Abstrak
SUMMARY
Soybean is one of the major commodity beans are a mainstay of national because it
is a source of vegetable protein is important for the diversification of food in support of
national food security. Soybean production has not been able to meet the needs of
national. For the sustainability of commodity soybeans is expected, one of its efforts is
the continuous soybean farming techniques. The purpose of this research is to know:
Does soybean farming has been efficient? Production factors are most influential to the
production of soybean? Is allocative use production factors on soybean farming is
Optimum / efficiently?. The study was conducted in the district Sukorejo Ponorogo
district with quantitative approach, and the method used is survey method.
Analysis of the data used is the following: RC ratio; Analysis function Cobb-
Douglass; and analysis of the ratio between the value of marginal product (NPM) with
prices of production factors (NPM = Px).
The results showed that soybean farming in paddy fields and dry land are equally
efficient, for soybean farming paddy field and 2.52 levels of efficiency in dry land farming
efficiency level of 1.82. The factors of production or production inputs jointly affect
produski soy, but as individuals who had significant input to the increase in soybean
production in wetland is land area, seed, labor, male and female workers, while on dry
land as fertilizer organic. The use of the allocation of production inputs in both wetland
and dry land are equally not be at optimum level, so that efforts to optimize revenue
soybean farming can still be done with the use of production factors (inputs) in an
efficient and adapted to the conditions of land. Soybean farming in the district Sukorejo
sustainable, this proved to be economically profitable, ecologically / technical use of
production inputs (natural, man) is not optimal, and the social culture does not change
the structure / condition of farmers who have been.
PENDAHULUAN
Kondisi pembangunan secara gobal khususnya di bidang ekonomi telah mendorong
kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut
tingkat efisiensi usaha yang tinggi. Begitu juga di bidang pertanian yang mengharuskan
terjadinya perubahan dari orientasi produksi kearah orientasi peningkatan pendapatan
petani, untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang tepat yaitu dengan system usahatani
yang baik dan berkelanjutan.
Usahatani merupakan suatu organisasi produksi, petani sebagai pelaksana untuk
mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi
di lapangan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian laba atau tidak. Usahatani
dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat menghasilkan pendapatan untuk
membayar semua biaya dan alat yang diperlukan, dengan kata lain keberhasilan suatu
usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Kemampuan
menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk
biofisik, sosial, ekonomi dan politik.
3
2. Produktivitas (ku/ha)
- Jawa Timur 12,79 13,42 13,00 0,63 4,93 -0,42 -3,13
- Jawa 13,32 14,05 13,92 0,73 5,48 -0,13 -0,93
- Indonesia 13,13 13,48 13,67 0,35 2,67 0,19 1,41
3. Produksi (ton)
- Jawa Timur 277.281 355.260 344.391 77.979 28,12 -10.869 -3,06
- Jawa 518.997 646.839 628.576 127.842 24,63 -18.263 -2,82
- Indonesia 775.710 974.512 927.384 198.802 25,63 -47.128 -4,84
Adanya berbagai masalah atau hambatan mulai dari penyebaran lahan dengan
beragam komoditas, kepemilikan lahan yang sempit, harga yang berfluktuatif,
kebijakan yang kurang mendukung menyebabkan pengembangan usahatani kedelai
masih sulit terealisasi, hal ini akan berpengaruh pada rendahnya produksi yang
dihasilkan sehingga effisiensi produk masih rendah. Juga keterbatasan pengetahuan
petani kedelai akan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan
sumberdaya alam (hutan, lahan, air) dan sumberdaya manusia (sarana produksi)
dengan intensitas masih rendah. Berdasarkan uraian di atas maka mendorong
peneliti untuk mengkaji tentang efisiensi usahatani wortel yang berkelanjutan dengan
mengambil lokasi di salah satu daerah sentra produksi kedelai di Jawa Timur yang
mungkin dapat mewakili gambaran usahatani kedelai di Jawa Timur, yang mana Jawa
Timur merupakan penghasil atau sentra produksi kedelai terbesar di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui besarnya pendapatan dan effisiensi
usahatani kedelai, mengetahui factor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi
usahatani Kedelaidan Menganalisis effisiensi alokatif penggunaan factor produksi
pada usahatani kedelai
METODE PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani kedelai sebagai
responden dan data sekunder meliputi data penunjang dari data primer, yang
diperoleh dari instansi terkait yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.
