Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PELAKSANAAN EVALUASI PENYULUHAN EVALUASI HASIL

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) DI KELOMPOK


TANI BINA USAHA I DUSUN JERUK DESA SRIGADING KECAMATAN LAWANG
KABUPATEN MALANG

Mata Kuliah : Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Dosen Pengampu : Gunawan, SP. M.Si

Oleh :

Kelompok 1

Miranda Putri Ramadhani 07. 1. 2. 17. 2374

Kelas : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan VD

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

KEMENTRIAN PERTANIAN MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan
Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan ini disusun sebagai laporan pertanggung jawaban
telah melaksanakan kegiatan evaluasi. Dalam penyusunannya, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak baik itu dalam bentuk materi maupun non materi. Oleh
sebab itulah, saya mengucapkan terimakasih kapada :

1. Gunawan, SP, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Evaluasi Penyuluhan
Pertanian

2. Wikandaru, SST, selaku Penyuluh Pendamping Kelompok Tani Bina Usaha I

3. M. Subakir, selaku Ketua Kelompok Tani Bina Usaha I

4. Unsur lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan khususnya dari dosen pengampu
untuk dijadikan pedoman pada penulisan berikutnya. Akhir kata kami berharap
laporan ini dapat memenuhi pertanggung jawabab kegiatan pelaksanaan evaluasi
penyuluhan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
kita semua pada umumnya.

Malang, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi Penyuluhan Pertanian
2.1.1 Pengertian Evaluasi Penyuluhan Pertanian
2.1.2 Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian
2.1.3 Prinsip-prinsip Evaluasi
2.1.4 Metode Evaluasi
2.1.5 Jenis-jenis Evaluasi
2.1.6 Instrument Evaluasi
2.1.7 Skala Pengukuran Evaluasi
2.1.8 Tahapan Evaluasi Penyuluhan Pertanian
2.1.9 Penarikan Sampel dan Pengumpulan Sampel
2.1.10 Uji Validitas dab Reliabilitas
2.1.11 Analisis Data

2.2 BLBU

BAB III METODE PELAKSANAAN


3.1 Lokasi dan Waktu
3.2 Teknik Pengambilan Data
3.3 Metode Pelaksanaan
3.4 Pelaksanaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Wilayah
4.1.1 Kondisi Geografis
4.2 Profil Responden
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1 Uji Validitas Aspek Pengetahuan
4.4 Hasil / Analisis Data Pengetahuan
4.4.1 Sikap
4.4.2 Ketrampilan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Variabel dan Indikator Evaluasi
2. Identitas Responden
3. Kualifikasi Responden Berdasarkan Usia
4. Kualifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan
5. Hasil Uji Realbilitas Aspek Pengetahuan Soal Post Test
6. Hasil Uji Reabilitas Aspek Pengetahuan Soal Pre Test
7. Hasil Uji Reabilitas Aspek Pengetahuan Soal Post Test
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Memandu Pengisian Kuesioner Evaluasi Program BLBU
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Dokumentasi Kegiatan Evaluasi ............................................................. 47
2. Hasil Uji Validitas Aspek Sikap............................................................... 50
3. Hasil Uji Validitas Aspek Pengetahuan Soal Pre Test ............................ 51
4. Hasil Uji Validitas Aspek Sikap............................................................... 52
5. Kuesioner Evaluasi Pengetahuan Pre Test ............................................ 53
6. Kuesioner Evaluasi Pengetahuan Post Test .......................................... 54
7. Kuesioner Evaluasi Sikap ..................................................................... 55
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program pembangunan pertanian khususnya ketahanan pangan telah lama
dilaksanakan di Indonesia sampai sekarang masih perlu ditingkatakan. Kondisi
pertanian pangan baik secara kuantitas dan kualitas ternyata belum mampu
mencukupi kebutuhan pangan sendiri.

Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian nasional,


sumbanganya terhadap pendapatan devisa negara diluar minyak dan gas bumi
serta dalam perekonomian rakyat tidak bias diabaikan. Sejalan dengan hal ini,
kondisi pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki pasar yang
luas akan mendapat prioritas dalam pengembanganya. Dengan demikian
pemenuhan terhadap kebutuhan pangan, bahan baku industry, peningkatan
lapangan kerja, peningkatan kesempatan berusaha dan peningkatan ekspor
komoditi pertanian diharapkan dapat terjamin dan berkesinambungan.
Kementrian pertanian melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan
mengupayakan peningkatan produksi dan produktivitas beberapa komoditas
pangan, yaitu padi, jagung dan kedelai. Komoditas padi berperan sebagai
sumber karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung dan kedelai terutama untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industry pangan olahan dan pakan.

Berbicara mengenai jagung, Untuk memenuhi permintaan jagung yang terus


meningkat setiap tahunnya dibutuhkan teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas dan produksi. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas
jagung adalah menggunakan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan
adaptif dengan lingkungan setempat. Penggunaan benih unggul hingga saat ini
belum dilakukan secara optimal oleh petani karena harga benih yang mahal dan
seringkali sulit didapat. Penggunaan benih bermutu maupun berlabel di
Indonesia relatif masih rendah yakni 30% untuk padi, 20% untuk jagung dan 15%
untuk kedelei. Untuk mendorong penggunaan benih bermutu/berlabel dari
varietas unggul yang lebih luas di tingkat petani pemerintah memberikan subsidi
benih kepada petani yang merupakan salah satu kebijakan utama pembangunan
pertanian melalui program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul). Tujuan dari
program subsidi benih jagung adalah untuk meningkatkan luas pertanaman
jagung hibrida, produktivitas dan produksi jagung, kesempatan kerja dan
pendapatan petani, mendorong berkembangnya industri benih jagung nasional
dan industri pakan serta pangan berbahan baku jagung, serta mendukung upaya
pencapaian swasembada jagung. Namun seiring dengan pelaksanaannya,
mekanisme pendistribusiannya dianggap belum efektif, sehingga perlu adanya
evaluasi terhadap program tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan evaluasi ini adalah:

1. Mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani terhadap


program BLBU Jagung setelah dilakukannya penyuluhan.

2. Untuk mengetahui program BLBU berjalan efektif.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat efektifitas


program BLBU Jagung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Evaluasi Penyuluhan Pertanian


2.1.1 Pengertian Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan


istilah dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai
suatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Hornby
dan Parnwell dalam Mardikanto, 2014: 382). Evaluasi penyuluhan pertanian adalah
kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian. Evaluasi penyuluhan
pertanian dilakukan dengan proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilean
serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan
perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program
penyuluhan pertanian.

