Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR HASIL KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN


SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
MOTIVASI PETANI DALAM PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADA
TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI DESA SUKAGALIH KECAMATAN
JONGGOL KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT*)
Oleh
: Fatnurrahman Fitrah Anuar**)
Pembimbing : 1. Dr. Sugeng Widodo, M.Ed
2. Dr. Tri Ratna Saridewi, S.Pi., M.Si
ABSTRAK
Sistem tanam jajar legowo di desa Sukagalih telah didiseminasikan melalui kegiatan SlPTT tahun 2014. Namun pada RKTP tahun 2015 tercantum permasalahan kurangnya
kesadaran petani dalam penerapan jajar legowo, selain itu berdasarkan pengamatan di
lapangan saat survei lokasi masih banyak ditemui petani menerapkan pola tanam
konvensional (tanpa caplak). Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tingkat motivasi petani, menganalisis faktor-faktor yang menghambat
motivasi petani dan mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap indikator motivasi. Metode
yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif dengan responden dari 3 kelompok
tani yang pernah mengikuti kegiatan SL-PTT tahun 2014. Setelah pelaksanaan di lapangan
dapat simpulkan bahwa tingkat motivasi petani dari dua indikator berada pada kategori
tinggi, indikator kebutuhan dengan nilai 3,12 dan indikator dorongan dengan nilai 3,02.
Namun jika dilihat berdasarkan parameternya maka nilai terendah ada pada parameter
peningkatan profesionalisme sehingga perlu ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan, lalu
dievaluasi perubahan perilakunya sehingga terjadi peningkatan nilai dari kategori sedang
(65,54%) menjadi tinggi (74,93%). Motivasi petani dalam penerapan jajar legowo selain
dipengaruhi oleh jabatan dalam kelompok juga dipengaruhi oleh status kepemilikan lahan
dan luas lahan garapan.
Kata kunci : Sistem tanam jajar legowo, Motivasi petani
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Sukagalih berada di kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor merupakan salah satu
desa yang berpotensi untuk pengembangan pertanian khususnya padi sawah. Berdasarkan
Programa desa Sukagalih tahun 2015, desa Sukagalih berada pada ketinggian tempat 110
mdpl dengan curah hujan rata-rata 498 mm/tahun, suhu rata-rata minimum 28 oC dan
maksimum 34oC. Jenis tanah sebagian besar tanah endapan/aluvial dengan tingkat
kesuburan sedang. Luas wilayah desa Sukagalih 477 ha sebagian besar wilayahnya terdiri
dari lahan sawah seluas 227 ha (48%) terbagi atas 110 ha (23%) sawah pengairan semi
teknis dan 117 ha (25%) pengairan pedesaan.
Produksi padi desa Sukagalih pada tahun 2014 sebanyak 2.717 ton dengan
produktivitas rata-rata 6,4 ton/ha, produktivitas ini masih dibawah produktivitas rata-rata
kecamatan Jonggol yaitu 6,5 ton/ha (BPS, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa budidaya padi
di desa Sukagalih masih perlu ditingkatkan. Pada masa sekarang peningkatan produksi
melalui perluasan areal tanam khususnya di desa Sukagalih sulit untuk dilakukan sebab
terbatasnya lahan yang dimiliki. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan
produksi, diantaranya melalui pemeliharaan tanaman secara intensif (Watemin dan
Sulistyani, 2012). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam kegiatan intensifikasi
produksi yaitu melalui program SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu).
Program kegiatan SL-PTT telah dilaksanakan diseluruh Indonesia melalui wilayah kerja UPT
Dinas Pertanian dan BP3K Kecamatan termasuk di desa Sukagalih.
Salah satu tolok ukur keberhasilan kegiatan SL-PTT adalah dilanjutkannya penerapan
komponen teknologi yang telah diajarkan. Salah satu komponen yang dijadikan program
unggulan dalam meningkatkan produksi adalah sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam
jajar legowo adalah peningkatan produksi padi melalui pengaturan populasi jarak tanam

