ABSTRACT
In order to achieve self-sufficiency in soybeans, one of the efforts made is to increase soybean production
and productivity. So that a study is needed that aims to analyze the factors that affect the productivity of
soybean farming. This research was conducted in Tasikmalaya Regency which was determined by
purposive sampling. Specifically, the research location is in two districts, namely Pancatengah District and
Jamanis District, with consideration of representing two different agro-ecosystems (lowlands and
highlands). This research uses a survey method. Analysis approach with multiple linear regression. The
results showed that the factors that simultaneously affected the productivity of soybean farming were
experience, number of family dependents, education, motivation, and land/agro-ecosystem conditions.
While the factors that partially influence, among others: experience, motivation, and condition of the
land/agro-ecosystem. The factors that do not influence partially are the number of family dependents and
education.
ABSTRAK
Dalam rangka pencapaian swasembada kedelai, salah satu upaya yang dilakukan yaitu meningkatkan
produksi dan produktivitas kedelai. Sehingga diperlukan kajian yang bertujuan untuk menganalisis factor
factor yang mempengaruhi produktivitas usahatani kedelai. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Tasikmalaya yang ditentukan secara purposive sampling. Secara spesifik lokasi penelitian berada di dua
kecamatan yaitu Kecamatan Pancatengah dan Kecamatan Jamanis, dengan pertimbangan mewakili dua
agroekosistem yang berbeda (dataran rendah dan dataran tinggi). Penelitian ini menggunakan metode
survey. Pendekatan analisis dengan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
faktor yang berpengaruh secara simultan terhadap produktivitas usahatani kedelai adalah pengalaman,
jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi dan kondisi lahan/ agroekosistem. Sedangkan faktor-
faktor yang berpengaruh secara parsial, antara lain : pengalaman, motivasi dan kondisi lahan/agroekosistem.
Faktor-faktor yang tidak pengaruh secara parsial adalah jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan.
Content from this work may be used under the terms of theCreative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International. Any further distributionof this work must maintain attribution to the author(s) and the
title of the work, journal citation and DOI.
Published under Research and Social Study Institute
Journal of Agriculture and Social Development
Vol. 1 (1): 30-36, 2022
PENDAHULUAN
Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis, yaitu sebagai pemenuhan bahan makanan
maupun sebagai bahan baku untuk industry pangan olahan. Sehingga kebutuhan atau permintaan
terhadap komoditas kedelai sangat tinggi. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka
kebutuhan dan permintaan untuk komoditas kedelai juga mengalami peningkatan. Denga kondisi
ini, maka Indonesia selalu menghadapi kekurangan kedelai, sehingga membuat Indonesia sangat
tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2016).
Pemerintah berupaya mengatasi masalah ini, dengan mendorong peningkatan produksi kedelai,
dengan mengembangkan komoditas kedelai melalui program PAJALE. Tujuan dari program ini
tercapainya swasembada pangan, yaitu komoditas, padi, jagung, dan kedelai. Dalam rangka
pencapaian swasembada kedelai, perlu dilakukan strategi atau cara cara untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan produksi kedelai. Alternatif yang dapat dilakukan untuk peningkatan produksi kedelai,
antara lain : (1) peningkatan luas panen, (2) peningkatan produktivitas, dan (3) penekanan
kehilangan hasil panen. Dalam mendorong peningkatan kedelai, masih perlu dilakukan kajian
terhadap alternative alternative mana yang masih memungkinkan untuk dilakukan. Sehingga
diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dan program untuk
peningkatan produksi (Suhartini, 2018).
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki kontribusi terbesar ketiga
setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk memasok kebutuhan kedelai nasional. Namun melihat
perkembangan produktivitas di Jawa Barat mengalamim penurunan, bahkan pada tahun 2019
pernah menunjukkan tingkat pertumbuhan -4,27 persen. Rincian kontribusi wilayah dalam produksi
kedelai di Jawa Barat disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1.