Analisis Data
1. Analisis RC ratio
3. Analisis rasio antara Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga faktor
produksi (NPM = Px) digunakan rumus sebagai berikut:
Y
b1 . ____ Py
NPM Xi b i.Y.Py
_____ = 1 atau ________ = 1 atau X i = ___________
Px Px P xi
Y
NPM = bi _______ Py
X
Dimana:
NPM xi = Nilai produk marginal faktor produksi ke-i;
bi = Elastisitas
Xi = Rata-rata penggunaan faktor produksi ke-i
Y = Rata-rata produksi per hektar
Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke-i
Py = Harga satuan hasil produksi
Hipotesis statistik:
Ho : (NPM/Px) = 1
Ha : (NPM/Px) ≠ 1
Dengan kriteria sebagai berikut:
(Py/Pxi).b.(Y/Xi)-1
t hitung = _________________
(Py/Pxi).(Y/Xi).Se
Dimana:
bi = Elastisitas
Se = Standart error elastisitas produksi
Xi = Rata-rata penggunaan faktor produksi ke-i
Y = Rata-rata produksi per hektar
Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke-i
Py = Harga satuan hasil produksi
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Bila thitung < ttabel, mۏۏaka Ho diterima, berarti penggunaan faktor produksi
(input) berada dalam keadaan yang optimal.
2. Bila thitung > ttabel , maka Ha diterima, berarti penggunaan faktor produksi
(input) belum optimal.
8
1. Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan produktif di kecamatan Sukorejo dipergunakan untuk
sawah irigasi teknis, dan irigasi tadah hujan. Secara rinci penggunaan irigasi di
kecamatan Sukorejo tersaji pada Tabel di bawah.
Tabel 2. Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Jenis Pengairan diKecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo Tahun 2008
2. Lahan Tegal 66
Sumber
1,584 Data : Dinas
3. Pekarangan, Rumah, bangunan
pertanian
4. Hutan Negara 671 Kab.Ponorogo,
2009
5. Lain-lain 241
Dari
Tabel di
Luas Total 5,958
atas terlihat
bahwa secara umum penggunaan lahan di kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo adalah lahan pertanian atau sawah, yaitu sebesar 3.396 hektar, hal ini
membuktikan bahwa mayoritas penduduknya memang bekerja di bidang pertanian.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Per ha Tanaman Pangan di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun 2009
Berdasarkan data pada tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa luas panen padi di
Kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo paling luas yaitu sebesar 6.836 hektar
dengan produksi 465.442 kwuintal, sedangkan luas kedelai menduduki urutan ke dua
dengan luas panen 2.214 hektar, jumlah produksi 35.867. Kemudian baru jagung dan
ubikayu.
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut.
6 SLTA - -
7 SMK - -
Jumlah 63 100,00
Sumber data : Ponorogo dalam Angka 2009, BPS Kabupaten Ponorogo
Dari Tabel di atas terlihat bahwa jumlah Sekolah Dasar Negri adalah paling
banyak yaitu 35 SD atau 55,56%. Akan tetapi jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) tidak ada di kecamatan Sukorejo, sehingga para alumni atau lulusan tingkat
SLTP harus keluar dari kecamatan Sukorejo jika ingin melanjutkan sekolah.