dengan menyerupai tanaman pinggir, hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun padi
yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5 - 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan produksi
rumpun padi yang berada di bagian dalam (BPTP NTB, 2000). Namun didalam RKTP
(Rencana Kerja Tahunan Penyuluh) desa Sukagalih tahun 2015 tercantum permasalahan
mengenai kurangnya kesadaran petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo dan
berdasarkan hasil survei di lapangan masih banyak petani yang menanam padi dengan pola
tanam konvensional (tanpa caplak).
Salah satu faktor yang memengaruhi petani dalam menerapkan teknologi yaitu perilaku
manusia. Manusia dalam berperilaku didorong oleh serangkaian kebutuhan, dan kebutuhan
*) Disampaikan dalam seminar hasil Penugasan Akhir tanggal 10 Mei 2016
seseorang
berbeda
dengan
kebutuhan
orang Pertanian
lain. Kebutuhan ini dipengaruhi oleh beberapa
**)
Mahasiswa
STPP Bogor,
Jurusan
Penyuluhan
pernyataan dalam diri (internal state) yang menyebabkan seseorang itu berbuat untuk
mencapainya sebagai suatu obyek atau hasil (Thoha, 1983). Kemauan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan dipengaruhi oleh dorongan-dorongan (Thoha, 1983). Dorongan
tersebut menimbulkan adanya motivasi (Newman and Newam, 1979 dalam Mardikanto,
1993). Begitupun dengan penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo ini, walaupun
sudah didiseminasikan dalam kegiatan SL-PTT, akan tetapi penerapan teknologi tersebut
masih rendah sehingga perlu rasanya dilakukan pengkajian mengenai motivasi petani dalam
kegiatan budidaya padi, khususnya dalam penerapan jajar legowo.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo pada
tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Sukagalih ?
2. Faktor-faktor apa yang menghambat motivasi petani dalam penerapan sistem jajar
legowo pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Sukagalih ?
3. Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap indikator motivasi petani di Desa
Sukagalih ?
Tujuan
1. Menganalisis tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo pada
tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Sukagalih.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat motivasi petani penerapan dalam
sistem jajar legowo pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Sukagalih.
3. Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap indikator motivasi petani di Desa Sukagalih.
Manfaat
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang motivasi petani
dalam penerapan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi sawah (Oryza sativa
L.).
2. Bagi petani, dapat memberikan motivasi dalam meningkatkan penerapan sistem tanam
jajar legowo padi sawah (Oryza sativa L.).
3. Bagi penyuluh pertanian dan pemerintah, menjadi bahan masukkan dalam membina
petani agar lebih efektif dan mampu menerapkan teknologi sistem tanam jajar legowo
padi sawah (Oryza sativa L.).
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengkajian telah dilaksanakan pada 7 Maret hingga 30 April 2016 di desa
Sukagalih, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor. Sampel kajian merupakan petani yang
tergabung dalam kelompok tani yang pernah mengikuti kegiatan SL-PTT pada tahun 2014,
terdiri dari 3 kelompok tani yaitu Saluyu 20 orang, Mekargalih Jaya 20 orang dan Albasiah
Sukagalih 20 orang. Pemilihan responden menggunakan teknik accidental sampling yaitu
setiap anggota kelompok tani yang ditemui secara tidak sengaja.

Sumber data dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara
dengan petani, penyuluh pertanian dan aparat desa sedangkan data sekunder diperoleh
dari profil desa Sukagalih, RKTP desa Sukagalih, UPT Dinas Pertanian Jonggol, Jurnal
penelitian online, Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber penyedia data sekunder
lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam pengkajian ini berupa kuesioner tertutup disertai data
isian karakteristik responden. Sebelum digunakan untuk pengkajian, diuji validitas dan
reliabilitasnya, sehingga diperoleh hasil Cronbachs Alpha sebesar 0,980.
Setelah kuesioner diisi oleh responden selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui tingkat motivasi, faktor-faktor yang menghambat motivasi dan pengaruh
penyuluhan terhadap indikator motivasi petani.
Tingkat Motivasi Petani
Untuk mengetahui tingkat motivasi petani, data hasil isian responden ditabulasi
selanjutnya disajikan jumlah skor jawaban masing-masing indikator motivasi dan
mengklasifikasikan data tersebut secara deskriptif. Pengukuran nilai statistik tingkat motivasi
petani dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:
1. Nilai setiap responden untuk masing-masing indikator motivasi diakumulasikan.
2. Untuk menentukan klasifikasi kategori nilai tinggi, sedang, dan rendah masing-masing
indikator motivasi menggunakan rumus sebagai berikut:

