pelaksanaan pengawasan kualitas udara di Industri dimaksudkan untuk mewujudkan kualitas udara di
Industri agar memenuhi persyaratan. Pengawasan dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pengolahan
dan analisis data, rekomendasi, rencana tindak lanjut, serta pelaporan.
a) Pemantauan.
• Bahan dan alat: Bahan meliputi formulir wawancara pemantauan kualitas udara, formulir observasi
pemantauan kualitas udara, formulir data penyakit di puskesmas , dan laporan kegiatan klinik sanitasi.
• Biaya bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2) Alur pemantauan
• Pengumpulan data primer melalui pemetaan faktor risiko wilayah industri untuk mengetahui
gangguan penyakit dan faktor risiko di dalam kawasan industri maupun di industri.
• Pengumpulan data sekunder informasi tentang gangguan kesehatan atau kejadian penyakit pada
karyawan
2) Analisis data
Analisis data dilakukan dalam bentuk univariat dan bivariat sebagai berikut :
• Analisis univariat yaitu data hasil pemantauan dibuat presentase untuk melihat komposisi sesuai
variabel yang diinginkan.
• Analisis bivariat yaitu mencari hubungan dari hasil pemantauan dengan kejadian penyakit.
3) Penyajian data
4) Diseminasi Informasi
Hasil interpretasi disampaikan kepada pemangku kepentingan terkait guna proses pengambilan
keputusan selanjutnya. Hasil ini juga dapat dipergunakan untuk :
• Menyusun trend/kecenderungan kualitas udara dalam ruang rumah dan dampaknya terhadap
kesehatan :
• Bahan perencanaan jangka panjang pengelolaan kualitas udara dalam ruang rumah.
c)Rekomendasi
Menyampaikan hasil dari analisis kepada pemangku kepentingan, opsi upaya penyehatan untuk dapat
ditindak lanjuti.
Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai rencana tindak lanjut serta dilaksanakan di level, diantaranya
yaitu :
1 Penyuluhan
7 Fasilitasi sarana/teknis
8 Diseminasi informasi
e) Laporan
Dinas Kesehatan menyampaikan laporan tahunan kondisi kualitas udara industri diwilayahnya kepada
Gubernur/Bupati/Walikota guna pemantauan dan evaluasi serta ditembuskan kepada Menteri
Kesehatan c.q. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian sanitasi secara umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau
mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.
Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan
yang menjadi mata rantai penularan penyakit. Secara umum, tujuan sanitasi yaitu untuk menjamin
kebersihan lingkungan manusia sehingga terwujud suatu kondisi yang sesuai dengan persyarakat
kesehatan serta untuk mengembalikan, memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan manusia.
Seperti yang sedikit disinggung dalam pengertian sanitasi bahwa sanitasi ini memiliki tujuan untuk
menjamin serta mewujudkan kondisi yang sesuai dengan persyaratan kesehatan. Adapun manfaat
mempelajari materi sanitasi yang bisa diperoleh berupa :
1. Lingkungan bebas dari berbagai macam bahan buangan / kotoran yang merupakan hasil sisa dari
aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai lagi dan dibuang pada tempat sesuai peruntukannya.
2. Lingkungan terhindari dari sumber pencemar, penyebab terjadinya penyakit dan bahan buangan yang
dapat mengakbatkan celaka seperti benda tajam dan buangan bahan berbahaya.
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi dan melakukan pengawasan
dan penyehatan kualitas udara di industri karena memerlukan komitmen yang tinggi dari pemerintah,
pemerintah daerah, lintas program, lintas sektor, pabrik/ industri terkait, dan masyarakat.