Kontribusi Wilayah yang berkontribusi dalam produksi kedelai di Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan Gambar 1 ditunjukkan bahwa terdapat beberapa wilayah sentra komoditas kedelai
antara lain : Kabupaten Garut, Cianjur, Bandung Barat, Sukabumi, dan Tasikmalaya dengan total
kontribusi sebesar 81,39%. kontribusi produksi terbesar di Provinsi Jawa Barat adalah kabupaten
Garut, sedangkan Kabupaten Tasikmalaya menduduki peringkat ke enam dengan kontribusi sebesar
10,66 persen. (Musyafak, 2020). Rendahnya kontribusi dari Kabupaten Tasikmalaya disebabkan
oleh beberapa kondisi antara lain, : luas panen dan produksinya masih rendah, serta
produktivitasnya tidak terlalu tinggi. Sehingga membutuhkan usaha yang lebih keras dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas kedela (Puspitasari et al., 2019). Rendahnya harga jual di
tingakt petani, hal ini menjadi penyebab terhambatnya pengembangan kedelai local. Aspek yang
cukup signifikan yaitu iklim dan kondisi lahan. Sehingga yang menjadi penyebabkan rendahnya
produktivitas dapat dikategorikan menjadi dau aspek yaitu internal dan eksternal. Secara internal
dapat dilihat aspek social yang mencakup karakteristik petani dan manajemen. Karena petani
sebagai pelaku dalam kegiatan usahataninya (Nowak & Kijek, 2016). Sehingga yang menjadi
indicator kinerja dalam kegiatan usahatani adalah tingkat efisiensi atau produktivitasnya.
Produktivitas merupakan perbandingan antara jumlah output dengan input yang dipergunakan
dalam produksi atau kegiatan usahatani. Produktivitas dipengaruhi oleh jumlah tanggungan
31
Journal of Agriculture and Social Development
Vol. 1 (1): 30-36, 2022
keluarga, pendidikan, luas lahan, sarana produksi, tenaga kerja, jenis kelain, umur, pengalaman,
peran kegiatan penyuluhan, pengembangan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur,
kebijakan harga dan cuaca (Agus, 2017); (Purnamasari et al., 2017); (Mustikawati et al., 2018);
(Nowak & Kijek, 2016). sehingga perlu dikaji tentang factor factor yang berpengaruh terhadap
produktivitas. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu memasukkan variable kondisi lahan
lahan dan motivasi dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis fakto factor yang mempegnaruh produktivitas usahatni kedelai diKabupaten
Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakankan metode survey. Lokasi penelitian ditentukan yaitu Kabupaten
Tasikmalaya, dengan teknik purposive sampling. Dasar pertimbangannya karena merupakan salah
satu wilayah yang berkontribusi terhadap produksi kedelai di Jawa Barat. Sampel lokasi dipilih
secara purposive sampling berdasarkan purposive sampling yaitu dua kecamatan yaitu Kecamatan
Pancatengah dan Kecamatan Jamanis, dengan pertimbangan mewakili dua agroekosistem yang
berbeda (dataran rendah dan dataran tinggi).