Selang nilai=

(Skor Maks x Pertanyaan)(Skor Min x Pertanyaan)


3

Selang nilai=

4 x 101 x 10 4010
=
=10
3
3

Tabel 1. Kategori nilai masing-masing indikator motivasi petani


N
o

Indikator
Ingin Tahu

Kategori
-

Kebutuhan

Hasil Belajar

Dorongan

Pelarian
Diri
Dari Rutinitas

Peningkatan
Profesionalism
e

Tin
ggi
Se
da
ng
Re
nd
ah
Tin
ggi
Se
da
ng
Re
nd
ah
Tin
ggi
Se
da
ng

- Rendah
- Tin
ggi
- Se
da

Kisaran Nilai
30-40
20-29
10-19

30-40
20-29
10-19

30-40
20-29
10-19

30-40
20-29
10-19

Perbaikan
Kesejahteraan

ng
- Rendah
- Tin
ggi
- Se
da
ng
- Rendah

30-40
20-29
10-19

Sumber: Data primer setelah diolah, 2016


3. Selanjutnya jumlah responden pada setiap kategori dipersentasekan berdasarkan
indikator motivasi
Faktor-faktor yang Menghambat Motivasi Petani
Pada setiap kelas interval dihitunug dan selanjutnya dipersentasekan sehingga indikator
yang perlu ditingkatkan dalam motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo
dan dipersentasekan untuk setiap kelas
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Indikator Motivasi Petani
Setiap kegiatan penyuluhan dimulai dengan pre-test dan diakhiri dengan post-test
dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan maupun
sikap) setiap responden. Hasil yang diperoleh selanjutnya dibandingkan untuk setiap
responden antara sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan penyuluhan dan dianalisis
secara deskriptif.

Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam kajian ini disajikan pada Gambar 1, berikut ini.
Sistem Tanam Jajar Legowo

Diseminasi melalui SL-PTT

Penyuluhan

Penerapan Oleh Petani

Tinggi

Rendah
Dorongan
Motivasi
Kebutuhan

Gambar 1. Kerangka berpikir motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Pengkajian
Desa Sukagalih berbatasan dengan desa Weninggalih di sebelah Utara, di sebelah
Timur berbatasan dengan desa Tegal Panjang, di sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Bendungan dan di sebelah Barat berbatasan dengan desa Sirnagalih. Jarak desa Sukagalih
dengan pusat pemerintahan kecamatan Jonggol kurang lebih 6 km. Akses jalan desa sudah
mulai terbuka sehingga distribusi sarana dan prasarana sudah menjangkau ke semua
wilayah desa.
Penduduk desa Sukagalih sampai dengan bulan Agustus 2015 berjumlah 3.904 jiwa
yang terdiri dari 1.986 jiwa laki-laki dan 1.918 jiwa perempuan dengan jumlah 1.260 kepala
keluarga (KK). Mayoritas mata pencaharian penduduk berada di bidang pertanian yaitu 823
KK (65%). Bangunan pendukung kegiatan pertanian ada irigasi semi teknis dan pengairan
pedesaan, 9 unit huller dan 3 unit bangunan kios saprotan.
Kelembagaan tani desa Sukagalih terdiri dari 1 gabungan kelompok tani (Gapoktan), 6
kelompok tani dan 1 kelompok Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A Mitra Cai), dengan
komoditas utama padi sawah dan sebagian kecil ada yang berusaha tani palawija, sayursayuran, peternakan serta perikanan.
Tenaga penyuluh di kecamatan jonggol terdiri dari 9 orang penyuluh pertanian dan 1
orang penyuluh kehutanan dengan jumlah wilayah binaan sebanyak 14 desa, diantaranya 5
orang penyuluh pertanian membina masing-masing 2 desa dan 4 orang lainnya membina
masing-masing 1 desa serta penyuluh kehutanan membina seluruh wilayah kecamatan
Jonggol.
Karakteristik Responden
Umur responden dalam pengkajian ini didominasi oleh rentang umur 41-50 tahun yaitu
sebanyak 23 orang (38,33%) dan paling sedikit ada pada rentang umur 20-30 tahun yaitu
sebanyak 2 orang (3,33%). Karakteristik responden berdasarkan umur cenderung lebih
banyak yang berusia 41 tahun keatas yaitu 61,66%, artinya kebanyakan responden menuju
usia non produktif. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) dalam Yuliarmi (2006), umumnya