Evaluasi penyuluhan pertanian sangat penting untuk kgiatan program


penyuluhan pertanian, bukan hanya untuk program itu sendiri melainkan bermanfaat
bagi pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dan bagi petugas pelaksana evaluasi
penyuluhan pertanian. Evaluasi yang baik akan didapat strategi atau rencangan
kegiatan selanjutnya untuk dilakukan agar program penyuluhan pertanian berjalan
lebih baik dan mencapai tujuan yang maksimal.

2.1.2 Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Tujuan evaluasi penyuluhan pertanian antara lain:


1. Untuk menentukan sejauh mana kegiatan penyuluhan pertanian dapat
dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku petani yang menjadi
sasaran didik dari kegiatan penyuluhan pertanian.

2. Didapat keterangan-keterangan dari lapangan yang dapat digunakan


untuk penyesuaian program penyuluhan pertanian yang sedang berjalan.

3. Untuk mengukur keefektifan dari metode dan alat bantu yang digunakan
dalam melaksanakan penyuluhan pertanian.

4. Untuk mendapatkan data laporan tentang hal-hal yang terjadi di


lapangan.

5. Untuk memperoleh landasan bagi program penyuluhan pertanian.


6. Memberikan kepuasan bagi psikologis orang-orang yang terlibat di dalam
program penyuluhan pertanian.

2.1.3 Prinsip-prinsip Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu keadaan,


gejala,atau kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut Mardikanto (1993),
kegiatan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang
didalamnya kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari kegiatan perencanaan program, artinya, tujuan evaluasi
harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan
dalam perencanaan programnya.

Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan :

1. Obyektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta.


2. Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan (standardized).
3. Menggunakan metoda pengumpulan data yang tepat dan teliti.
4. Setiap evaluasi, harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk
mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
5. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk :

a. Data kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat pencapaian


tujuan dan tingkat penyimpangan pelaksanaannya.
b. Uraian kualitataif, agar dapat diketahui faktor-faktor; penentu
keberhasilan, penyebab kegagalan, dan faktor penunjang serta
penghambat keberhasilan tujuan program yang direncanakan.

6. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya :


a. Evaluasi harus menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai
untuk meningkatkan efektivitas (tercapainya tujuan) program.
b. Evaluasi harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdayanya
sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci,
tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan
harus dipusatkan pada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki
dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program).
2.1.12 Metode Evaluasi
Menurut Prof. Drs. Anas Sudijono dalam pengantar evaluasi metode
pelaksanaan evaluasi adalah:

1. Pengamatan (observasi) Observasi sebagai alat evaluasi banyak


digunakan untuk menilai tingkahlaku individu atau proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan.
2. Wawancara (Interview) Wawancara adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab
lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan
yang telah ditentukan.
3. Angket (Quistionnaire) Angket (Quistionnaire) juga dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil kegiatan.
4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis) Kegiatan mempelajari
data yang telah di ambil lewat angket dan wawancara, dengan jalan
memperkaya dan menambah hasil evaluasi yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.13 Jeinis jenis evaluasi