1.Umur Responden
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa umur produktif petani kedelai
sebagai responden baik pada lahan sawah maupun lahan tegal mendominasi
dibanding umur petani responden yang non-produktif. Hal ini menunjukkan bahwa
umur petani responden di daerah penelitian banyak dilakukan oleh umur produktif,
sehingga mempunyai kemampuan kerja dalam melaksanakan usahataninya yang
pada akhirnya secara produktivitas akan kondusif dalam peningkatan produktivitas
produksi usahataninya.
2. Pendidikan Responden.
Tingkat pendidikan petani juga merupakan salah satu factor yang sangat penting
dan merupakan salah satu indicator dalam pengambilan keputusan dan kualitas
12
2 Tegal - SD 12 44,44
- SLTP 13 48,15
- SLTA 2 7,41
- PT 0 0,00
Jumlah 27 100,00
Sumber : Data diolah
Tabel 10. Luas Lahan Garapan Petani Responden pada Usahatani Kedelai
Di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo MH 1 (MT Nop’10 – Jan’11)
Dari Tabel di atas, menunjukkan bahwa luas lahan garapan responden mayoritas
≤ 0,5 hektar, dimana pada lahan sawah kategori ini sebesar 82,86% atau 29 petani
responden dan pada lahan tegal sebesar 100% yaitu 27 responden. Hal ini
menunjukkan bahwa kepemilikan lahan garapan di daerah penelitian mempunyai
lahan yang relative sempit (≤ 0,5 hektar).
4. Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan retain responden di daerah penelitian tersaji pada Tabel di
bawah.
informasi yang didapat masih manual. Di dalam usahatani kedelai sarana produksi
(input) yang digunakan atau dimanfaatkan oleh petani dalam berusahatani meliputi bibit,
pupuk, obat-obatan dan tenagakerja. Secara rinci hasil analisis usahatani kedelai dapat
dilihat pada table 12 sebagai berikut.
Tabel 12. Hasil Analisis Usahatani Kedelai di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo
MH 1 (Musim tanam Nop’10 – Jan’11
Biaya 857.575,850
Variabel
Biaya Tetap 60.143,000
Total Biaya 917.718,850
Produksi 386.7142 6000 2.320.285,200 2,52
2 Lahan Tegal
Luas Lahan 0.2740 13.875 3.801,700
Bibit 10.333 6.000 61.996,000
Pupuk An- 6.3703 2.000 12.740,600
organik
Pupuk 139.2592 500 69.629,600
organic
Obat-obatan 1.00 14.500 14.500,000
Tenagakerja 12.0370 25.000 300.925,000
Pria
Tenagakerja 8.8518 20.000 177.036,000
Wanita
15
Biaya 640.628,950
Variabel
Biaya Tetap 34.444,000
Total Biaya 675.072,950
Produksi 205.1851 6000 1.231.110.600 1,82
Sumber: Data diolah
(1) Bibit
Bibit yang digunakan oleh petani dalam berusahatani kedelai di daerah penelitian
adalah bibit local yaitu Gepak Kuning karena bibit jenis ini menurut mereka berpotensi
hasil lebih tinggi, umur panen pendek (73 hari). Bibit ini diperoleh petani selain dengan
cara mengusahakannya sendiri juga dibeli di pasaran, kemudian diseleksi diambil biji yang
bagus dan utuh.
Menurut hasil informasi dari petani responden di lapangan “bapak bambang Suceno,
55 tahun dan sudah mempunyai pengalaman berusahatani kedelai selama 21 tahun,
bahwa dengan mengusahakan bibit sendiri atau membeli di pasaran yang belum
berlabel akan mengurangi biaya produksi. Dan berdasarkan pengalamannya selama
berusahatani kedelai belum merasakan kegagalan dalam panen kedelai.” Asumsi
mereka walaupun bibit yang digunakan belum sesuai standart yang ditentukan (Distan),
mereka masih mendapatkan hasil panen yang mereka anggap sudah cukup.