petani yang berumur muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat
daripada petani tua. Petani muda lebih cepat menerima inovasi baru (kosmopolit = terbuka)
serta lebih berani menanggung resiko dibandingkan petani tua.
Responden berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 38 orang laki-laki (63,33%) dan 22
orang perempuan (36,67%). Berdasarkan pendidikan formal terdapat 24 orang (40,00%)
berpendidikan SD, 14 orang (23,33%) tidak tamat SD dan 22 orang (36,67%) berpendidikan
SLTP. Tingkat pendidikan responden termasuk dalam kategori rendah sebab pendidikan
<SD sebanyak 63,33%. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) dalam Yuliarmi (2006),
pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani selain itu menurut
Soekartawi (2005) dalam Arianda (2010) mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih
cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi.
Berdasarkan status kepemilikan lahan seluruh responden berstatus sebagai pemilik
lahan. Berdasarkan luas lahan garapan, kebanyakan responden memiliki lahan sempit yaitu
< 5000m2 (78,34%) dan sisanya memiliki luas lahan garapan > 5100m2 (21,66%).
Responden berdasarkan lama berusaha tani didominasi pada rentang waktu 16-30
tahun yaitu sebanyak 26 orang (43,33%) dan yang terendah pada rentang waktu <5 tahun
sebanyak 2 orang (3,33%). Pengalaman usaha tani responden secara keseluruhan
termasuk dalam kategori tinggi yaitu >16 tahun sebanyak 42 orang (70,00%) dan sisanya 18
orang petani dengan pengalaman berusaha tani <15 tahun (30,00%).
Berdasarkan pekerjaan sampingan kebanyakan responden bekerja disektor pertanian
(56,66%) seperti berkebun, bertani, beternak, serta buruh tani dan sebanyak 43,33%
bekerja diluar sektor pertanian seperti berdagang, buruh bangunan, dan pekerjaan diluar
sektor pertanian lainnya.
Tingkat Motivasi Petani
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dari dua indikator motivasi nilai rerata
tertinggi berada pada indikator kebutuhan dan terendah pada indikator dorongan. Nilai
setiap indikator tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis statistik deskriptif indikator motivasi
Indikator

Minimum

Maksimum

Rerata

Standar Deviasi

Kebutuhan

60

2,00

3,65

3,1292

,38359

Dorongan

60

1,87

3,50

3,0232

,35519

Valid N (listwise)

60

Sumber: Data primer setelah diolah, 2016


Keterangan
3,00-4,00
2,00-2,99
1,00-1,99

:
: Tinggi
: Sedang
: Rendah

Kedua indikator motivasi tersebut terbagi lagi dalam beberapa parameter yaitu pada
indikator kebutuhan terdiri dari dua parameter diantaranya ingin tahu dan hasil belajar, pada
indikator dorongan terdiri dari tiga parameter yaitu pelarian diri dari rutinitas, peningkatan
profesionalisme dan perbaikan kesejahteraan. Setelah dianalisis secara statistik deskriptif
parameter tertinggi berada pada ingin tahu dan terendah pada peningkatan profesionalisme.
Hasil analisis statistik parameter dari indikator motivasi tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis statistik deskriptif masing-masing parameter motivasi
Indikator
Kebutuhan
Dorongan

Parameter

Ingin Tahu
Hasil Belajar
Pelarian Diri Dari Rutinitas
Peningkatan Profesionalisme
Perbaikan Kesejahteraan
Valid N (listwise)