Jenis-jenis evaluasi antara lain:
1) Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Merupakan alat untuk mengambil keputusan dan menyusun
pertimbangan-pertimbangan. Dari hasil evaluasi penyuluhan pertanian
dapat diketahui : sejauhmana perubahan perilaku petani, hambatan
yang dihadapi petani, efektivitas program penyuluhan pertanian serta
seberapa jauh pemahaman masalah dan penyempurnaan kegiatan.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian juga dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Dalam evaluasi dikenal beberapa klasifikasi evaluasi seperti :
Evaluasi Formatif dan sumatif, Evaluasi Formal dan Informal, Evaluasi
Internal dan Eksternal, Evaluasi Proses dan Produk (out put), Evaluasi
Deskriptif dan Inferensial, Evaluasi Holistik (misal CIPP) dan Analitik,
Evaluasi on going, terminal dan ex post evaluation, Evaluasi Teknis dan
Ekonomis, Evaluasi Program, Monitoring dan Evaluasi Dampak.
2) Evaluasi Program Penyuluhan
Setiap program kegiatan yang direncanakan seharusnya diakhiri
dengan evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan
sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat
kembali apakah suatu program atau kegiatan telah dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari kegiatan
evaluasi tersebut akan diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah
suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian diambil keputusan, apakah
suatu program akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan diganti sama
sekali. Hal ini didasarkan pada pengertian evaluasi, yaitu suatu proses
pengumpulan informasi melalui pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tertentu untuk mengambil suatu keputusan.
Jadi, pada dasarnya evaluasi adalah suatu kegiatan yang menguji atau
menilai pelaksanaan suatu program.
Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan
pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan
selanjutnya. Dengan melalui evaluasi suatu program dapat dilakukan
secara sistematis, rinci dan menggunakan prosedur yang sudah diuji
secara cermat. Dengan metode tertentu akan diperoleh data yang
handal, dapat dipercaya sehingga penentuan kebijakan akan tepat,
dengan catatan apabila data yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan tersebut benar, akurat dan lengkap.
Adapun program itu sendiri diartikan segala sesuatu yang dilakukan
dengan harapan akan mendapatkan hasil atau pengaruh. Jadi evaluasi
program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Untuk melihat
tercapai atau tidaknya suatu program yang sudah berjalan diperlukan
kegiatan evaluasi.
3) Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian
Tujuan penyuluhan pertanian adalah perubahan perilaku petani
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
a. Kognitif : Kemampuan mengembangkan itelegensia
(pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis, sintesis)
b. Afektif : Sikap, minat, nilain menanggapi, menilai/tata nilai
dan menghayati.
c. Psikomotor : Gerak motor: kekuatan, kecepatan, kecermatan,
ketepatan, ketahanan dan keharmonisan
Jadi evaluasi penyuluhan pertanian adalah mengevaluasi sampai
seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan, berupa perubahan perilaku
petani dan keluarganya.
4) Evaluasi Metode
Evaluasi metode yaitu evaluasi semua kegiatan penyuluhan
pertanian yang dilakukan penyuluh pertanian dalam rangka mencapai
perubahan perilaku sasaran.
5) Evaluasi Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana adalah pendukung penyuluhan pertanian,
sangat penting dalam kegiatan penyuluhan pertanian, efektifitas
penyuluhan pertanian sebagian tergantung pada alat bantu penyuluh,
perlengkapan, peralatan, bahan-bahan sarana prasarana yang
digunakan. Evaluasi sarana-prasarana pada dasarnya mengevaluasi
kesiapan perangkat sarana-prasarana yang menunjang kegiatan
penyuluhan.
6) Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Dalam prakteknya pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian
dapat merupakan kombinasi dari beberapa macam/cara evaluasi, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, lebih akurat,
dan lebih sahih dari pada evaluasi dengan menggunakan cara tunggal.
Evaluasi Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Pertanian merupakan
proses yang sistematis, sebagai upaya penilaian atas suatu kegiatan
oleh evaluator melalui pengumpulan dan analisis informasi secara
sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak
kegiatan penyuluhan pertanian. Hasil evaluasi ini untuk menilai
relevansi, efektifitas/efisiensi pencapaian / hasil suatu kegiatan, untuk
selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan pada perencanaan dan pengembangan kegiatan selanjutnya.
Evaluasi pelaksanaan atau evaluasi proses (on going evaluation) ini
dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Fokus utama
evaluasi ini menyangkut proses pelaksanaan kegiatan yang berkaitan
dengan:
 Tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
 Kemungkinan keberhasilan kegiatan sebagaimana yang
direncanakan
 Sejauh mana hasil yang diperoleh dapat memberi sumbangan
kepada tujuan pembangunan
 Tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan
 Tindakan-tindakan lain yang diperlukan sebagai pelengkap kegiatan
yang telah direncanakan.
 Hasil dari evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan biasanya
digunakan untuk membantu pengambilan keputusan/penentu
kebijakan dalam mengatasi permasalahan, dan tindakan
penyesuaian/perbaikan atas pelaksanaan kegiatan.
- Prinsip-prinsip evaluasi penyuluhan pertanian adalah:
a. Berdasarkan fakta
b. Bagian integral dari proses penyuluhan
c. Berhubungan denganTujuan program penyuluhan
d. Menggunakan alat ukur yang sahih
e. Dilakukan terhadap proses dan hasil penyuluhan
f. Dilakukan terhadap hasil kuantitatif maupun kualitatif.
- Karakteristik proses evaluasi:
a. evaluasi merupakan proses terstruktur
b. evaluasi didasarkan pada indikator yang dapat diamati
c. evaluasi menganalisis hal-hal rumit menjadi sederhana
d. evaluasi menghasilkan informasi yang tidak memihak dan disetujui
semua orang dan keputusan yang andal masuk akal.
e. evaluasi mengeliminir pengaruh pribadi evaluator
7) Evaluasi dampak penyuluhan pertanian
Dua tujuan utama dari evaluasi adalah untuk menentukan / menilai :
Apakah semua “input” telah diberikan sesuai perencanaan dan jadwal
kegiatan, Apakah tujuan dan sasaran kegiatan telah tercapai.Evaluasi
dampak dilakukan karena tiga alasan : 1). Masalah sosial adalah suatu
masalah yang komplek; 2). Tidak lengkapnya data “benchmark” yang
menjadi dasar perencanaan; 3). Tingginya biaya program .Setiap
kegiatan evaluasi berkaitan erat dengan tujuan program oleh karena itu
tujuan harus dirumuskan dengan jelas dalam bentuk operasional yang
dapat diukur, tujuan dimaksud dapat berbentuk perubahan perilaku
(behavioral), sosial (social), fisik (physical), atau biologis / ekologis
(biological / ecological).
Kegunaan evaluasi dampak bagi perencana, admonistrator /
manager, dan pembuat kegijakan (policy makers) adalah :
a) Bagi perencana:
 Mengidentifikasi kombinasi terbaik dari semua komponen
program yang berpengaruh lebih nyata terhadap pencapaian
tujuan dan sasaran kegiatan.
 Mengetahui efektifitas, efisiensi, relevansi, dan manfaat dari
program / proyek
b) Bagi administrtor / manager
 Mendokumentasikan dan melaporkan manfaat dari program
kepada penyandang dana.
 Menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan.
c) Bagi pembuat kebijakan (policy makers)
 Digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan yang
lingkupnya lebih luas untuk jangka waktu panjang.
 Digunakan sebagai dasar untuk mempertahankan kebijakan
yang telah diambil ditinjau dari segi pembayaran, sumber daya,
dan alasan-alasan politis.
Evaluasi dampak penyuluhan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Studi Lanjutan Pasca Program
Studi ini dilakukan setelah program sudah berakhir. Sebagai
contoh, suatu survey pasca latihan terhadap peserta latihan
dilakukan 6 bulan setelah berakhirnya suatu latihan untuk
mengetahui apakah peserta latihan menerapkan dan atau
meneruskan apa yang telah dipelajari selama latihan, dsb.Studi
seperti ini dapat dilakukan secara rutin sebagai bagian dari
administrasi suatu program / proyek atau dapat dilakukan oleh
evaluator dari luar.Untuk melakukan studi pasca proyek sangat
dituntut adanya pencatatan yang rapih tentang data sebelum
proyek dimulai. Pencatatan yang tidak rapih, tidak lengkap, dan
hilang misalnya, mempengaruhi ketelitian (accuracy) dan reliabilitas
(reliability) dari data yang pada gilirannya menentukan haril
evaluasi. Kurang lengkapnya data juga menyebabkan keraguan
tentang aopakah dampak yag diamati disebabkan oleh intervensi
program / proyek ataukah oleh penyebab lain.
b. Penggunaan Ekspert
Pada cara ini digunakan ekspert atau konsultan untuk menilai
efektivitas suatu program / proyek. Ekspert atau konsultan
megunjungi lokasi proyek untuk mengamati secara dekat
pelaksanaan proyek dan membuat suatu laporan tentang segala
aspek yang menyangkut pelaksanaan, masalah yang dihadapi,
serta informasi penting lainya. Disamping melakukan pengamatan
lagsung, dapat dilakukan wawancara dengan para manager, staf,
dan pelaksana proyek.
Kelemahan dari cara ini adalah bahwa bila ekspert atau
konsultan tersebut kurang mengetahui tentang program / proyek
tersebut, ada suatu kecenderungan untuk tidak bersifat objektif,
terutama dalam menginterprestasi data.
c. Evaluasi Oleh Peserta
Pada cara ini peserta yang menjadi sasaran program / proyek /
latihan melakukan penilaian efektivitas. Kelemahan dari cara ini
adalah bahwa mereka yang memperoleh manfaat positif dari
proyek akan memberikan penilaian yang lebih tinggi yang didorong
oleh perasaan takut bahwa memberi kritik secara jujur akan
berakibat dihentikannya bantuan-bantuan yang bermanfaat bagi
mereka.
d. Evaluasi Oleh Administrator
Pada cara ini diharapkan bahwa para administrator melakukan
evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek. Kelemahan dari
cara ini ialah bahwa para administrator tersebut telah disibukkan
dengan tugas-tugas rutin sehingga tidak mempunyai waktu untuk
melakukan evaluasi. Disamping itu para administrator tentu akan
selalu memberikan penilaian yang cenderung baik untuk
membuktikanm bahwa proyek itu efektif dan bermanfaat sehingga
perlu dipertahankan dan dilanjutkan.