Populasi yang berada di Kecamatan Jamanis sebesar 100 orang petani dan Kecamatan
Pancatengah sebesar 314 orang petani. Penentuan jumlah sampel dari dua lokasi dengan rumus
Solvin, dengan nilai kritis sebesar 10 persen. Sehingga didapatkan dari masing masing kecamatan
tersebut sebesar 50 orang dan 76 orang. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis factor
factor yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah regresi linier berganda. Model persamaan
yang diajukan dalam penelitian ini :
Karakteristik Responden
Sebagian besar petani responden berumur 38 – 48 tahun yaitu 50 persen berada dalam usia
produktif, sedangkan sisanya terdiri 11 orang atau 14 persen pada rentang umur 26 - 37 tahun, 17
persen sebanyak 13 orang pada rentang umur 38 - 49 dan Sedangkan umur 49 - 58 tahun sebanyak
14 orang atau 18 persen. Sebagian besar pendidikan responden adalah tamatan Sekolah Dasar (SD)
yaitu berjumlah 54 orang atau 74 persen, sisanya pendidikan tamat SMP yaitu 16 orang atau 21
persen, dan tamat SMA sebanyak 4 orang atau 5 persen. petani kedelai didominasi oleh petani
dengan pendidikan rendah atau tamatan SD.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan petani
dengan berbagai pendidikan informal yaitu pelatihan dan kegiatan penyuluhan. Jumlah tanggungan
keluarga responden bervariasi antara 1 sampai dengan 5 orang. Petani memiliki tanggungan keluarga
sebesar 3 - 4 orang yaitu sebesar 67 persen. Petani dengan jumlah tanggungan keluarga 1-2 sebesar
22 persen dan sisanya jumlah tanggungan keluarga 5-6 sebesar 11 persen, sehingga didominasi
oleh petani dengan jumlah tanggungan 3-4 orang. Pengalaman usahatani kedelai pada rentang 4
tahun sampai 12 tahun. Pengalaman petani dalam usahatani kedelai di didominasi 4 -7 tahun
32
Journal of Agriculture and Social Development
Vol. 1 (1): 30-36, 2022
sebesar 78 persen, 8-9 tahun sebesar 12 persen dan sisanya sebesar 11 persen dengan pengalaman
antara 10 -12 tahun. Dengan demikian, sebagian besar responden dapat dikategorikan kurang
memiliki pengalaman dibandingkan mereka yang telah berpengalaman sampai 12 tahun.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda pada Faktor –faktor yang diduga Berpengaruh
terhdap Produktivitas Usahatani Kedelai (2021)
Berdasarkan dari Tabel 1, maka didapatkan bahwa nilai F statistic adalah 15065,74, dengan
nilai probabilitasnya adalah 0,00000. Berdasarkan pada kriteria pengambilan keputusannya, maka
dijelaskan bahwa nilai probabilitasnya dari F-statistic yaitu sebesar 0,00000 adalah jauh lebih kecil
dari derajat signifikannya yaitu 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Sedangkan untuk nilai F-statistic yaitu 15065,74 lebih besar dari nilai F tabelnya. Hal ini
memberikan arti bahwa seluruh variabel bebas (tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani,
pendidikan, motivasi petani dan kondisi lahan/agroekosistem) yang ada didalam model secara
bersama sama mempengaruhi terhadap variabel terikatnya yaitu produktivitas.
Untuk nilai R squared adalah sebesar 99,84 persen. Hal ini memberikan arti bahwa variabel
produktivitas usahatani kedelai petani kedelai dapat dijelaskan sebesar 99,84 persen oleh variabel
variabel yang ada didalam model yaitu tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, pendidikan,
motivasi petani dan kondisi lahan/agroekosistem, dan sisanya 0,6 persen dijelaskan oleh variabel
bebas yang berada di luar model. Dari penelitian lain didapatkan bahwa variabel variabel tersebut
antara lain : jenis irigasi (Sharma & Dupare, 2016),
33
Journal of Agriculture and Social Development
Vol. 1 (1): 30-36, 2022
Berdasarkan Tabel 1, didapatkan model persamaan Regresi Linier Berganda dapat ditunjukkan
dibawah ini :
34
Journal of Agriculture and Social Development
Vol. 1 (1): 30-36, 2022
meningkatkan produktivitas sebesar 0,18 satuan, dengan syarat bahwa variabel lain dianggap tetap.
Nilai ini sangat kecil, sehingga memungkinkan variabel ini tidak berkontribusi terhadap nilai
produktivitas kedelai.