60
60
60
60
60
60

Minimu

Maksimu

Rerata

Standar Deviasi

m
3,00
1,00
1,90
1,50
2,20

m
3,60
3,80
3,70
3,20
3,70

3,3533
2,9050
3,2200
2,5933
3,2567

,13336
,72566
,43249
,40542
,30105

Sumber: Data primer setelah diolah, 2016


Faktor-faktor yang Menghambat Motivasi Petani
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang paling memengaruhi tingkat
motivasi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo selain jabatan dalam kelompok
adalah status kepemilikan lahan dan luas lahan garapan. Status kepemilikan lahan
memengaruhi penerapan jajar legowo karena keputusan penerapan teknologi pertanian
ditentukan oleh pemilik selain itu juga apabila ingin dicaplak yang bertugas mencaplak
adalah pemilik lahan sehingga apabila pemilik tidak memiliki caplak dan kurangnya
keterampilan dalam pencaplakan maka jajar legowo sulit untuk diterapkan sebab penggarap
hanya bertugas menanam, menyiang, memupuk dan memanen. Selain status kepemilikan
lahan, responden akan menerapkan jajar legowo jika lahan yang digarap luas, sedangkan
dilahan yang sempit responden masih merasa rugi karena adanya bagian kosong yang tidak
ditanami sehingga jarang ada responden yang menerapkan dilahan sempit.
Rancangan dan Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan
1. Rancangan Kegiatan Penyuluhan Hasil Kajian
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif masing-masing parameter diperoleh nilai
terendah pada parameter peningkatan profesionalisme. Berdasarkan hal tersebut maka
disusunlah materi penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap
responden. Adapun rancangan kegiatan penyuluhan yang dilakukan sebagai berikut.
Tabel 4. Rancangan kegiatan penyuluhan
1

Rancangan kegiatan
penyuluhan
Waktu dan tempat

Sasaran

Frekuensi

Materi

5
6

Metode
Alat dan Bahan

No

Keterangan
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dari tanggal 21 Maret sampai
dengan 29 April 2016 di desa Sukagalih, kecamatan Jonggol
Kelompok tani sampel yaitu Kelompok Tani Saluyu, Kelompok
Tani Mekargalih Jaya dan Kelompok Tani Albasiah Sukagalih dan
satu kelompok tani diluar sampel yaitu Kelompok Tani Jati
Sejahtera
Pada kelompok tani sampel penelitian masing-masing kelompok
diberikan 3 materi penyuluhan dengan masing-masing 2 kali
pertemuan dan kelompok tani diluar sampel diberikan 2 materi
penyuluhan dengan 2 kali pertemuan
Sistem tanam jajar legowo (teknik penerapan), Sistem tanam
jajar legowo (teknik pemeliharaan), penggunaan caplak dan
penanaman 1-3 bibit/lubang
Ceramah, diskusi, anjangsana dan demonstrasi
Alat tulis, kamera, peta singkap, caplak roda dan alat bantu
lainnya

Sumber: Kegiatan KIPA setelah diolah, 2016


2. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Setelah rancangan kegiatan penyuluhan dibuat yang diantaranya penetapan materi,
pengaturan waktu, pemilihan metode dan media yang digunakan, selanjutnya pelaksanaan
kegiatan penyuluhan dari rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun pelaksanaan
kegiatan penyuluhan tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan


N
o
1

Hari, Tanggal

Kelompok Tani

Metode

Senin, 21/03/2016

Saluyu

Ceramah dan
diskusi

Senin, 21/03/2016

Mekargalih Jaya

Ceramah dan
diskusi

Selasa, 5/04/2016

Jati Sejahtera

Anjangsana dan
diskusi

Rabu, 13/04/2016

Albasiah
Sukagalih

Ceramah dan
diskusi

Selasa, 19/04/2016

Albasiah
Sukagalih

Senin, 25/04/2016

Jati Sejahtera

Jumat, 29/04/2016

Saluyu

Jumat, 29/04/2016

Mekargalih Jaya

Anjangsana dan
Demonstrasi cara
Anjangsana dan
Demonstrasi cara
Anjangsana dan
Demonstrasi cara
Anjangsana dan
Demonstrasi cara

