Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan
social kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentuan atau
determinan dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat di
samping untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efesien kerja dan belajar.
Pada masa mendatang pemerintah lebih focus pada pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan wilaya yang berkesadaran lingkungan,
sementara pihak pengguna infastruktur dalam hal ini masyarakat secara
keseluruhan harus di siapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik,
karna kita akan di hadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan
lebih kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan
jenjang pendidikan yang memadai.
Di samping itu dalam proses pembangunan, di perlukan adanya
teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayahnya pada
metodologi mengukur damapak kesehatan dari pencemaran yang di timbulkan
oleh adanya pembangunan,indicator ini harus mudah,murah untuk menuju
perubahan kualitas kesehatan lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dan akan
sekaligus di bahas adalah:
a. Bagaimana konsep dasar Kesehatan lingkungan Pemukiman?
b. Apa Definisi sanitasi tempat umum?
c. Apa kebijakan pemerintah terkait lingkungan pemukiman?
d. Apa syarat-syarat rumah sehat?
e. Bagaimana proses pemenuhan rumah sehat?

1
C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman, juga untuk
mengetahui :

a. Konsep dasar kesehatan lingkungan pemukiman


b. Sanitasi tempat umum
c. Kebijakan pemerintah terkait lingkungan pemukiman
d. Syarat-syarat rumah sehat
e. Proses pemenuhan rumah sehat

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR KESLING PEMUKIMAN


A. Pengertian kesehatan
a) Menurut WHO
“Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak
hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”
b) Menurut UU No 23 / 1992 ttg kesehatan
“Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”

B. Pengertian lingkungan
1. Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)
“ Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme.”
2. Menurut Encyclopaedia Americana (1974)
“ Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme.”
3. Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)
“ Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya
hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung
maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan dari organisme itu.”

C.  Pengertian kesehatan lingkungan


1. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia)
“ Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.”

1. Menurut WHO (World Health Organization)


“Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”

3
2. Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul
Azwar, Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen)
“ Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan
yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pd tingkat
kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”

D. Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
6)  Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16)  Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup
kesling ada 8 :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit

4
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.

E. Sasaran kesehatan lingkungan (Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992


1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum.
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

F. Sejarah perkembangan kesehatan lingkungan


1) Sebelum Orba
· Th 1882 : UU ttg hygiene dlm Bahasa Belanda.
· Th 1924 Atas Prakarsa Rochefeller foundation didirikan Rival Hygiene
Work di Banyuwangi dan Kebumen.
· Th 1956 : Integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lingkungan di
Bekasi hingga didirikan Bekasi Training Centre
· Prof. Muchtar mempelopori tindakan kesehatan lingkungan di Pasar
Minggu.
· Th 1959 : Dicanangkan program pemberantasan Malaria sebagai
program kesehatan lingkungan di tanah air (12 Nopember = Hari
Kesehatan Nasional)
2) Setelah Orba
· Th 1968 : Program kesehatan lingkungan masuk dalam upaya pelayanan
Puskesmas
· Th 1974 : Inpres Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga)
· Adanya Program Perumnas, Proyek Husni Thamrin, Kampanye
Keselamatan dan kesehatan kerja, dll.

G. Konsep hubungan interaksi antara Host – Agent Environmental


1. Tiga komponen/faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit
Model Ecology (JHON GORDON).
· Agent (Agen/penyebab) : adalah penyebab penyakit pada manusia

5
· Host (tuan Rumah/Induk semang/penjamu/pejamu) adalah manusia yang
ditumpangi penyakit.
· Lingkungan/environmental : Segala sesuatu yang berada di luar
kehidupan organisme Cth : Lingkungan Fisik, Kimia, Biologi.

H. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia


1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per
100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang
benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
3. Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi


kriteria sebagai berikut :

6
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
b.  Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan
faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat
aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
f. Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur
tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara
efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu


Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit
yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk

7
penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria,
Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan
/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff  (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan
Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan
menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD,
Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida
untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya
anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat
dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan
sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan
Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman


Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,
rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat
pengelolaan makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution

8
merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis
kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah
kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada
di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran
pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau
pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan
bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada
beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan.
Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini,
bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa
mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau
sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya
infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual
penerbangan, terganggunya ekologi hutan.

I. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia


1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
2. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar
penduduk.
3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.

J. Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan


masyarakat di perkotaan dan pemukiman
Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap
kesehatan masyarakat di perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai
berikut :
1. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>>daerah
slum/kumuh>>>sanitasi kesehatan lingkungan buruk
2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair
>>>dibuang tanpa pengolahan (ke sungai) >>>sungai dimanfaatkan
untuk mandi, cuci, kakus>>>penyakit menular.
3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi gas buang (asap)
>>>mencemari udara kota>>>udara tidak layak dihirup>>>penyakit
ISPA.

9
2. SANITASI TEMPAT UMUM

A. Pengertian Sanitasi tempat umum

Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan /


pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan
pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan /
berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan langsung hidup
manusia.

Definisi tempat-tempat umum(TTU) adalah suatu tempat dimana


umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul
mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus;menerus,
(Suparlan 1977).

Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria:

1. Diperuntukkan masyarakat umum


2. Mempunyai bangunan tetap/permanen
3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjungan/pengusaha
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas:
a. Fasilitas kerja pengelolah
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC,
kamar mandi, pembuangan limbah.

Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk


mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum
terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya
suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat
umum.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum


dapat berupa :

1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan


faktor manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat
umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut
pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya
yang timbul dari tempat-tempat umum.

10
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat
adalah usaha untuk menjamin :
1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan
b. Kualitas sanitasi
2. Psikologis bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan(security) : bangunan yang kuat dan kokoh
sehingga tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung.
b. Kenyamanan(confortmity) : misalnya kesejukkan.
c. Ketenangan(safety) : tidak adanya gangguan kebisingan,
keramaian kendaraan.