Rata-rata penggunaan bibit pada usahatani kedelai di daerah peneltian untuk lahan
tegal sebanyak 10.333 kg, dengan harga bibit kedelai sebesar Rp 6.000,-/kg. Sehingga
rata-rata jumlah biaya bibit yang dikeluarkan petani responden adalah Rp 61.996,000
,-/luas garapan. Sedangkan usahatani kedelai pada lahan sawah jumlah bibit yang
digunakan rata-rata sebesar 12.8571 kg dengan harga Rp .6000,-/kg, sehingga rata-rata
biaya bibit sebesar Rp 77.142,600 ,-/luas garapan.
(2) Pupuk
Dari hasil penelitian ternyata semua responden menggunakan pupuk An-organik
atau kimia dan pupuk organic (kompos/kandang). Namun jika dilihat dari jumlah pupuk
yang digunakan anatara An-organik dan organic perbandingannya cukup besar, baik pada
responden lahan tegal maupun sawah. Dimana penggunaan jumlah pupuk organic lebih
banyak dibanding penggunaan pupuk An-organik. Rata-rata penggunaan pupuk an-
organik pada responden lahan sawah adalah 8.6571 kg dengan rata-rata biaya
Rp17.314,200 -/luasan lahan dan pupuk organic rata-rata sebesar 88.8571 kg dengan rata-
rata biaya Rp 44.428,550,-/luasan lahan, dan pada responden di lahan tegal penggunaan
pupuk An-organik 6.3703 rata-rata kg dengan rata-rata biaya Rp 12.740,600,-/luasan
lahan. Sedangkan penggunaan pupuk organic pada responden di lahan tegal adalah
139,2592 kg dengan biaya rata-rata Rp 69.629,600,-/luasan lahan.
(3) Obat-obatan
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai di daerah penelitian
secara umum adalah penghisap polong, ulat grayak dan penggerek polong. Untuk
memberantasnya responden di daerah penelitian dengan menggunakan Furadan, dan
Arivo, dengan cara disemprotkan. Rata-rata obat-obatan yang digunakan oleh petani
responden kedelai di lahan tegal adalah 1,0 lt dengan rata-rata biaya sebesar 14.500,-/
luasan lahan, sedangkan pada responden di lahan sawah rata-rata 1,1 lt dengan biaya
rata-rata sebesar Rp 15.950,500,-/luasan lahan. Rendahnya biaya obat-obatan yang
digunakan ini tidak lepas dari pemahaman petani responden akan bahayanya oabt-obatan
kimia yang berlebihan terhadap kesehatannya dan lingkangannya.
16
(4) Tenagakerja
Tenagakerja yang digunakan oleh responden selain menggunakan tenagakerja
dalam keluarga juga dari luar keluarga. Tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian,
yaitu tenagakerja pria sebesar Rp 25.000,-/HOK dan tenagakerja wanita sebesar Rp
20.000,-/HOK. Kegiatan dalam usahatani kedelai meliputi pengolahan lahan, penanaman,
pemupukan, penyemprotan, penyiangan dan pemanenan. Penggunaan tenagakerja yang
digunakan dalam berusahatani kedelai di daerah penelitian untuk lahan tegal rata-rata
tenagakerja pria 12,0370/HOK dengan biaya rata-rata Rp 300.925,000,-/luasan lahan dan
tenagakerja wanita rata-rata 8,8518/HOK dengan biaya rata-rata Rp 177.036,000,-/luasan
lahan. Sedangkan untuk responden lahan sawah tenagakerja pria rata-rata 20,4285/HOK
dengan biaya rata-rata Rp 510.712,500,-/luasan lahan, dan tenagakerja wanita rata-rata
9,11 HOK dengan besarnya biaya rata-rata Rp 188.571,000,-/luasan lahan.