2.1.14 Instrumen Evaluasi


Instrumen evaluasi merupakan panduan atau pedoman yang sangat
penting dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan instrument yang
diturukan dari variable evaluasi yang akan diamati. Instrumen evaluasi
harus meliputi :
1. Kesahihan (validity) Sahih, bila alat ukur yang digunakan sesuai dengan
obyek yang hendak diukur. Alat ukur perubahan perilaku sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Alat ukur harus sahih untuk mengukur
’subyek materi” atau informasi yang disuluhkan.
2. Keterandalan (reliability) Kemampuan alat ukur, dapat digunakan orang
lain dan memperoleh hasil yang sama dalam situasi dan kondisi apapun.
3. Obyektivitas Alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas, hanya memiliki satu
interpretasi untuk menganalisis.
4. Praktis (practicability) Mudah digunakan efektif untuk bahan pengukuran
dan bersifat efektif untuk menganalisis
5. Sederhana (simple) Tidak terlalu rumit/kompleks sehingga mudah di
mengerti.

2.1.15 Skala Pengukuran


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang di gunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.

Macam-macam skala pengukuran tersebut antara lain:


1. Skala Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan
obyek, individual atau kelompok. Sebagai contoh pengklasifikasi jenis
kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi
hal-hal diatas digunakan angka-angka sebagai symbol. Contohnya : jenis
kelamin rsponden, laki-laki = 1, dan wanita = 2
2. Skala Ordinal
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah
relatif karakteristik yang berbeda yang dimiliki oleh obyek atau indvidu
tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal
ditambah dengan sarana peringkat relative tertentu yang memberikan
informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau
kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangannya atau kelebihannya.
Skala pengukuran yang meyatakan kategori sekaligus melakukan
rangking terhadap kategori. Contoh : kita ingin mengukur preferensi
responden terhadap empat merek produk air mineral.
Merek Air Mineral Ranking
Aquana 1
Aquaria 2
Aquasan 3
Aquasi 4
3. Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan skala ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu
berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat
melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau obyek
dengan lainnya.
4. Skala Ratio
Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang
dipunyai oleh skala nominal, ordinal, dan interval dengan kelebihan skala
ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut
terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang
diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara
satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.
5. Skala Pengukuran Sikap
Ada empat jenis skala pengukuran sikap menurut Daniel J Mueller
(1992), yaitu:
a. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
resepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social.
Dalam penelitian, fenomena social ini telah di tetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian.
Contoh :.
Preferensi Preferensi Preferensi
1.Sangat Setuju 1.Setuju 1. Sangat Positif
2.Setuju 2.Sering 2. Positif
3.Ragu-ragu 3.Kadang-kadang 3. Netral
4.Tidak Setuju 4.Hampir tdk pernah 4. Negatif
5.Sangat Tdk Setuju 5.Tidak Pernah 5. Sangat Negatif
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi
nilai skor, Misalnya : sangat setuju/setuju/sangat positif diberi skor 5,
selanjutnya setuju/sering/positif diberi skor 4 dan seterusnya.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat
Tidak Setuju.
a. Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak
Baik.
Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3),
tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu
(3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
b. Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama
dikembangkan dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga
teknik penskalaan sikap, yaitu :
metode perbandingan pasangan
metode interval pemunculan sama, dan
metode interval berurutan.
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur
dugaan yang menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap
terhadap suatu obyek.
c. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang
tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif
atau negative dan lain - lain. Data yang di peroleh dapat berupa data
interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala
likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai
“sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua
interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan sakal
Guttman di lakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas
terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
Contoh :
1. Apakah anda setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan
harga jual?
a. Setuju b. Tidak Setuju
d. Semantic Deferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di
kembangkan oleh Osgood. Skala ini juga di gunakan untuk mengukur
sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”
terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif”
terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang di peroleh
adalah daya interval, dan biasanya skala ini di gunakan untuk
mengukur sikap/karakteristik tertentu yang di punyai oleh seseorang.
e. Skala rating
Dalam skala rating data yang diperoleh adalah data
kuantitatif kemudian peneliti baru mentranformasikan data kuantitatif
tersebut menjadi data kualitatif.
Contoh:
Kenyaman ruang tunggu RSU Kartini:
5 4 3 2 1
Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :
5 4 3 2 1