B. Dasar pengawasan tempat-tempat umum


Pelaksanaan pengawasan tempat-tempat umum mengacu pada
undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, terutama
pada pasal-pasal berikut :
1. Pasal 22 ayat 2, menyebutkan bahwa kesehtan lingkungan di
laksanakan terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman,
lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.
2. Pasal 22 ayat 3 tentang lingkup kesehatan lingkungan, di sebutkan
bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, udara,
pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasidan
kebisingan, pengendalian vector penyakit dan penyehatan atau
pengamanan lainnya.
3. Pasal 22 ayat 4, menyebutkan bahwa yang wajib
menyelenggarakan lingkungan yang sehat antara lain :
a. Tempat yang dikelola secara komersial
b. Memiliki resiko bahaya kesehatan yang tinggi
c. Tempat pelayanan yang memiliki jumlah tenaga kerja tertentu
d. Tempat yang mudah terjangkit penyakit
e. Tempat yang intensites jumlah dan waktu kunjungan tinggi

C. Macam-macam tempat umum


1. Masjid
2. Gereja
3. Pasar
4. Salon kecantikan

11
5. Rumah makan
6. Terminal
7. Sekolah dasar
8. Hotel

3. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT LINGKUNGAN


PERMUKIMAN

Kondisi perumahan dan permukiman saat ini masih ditandai oleh: 

1. Belum mantapnya system penyelengaraan termasuk system


kelembagaan,
2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan yang layak dan
terjangkau,
3. Menurunnya tingkat pemenuhan permukiman.
Dari segi kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan,
masih banyak kawasan yang tidak dilengkapi dengan berbagai prasarana
dan sarana pendukung, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Secara fisik
lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman
yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. Dampak
dari semakin terbatas atau menurunnya daya dukung lingkungan,
diantaranya meningkatnya lingkungan permukiman kumuh pertahunnya
sehingga pada saat ini luas lingkungan permukiman kumuh telah mencapai
47.500 ha yang tersebar tidak kurang dari 10.000 lokasi. (Sugandhy, A dan
R. Hakim. 2007)

a) Pembangunan Perumahan Dan Permukiman

Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal


beserta sarana dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas
mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic
need) manusia. Sudah selayaknya apabila untuk pembangunan perumahan
dan permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-
undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk
memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan
permukiman.

12
Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah yang
digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan
dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-
Undang ini menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan, sedangkan pemukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Apabila dilihat dari perkembangannya, proses pembangunan


memang sangat dipengaruhi oleh adanya landasan pembangunan yang
kuat, pelaku pembangunan, serta modal dasar pembangunan yang kuat
pula, yaitu agama. Dalam lingkup pembangunan, masyarakat merupakan
pelaku utama pembangunan tersebut. Mengarahkan, membimbing, dan
menciptakan suasana yang menunjang pembangunan adalah kewajiban
pemerintah. (Sasta, S dan E, Marlina. 2006)

b) Tantangan, Kendala, Dan Peluang Pembangunan Perumahan Dan


Permukiman

Secara umum tantangan yang dihadapi dalam pengadaan dan


pembangunan perumahan dan permukiman, dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi


masyarakat yang berpenghasilan rendah.
2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar
tingakat golongan masyarakat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.
4. Penyediaan pasarana dan saran perumahan dan permukiman yang
serasi dan berkelanjutan.
5. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara
efektif dan efisien.

Hal mendasar yang memacu timbulnya berbagia tantangan


dalam pembangunan perumahan dan permukiman seperti tersebut di

13
atas adalah adanya fenomena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat
yang disertai laju pertumbuhan ekonomi yamg signifikan yang
mengakibatkan terus bertambahnya kebutuhan akan perumahan dan
permukiman.

Meskipun pembangunan perumahan dan permukiman yang


layak sudah diarahkan agar terjangkau oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah, akan tetapi sasaran ini masih belum dapat
tercapai secara menyeluruh. Lambannya upaya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan perumahan dan permukiman yang sehat dan
layak antara lian disebabkan oleh belum terciptanya iklim yang
memadai serta terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk
membiayai pembangunan perumahan dan permukiman tersebut.

Proses penyediaan perumahan sebenarnya terdiri dari berbagai


kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan industri yang melibatkan tenaga kerja.


2. Sumber daya alam.
3. Berbagai macam usaha industri barang, jasa, dan keterampilan.

Adapun proses pembangunan perumahan dan permukiman


biasanya meliputi kegiatan penyediaan prasarana dan sarana yang
semuanya merupakan kegiatan besar serta membutuhkan keterpaduan
antara pihak yang terkait.(Sasta, S dan E, Marlina. 2006)

c) Kendala Pembangunan Perumahan Dan Permukiman

Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman tentu


tidak lepas dari berbaga kendala, yang antara lain dapat berupa:

1. Terbatasnya lahan yang tersedia


2. Rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
3. Terbatasnya informasi
4. Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah (Sasta, S dan E, Marlina.
2006)

14
d) Peluang Pembangunan Perumahan Dan Permukiman

Disamping tan tangan dan kendala, ada juga peluang yang dapat
dimanfaatkan dalam pembangunan perumahan dan permkiman. Peluang
itu adalah semakin meningkatnya pendapatan daerah, meningkatnya
kemampuan dan kepedulian dunia usaha dan masyarakat, terkendalinya
pertumbuhan penduduk, telah tersusunnya sejumlah rencana tata ruang
baik di tingkat propinsi maupaun kabupaten bahkan tingkat kecamatan,
perkembangan ilmu poengetahuan dan teknologi, serta mulai
meningkatnya koordinasi dalam pembangunan perumahan dan
permukiman. (Sasta, S dan E, Marlina. 2006)

e) Perumahan dan Permukiman Ditinjau dari Aspek Kesehatan

Ditinjau dari aspek kesehatan, maka perumahan dan permukiman


harus mendapat perhatian karena :

1. Perumahan/permukiman dapat menimbulkan kemudahan untuk


terjadinya penularan penyakit baik antar keluarga maupun
anggota keluarga yang lain. Penularannya dapat berupa
penularan langsung (penyakit kulit, mata, cacar dan lain-lain.
Serta penyakit yang menular atau yang ditimbulkan karena
makanan yang dimakan secara bersama (penyakit saluran
pencernaan makanan, peracunan makanan dan lain-lain). Dan
penyakit yang ditularkan oleh vektor, karena sanitasi rumah
dan lingkungan yang tidak baik (pes, malaria, dan lain-lain)
2. Pencemaran lingkungan, misalnya oleh limbah rumah tangga,
sampah, dsb
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan karena masalah lingkungan
social, seperti stress, dsb.(Sarudji, Didik. 2006)

Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti :

1. Infeksi saluran napas, contoh : TBC, influenza,


campak, dsb.
2.  Infeksi pada kulit, contoh : Skabies, impetigo, dan
lepra.

