Disusun oleh:
M. Tohatulus Dharmawan
Diverifikasi pangan juga bermanfaat untuk memperoleh nutrisi dari sumber gizi yang
lebih beragam dan seimbang. Diversifikasi pangan yang dilakukan masyarakat kawasan
ASEAN umumnya, dan Indonesia khususnya yaitu berupa nasi, karena mayoritas wilayah
Asia Tenggara merupakan wilayah penghasil beras. Indonesia juga menegaskan komitmennya
dalam melaksanakan program tersebut dengan menjelaskan definisi diversifikasi pangan yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan demi
mewujudkan swasembada beras dengan meminimalkan konsumsi beras agar tidak melebihi
produksinya.
Beberapa karakter yang seharusnya dimiliki oleh pangan pengganti beras, menurut
Irawan et al. (1999) adalah sebagai berikut:
1. memiliki kandungan energi dan protein yang cukup tinggi sehingga apabila harga
bahan pangan tersebut dihitung dalam kalori atau harga protein nabati, maka
perbedaannya tidak terlalu jauh dengan harga energi atau harga protein nabati yang
berasal dari beras;
2. memiliki peluang yang besar untuk dikonsumsi dalam kuantitas yang relatif tinggi
sehingga apabila terjadi penggatian konsumsi beras dengan bahan tersebut maka
pengurangan kuantitas kalori dan protein nabati yang berasal dari beras dapat dipenuhi
dari bahan pangan alternatif yang dikonsumsi;
3. bahan baku untuk pembuatan bahan pangan alternatif cukup tersedia di daerah
sekitarnya;
4. dari segi selera, bahan pangan alternatif memiliki peluang cukup besar untuk
dikonsumsi secara luas oleh rumah tangga konsumen.
Oleh karena itu, antisipasi terhadap pangan baru seperti mi yang bahan bakunya tidak
diproduksi di dalam negeri harus diperhatikan dalam mengembangkan industri dan
menerapkan jenis teknologi yang akan dipilih. Indonesia memiliki berbagai macam pangan
alternatif, seperti jenis umbi-umbian, yakni talas, gandum dan jagung, yang semuanya bisa
dijadikan makanan pengganti beras
1. Pembaruan Agraria;
2. Adanya hak akses rakyat terhadap pangan;
3. Penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan;
4. Pangan untuk pangan dan tidak sekadar komoditas yang diperdagangkan;
5. Pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi;
6. Melarang penggunaan pangan sebagai senjata;
7. Pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian.
Daftar Pustaka
Pakpahan, A. dan S.H. Suhartini. 1989. Permintaan Rumah Tangga Kota di Indonesia
Terhadap Keanekaragaman. Jurnal Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor
http://www.kompasiana.com/www.arjunabelajar.wordpress.com/naiknya-harga-beras-
saatnya-diversifikasi-pangan_550e5628a33311b72dba804a, diunduh Rabu, 20 juli 2016
pukul 13.15 WIB