OLEH :
NURMALASARI
08320200101
dan diserap oleh tubuh dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
berkomitmen untuk mewujudkan ketahanan pangan dan hal tersebut dituangkan dalam
rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah
ketahanan pangan yang dimaksud tidak hanya di tingkat global, nasional, dan regional,
tapi juga sampai pada tingkat rumahtangga. Ketersediaan pangan nasional dan
regional tidak menjamin adanya ketahanan pangan rumahtangga atau individu, karena
ketersediaan pangan dan ketahanan pangan ditentukan oleh akses untuk mendapatkan
pangan (Saliem et al, 2005). Dampak dari ketiadaan akses terhadap pangan salah
satunya adalah ada beberapa daerah di Indonesia yang mengalamai krisis pangan yang
Padi merupakan salah satu komoditi terbesar yang berada di Jawa Tengah. Pada
seluruh provinsi di Indonesia padi digunakan sebagai makanan pokok utama yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Pentingnya beras untuk dikonsumsi masyarakat
kualitas pada ketahanan pangan yang paling diutamakan yaitu dari sumber produksi
jumlah yang cukup atau memadai serta dapat tersebar . Kebutuhan pangan sangat
Dengan tercapainya pemenuhan kebutuhan pangan tidak hanya terlihat dari kualitas
pangan yang mencukupi, akan tetapi harus memperhatikan dari kualitas, keamanan,
keragaman dari pangan tersebut (Ulul Karima, 2014). Pangan rumah tangga memiliki
kecukupan ketersediaan yang dapat dilihat dari makanan pokok yang dihasilkan
pendapatan menjadi sangat penting untuk penentuan pengeluaran rumah tangga, serta
dari pola konsumsi pangan keluarga. Jika pendapatan semakin meningkat maka hasil
dari konsumsi pangan akan menjadi lebih beragam-ragam dan menghasilkan pangan
yang bernilai gizi tinggi ini akan semakin meningkat (Arvianti et al., 2019).
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling strategis dalam pembangunan
bahwa “Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Salah satu aspek penting dalam
dapat diperoleh dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan Nasional serta
Ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar ketahanan pangan suatu rumah
produksi sehingga dalam hal ini petani berperan penting dalam kegiatan usahatani
untuk meningkatkan ketersediaan pangan rumah tangga karena tanpa petani maka
Ketersediaan pangan rumah tangga dapat dilihat dari ketersediaan pangan bahan
pokok yaitu (beras) yang dihasilkan sendiri terhadap kebutuhan pokok keluarga
kebutuhan yang dapat dihitung dengan cara membandingkan proporsi pangan pokok
yang dihasilkan sendiri terhadap kebutuhan pangan pokok keluarga serta Aksesibilitas
rumah tangga terhadap pangan dilihat dari kemudahan rumah tangga dalam
mendapatkan pangan yang diukur melalui daya beli rumah tangga, semakin tinggi
daya beli petani menjadikan tingkat ketahanan pangan menjadi lebih baik (Rahmawati
et al., 2020).
yakni bagaimana agar masyarakat dapat mengakses pangan dengan harga terjangkau
dan di sisi lain bagaimana kesejahteraan petani dapat terlindungi. Hampir setiap
tahun, kita disibukkan dengan pro-kontra impor bahan pangan, mulai dari beras,
daging sapi, kedelai, hingga bawang merah. Menurut Hendiawan (2012) Ada banyak
persoalan yang menyebabkan hal itu terjadi. Salah satunya, data yang digunakan untuk
membuat kebijakan yang bersumber dari instansi resmi negara seringkali tidak
sinkron satu sama lain. Apalagi pada tataran perumusan dan eksekusi kebijakannya
di lapangan.
hanya bersumber dari masalah ketersediaan dan akses pasar, tetapi juga termasuk
akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan yang sehat. Oleh
karena itu masalah penyediaan pangan bisa melalui pendekatan program swasembada
pangan, akan tetapi secara empiris masih menimbulkan masalah yaitu sulitnya
pemerintah. Disamping itu sampai tahap tertentu program swasembada pangan dapat
komoditi tertentu. Oleh karena itu program swasembada pangan dengan cara substitusi
ubi kayu mengalami penurunan 7,86 persen, kacang tanah 9,80 persen , kacang hijau
14,88 persen dan buah-buahan 0,99 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan
adalah padi 9.11 persen, jagung 20,00 persen, ubi jalar 7,94 persen, kedelai 47,62
persen dan sayur-sayuran 16,08 persen. Sementara itu, pangan sumber hewani yang
mengalami kenaikan cukup tinggi yakni ikan sebesar 51.59 persen, telur 24,44 persen
dan daging unggas 24,44 persen. Sedangkan daging ruminansia mengalami penurunan
pesisir permasalahan utama yang ada yaitu ketersediaan pangan yang kurang stabil,
tingkat upah dan pendapatan rumahtangga juga sangat rendah. Untuk tipe
rendah, dan status gizi rumahtangga masih rendah, serta upah dan keragaan pekerjaan
adalah akses dan ketersediaan pangan yang rendah serta pendapatan rumahtangga yang
rendah.
termasuk wilayah lumbung pangan, terutama pangan strategis, seperti padi, jagung, dan
umbi-umbian. Namun demikian wilayah Kabupaten Luwu yang pada tipe agrosistem
persawahan masih tergolong wilayah rawan pangan akibat dari ketersediaan pangan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Mengetahui kondisi Akses Pangan rumahtangga petani yang terdiri dari pendapatan
Kabupaten Luwu
dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Luwu.