15
3. Infeksi akibat infestasi tikus, contoh : pes dan
leptospirosis
4. Arthropoda, contoh : infeksi saluran pencernaan dan
dengue, malaria, dsb
5. Kecelakaan, contoh : terpeleset, patah tulang, dan geger
ptak.
6. Mental, contoh : neurosis, gangguan kepribadian,
psikosomatis dan ulkus peltikum. (Chandra, Budiman. 2007)

f) GBHN dan Propenas Sektor Perumahan dan Permukiman

Dalam arahan GBHN dan Propenas dinyatakan bahwa perumahan


dan permukman berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan tempat
awal kehidupan. Terwujudnya kesejahteraan rakyat ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermatabat, serta
memberikan perhatian utama pada terpenuhinya kebutuhan papan sebagai
salah satu kebutahan manusia. Di dalam Propenas, masalah perumahan
dan permukiman, serta program pengembangan prasarana dan sarana.

Program-program tersebut utamanya ditujukan untuk


memantapkan sistem hunian bagi masyarakat, serta untuk meningkatakan
kulitas hidup masyarakat melalui peningkatan kualitas prasarana dan
sarana permukiman, baik yang berada dikawasan perkotaan maupun
pedesaan.

Kegiatan pokok dari program pengembangan prasarana dan sarana


permukman meliputi:

1. Peningkatan kualitas pelayanan dan pengelolaan prasarana dan sarana


permukiman meliputi air bersih, drainase, air limbah, persampahan,
penaggulangan banjir, jalan lokal, terminal, pasar, sekolah perbaikan
kampong, dan sebagainya,
2. Peningkatan kualitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana
permukiman,
3. Peningkatan kerjasama publik swasta dan privatisasi sarana permukiman.
4. Revitalisasi kawasan strategis,
5. Pelestarian kawasan bersejarah dan kawasan tradisional,
6.  Validasi dan penyusunan pedoman,

16
7.  Standar keselamatan konstruksi dan penguatan lembaga pengawasan
konstruksi dan keselamatan bangunan.
g) Agenda Global Perumahan dan Permukiman

Permasalahan perumahan dan permukiman sesungguhnya tidak


dapat dilepaskan dari berbagai perkembangan dimensi sosial, ekonomi dan
lingkungan, baim ditingkat lokal, nasional, regional maupun global.

Dalam rangka penanganan permukiman kumuh diperkotaan,


khususnya sebagai dampak urbanisasi dari desa ke kota, telah dicanangkan
pula Declaration on Cities Without Slums. Berdasarkan Plan Of
Implementation dari World Summit Sustainable Development di
Johanesburg awal September 2002, telah ditargetkan agar pada tahun 2015
sekitar 50% penduduk miskin di dunia tertentaskan dari kemiskinanya,
termasuk dapat terpenuhi kebutuhan akan perumahan yang layak.
(Sugandhy, A dan R. Hakim. 2007)

h) Visi dan Misi Pembangunan Perumahan dan Permukiman yang


Berkelanjutan 

Visi dan misi penyelenggaraan perumahan dan permukiman di


dasarkan pada kondisi yang di harapkan ideal secara realistis, dengan
memperhatikan kondisi yang ada, potensi kapasitas yang di tumbuh
kembangkan dan sistem nilai yang melandasi hakikat perumahan dan
permukiman bago kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi serta
dalam kerangka tujuan pembangunan berkelanjutan. (Anonimous, 2000)

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu sektor yang


strategis dalam upaya membangun manusia Indonesia yang seutuhnya.
Perumahan dan permukiman strategis didalam mendukung
terselenggaranya pendidkan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan
kualitas generasi akan datang yang berjati diri. Karenanya, pada
tempatnyalah pada visi penyelenggaraan perumahan dan permukiman
diarahkan untuk mengusahakan dan mendorong terwujudnya kondisi
setiap orang atau keluarga di Indonesia yang mampu bertanggung jawab
didalam memenuhi kebutuhan perumahannya yang layak terjangkau
dilingkungan permukiman ynag sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan,
guna mendukung terwujudnya masyarakat dan lingkungan ynag berjati

17
diri, mandiri dan produktif. Untuk selanjutnya, visi yang ditetapkan
hingga 2020 didalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman :

“Setiap orang (KK) Indonesia mampu memenuhi kebutuhan rumah


yang layak dan terjangkau pada lingkungan yang sehat, aman, harmonis
dan berkelanjutan dalam upaya terbentuknya masyarakat yang berjati diri,
mandiri dan produktif ”.

Misi yang harus dijalankan dalam rangka mewujudkan visi


penyelenggaraan perumahan dan permukiman:

1. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan para pelaku kunci lainnya di


dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman
2. Mamfasilitasi dan mendorong terciptanya iklim yang kondusif didalam
penyelenggaraan perumahan dan permukiman
3. mengoptimalkan pandayagunaan sumber daya pendukung penyelenggaraan
perumahan dan permukiman.

