OLEH :
MUH. ARFINAL
2011 12 046
dasar rumah tangga. Selain itu, sifat pertanian yang musiman dan terbatasnya
sektor pertanian. Fenomena ini oleh Rasahan, et.al (1989) dipandang sebagai
pangsa sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dan PDB menurun,
sementara pangsa sektor sektor lain meningkat. Berdasarkan data BPS, bahwa
pangsa sektor pertanian terhadap PDB menurun dari 21,58 persen pada tahun
1981 menjadi hanya 15,38 persen pada tahun 2009 (BPS, 1982-2009). Dalam
periode yang sama, pangsa sektor industri meningkat dari 10,07 persen pada
tahun 1981 menjadi sekitar 33,47 persen pada tahun 2009. Dengan kata lain
bahwa pangsa sektor pertanian terhadap PDB sudah dibawah sektor industri.
pertanian masih tetap yang tertinggi. Selama dua dasawarsa, pangan sektor
pertanian dalam penyerapan tenaga kerja menurun dari 54,66 persen pada
tahun 1981 menjadi 43,33 persen pada tahun 2009. Tingginya sumbangan
betapa pentingnya sektor ini sebagai sumber utama pendapatan rumah tangga di
pedesaan. Oleh karena itu, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi prioritas
pembangunan ekonomi, termasuk pembangunan infrastruktur penunjang
tergolong marjinal, yaitu lahan kering, sawah tadah hujan, dan lahan rawa. Hal ini
bahwa sebagian besar wilayah miskin berada pada zona agro-ekosistem lahan
kering, tadah hujan, pantai dan lahan rawa yang tergolong marjinal. Karakteristik
usahatani.Masalah lain adalah skala pengusahaan oleh petani yang relatif kecil,
dan beresiko tinggi. Secara umum petani seperti ini dicirikan oleh penguasaan
Pedesaan Sulawesi Selatan berasal dari sektor pertanian. Sementara itu, hasil
Barat sekitar 51 persen dari pendapatan rumah tangga pertanian berasal dari
sektor pertanian. Saliem, et al. (2005) mengungkapkan bahwa pada tahun 2003
Sulawesi Selatan.
tantangan yang berat, meskipun bukan berarti tidak mungkin. berat karena
adanya keterbatasan pada petani kecil yang sering dikatakan bahwa usaha tani
kecil masih bersifat substen atau semi substen dengan cara budidaya tradisonal
dan keterbatsan dalam hal luas lahan, pendidikan, pengetahuan, tanpa orientasi
bisnis, sehingga berusaha tani bukan merupakan usaha melainkan jalan hidup
masuknya ekonomi uang di pedesaan telah mulai berubah orientasi bisnis petani
kecil ke arah pasar. Petani telah lebih dinamis, telah mengenal teknologi modern
dan tanaman bernilai ekonomi tinggi. Perkembangan usaha tani yang positif ke
arah orientasi bisnis ini tidak menutup kenyataan yang ada tanpa adanya
petani. Kecilnya usaha tani menimbulkan usaha diluar usaha tani sehingga
peranan off-farm employment dan off-farm income makin besar. Dengan
demikian petani tidak hanya terlibat dalam usaha produksi primer sebagai
terhadap teknologi dan pasar menjadi lebih luas. Meskipun tetap dominan,
pendapatan dari luar pertanian, guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Oleh
tangga.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang akan dikaji
skala usahatani
ini adalah:
berkaitan dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk
menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama
Terwujudnya ketahanan pangan merupakan hasil kerja dari suatu sistem yang
pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan jenisnya, serta
stabil dari waktu kewaktu. Sementara itu subsistem distribusi mencakup upaya
memperlancar proses peredaran pangan antar wilayah dan antar waktu serta
stabilitas harga pangan. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya akses
pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsi
tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang cukup dan berimbang tidak efektif
bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas
2003).
ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua
orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor,
harga yang tidak wajar, atau keadaan darurat karena adanya bencana
atau paceklik yang berkepanjangan, sehingga membatasi aksesibilitas
pangan masyarakat.
4. Bantuan pangan
terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan nasional.
Hal ini disebabkan oleh faktor faktor teknis dan sosial – ekonomi :
1. Teknis
a. Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian
d. Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah selama krisis dan
e. Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca panen
(10-15%).
f. Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang berdampak
pemerintah.
b. Sulitnya mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam produksi pangan
karena besarnya jumlah petani (21 juta rumah tangga petani) dengan
0,5%/tahun).
c. Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar
e. Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif terakhir bagi
Skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan
berbagai cara, antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai
penjualan, luas areal tanam, dan jumlah satuan ternak. Perhitungan biaya setiap
luasan areal tanam atau satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan
Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan petani pada saat memulai
usahanya dan yang akan dikeluarkan kembali pada saat atau usia ekonomis
investasi tersebut telah habis. Termasuk dalam biaya investasi adalah tanah,
Biaya tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani atau
peternak dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus
manajer.
mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara atau buruh. Total nilai penjualan
biasanya dihitung setiap tahun dan untuk menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar. Cara seperti ini dilakukan di negara yang sudah maju dan
besar.
Skala usaha juga dapat diukur dengan melihat luas areal yang
diusahakan oleh petani atau satuan ternak yang dimiliki peternak. Dalam sistem
besarnya usaha.
Secara umum, karena adanya respons petani terhadap tingkat risiko usaha yang
dihadapi, maka skala usaha dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh dengan
kontribusi terhadap keuntungan tersebut. Untuk itu, skala usaha dapat dilihat dari
pada berbagai tingkat yang dikehendaki, sehingga dapat diketahui skala produksi
Oleh karena itu, penerapan sistem ini akan bervariasi pada setiap
masyarakat setempat dalam hal jenis ternak, sistem budi daya, perkandangan,
Sistem
Ketahanan
Pangan
Ketahanan Pangan
Rumahtangga
Agroekosistem
Persawahan
Pangan Utama
Peningkatan
Ketersediaan Pangan
Rumahttangga
Peningkatan
Ketahanan Pangan
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
2.2. Hipotesis
III. METODE PENELITIAN
pada asumsi bahwa kecamatan yang terpilih adalah kecamatan yang memiliki
areal persawahan yang luas. Berdasarkan data sekunder maka kecamatan yang
terplih untuk Kabupaten Luwu kecamatan yang terplih adalah Kecamatan Bupon.
desa yaitu desa yang dekat dengan ibu kota kecamatan dan desa yang terjauh
dari ibu kota kecamatan. Untuk Kecamatan Bupon desa yang terpilih adalah
usaha ditentukan pada 3 strata yaitu (1) rumahtangga petani yang memiliki luas
penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar, (2) rumahtangga petani yang memiliki
luas penguasaan lahan 0,5 sampai 1,0 hektar dan (3) rumahtangga petani yang
memiliki luas penguasaan lahan lebih besar dari 1 hektar. Setelah populasi dari
setiap strata ditentukan maka jumlah sampel akan dipilih secara acak sederhana
Data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data primer dan data
sedangkan data sekunder digunakan untuk mengkaji hal-hal yang terkait dengan
pada instansi yang terkait. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan
diperoleh dari sampel yang mampu memberikan informasi tentang indikator yang
secara deskripsi kondisi sosial ekonomi rumahtangga petani yang terdiri dari