2.1.16 Tahapan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

1. Menentukan Jenis dan Ragam Evaluasi


Jenis Evaluasi yang ditetapkan antara lain: evaluasi penyuluhan
pertanian, evaluasi program penyuluhan, evaluasi hasil penyuluhan
pertanian, evaluasi metode, evalausi sarana dan prasarana, evaluasi
pelaksanaan penyuluhan pertanian dan evaluasi dampak penyuluhan
pertanian.
Ragam Evaluasi yang ditetapkan antara lain: formatif, sumatif, on
going, ekspost, intern, ekstern, monitoring, proses, input, hasil, tujuan
program/dampak.
2. Menentukan Sumber Data dan Informasi
Sumber data/informasi yang dianalisis dan ditentukan yaitu berupa
data/informasi primer dan sekunder, antara lain: masyarakat peserta
kegiatan, catatan/laporan kegiatan, situasi dan kondisi di lapangan,
pelaksana kegiatan, tokoh masyarakat
3. Menganalisis dan menentukan jenis instrumen yang akan dipakai
Penentuan jenis instrumen yang akan dipakai berdasarkan jenis dan
ragam evaluasi yang dipakai serta tujuan dari evaluasi itu sendiri yang
telah ditentukan sebelumnya. Selain kedua hal tersebut di atas, dalam
pemilihan dan jenis instrumen, selalu tergantung pada jenis data yang
akan dikumpulkan. Jenis data ini memandu cara pengumpulan data dan
jenis instrumennya. Alat pengumpul data/instrumen evaluasi untuk
jumlah sampel besar biasanya menggunakan kuesioner (daftar
pertanyaan/pernyataan).
4. Menentukan kriteria dan skala pengukuran
Skala pengukur yang digunakan untuk mengevaluasi aspek
pengetahuan adalah Skala Guttman, data yang diperoleh adalah data
kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Seperti halnya skala lainnya, dalam Skala Guttman sasaran akan
memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Skala pengukur yang digunakan untuk mengevaluasi aspek sikap
adalah Skala Likert, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka)
yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya
skala lainnya, dalam lickert scale sasaran akan memilih salah satu
jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
5. Menganalisis populasi dan rencana sampel yang akan dipakai
Sampel pada evaluasi penyuluhan pertanian mengacu pada
keterwakilan dari petani/kelompok tani yang merupakan sasaran
penyuluhan, pada prinsipnya sampel mewakili populasi (representatif).
6. Menentukan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data sangat tergantung pada kondisi lapangan,
sumber data dan jenis data yang akan diambil.
7. Menentukan Pendekatan Data, Pengolahan Data, Analisis Data dan
Interpretasi Data.Pendekatan yang biasa digunakan yaitu kombinasi
deskriptif kuantitatif dan kualitatif karena kajian evaluasi penyuluhan
termasuk bidang sosial.
2.1.17 Penarikan Sampel dan Pengumpulan Sampel
Metode pengambilan data dalam pelaksanaan penyuluhan dan
evaluasi penyuluhan dilakukan dengan menggunakan: Data primer adalah
pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuesioner
(Sugiyono, 2016: 137).
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah
wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data
kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif,
angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk
mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Ban danHawkins,
1999).
2.1.18 Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisis uji validitas dan uji reliabilitas pada evaluasi ini dilakukan
menggunakan program SPSS. Reliabilitas suatu konstruk variabel
dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 60 % (Kriteria Nunnally,
1960). Konstruk dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Sugiyono, 2011).
2.1.19 Analisis Data
Analisis adalah cara mengolah data sehingga menjadi informasi yang
mudah dibaca dan dimengerti dan dapat bermanfaat untuk menjawab
masalah-masalah yang akan di evaluasi.
Prosedur Analisis evaluasi:
1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan
data.
2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian
instrumen pengumpulan data.
3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap
pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut
variabel-variabel yang diteliti.
4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk
penelitian.
5. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realiabilitas
instrumen pengumpulan data.
6. Tahap keputusan, yaitu tahap terakhir dengan melihat hasil dari tabel /
diagram yang nantinya akan dijadikan sebagai kesimpulan evaluasi.

Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap


dan keterampilan adalah dengan menggunakan Rating Scale atau skala
nilai kemudian diolah dan ditabulasi dengan menggunakan garis
Continuum.

Adapun rumus yang digunakan adalah :


Tingkat pengetahuan = jumlah jawaban yang diperoleh x 100%

2.3 BLBU
Progam bantuan langsung benih unggul (BLBU) adalah upaya untuk
memperkuat ketahanan pangan khususnya pertanian padi dan palawija serta
mengantisipasi kondisi iklim ekstrim yang dapat mengganggu produksi pangan.
Program BLBU ini merupakkan program yang sudah berjalan dari tahun
anggaran dari tahun 2009 sampai dengan sekarang. Program BLBU ini bertujuan
untuk
1. Meningkatkan ketahanan pangan nasional khususnya padi jagung dan kedelai
2. Meningkatkan penggunaan benih bermutu varietas unggul
3. Meningkatkan produktifitas dan produksi padi jagung dan kedelai

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah :

1. Meningkatkan ketahanan pangan nasional khususnya padi jagung dan kedelai


2. Meningkatkan penggunaan benih bermutu varietas unggul
3. Meningkatkan produktifitas dan produksi padi jagung dan kedelai

(Kementrian Pertanian 2011)


BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu


Lokasi
Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Program Bantuan Langsung
Benih Unggul dilaksanakan dan bertempat di Kelompok Tani Bina Usaha I Dusun
jeruk, Desa Sridaging, Lawang.
Waktu
Waktu kegiatan evaluasi ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 08 Januari
2020 yang bertempat di rumah ketua Kelompok Tani Bina Usaha I Pak M.
Subakir. Dalam kegiatan evaluasi ini, Terdapat 20 responden yang dipilih dari
anggota kelompok tani Bina Usaha I yang berdomisili di Dusun Jeruk, Desa
Srigading.

3.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik Pengambilan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan


instrumen yang dibuat dalam bentuk kuesioner atau pernyataan-pernyataan
untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dari anggota kelompok
tani Bina Usaha I.

3.3 Metode Pelaksanaan

Berikut diuraikan beberapa metode pelaksanaan evaluasi program Asuransi


Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai berikut :
3.3.1 Variabel dan Indikator Evaluasi
No Variabel Sub Variabel Indikator

1. Pengetahuan (knowledge) Penerimaan a. Menerima materi program


petani terhadap program (receiving) Bantuan Langsung Benih
Bantuan Langsung Benih Unggul
Unggul
b. Menerima tahapan
pelaksanaan kegiatan
program Bantuan Langsung
Benih Unggul
Pemahaman a. Memahami materi program
(understanding) Bantuan Langsung Benih Unggul

b. Memahami tahapan
pelaksanaan kegiatan program
Bantuan Langsung Benih Unggul

Pemikiran a. Mengingat materi program


(thingking) Bantuan Langsung Benih Unggul

b. Mengingat tahapan
pelaksanaan kegiatan program
Bantuan Langsung Benih Unggul

2. Sikap petani terhadap program Responsif a. Menyetujui adanya kegiatan


BLBU (Bantuan Langsung Benih penyuluhan program Bantuan
Unggul) Langsung Benih Unggul

3. Ketrampilan petani terhadap kemampuan a. Petani dapat menerapkan


program BLBU (Bantuan prosedur budidaya jagung
Langsung Benih Langsung) program BLBU sesuai dengan SOP