Dengan pernyataan misi tersebut jelas bahwa pemerintah harus


berperan sebagai fasilitator dan pendorong dalam upaya pemberdayaan
bagi berlangsungnya seluruh rangkaian proses penyelenggaraan perumahan
dan permukiman. (Sugandhy, A dan R. Hakim. 2007)

i) Kajian Kebijakan Perumahan dan Permukiman

Rekomendasi akan perlunya penetapan prioritas kebijakan di dalam


penyelenggaraan perumahan dan permukiman, secara ringkas dibagi dalam
4 isu strategis tang perlu secara ditindaklanjuti antara lain sebagai berikut:

1. Merumuskan agenda kebijakan


dan mendorong BKP4N untuk lebih berperan sebagai lembaga pengambil
keputusan, sekaligus berperan sebagai mengoordinasikan implementasi
berbagai program perumahan dan permukiman. Persoalan utama yang
dihadapi sektor perumahan dan permukiman di Indonesia adalah masih
rendahnya kinerja sektor memenuhi kebutuhan yang ada. Untuk menangani
masalah perumahan dan permukiman diusulkan untuk mendorong lembaga
koordinasi lintas sektoral dibidang perumahan dan permukiman (BKP4N)
sebagai lembaga yang permanen, yang mengambil keputusan- keputusan
penting dalam mengarahkan fungsi-fungsi kebijakan perumahan dan
permukiman. Adapun perlu dibentuk anggota kelompok dibawah BKP4N,

18
yaitu anggota tetap dan anggota sementara seperti para spesialis dalam
bidang tertentu dan dapat berasal dari lembaga pemerintah swasta amaupun
LSM. Tugas kelompok kerja ini adalah mempersiapkan alternative
keputusan kebijakan penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
2. Membuat kebijakan dan
peraturan baru yang meningkatkan partisipasi sektor keuangan dalam
pembiayaan perumahan dan mempelajari penyediaan lahan siap bangun.
3. Menyusun program-program
bantuan perumahan yang bersifat komplementer terhadap kebijakan yang
ada.
4.  Merumuskan sistem
pelaksanaan yang efektif untuk program-program bantuan perumahan
nasional. (Anonimous. 2006)

j) Fokus Strategi Kebijakan yang Perlu Dikembangkan

Dengan mengacu urgensi pembangunan perumahan dan


permukiman, masalah penyediaan perumahan dan permukiman bagi
seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah,
sesungguhnya perlu menjadi prioritas dalam kebijakan perumahan dan
permukiman nasional. Hal ini dikarenakan kebutuhan perumahan yang
mendesak pada saat ini lebih dirasakan oleh kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah. Diperlukan upaya melalui strategi kebijakan yang
terfokus dan menyeluruh untuk menangani persoalan penyedoaan
perumahan dan permukiman yang rseponsif dan berkelanjutan.

Pertama, melembagakan sistem penyelenggaraan yang transparan


yang partisipatif dengan mengedepankan strategi pemberdayaan.
Kebijakan ini didasarkan pada hakikat pemenuhan kebutuhan perumahan
dan permukiman adalah merupakan tanggung jawab masyarakat pada
umunya. Sebagaimana diatur dalam pasal 5 UU No.4 Tahun 1992 tentang
perumahan dan permukiman, setiap warga Negara mempunyai keawjiban
dan tanggung jawab untuk berperan serta didalam pembangunan
perumahan dan permukiman, dan pada pasal 29 juga dinyatakan bahwa
setiap warga Negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya berperan serta di dalam pembangunan perumahan dan
permukiman. Permasalahannya adalah belum didayagunakannya potensi
masyarakat secara optimal, termasuk dunia usaha tersebut. Pengembangan

19
kelembagaan diarahkan sehingga dapat menurunkan biaya produksi
ramah, seperti melalui pancapaian perencanaan, perancangan,
pelaksanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi perumahan, prasarana dan
sarana dasar permukiman yang efektif dan afisien., pengembangan dan
mendorong ketersediaan bahan-bahan dasar bangunan yang diproduksi
daerah secara terjangkau, serta peningkatan kapasitas local didalam
menhasilkan bahan bangunan dan teknologi konstruksi yang sehat dan
ramah lingkungan.

Kedua, mamantapkan system pembiayaan dan peningkatan


kualitas pasar perumahan termasuk pemupukan dana jangka panjang
untuk perumahan dan permukiman. Pada saat ini kita masih menghadapi
belum efisiennya pasar primer, yang menyebabkan harga rumah yang
masih belum secara mudah dijangkau oleh masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah. Kondisi ini perlu ditekan dengan berbagai
peningkatan efektivita system pembiayaan perumahan dan
penyempurnaan mekanisme pembiayaan perumahan. Oleh karenanya,
diperlukan peningkatan mobilisasi pembangunan dan pengembangan
akses kredit pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, termasuk peningkatan kemudahan mekanisme sistem kredit
dibidang pembiayaan perumahan.

Ketiga, mengembangkan syitem bantuan perumahan dan


permukiman sebagai insentif bagi pemerintah daerah, swasta, dan
masyarakat yang responsif terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan
dan permukiman. Perumahan dan permukiman merupakan persoalan
strategis dan masih belum mendapat perhatian khusus dari berbagai
kalangan. Karenanya, untuk memacu laju pembangunan perumahan dan
permukiman, perlu dikembangkan sistem intensif, yang diharapkan
mampu mendorong berbagai pelaku pembangunan, baik lembaga formal
maupun informal untuk terlibat secara aktif. Upaya yang dikmebangkan
antara lain melalui pengembangan program bantuan perumahan bagi para
pelaku pembangunan yang responsive didalam penyelenggaraan
perumahan dan permukiman.

Keempat, meningkatkan pelayanan dan pasokan kecukupan


kebutuhan lahan untuk perumahan dan permukiman. Beberapa upaya yang
ada pada saat ini terus didorong adalah melalui pengembangan wawasan

20
siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba) di daerah
termasuk Lisiba sendiri (Lisiba BS). Kasiba/Lisiba ini disusun
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau Kota dan
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
di Daerah yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan
Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan
permukiman skala besar secara terencana sebagai bagian dari kawasan,
khususnya diperkotaan, mulai dari kegiatan seperti penyediaan tanah siap
bangun dan kaveling tanah matang, serta penyediaan prasarana dan sarana
dasar permukiman, termasuk utilitas umum, secara terpadu dan efisien dan
pelembagaan manajemen kawasan yang efektif. Penyelenggaraan Kasiba
Lisiba dengan manajemen usaha yang efektif diharapkan akan mampu
berfungsi sebagai instrument untuk mengendalikan tumbuhnya lingkungan
perumahan dan permukiman tang tidak teratur dan cenderung kumuh
melalui peremajaan kawasan perkotaan.