Pendidikan petani tidak berpengaruh signifikan pada produktivitas kedelai. Hal ini dikarenakan
usahatani ini sudah lama dilakukan (sesuai dengan hasil analsisi sebelumnya) dan pengelolaan
usahatani ini sudah dilakukan secara turun temurun dari orang tua mereka. Sehingga pengelolaan
usahatani ini diperoleh dari orang tuanya. Selain itu, banyak sekolah informal dan pelatihan
pelatihan yang diberikan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia
di bidang pertanian, khususnya petani kedelai. Seiring dengan target untuk swasembada kedelai,
sehingga tidak ada ketergantungan pada kedelai import. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian (Tahir, A. G., Darwanto, D. H., Mulyo, J. H., 2010), yang menyatakan bahwa pendidikan
tidak berpengaruh terhadap produksi kedelai.
35
Journal of Agriculture and Social Development
Vol. 1 (1): 30-36, 2022
dataran medium umur panen lebih cepat dibandingkan dengan kedelai yang ditanam di dataran
tinggi (Sumadi et al., 2018).
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka ddapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang berpengaruh secara
simultan terhadap produktivitas usahatani kedelai adalah pengalaman, jumlah tanggungan keluarga,
pendidikan, motivasi dan kondisi lahan/ agroekosistem. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh
secara parsial terhadap produktivitas usahatani kedelai, antara lain : pengalaman, motivasi dan
kondisi lahan/agroekosistem. Sedang faktor-faktor yang tidak pengaruh secara parsial adalah jumlah
tanggungan keluarga dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Y. (2017). Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi
Lahan Rawa di Kabupaten Ciamis. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis
IV, 53(9), 1689–1699.
Mustikawati, D. R., Mulyanti, N., & Arief, R. W. (2018). Productivity of Soybean on Different
Agroecosystems. International Journal of Environment, Agriculture and Biotechnology,
3(4), 1154–1159. https://doi.org/10.22161/ijeab/3.4.1
Musyafak, A. (2020). Outlook Kedelai Tahun 2020. In Pusat Data dan Informasi Pertanian
Sekretaris Jendral Kementrian Pertanian 2020.
Nowak, A., & Kijek, T. (2016). The effect of human capital on labour productivity of farms in
Poland. Studies in Agricultural Economics, 118(1), 16–21. https://doi.org/10.7896/j.1606
Purnamasari, F., Waluyati, L. R., & Masyhuri, M. (2017). The Effect of Good Agriculture Practices
(GAP) on Soybean Productivity with Cobb-Douglas Production Function Analysis in Kulon
Progo Regency. Agro Ekonomi, 28(2), 220. https://doi.org/10.22146/jae.26823
Puspitasari, D. R., Nuraini, A., & Sumadi. (2019). PASPALUM : Jurnal Ilmiah Pertanian. Potensi
Peningkatan Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Kedelai Di Jawa Barat, 7(2), 24–33.
Sharma, P., & Dupare, B. U. (2016). Total Factor Productivity Growth and Returns from Research
Investment on Soybean in India. Agricultural Economics Research Review, 29(1), 41.
https://doi.org/10.5958/0974-0279.2016.00017.3
Suhartini, S. H. (2018). Analisis Sumber-Sumber Pertumbuhan Produksi Kedelai. Analisis
Kebijakan Pertanian, 16(2), 89. https://doi.org/10.21082/akp.v16n2.2018.89-109
Sumadi, S., Kadapi, M., Nuraeni, A., Wicaksana, N., Rachmadi, M., & Rodiah, S. (2018). Hasil
benih empat kultivar kedelai yang ditanam di dataran medium dan dataran tinggi. Kultivasi,
16(3), 502–506. https://doi.org/10.24198/kultivasi.v16i3.13224
Tahir, A. G., Darwanto, D. H., Mulyo, J. H., & J. (2010). Production Efficiency Analysis of Soybean
Farming System in South Sulawesi. Agro Ekonomi, 28(2), 133–151.
Taufiq, A., & Sundari, T. (2012). Respons Tanaman Kedelai terhadap Lingkungan Tumbuh. Buletin
Palawija, 23, 13–26.
Zakaria, A. K. (2016). Kebijakan Pengembangan Budi Daya Kedelai Menuju Swasembada melalui
Partisipasi Petani. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(3), 259.
https://doi.org/10.21082/akp.v8n3.2010.259-272
36