Kabupaten Luwu.
terutama bagi Negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak
seperti Indonesia, dimana pada Tahun 2020 jumlah penduduk sebesar 220 juta jiwa
(Saragih, 1998) dan diperkirakan sebanyak 270 juta jiwa pada Tahun 2025 (Wibowo,
memberikan indikasi bahwa masalah ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan
(biaya hidup) dan stabilitas politik nasional. Olehnya itu, ketahanan pangan menjadi
maupun rumahtangga, dapat dirinci menjadi 3 faktor yaitu; (1) faktor ketersediaan
pangan rumahtangga, (2) faktor daya beli masyarakat, (3) pengetahuan pangan dan gizi
oleh masyarakat.
barangnya dan dapat dibeli dengan harga murah. Dengan demikian dalam hal pangan
ketersediaan pangan dalam jumlah cukup (bahkan kalau perlu melimpah) dan dengan
yang terkait dengan sistem produksi baik produksi sendiri atau hasil yang diproduksi
daerah setempat maupun pasokan dari luar wilayah atau impor. Selain itu ketersediaan
pangan suatu wilayah juga dapat dihasilkan dari cadangan pangan rumahtangga dan
jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari
pangan merupakan upaya yang dilakukan guna mampu mencukupi pangan yang
didefenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan
dipenuhi dari produksi sendiri, maka penghasilan dalam bentuk uang tidak begitu
agroekologi, akan memiliki potensi produksi pangan yang berbeda. Namun sebaliknya
jika kebutuhan pangan banyak tergantung pada apa yang akan dibelinya, maka
penghasilam (daya beli) harus sanggup membeli bahan makanan yang dapat
Daya beli. Kemampuan membeli atau “daya beli” merupakan indikator dari
tingkat sosial ekonomi seseorang atau keluarga. Pembelian merupakan fungsi dari
1994). Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke VII (LIPI, 1998) kurangnya
orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan (Sajogyo, 1996).
(Suhardjo, 1989).
seseorang atau keluarga sangat erat dengan wawasan atau pengetahuan yang dimiliki
dan terhadap (sistem) nilai tindakan yang dilakukan. Jika ditelusuri lebih lanjut, sistem
nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu yang berkaitan dengan
etnik, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya, (2) informasi pangan, gizi dan kesehatan
jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang
berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan.
sebagi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.
Ketersediaan pangan per kapita yaitu ketersediaan jenis pangan yang tersedia untuk di
mengisyaratkan adannya rata-rata pasokan pangan yang cukup tersedia setiap saat.
oleh aspek fisik dan aspek ekonomi.Aspek fisik yang ditentukan oleh indikator
distribusi bahan pangan sampai ke tingkat rumah tangga di pedesaan yang tentunya
mencakup fungsi tempat, ruang dan waktu.Sedangkan aspek ekonomi ditentukan oleh
pangan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan hidup manusia maka aspek
pengelolaan dan akses terhadap pangan menjadi hal yang sangat penting.Faktor yang
dapat menjadi tantangan bagi keberlangsungan hidup manusia adalah ancaman rawan
pangan.
dengan program intensifikasi budidaya dan diversifikasi pangan antara lain dengan
usaha pengolahan bahan pangan menjadi produk pangan yang menpunyai nilai
tambah.
3. Cadangan pangan merupakan salah satu sumber penyediaan pangan penting bagi
menanggulangi masalah pangan seperti adanya gejolak harga yang tidak wajar,
atau keadaan darurat karena adanya bencana atau paceklik yang berkepanjangan,
4. Bantuan pangan
Dalam aspek ketersediaan pangan, masalah pokok adalah semakin terbatas dan
menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan nasional. Hal ini disebabkan
1. Teknis
a. Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian ke non
e. Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca panen (10-
15%).
f. Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang berdampak pada
2. Sosial- ekonomi
besarnya jumlah petani (21 juta rumah tangga petani) dengan lahan produksi yang
c. Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar dari
d. Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk kebijakan tarif impor
e. Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif terakhir bagi penyediaan
pangan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan
Nama,
No Tujuan Hasil Penelitian
Tahun Judul
1 Wiwit, R. Untuk mengetahui pola Hasil penelitian menunjukkan
(2014) pengadaan pangan bahwa pangan pokok yang
“Ketersediaan pokok beras. tersedia di rumah tangga
Pangan
petani padi baik sawah irigasi
Pokok Pada
Rumah maupun sawah tadah hujan
Tangga berasal dari produksi sendiri
Petani Padi dan ada yang berasal dari
Sawah Irigasi pembelian.
Tadah Hujan
Di Kabupaten
Karanganyer”
menghasilkan pangan padi dengan jumlah yang besar. Pada kondisi ini apakah
mengakses pangan dengan mudah. Pada dasarnya masyarakat tani di Kabupaten Luwu
mampu mengakses pangan dari hasil bertani dan bantuan pemerintah. Sehingga tingkat
ketersediaan pangan masyarakat tani tidak begitu jelas, maka dalam penelitian ini,
Ketahanan Pangan
Rumahtangga
Agrosistem
Persawahan
Pangan Utama
Peningkatan
Ketersediaan Pangan
Rumahtangga
Peningkatan
Ketahanan Pangan
kecukupan Pangan.