Kelima, mengembangkan inovasi dan pendayagunaan teknologi


material bahan bangunan, sistem konstruksi perumahan layak dan
terjangkau, serta pelestarian arsitektur perumahan yang berbasis pada
kondisi local dalam rangka memperkuat jati diri bangsa. Penyediaan
perumahan dan permukiman bagi masyarakat ekonmi lemah tidak terlepas
dari dukungan ketersediaan teknologi konstruksi termasuk material
bangunan untuk perumahan. Upaya inovatif perlu dikembangkan dalam
rangka mendukung aspek keterjangkuan masyarakat umum terhadap
system penyediaan perumahan dan permukiman yang ada. Disamping itu,
kagiatan yang bersifat inovatif untuk memenuhi hakikat perumahan dan
permukiman dalam rangka perwujudan lingkungan yang serasi dan
berkelanjutan yang mampu mengatur keseimbangan aspek social,
ekonomi dan lingkungan sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat
yang akan memperkuat jati diri bangsa, termasuk dalam mendukung
terwujudnya keseimbangan hubungan antar daerah.

Keenam, mengembangkan system informasi dan jarring


komunikasi yang efektif yang dapat diakses secara mudah, khususnya oleh
masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. (Sugandhy, A dan R.
Hakim. 2007)

k) Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman

21
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan
permukiman tahun 2002 dirumuskan atas dasar berbagai pertimbangan
dari kondisi lingkungan strategis yang ada pada saat inidan kecenderungan
perkembangan kedepan (2020). Rumusan kebijakan dan strategi tersebut
bersifat sangat struktural sehingga secara nasional diharapkan dapat
berlaku dalam rentang waktu yang cukup dan mengakomodasi berbagai
ragam kontekstual masimg-msing daerah dan dapat memudahkan
penjabaran yang sistemis pada tingkat yang lebih operasional oleh para
pelaku pembangunan dibidang perumahan dan permukiman.

Kebijakan nasional yang dirumuskan terdiri atas 3 struktur pokok :

1. Melembagakan system penyelenggaraan sistem perumahan dan


permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama, melalui
strategi pengembangan peraturan perundang-undangan dan pemantapan
kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman, serta memfasilitasi
pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang trnsparan dan
partisipatif.
2. Mewujudkan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat,
sebagai salah satukebutuhan dasar manusia, melalui pemenuhan kebutuhan
rumah yang layak dan terjangkau, dengan menitiberatkan pada masyarakat
miskin dan berkemampuan rendah.
3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan
guna mendukung mendukung pengembangan jati diri, kemandirian, dan
produktivitas masyarakat melalui perwujudan kondisi lingkungan
permukiman yang responrif dan berkelanjutan.

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman


merupakan arahan dasar yang masih harus dijabatkan secara operasional
oleh berbagai pihak yang berkepentingan dibidang penyelenggaraan
perumahan dan permukiman sehinggga nantinya visi yang diharapakan
dapat tercapai. Produk dari implementasi penjabaran kebijakan dan strategi
nasional juga dicerminkan melalui penyiapan Propeda, RP4D (Rencana
Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah),
dan Repetada ditingkat daerah. (Anonimous. 2008)

Berkaitan dengan langkah-langkah pengelolaan lingkungan hidup


dalam proses pelaksanaan pembangunan, terdapat beberapa program yang
berkaitan dengan hal tersebut, diantaranya :

22
a. penduduk dan pemukiman manusia serta pengelolaan lingkungan
hidup
b.  pertanian dan pengelolaan lingkungan hidup
c. pertambangan industri dan pengelolaan lingkungan hidup
d. pendayagunaan kekayaan laut
e. kegiatan-kegiatan penunjang dalam pengelolaan lingkungan hidup
( Sugandhy, A dan R. Hakim. 2007 )

l) Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Penyehatan Lingkungan


Permukiman

Penyediaan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan


permukiman (PS PLP) yang mencakup air limbah, persampahan, dan
drainase merupakan salah satu prioritas dari Pemerintah Indonesia dalam
menciptakan lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni. PS PLP
sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan lingkungan dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi regional. Namun di sisi lain, ada keterbatasan pendanaan bagi
pengembangan PS-PLP ini. Hal inilah menjadi salah satu penyebab,
mengapa akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana sanitasi saat ini
masih rendah. Demikian diungkapkan oleh Kepala Badan Pendukung
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP-SPAM) Rachmat
Karnadi pada acara pembukaan Sosialisasi Peraturan Persiden (Perpres)
RI No.67/2005 tentang kerjasama pemerintah dengan badan usaha swasta
(BUS) dalam penyediaan infrastruktur PLP dan Diseminasi pedoman
kerjasama pemerintah dengan badan usaha swasta (KPS) dalam
penyediaan dan pengelolaan infrastruktur PLP di Batam, kamis (11/5).

Menurut Rachmat Karnadi mengatakan, ada beberapa parameter


yang menunjukkan kinerja pelayanan penyehatan lingkungan permukiman
saat ini masih rendah. Antara lain :

i. Tingginya angka sakit dan kematian yang disebabkan waterborne


diseases;
ii. Cakupan akses pelayanan persampahan dan air limbah yang masih
sangat kecil;
iii. Masih banyaknya keluhan masyarakat mengenai kebersihan
perkotaan karena lemahnya penanganan dan pengelolaan sampah;

23
iv. Banjir yang masih terus terjadi sebagai akibat tidak adanya
pelayanan drainase yang memadai serta banyaknya sampah yang
ada dalam saluran drainase;
v. Banyaknya rumah-rumah liar yang mengganggu kualitas
lingkungan perkotaan; serta
vi. Lemahnya kualitas institusi/ lembaga pengelola PS PLP.

Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah,


persampahan dan drainase permukiman adalah bagaimana melakukan
penanganan secara lebih baik, sehingga diperoleh:

i. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan air limbah,


persampahan, dan drainase yang dapat mengiringi peningkatan
pertumbuhan penduduk yang pesat terutama di daerah perkotaan;
ii. Penurunan angka sakit dan kematian yang disebabkan oleh
waterborne diseases terutama pada bayi dan anak-anak; (3)
Pemenuhan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) oleh
pemerintah, yaitu : untuk dapat melayani separuh dari populasi
penduduk yang belum mendapatkan akses sanitasi (air limbah dan
sampah) sampai tahun 2015 secara bertahap; (4) Terciptanya
lingkungan hidup yang bersih, sehat, nyaman, dan layak huni.

Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan Kebijakan


Pemerintah sebagai terobosan, yaitu dengan melibatkan peran serta
masyarakat, lembaga masyarakat dan pihak swasta. Untuk mendukung
kebijakan, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan serta persamaan persepsi tentang mekanisme kerjasama
pemerintah-swasta. Dengan demikian semua stakeholder yang terkait
dengan penanganan PS PLP, baik pihak pemerintah maupun pihak
swasta yang beminat dapat melihat adanya peluang kerjasama ini
sebagai peluang investasi.

Lebih lanjut, Rahmat Karnadi menegaskan bahwa ketentuan


mengenai kerjasama pemerintah dengan badan usaha swasta telah
diatur dalam Perpres No.67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan badan usaha swasta. Selain itu juga telah diatur dalam UU no 7
tahun 2004 tentang SDA dan PP No.16 tahun 2005 tentang
Pengembangan SPAM). Dengan adanya Perpres No.67 tahun 2005 ini
diharapkan segala mekanisme dan hal-hal yang terkait dalam

24
kerjasama antara pemerintah (pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah) dengan pihak swasta dapat terfasilitasi dengan baik.

Untuk meningkatkan peran aktif stakeholder dalam investasi


PS PLP, maka secara kontinyu akan dilaksanakan Sosialisasi Perpres
No.67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan badan usaha
swasta (BUS) ini. Pelaksanaan Sosialisasi dan Diseminasi yang
dilaksanakan di Batam ini bertujuan untuk memberi penjelasan secara
mendalam pada semua aparat pemerintah baik di Pusat maupun
Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD dan Dinas-Dinas terkait dalam
mempersiapkan dan menjaring badan usaha swasta dalam penyediaan,
penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum dan sanitasi di
daerahnya.

4. SYARAT-SYARAT RUMAH SEHAT

1. Pengertian rumah sehat

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 / Menkes / SK /


VII/1999
menjelaskan:
a) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
b) Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana lingkungan.
c) Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia dan biologik di dalam
rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan
penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
d) Prasarana kesehatan lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
e) Sarana kesehatan lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomis, sosial
dan budaya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): Sehat adalah suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial budaya, bukan

25
hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Berdasarkan pada pengertian di atas, Rumah Sehat di artikan sebagai
tempat berlindung/ bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik. Persyaratan kesehatan
perumahan adalah ketetapan atau ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah,
masyarakat yang bermukim di perumahan dan atau masyarakat sekitarnya
dari bahaya atau gangguan kesehatan.

2. Syarat-syarat Rumah sehat

Agar penghuni rumah menjadi sehat,ada beberapa hal yang perlu


di perhatikan :

a. Ventilasi udara

Rumah sehat harus memiliki ventilasi udara yang cukup,


agar sirkulasi udara lancar dan udara menjadi segar. Ventilasi
udara membuat kadar oksigen di dalam rumah tetap terjaga
sekaligus menjaga kelembapan rumah.

b. Pencahayaan

Rumah sehat harus memiliki pencahayaan alami yang


cukup. Rumah yang kekurangan cahaya matahari sangat lembap
dan tidak nyaman serta rawan terhadap bibit penyakit.

c. Lantai

Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya


bias beragam: ubin,semen,kayu, atau keramik. Lantai yang berdebu
atau becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit

d. Atap dan langit-langit

Ketinggian langit;langit rumah juga mesti di perhatikan .


pasalnya,langit-langit yang terlalu pendek bisa menyebabkan
ruangan terasa panas sehingga mengurangi kenyamanan

e. Pembuangan Limbah

26
Setiap hari, rumah menghasilkan limbah kamar mandi,
dapur, dan sampah. Rumah sehat harus memiliki septic tank dan
pembuangan limbah air yang tidak mencemarkan tanah dan air
yang tidak berbau. Setiap rumah sehat memiliki tempat
pembuangan sampah yang tertutup agar tidak mencemari
lingkungan sekitarnya.

f. Air bersih

Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan air bersih bagi


para penghuninya, yakni minimal 60 liter per hari per orang untuk
untuk mandi, minum, mencuci, dan lain-lain.

g. Polusi dan kontaminasi

Polusi yang paling banyak di hasilkan rumah berasal dari


asap dapur. Untuk itu, rumah sebaiknya memiliki pembuangan
asap agar tidak mencemari ruangan lain.

5. PROSES PEMENUHAN RUMAH SEHAT.

Adapun proses pemenuhan rumah sehat

a. Pencahayaan

Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah


merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat
diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.

b. Ventilasi (penghawaaan)

Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara


ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga
temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Sebaiknya
temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit
40C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya
temperatur kamar 220C – 30C sudah cukup segar. Pergantian udara
bersih untuk orang dewasa adalah 33 m3 / orang / jam, kelembaban
udara berkisar 60% optimum. Untuk memperoleh kenyamanan udara

27
seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi yang baik.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus memenuhi syarat lainnya,
diantaranya:

1) Luas lubang ventilasi tetap, minimumn 5% dari luas lantai


ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentik (dapat dibuka
dan ditutup) minimum 5% luas lantai. Jumlah keduanya menjadi
10% kali luas lantai ruangan . Ukuran luas ini diatur sedemikian
rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak
terlalu sedikit.
2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan
lain-lain.
3) Aliran udara jangan menyebabkan orang masuk angin. Untuk ini
jangan menempatkan tempat tidur atau tempat duduk persis pada
aliran udara, misalnya di depan jendela pintu.
4) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan
lubang hawa berhadapan antara dinding ruangan. Aliran udara ini
jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya
lemari, dinding sekat dan lain-lain.
5) Kelembaban udara dijaga jangan sampai terlalu tinggi
(menyebabkan kulit kering, bibir pecah-pecah dan hidung
berdarah) dan jangan terlalu rendah (menyebabkan orang
berkeringat). Kesegaran udara ruang disamping memperhatikan
unsur-unsur kandungan yang bermanfaat dan kurang bermanfaat
bagi kesehtan, perlu pula diperhatikan kondisi suhu kamar yang
nyaman. Suhu kamar yang mencapai 300C dan 260C di luar
rumah menurut perhitungan mengakibatkan jumlah udara yang
harus diganti mencapai 40 m3/orang.