(5) Penerimaan
Produksi kedelai yang dihasilkan oleh petani responden kedelai di Kecamatan
Sukorejo adalah hasil kedelai selama satu kali musim tanam. Di daerah penelitian rata-
rata produksi kedelai pada usahatani kedelai di lahan sawah adalah 386,7142kg dengan
tingkat harga di pasar Rp 6000,-/kg sehingga rata-rata penerimaan petani responden
adalah sebesar Rp 2.320.285,-/luasan lahan. Sedangkan pada usahatani kedelai di lahan
tegal rata-rata produksi kedelai yang diperoleh adalah 205,1851 kg dengan tingkat harga
jual di pasaran Rp 6000,-/kg, sehingga rata-rata penerimaan petani kedelai di lahan tegal
adalah Rp 1.231.110,.
(6) Efisiensi
Efisiensi usahatani kedelai yang diperoleh pada petani dari : besarnya penerimaan
yang diperoleh dibagi dengan biaya total yang dikeluarkan untuk proses produksi. Pada
usahatani kedelai di lahan tegal diperoleh tingkat efisiensi atau R/C ratio = 1,82 dan pada
usahatani kedelai lahan sawah sebesar R/C ratio = 2,52 . Dari hasil tersebut dapat
disimpulakan bahwa usahatani kedelai di daerah penelitian sama-sama menguntungkan,
akan tetapi pada lahan sawah lebih menguntungkan disbanding pada lahan tegal.
Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Kedelai Lahan Tegal
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo MH 1 (MT Nop’10-Jan’11)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std.Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.349 1.104 3.033 0.007
Luas Lahan -.037 .158 -.051 -.234 0.818
Bibit .078 .191 .098 .409 0.687
Pupuk a-organik -.200 .204 -.156 -.978 0.340
Pupuk organic .377 .160 .596 2.355 0.029*
TK Pria .155 .086 .301 1.815 0.085
TK Wanita .299 .187 .303 1.595 0.127
Obat-obatan -.211 .139 -.262 -1.513 0.147
17
Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Kedelai Lahan Sawah di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo MH 1(MTNop’1-Jan’11)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std.Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.663 .652 7.152 .000
Luas Lahan .469 .100 .504 4.683 .000*
Bibit .268 .106 -.039 2.533 .017*
Pupuk a-organik -.080 .102 -.079 -.785 .439
Pupuk organic -.100 .070 -.065 -1.419 .167
Obat-obatan -.067 .059 .065 -1.135 .266
Tenaga kerja Pria .385 .117 .312 3.293 .003*
Tenagakerja .233 .090 .180 2.579 .016*
Wanita
a. Dependent Variable: Ln Y ( produksi kedelai)
Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis fungsi Cobb-Douglas dengan
menggunakan program SPSS 16 untuk usahatani lahan sawah adalah sebagai berikut :
Y= 4.663+ 0.469x1+0.268x2-0.080x3-0.100x4-0.067x5+0.385x6+0.233x7 U
Dari hasil pengujian model fungsi Cobb-Douglas yang dipakai diperoleh F hitung > F table
dengan selang kepercayaan 95 % ( α = 0,05), maka Ha diterima. Berarti ada pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama dari semua variable bebas terhadap variable tidak
bebas, sehingga model tersebut dapat dipergunakan untuk menjelaskan pengaruh-
pengaruh factor produksi luas lahan, bibit, pupuk an-organic, pupuk organic, obat-obatan,
tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita secara integrated terhadap produksi
Hasil analisis pada Tabel 14 diatas, secara parsial dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
18
(2) Bibit
Untuk variable bibit diperoleh koefisien regresi 0.268, koefisien ini secara statistic
nyata pada tingkat kepercayaan 95%, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung ( = 2.533) lebih
besar dari t table (= 2.031). Sehingga bisa diartikan bahwa penggunaan bibit berpengaruh
nyata dan positif terhadap produksi, yang artinya bahwa penambahan penggunaan bibit
akan diikuti dengan peningkatan jumlah produksi, sebaliknya jika jumlah penggunaan bibit
dikurangi maka jumlah produksi juga akan berkurang.