3
4

5
6
7
8

Materi
Sistem tanam jajar legowo (teknik
penerapan) dan Sistem tanam jajar
legowo (teknik pemeliharaan)
Sistem tanam jajar legowo (teknik
penerapan) dan Sistem tanam jajar
legowo (teknik pemeliharaan)
Sistem tanam jajar legowo (teknik
penerapan)
Sistem tanam jajar legowo (teknik
penerapan) dan Sistem tanam jajar
legowo (teknik pemeliharaan)
Penggunaan caplak dan penanaman
1-3 bibit
Penggunaan caplak
Penggunaan caplak dan penanaman
1-3 bibit
Penggunaan caplak dan penanaman
1-3 bibit

Sumber: Kegiatan KIPA setelah diolah, 2016


3. Evaluasi Kegiatan Penyuluhan
Salah satu cara mengetahui pengaruh kegiatan penyuluhan terhadap perubahan
perilaku berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terjadi kepada peserta kegiatan
yaitu dengan melakukan evaluasi tes sebelum (pre test) dan tes sesudah (post test).
Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden setelah di analisis secara deskriptif
diperoleh nilai sebagai berikut.
Tabel 6. Evaluasi kegiatan penyuluhan
No
1
2

Kegiatan
Sebelum kegiatan penyuluhan
Setelah kegiatan penyuluhan
Selisih angka

Nilai
2,62
3,00
0,38

Persentase
65,54%
74,93%
9,39%

Kategori
Sedang
Tinggi

Sumber: Data primer setelah diolah, 2016


Setelah dilaksanakan kegiatan penyuluhan terjadi perubahan perilaku berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap responden sebanyak 9,39% dari sebelumnya 65,54%
menjadi 74,93% dari awalnya kategori sedang bertambah menjadi kategori tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan penugasan akhir yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:
1. Tingkat motivasi petani pada dua indikator termasuk dalam kategori tinggi, namun
apabila dilihat dari parameter yang ada maka parameter peningkatan profesionalisme
berada pada nilai terendah yang merupakan bagian dari indikator dorongan.
2. Penerapan jajar legowo dipengaruhi oleh status kepemilikan lahan dan luas lahan
garapan.
3. Terjadi perubahan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap responden
setelah kegiatan penyuluhan dari awalnya kategori sedang menjadi kategori tinggi.
Saran
Saran dari kegiatan penugasan akhir yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:
1. Perlunya dilakukan kegiatan pendampingan dan bimbingan dari aparat terkait secara
intensif agar teknologi pertanian yang sudah disampaikan dapat terus dilanjutkan.

2. Perlunya penumbuhan kesadaran kepada petani bahwa teknologi yang telah


disampaikan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan yang manfaatnya
untuk mereka sendiri.
Daftar Pustaka
Arianda, Dwi. 2010. Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Budidaya Padi Sistem Legowo di
Kabupaten Tangerang (Studi Kasus BPP Cisauk Kecamatan Cisauk). Skripsi
diterbitkan. Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5263/1/DWI
%20ARIANDA-FST.pdf diakses pada 2 Maret 2016.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor. 2015. Kecamatan Jonggol dalam Angka
2014.
http://bogorkab.bps.go.id/new/website/pdf_publikasi/Kecamatan-JonggolDalam-Angka-2014.pdf diakses pada 26 Februari 2016.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat. 2000. Teknologi
Minapadi
Dengan
Cara
Tanam
Jajar
Legowo.
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/agritek/ntbr0110.pdf diakses pada 15 Februari
2016.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Cetakan Kedua. Surakarta:
Sebelas Maret University Press, 1993. Halaman 263-265.
Nanang. 2015. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) BP3K Wilayah II (Jonggol) Tahun
2015. Bogor : Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Wilayah II
Jonggol.
Thoha, Miftah. 1983. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.-Ed. 1,-21.
Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Halaman 203 dan 206-208.
Watemin dan Sulistyani Budiningsih. 2012. Penerapan Pengelolan Tanaman Terpadu (PTT)
Padi Sawah di Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas Jurnal SEPA. Vol. 9
No.1
September
2012
:
34

42.
http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2013/03/Penerapan-Pengelolaan-Tanaman-Terpadu-PTT.pdf
diakses pada 17 Februari 2016.

Anda mungkin juga menyukai