2. Memenuhi Kebutuhan Psikologis


Untuk memenuhi kebutuhan psikologis diantaranya adanya
ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur) bagi masing-masing
penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak
berumur di bawah umur 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar
tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki
dan perempuan tidak boleh ditempatkan dalam satu kamar tidur.

28
Anak-anak di atas 17 tahun sebaiknya mempunyai kamar tidur
sendiri. Selain itu kamar diperhatikan kemungkinan saling melihat
antara tetangga, misalnya pada rumah-rumah yang berdekatan,
dihindarkan kemungkinan dapat melihat langsung kegiatan yang
dilakukan oleh tetangga yang berdekatan, misal orang yang sedang
tidur di kamar atau sedang ganti pakaian dapat kelihatan oleh
tetangganya melalui jendela kamar. Untuk mencegah hal hal seperti
ini dapat dibuatkan penghalang dengan pagar bambu atau pagar
hidup (pagar dari tanaman yang hidup, sejenis tanaman untuk
pagar). “Over Crowding” menimbulkan efek negatif terhadap
kesehatan fisik, mental maupun moral. Penyebaran penyakit-
penyakit menular di rumah yang padat penghuninya cepat terjadi.
Selain itu, di daerah yang seperti ini, kesibukan dan kebisingan
akan meningkat, yang akan menimbulkan gangguan terhadap
ketenangan, baik individu, keluarga maupun keseluruhan
masyarakat disekitarnya. Selain daripada itu ketenangan dan
kerahasiaan (privacy) setiap individu tidak akan terjamin lagi dan
akan mengakibatkan akses-akses menurunnya moral.

3. Mencegah penularan penyakit


Kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal bagi keluarga harus
memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
penyakit bagi penghuninya.
a. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia
no.416/Menkes/Per/IX/1990 yang dimaksud air bersih adalah air yang
bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi
standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air bersih yang
terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap
individu baik yang tinggal di perkotaan maupun pendesaan.
Pemenuhan kebutuhan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas.
a) Syarat kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan
setiap hari tergantung kepada aktivitas dan tingkat kebutuhan.

29
Secara kuantitas di indonesia diperkirakan dibutuhkan air
sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk
mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7
liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci
kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, laian-laian 33,3 liter.
b) Syarat kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia,
radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat
kesehatan menurut peraturan menteri kesehatan RI
416/MenKes/Per/IX/1990 Tentang kualitas air bersih
c) Mempunyai sumur sendiri yang memenuhi syarat kesehatan.
Yang penting jangan sampai tercemar oleh air dari
W.C atau limbah. Air yang diminum hendaknya air yang di
masak.
d) Sistem perpipaan dijaga jangan sampai bocor sambungan
sehingga tidak terjadi Cross Connection (tersedotnya
air dari luar pipa) dan tercemar oleh air dari tempat lain. Cross
Connection ini dapat terjadi pula karena sambungan pipa dari
PAM (Perusahaan Air Minum) disatukan dengan pipa dari
sumur pribadi, sehingga sewaktu-waktu akan terjadi air sumur
ini tersedot oleh pipa dan masuk ke rumah tetangga. Selain itu
dapat pula terjadi karena menyambumg kran dengan pipa
plastik dan pipa plastik ini masuk ke dalam bak, ember atau
tergeletak ujungnya di lantai. Pada suatu saat apabila ada daya
dari pipa air dari bak/ember/lantai akan terhisap pula. Bagi
rumah bertingkat kejadian ini sering dialami antara kamar yang
di bawah dengan kamar yang diatasnya.

b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus


1) Di hindari adanya kehidupan serangga (lalat dan kecoa),
dengan cara menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di
dalam dan diluar.
2) Di hindari adanya kehidupan tikus yaitu dengan cara/usaha
kebersihan dan kesehatan lingkungan, melalui
penangkapan/pembunuhan dengan suatu alat tertentu
(penangkap tikus). Tikus harus diberantas karena selain dapat

30
mengotori dan makan- makanan manusia juga kutu/pinjal tikus
sebagai pembawa penyakit pes (sampar).

c. Pembuangan sampah
Harus dibedakan jenis sampahnya : sampah basah, sampah
kering, sampah sukar busuk, (kaleng,kaca,paku, dan lain-lain)
a) Sampah kering, bila halaman cukup sebaiknya dibakar, sedangkan
sampah basah (daun-daunan, sayuran, sisa daging/ikan dan lain-lain)
sebaiknya dipendam dalam tanah. Jangan dibiarkan membuang
sampah ke parit, ke kolong atau kesungai. Kaleng, kaca dan lain-lain
sebaiknya di taruh pada tempat khusus atau dipendam dalam tanah.
b) Sebaiknya membuat tempat sampah juga dapat berfungsi sebagai
insinerator sederhana. Sampah jangan dibuang di tempat terbuka lebih
dari 24 jam karena kan di datangi lalat dan tikus untuk bersarang, juga
jangan berserakkan. Selain itu dari segi estetika kurang baik.
c) Karena halaman sempit, sebaiknya diusahakan pembuangannya
dilakukan,swadaya masing-masing yang di koordinir oleh petugas
RT/RW.

d. Pembuangan air limbah


a) Air dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci dialirkan keparit.
Usahakan agar tetap mengalir atau menyerap dalam atanah. Bisa
dibuang ke dalam sumur peresapan jangan sampai menggenang dan
membusuk. Kalau terpaksa membuat paceran (comberan), usahakan
agar airnya meresap atau berilah minyak tanah bekas untuk membunuh
nyamuk.
b) Jangan membuang kotoran (tinja) ke dalam air limbah. Selain itu air
limbah jangan dibuang ke kolong rumah karena akan mengganggu
(dari segi baunya). Juga dapat menyebabkan banyak nyamuk dan lalat,
situasi rumah menjadi lembab sehingga penghuni rumah menjadi
sakit, sewaktu waktu dapat timbul gas beracun (H2S, methan) yang
mudah meledak atau terbakar. Air limbah jangan sampai mengotori
sumber air.

e. Pembuangan tinja

31
Usahakan tiap rumah memiliki jamban sendiri (di darat), selalu
bersih dan tidak berbau (konstruksi) leher angsa. Jaraknya cukup jauh
dari sumber air dan letaknya di bagian hilir air tana. Membuang tinja
jangan disembarang tempat, tidak boleh dibuang ke parit/aliran air, ke
kebun atau ke halaman belakang. Bila sulot tanah, usahakan membuat
septik tank secara kolektif. Apabila terjadi wabah sakit perut, maka
kotoran penderita (muntah dan tinja) harus diawasi pembuangannya.
Kamar kecil (WC) harus selalu bersih, mudah dibersihkan,cukup
cahaya dan cukup ventilas, harus rapat sehingga terjamin rasa aman
bagi pemakaianya.