Tabel 15. Hasil Analisis Efisiensi Penggunaan Input Untuk Optimasi Pendapatan
Usahatani Kedelai Lahan Tegal Sawah MH 1 (MT Nop’10-Jan’11)
Dari hasil analisis efisiensi Penggunaan input pada usahatani kedelai lahan tegal
dan sawah (NPM/Pxi) ternyata menunjukkan nilai NPM/Pxi > 1, berarti bahwa di lahan
tegal secara ekonomi alokasi faktor produksi belum berada pada tingkat optimum,
artinya jika penggunaan faktor produksi ditambah, maka penambahan output total yang
dihasilkan akan lebih besar dari penambahan faktor produksi itu sendiri, sehingga upaya
untuk optimasi pendapatan usahatani kedelai lahan sawah masih dapat dilakukan
dengan penggunaan factor produksi (input) yang efisien dan disesuaikan dengan kondisi
lahan dan tanaman.
a. Lahan Sawah
Kondisi lahan sawah di daerah penelitian dengan irigasi teknis. Penyiapan lahan
tanah sawah bekas tanaman padi tidak diolah (tanpa olah tanah = TOT). Setelah
panen padi, jerami dibiarkan karena jerami dapat digunakan sebagai mulsa dan mulsa
sangat berguna menjaga kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma.
Kemudian dibuat saluran drainase/irigasi dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm,
jarak antar jsaluran 2-5 cm. Saluran ini berfungsi untuk pengaturan air, sehingga
kebutuhan air akan terpenuhi. Dengan kondisi tanah sawah yang subur dan kondisi air
yang bisa diatur sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman kedelai maka
pertumbuhan akan baik sehingga produksi yang dicapai juga akan baik dan keuntungan
yuang dicapai juga akan baik dibanding usahatani kedelai di lahan tegal.
b. Lahan Tegal
Pada umumnya budidaya kedelai lahan tegal di daerah penelitian cara pengolahan
tanahnya masih sangat minim yaitu hanya dengan dicangkul, kondisi air untuk
pengairan sangat tergantung pada air hujan, sehingga pada musim kemarau
kemungkinan terjadi kekeringan sangat besar, hal ini menyebabkan ketersediaan air
dalam tanah tidak cukup atau tidak dapat diserap dengan baik oleh tanaman, dan
berakibat pada pertumbuhan tanaman kedelai tidak dapat maksimal, dan pada musim
hujan terjadi kelebihan air sehingga tanaman banyak yang busuk. Tanaman kedelai
lahan tegal juga rentan terhadap serangan hama penyakit sehingga akan mengurangi
jumlah produksi kedelai.
air hujan. Kondisi lahan seperti di daerah penelitian memungkinkan untuk tanaman
kedelai, Karena tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan
jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda. Kedelai tidak
menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan
pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh
dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar..”
2. Aspek Ekonomi
Secara ekonomi usahatani kedelai di kecamatan Sukorejo menguntungkan, hal ini
terbukti dari hasil analisis RC ratio bahwa usahatani kedelai baik lahan sawah maupun
lahan tegal sama-sama memperoleh nilai RC >1, yang berarti usahatani kedelai
menguntungkan. Secara umum petani mengatakan bahwa tanaman kedelai mampu
memberikan tambahan pendapatan, karena selain budidaya tanaman kedelai yang
mudah juga tidak memerlukan biaya yang besar seperti komoditas lainnya dalam
penegelolaan usahataninya. Tanaman kedelai selain dapat ditanam secara
monokultur juga dapat ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain.