4. Mencegah terjadinya kecelakaan


Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau paling tidak
dapat mengurangi kecelakaan termasuk jatuh, keruntuhan atau
roboh, kena benda tajam (teriris), keracunan dan kebakaran. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bahan (material) untuk membangun harus yang berkualitas baik.
b. Membangun rumah harus dikerjakan oleh orang-orang yang telah
berpengalaman (profesional).
c. Dinding dapur dekat tungku (kompor/pemanas) harus
dibuat/dilapisi dengan bahan yang tahan api sehingga tidak akan
mudah terbakar.
d. Rumah bertingkat/berlantai dua atau lebih dapat/boleh dibangun
tetapi dengan syarat lantai pertama harus dibuat/dibangun dari
bahan yang kuat,dinidingnya dibuat dari pasangan batu/bata
(permanen), baru kemudian lantai atasnya dibuat bangunan
berdinding kayu/bambu.
e. Untuk mencegah menalarnya kebakaran dari satu rumah ke
rumah lain, maka jarak anatara ujung atap rumah yang satu dengan
ujung atap rumah lainnya harus berjarak minimal 3 meter. Jarak
antara rumah satu dengan dengan rumah lainnya harus cukup
lebar , supaya mobil pemadam kebakaran dapat dengan mudah
lewat dan cepat ke arah yang dituju (tempat/rumah yang terbakar)
f. Dihindari timbulnya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas
ini biasanya karena banyak rumah-rumah yang yang dibangun dekat
dengan jalan raya, dibangun disudut jalan sehingga sering terjadi

32
tertabrak/terserempetnya anak-anak atau rumah tersebut oleh
kendaraan yang berlalu lalang.

5. Bagian-bagian rumah yang perlu diperhatikan


a. Lantai

Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila
musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
ganguan/penyakit terhadap penghuninya.Oleh karena itu perlu dilapisi
dengan lapisan yang kedap air(di semen, di pasang tegel, teraso dan
lain-lain). Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah,sebaiknya
lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah.

b. Dinding

Fungsi dinding ini selain pendukung/penyangga atap juga


untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan /serangga, hujan dan
angin, juga melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar.

c. Jendela

Fungsi pertama jendela sebagai lubang masuk/keluarnya


angin/udara dari luar ke dalam dan sebaliknya, sebagai lubang
pertukaran udara (lubang ventilasi yang tidak tetap) yang sering
terdapat di atas jendela atau pintu. Adapun fungsi kedua dari jendela
adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar ( cahaya alam,
cahaya matahari). Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi
syarat kesehatan, jendela mutlak harus ada, terutama sekali untuk
rumah-rumah yang ventiulasinya kurang baik atau tidak ada sama
sekali, seperti banyak terdapat pada rumah-rumah di pedesaan.

d. Atap dan loteng

Fungsi atap adalah untuk melindungi isi rumah dari gangguan


angin, hujan dan panas, juga melindungi isi rumah dari pencemaran
udara (debu, asap dan lain-lain).Loteng berfungsi sebagai penahan

33
panas dan debu yang meresap/menembus atap-atap melalui celah-
celah atap.

e. Ruangan-ruangan di dalam rumah

Banyaknya ruangan di dalam rumah biasnaya tergantung


kepada jumlah penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah
akan menuntut jumlah ruangan yang banyak terutama ruang tidur.
Tetapi pada umumnnya jumlah ruangan dalam suatu rumah
disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut, seperti: ruang untuk
istirahat/tidur, ruang tamu, ruang duduk, ruang makan, ruang
masakmemasak (dapur), ruang/kamar mandi dan W.C, gudang, tempat
mencuci dan menjemur pakaian

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian kesehatanm adalah “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik,


mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit
dan kecacatan.” Pengertian lingkungan adalah Sejumlah kondisi di luar dan
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.”

Pengertian kesehatan lingkungan adalah Suatu kondisi lingkungan


yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.

Pengertian Sanitasi tempat umum Definisi sanitasi menurut WHO


adalah usaha pencegahan / pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang
dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya
merugikan / berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan langsung
hidup manusia. Definisi tempat-tempat umum(TTU) adalah suatu tempat
dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk
berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun
terus;menerus,(Suparlan 1977).

Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal


beserta sarana dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas
mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar (basic need)
manusia. Sudah selayaknya apabila untuk pembangunan perumahan dan
permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan

35
tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk memberikan
arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman.
Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah yang digunakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan
perumahan dan permukiman adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang ini menyebutkan
bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan,
sedangkan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Syarat-syarat Rumah sehat adalah

h. Ventilasi udara
i. Pencahayaan
j. Lantai
k. Atap dan langit-langit
l. Pembuangan Limbah
m. Air bersih
n. Polusi dan kontaminasi

Adapun proses pemenuhan rumah sehat merupakan sambungan dari


syarat-syarat rumah sehat.

B. Saran
Agar masyarakat lebih memperhatikan kesehatan lingkungan di
sekitarnya. Dan pemerintah bisa turun langsung dalam penanganan kesehatan
masyarakat dalam kota maupun sampai kepelosok daerah. Adapun masyarakat
lebih memperhatikan pembuatan rumah agar dapat memenuhi syarat-syarat
rumah sehat.

36
DAFTAR PUSTAKA

hhtps://www.rumah.com/berita-properti/2013/7/21109/beberapa-syarat-rumah

http://ajago.blogspot.com/2007/12/dasar-kesehatan-lingkungab.html

37

Anda mungkin juga menyukai