3. Aspek Sosial
Tanaman kedelai di kecamatan Sukorejo sudah ditanam sejak puluhan tahun lalu
dan secara turun-temurun. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan
responden yang mengatakan bahwa rata-rata pengalaman berusahatani kedelai
mereka diatas 25 tahun. Namun secara umum keberadaan kedelai di Kecamatan
Sukorejo sudah lebih dari 50 tahun lalu. Keberadaan kedelai juga terbukti dengan
diakuinya kedelai varietas lokal Ponorogo gepak kuning dan gepak ijo yang telah lama
dibudidayakan masyarakat mendapat pengakuan standar nasional dari Departemen
Pertanian sebagai produk unggulan lokal asli yang telah mendapatkan sertifikat
pendaftaran varietas lokal Nomor 64/PV/2008 tanggal 9 Desember 2008 (kedelai
varietas Gepak Kuning) dan Nomor 63/PV/2008 tanggal 9 Desember 2008 (kedelai
varietas Gepak Ijo).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
__________, 2010. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur, No. 40/07/35/Th.VIII,
01 Juli 2010
Atman, 2009. Budidaya Kedelai lahan sawah di Sumatra Barat. Jurnal Ilmiah Tambua,
Vol. VIII, No.1, Januari-April 2009: 39-45 hlm. ISSN 1412-5838
Atman. 2006b. Pengembangan kedelai pada lahan sawah di Sumatera Barat. Jurnal
lmiah Tambua Universitas Mahaputra Muhammad Yamin. Vol. V, No. 3
September-Desember 2006;hlm 288-296. ISSN 1412-5838
Atman, 2009. Budidaya Kedelai lahan sawah di Sumatra Barat. Jurnal Ilmiah
Tambua VIII (1): 39 - 45. ISSN 1412-5838
Atman. 2006b. Pengembangan kedelai pada lahan sawah di Sumatera Barat. Jurnal
lmiah Tambua Universitas Mahaputra Muhammad Yamin. V (3):
288-296. ISSN 1412-5838
Gonzales, L.A. , F. Kasryno, N.D. Perez and M.W. Rosegrant. 1993. Economic
Incentives and Comparative Advantage in Indonesian Food Crop
Production. Reseacrh Report 93. Int. Food Polycy. Resch. Inst.
Washinton.DC.
Ghozali, I. 2009. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi SPSS 17. Penerbit
Universitas Diponegoro. ISBN 978-979-704-761-0.
Nielsen, D.C. and N.O.Nelson, 1998. Black bean sensitivity to water stress at
various growth stages. Crop Sci. 38.
_________, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian – Teori dan Aplikasi, PT.
Raja Grafindo, Jakarta.
Sri Widodo, 1986. Total Productivity and Frontier Production, Agro Ekonomi.
BPFE UGM, Yogyakarta
Subandi. 2007. Lima strategi pengembangan kedelai. Koran Sinar Tani Edisi 30
Mei-5Juni 2007.
SK Mentan : 537/Kpts/TP.240/10/2001
Tinggi tanaman : 64 – 68 cm
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M., Susanto, DarmanM.A., dan
M. Muchlish Adie.
Share this:
Berkah Nandur
Benih Berkualitas
aef
Permalink
Tanya harga kedelai anjasmoro
Reply
Reply
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
28
Comment
Name *
Email *
Website
KATEGORI
Alat Pertanian
Benih Kedelai
Benih Padi
Buku Pertanian Rekomendasi
Hormon Tanaman
Info Pertanian
Pupuk dan Mikrobia Hayati
Artikel Populer
Produk
Benih Padi Inpari 42 (BARU)
BerkahNandurID
Padi Kalijaga (BARU)
Jual Benih Padi Kalimasada
Benih Padi Pringgondani (Mh 3078) Umur Pendek Tahan Wereng
29
Jual Benih Kedelai Anjasmoro Bersertifikat
Benih Padi M400 Benih Terbaru Tahan Wereng
Jual Benih Padi Hibrida Mapan 05
Jual Benih Padi Black Madras (Padi Ornamental) Daun Ungu
Terbaru