3.3.2 Penetapan Sasaran / Sasaran Evaluasi


Dalam evaluasi ini ditetapkan populasi sasaran evaluasi program
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah Kelompok Tani Bina
Usaha 1 Dusun Jeruk Desa Srigading Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang .20 orang anggota kelompok tani Bina Usaha 1 akan menjadi
sampel dalam evaluasi ini.
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Angket (Quisionnare)
Melakukan pemberian pertanyaan yang terstruktur yang dituangkan
dalam lembaran dan memberikan skor atau penilaian terhadap pertanyaan
tersebut.
3.3.4 Analisis Data
Ada dua jenis teknik analisis data yang biasa digunakan dalam
evaluasi, yakni analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi. Adapun jenis analisis deskriptif adalah (1) Distribusi
frekuensi, (2) Frekuensi relatif dan kumulatif.
b. Statistik Inferensial Statistik inferensial mencakup metode-metode
yang berhubungan dengan analisis sebagian data yang dilakukan
untuk meramalkan dan menarik kesimpulan atas data dan akan
berlaku bagi keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut. Adapun
jenis statistik inferensial (1) Statistik paameterik, (2) Statistic
nonparametric.
2. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif bisa dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
b. Mereduksi data
c. Display data
d. Menafsirkan data
e. Menyimpulkan dan verifikasi
f. Keabsahan data
g. Narasi hasil analisis

3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian dengan program Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Memilih metode evaluasi

2. Mempersiapkan instrumen evaluasi

3. Melakukan evaluasi pada sasaran

4. Merekap dan mentabulasikan data hasil evaluasi

5. Menguji validitas dan reabilitas

6. Menganalisis data

7. Menetapkan hasil evaluasi

8. Mendeskripsikan hasil evaluasi

9. Menyusun laporan hasil evaluasi


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil Wilayah
Keadaan umum Desa srigading Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
dijelaskan pada uraian dibawah ini:
4.1.1 Kondisi Geografis
1. Desa Srigading merupakan salah satu dari 10 Desa yang berada di
wilayah Kecamatan Lawang, dengan batas-batas :

a. Sebelah Utara : Kab. Pasuruan, Kec. Purwodadi


b. Sebelah Timur : Desa Sidoluhur, Kec. Lawang
c. Sebelah Selatan : Desa Baturetno, Kec. Singosari
d. Sebelah Barat : Desa Sidodadi. Kec Lawang
2. Sedangkan struktur tanah Desa Srigading merupakan jenis tanah
Hitam, dengan Luas wilayah Desa Srigading ± 1111,63 Ha. dengan
perincian sebagai berikut :

a. Tanah kering / pemukiman : 191,13 Ha


b. Sawah : 39 Ha
c. Tegal / perkebunan : 432,4 Ha
d. Lain-lain : 459,4 Ha.
3. Secara administrasi Pemerintahan, sejak tahun 1951 Desa Srigading
terbagi atas 4 ( Empat ) Dusun yaitu :

a. Dusun Krajan : 4 RW 12 RT
b. Dusun Gading : 1 RW 4 RT
c. Dusun Jeruk : 1 RW 5 RT
d. Dusun Mendek : 3 RW 9 RT
4. Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Desa Srigading sampai dengan akhir tahun 2015 :

1. Laki – laki : 2.575 jiwa


2. Perempuan : 2.581 jiwa
3. Jumlah keseluruhan : 5.156 jiwa
5. Kondisi topografis

Secara topografi Desa Srigading merupakan dataran tinggi dengan


ketinggian rata-rata 600 - 900 m dari permukaan laut, dengan kondisi
tanah berbukit – bukit, permukaan tanah berwarna Merah Kecoklat-
coklatan dengan kemiringan lahan kurang dari ± 35 %. Suhu rata-rata ±
21º C s/d 34º C, dengan iklim tropis dan curah hujan rata-rata ± 0 –
1.500 mm / tahun.

4.2 Profil Responden


` Sasaran evaluasi penyuluhan pertanian program Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) adalah 20 orang anggota Kelompok Tani Bina Usaha 1 Dusun
Jeruk Desa Srigading Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Untuk Mengetahui
keadaan sasaran evaluasi
Tabel 1. Identitas responden
nama jenis pendidikan
no umur
responden kelamin terakhir
1 M Subakir 45 L SMA
2 Kamrin 60 L SD
3 Timan 54 L SD
4 Sajidin 32 L SMP
5 Kamuran 58 L SD
6 Sadwi 47 L SD
7 Prasman 43 L SD
8 Sugengmanto 41 L SD
9 Sugianto 41 L SD
10 Buasan 54 L SD
11 Gofur 28 L SD
12 Saiman 65 L SD
13 Rofik 23 L SMP
14 much toha 48 L SD
15 ngaderi 56 L SD
16 nariaji 49 L SMP
17 jianto 41 L SD
18 selamet 54 L SMP
19 muliyono 42 L SMP
20 darmono 58 L SD
Jumlah 939
Rata-rata 46.95

Jumlah sasaran dalam pelaksanaan penyuluhan dan evaluasi penyuluhan


tentang Program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) adalah 20 orang yang
seluruhnya berasal dari Kelompok Tani Bina Usaha I. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa rerata usia sasaran adalah 46,95 tahun yang didominasi oleh
umur 41-50 tahun sebanyak 45% dengan pendidikan terakhir rata-rata adalah
lulusan SMP.
Tabel 2. Kualifikasi Responden Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun ) Frekuensi (orang ) Presentase (%)
1 20-30 2 10
2 30 - 40 1 5
3 41- 50 9 45
4 51- 60 6 30
5 60 - 70 2 10

Tabel 3. Kualifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan Frekuensi Presentasi(%)
(orang )
1 SD 14 70
2 SMP 5 25
3 SMA 1 5

4.3 Uji Valiiditas dan Uji Reabilitas


Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

4.3.1 Uji validitas aspek pengetahuan


Berdasarkan hasil uji validitas soal pengetahuan Pre-Test , kuesioner
dikatakan valid apabila R hitung > R tabel, pada kuesioner ini diketahui
bahwa R tabel= 0,444 (jumlah responden 20 dan probabilitas 0,05) setelah
diketahui R tabelnya bisa kita menentukan setiap soal valid atau tidak

4.4 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan cara analisis data kuantitatif. Analisis ini
dilakukan dengan cara mendiskripsikan data tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan
dengan nilai.
4.4.1 Pengetahuan
Berdasarkan jawaban responden pada aspek pengetahuan, maka
penghitungan,sebagai berikut:
Jumlah Skor Valid = 15
Skor Maksimum = 1x 15 (pernyataan) x 20 (responden) = 300
Skor Minimum = 0 x 15(pernyataan) x 20 (responden) = 0
Skor yang Didapat = 199
Median = (Nilai Maks – Nilai Min) / 2 + Nilai Min
= ( 300 - 0 ) / 2 + 0
= 150
Jika didistribusikan pada garis kontinum, maka terlihat posisi aspek
pengetahuan pada kelompok, sebagai berikut:

199
T Y

0 300
0
Keterangan :
Y : Ya
T : Tidak

Berdasarkan data, Diperoleh Total skor 199, Untuk mengetahui


presentase skor dapat dihitung sebagai berikut:
Total Skor /Skor Maks x 100%
=199 / 300 x 100%
= 66,3%
Disajikan dalam garis kontinum sebagai berikut:

66,3%
0% 20% 40% 60% 80% 100%

SR R C T ST

Keterangan :
SR : Sangat Rendah = Angka 0% - 20%
R : Rendah = Angka 21% - 40%
C : Cukup = Angka 41% - 60%
T : Tinggi = Angka 61% - 80%
ST : Sangat Tinggi = Angka 81% - 100%
Berdasarkan data di atas, diperoleh total skor 199 yang masuk ke
dalam kategori tinggi, dan berlinai tinggi (66,3%).

4.4.2 Sikap

Berdasarkan jawaban responden pada aspek pengetahuan, maka


penghitungan,sebagai berikut:
Jumlah Skor Valid = 15
Skor Maksimum = 4 x 15 (pernyataan) x 20 (responden) = 1200
Skor Minimum = 1 x 15(pernyataan) x 20 (responden) = 300
Skor yang Didapat = 930
Median =(Nilai Maks – Nilai Min) / 2 + Nilai Min
= ( 930 - 300 ) / 2 + 300
= 750
Jika didistribusikan pada garis kontinum, maka terlihat posisi aspek
pengetahuan pada kelompok, sebagai berikut:

930
Min Maks

300 1200

Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
R : Ragu - ragu
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

Berdasarkan data, Diperoleh Total skor 930, Untuk mengetahui


presentase skor dapat dihitung sebagai berikut:

Total Skor /Skor Maks x 100%


= 930/ 1200 x 100%
= 77,5 %
Disajikan dalam garis kontinum sebagai berikut:

77,5 %
0% 20% 40% 60% 80% 100%

SR R C T ST

Keterangan :
SR : Sangat Rendah = Angka 0% - 20%
R : Rendah = Angka 21% - 40%
C : Cukup = Angka 41% - 60%
T : Tinggi = Angka 61% - 80%
ST : Sangat Tinggi = Angka 81% - 100%

Berdasarkan data di atas, diperoleh total skor 930 yang masuk ke


dalam kategori tinggi, dan berlinai tinggi (77,5%).

4.4.3 Keterampilan

Berdasarkan jawaban responden pada aspek pengetahuan, maka


penghitungan,sebagai berikut:
Jumlah Skor Valid = 15
Skor Maksimum = 1x 15 (pernyataan) x 20 (responden) = 300
Skor Minimum = 0 x 15(pernyataan) x 20 (responden) = 0
Skor yang Didapat = 227
Median = (Nilai Maks – Nilai Min) / 2 + Nilai Min
= ( 300 - 0 ) / 2 + 0
= 150
Jika didistribusikan pada garis kontinum, maka terlihat posisi aspek
pengetahuan pada kelompok, sebagai berikut:

227
T Y

0 300
0
Keterangan :
Y : Ya
T : Tidak
Berdasarkan data, Diperoleh Total skor 227, Untuk mengetahui
presentase skor dapat dihitung sebagai berikut:
Total Skor /Skor Maks x 100%
=227 / 300 x 100%
= 75,6 %
Disajikan dalam garis kontinum sebagai berikut:

75,6%
0% 20% 40% 60% 80% 100%

SR R C T ST

Keterangan :
SR : Sangat Rendah = Angka 0% - 20%
R : Rendah = Angka 21% - 40%
C : Cukup = Angka 41% - 60%
T : Tinggi = Angka 61% - 80%
ST : Sangat Tinggi = Angka 81% - 100%

Berdasarkan data di atas, diperoleh total skor 227 yang masuk ke


dalam kategori tinggi, dan berlinai tinggi (75,6%).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada peaksanaan evaluasi penyuluhan program Bantuan Langsung Benih


Unggul (BLBU) jagung yang dilakukan di Kelompok Tani Bina Usaha I Dusun
Jeruk Desa Srigading Kecamatan Lawang Kabupaten Malang didapatkan
beberapa kesimpulan. Berdasarkan analisis data,diketahuii tingkat pengetahuan ,
sikap, dan keterampilan petani kelompok tani BINA USAHA I Desa Srigading
terhadap program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Jagung yaitu
sebagai berikut :

1. Pengetahuan : diperoleh total skor 217 yang masuk ke dalam kategori Tinggi,
dan bernilai tinggi (72,3%).

2. Sikap :diperoleh total skor 952 yang masuk ke dalam kategori Tinggi, dan
bernilai tinggi (79,3%).

3. Keterampilan :diperoleh total skor 219 yang masuk ke dalam kategori Tinggi,
dan bernilai tinggi (73%).

Akan tetapi ada beberapa petani yang enggan untuk mengikuti program ini.
Petani tersebut beranggapan bahwa penggunaan benih unggul hasilnya sama
dengan penggunaan benih biasa, sehingga beberapa petani tidak merespon
adanya program ini. Dan dari hasil evaluasi penyuluhan progran Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) Jagung dapat dikatakan bahwa petani
mengetahui dan memahami akan tetapi tidak semua petani mengikuti program
tersebut sehingga perlu dilakukan pendekatan lagi agar seluruh petani
memahami dan mau melaksanakan kegiatan atau program tersebut.

5.2 Rekomendasi

Dari hasil evaluasi penyuluhan progran Bantuan Langsung Benih Unggul


(BLBU) Jagung dapat dikatan bahwa petani mengetahui dan memahami akan
tetapi tidak semua petani mengikuti program tersebut sehingga perlu dilakukan
pendekatan lagi agar seluruh petani memahami dan mau melaksanakan
kegiatan atau program tersebut.
Daftar Pustaka :

Mardikanto.T, 1993.Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University


Press, Surakarta.

Mueller, D.J. (1992), Mengukur sikap sosial:Pegangan untuk peneliti dan praktisi.
(E.S.Kartawidjaja). Jakarta: Radar Jaya Offset

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:PT


Alfabet.

Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

Sugiyono, 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfa Beta: Bandung


LAMPIRAN
Pengetahuan
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 sum
p1 Pearson 1 .728** .608** .608** .840** .728** .728** .514* .229 .514* .642** .642** .420 .728** .840** .782**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .004 .004 .000 .000 .000 .020 .332 .020 .002 .002 .065 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p2 Pearson .728** 1 .728** .728** .866** .733** 1.000** .707** .471* .707** .882** .882** .577** 1.000** .866** .965**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .036 .000 .000 .000 .008 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p3 Pearson .608** .728** 1 1.000** .490* .404 .728** .514* .514* .514* .642** .642** .420 .728** .490* .755**
Correlation
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .028 .077 .000 .020 .020 .020 .002 .002 .065 .000 .028 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p4 Pearson .608** .728** 1.000** 1 .490* .404 .728** .514* .514* .514* .642** .642** .420 .728** .490* .755**
Correlation
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .028 .077 .000 .020 .020 .020 .002 .002 .065 .000 .028 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p5 Pearson .840** .866** .490* .490* 1 .866** .866** .612** .357 .612** .764** .764** .500* .866** 1.000** .883**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .028 .028 .000 .000 .004 .122 .004 .000 .000 .025 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p6 Pearson .728** .733** .404 .404 .866** 1 .733** .471* .236 .471* .630** .630** .577** .733** .866** .769**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .077 .077 .000 .000 .036 .317 .036 .003 .003 .008 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p7 Pearson .728** 1.000** .728** .728** .866** .733** 1 .707** .471* .707** .882** .882** .577** 1.000** .866** .965**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .036 .000 .000 .000 .008 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p8 Pearson .514* .707** .514* .514* .612** .471* .707** 1 .792** .583** .579** .579** .408 .707** .612** .767**
Correlation
Sig. (2-tailed) .020 .000 .020 .020 .004 .036 .000 .000 .007 .007 .007 .074 .000 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p9 Pearson .229 .471* .514* .514* .357 .236 .471* .792** 1 .583** .356 .356 .408 .471* .357 .594**
Correlation
Sig. (2-tailed) .332 .036 .020 .020 .122 .317 .036 .000 .007 .123 .123 .074 .036 .122 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p10 Pearson .514* .707** .514* .514* .612** .471* .707** .583** .583** 1 .579** .579** .816** .707** .612** .787**
Correlation
Sig. (2-tailed) .020 .000 .020 .020 .004 .036 .000 .007 .007 .007 .007 .000 .000 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p11 Pearson .642** .882** .642** .642** .764** .630** .882** .579** .356 .579** 1 1.000** .436 .882** .764** .868**
Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .000 .002 .002 .000 .003 .000 .007 .123 .007 .000 .054 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p12 Pearson .642** .882** .642** .642** .764** .630** .882** .579** .356 .579** 1.000** 1 .436 .882** .764** .868**
Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .000 .002 .002 .000 .003 .000 .007 .123 .007 .000 .054 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p13 Pearson .420 .577** .420 .420 .500* .577** .577** .408 .408 .816** .436 .436 1 .577** .500* .671**
Correlation
Sig. (2-tailed) .065 .008 .065 .065 .025 .008 .008 .074 .074 .000 .054 .054 .008 .025 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p14 Pearson .728** 1.000** .728** .728** .866** .733** 1.000** .707** .471* .707** .882** .882** .577** 1 .866** .965**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .036 .000 .000 .000 .008 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p15 Pearson .840** .866** .490* .490* 1.000** .866** .866** .612** .357 .612** .764** .764** .500* .866** 1 .883**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .028 .028 .000 .000 .000 .004 .122 .004 .000 .000 .025 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Sum Pearson .782** .965** .755** .755** .883** .769** .965** .767** .594** .787** .868** .868** .671** .965** .883** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .006 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sikap

Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14 s15 jml
s1 Pearson 1 .926** .876** .900** .895** .868** .923** .610** .615** .788** .703** .753** .605** .782** .796** .937**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .004 .000 .001 .000 .005 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s2 Pearson .926** 1 .901** .881** .870** .901** .902** .575** .557* .771** .699** .751** .585** .752** .787** .923**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .011 .000 .001 .000 .007 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s3 Pearson .876** .901** 1 .881** .870** .794** .902** .451* .557* .826** .760** .751** .718** .869** .839** .932**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .046 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s4 Pearson .900** .881** .881** 1 .937** .910** .968** .412 .519* .744** .667** .710** .580** .753** .680** .898**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .071 .019 .000 .001 .000 .007 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s5 Pearson .895** .870** .870** .937** 1 .910** .968** .431 .606** .812** .693** .746** .564** .725** .763** .917**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .058 .005 .000 .001 .000 .010 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s6 Pearson .868** .901** .794** .910** .910** 1 .940** .482* .539* .676** .549* .660** .447* .670** .625** .856**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .031 .014 .001 .012 .002 .048 .001 .003 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s7 Pearson .923** .902** .902** .968** .968** .940** 1 .442 .573** .782** .656** .702** .552* .780** .725** .920**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .051 .008 .000 .002 .001 .012 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s8 Pearson .610** .575** .451* .412 .431 .482* .442 1 .705** .659** .575** .639** .515* .645** .458* .660**
Correlation
Sig. (2-tailed) .004 .008 .046 .071 .058 .031 .051 .001 .002 .008 .002 .020 .002 .042 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s9 Pearson .615** .557* .557* .519* .606** .539* .573** .705** 1 .785** .604** .629** .450* .659** .458* .715**
Correlation
Sig. (2-tailed) .004 .011 .011 .019 .005 .014 .008 .001 .000 .005 .003 .047 .002 .042 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s10 Pearson .788** .771** .826** .744** .812** .676** .782** .659** .785** 1 .898** .880** .690** .835** .753** .918**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .002 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s11 Pearson .703** .699** .760** .667** .693** .549* .656** .575** .604** .898** 1 .963** .847** .754** .786** .856**
Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .001 .001 .012 .002 .008 .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s12 Pearson .753** .751** .751** .710** .746** .660** .702** .639** .629** .880** .963** 1 .818** .740** .755** .883**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .002 .001 .002 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s13 Pearson .605** .585** .718** .580** .564** .447* .552* .515* .450* .690** .847** .818** 1 .830** .775** .763**
Correlation
Sig. (2-tailed) .005 .007 .000 .007 .010 .048 .012 .020 .047 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s14 Pearson .782** .752** .869** .753** .725** .670** .780** .645** .659** .835** .754** .740** .830** 1 .742** .890**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .002 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s15 Pearson .796** .787** .839** .680** .763** .625** .725** .458* .458* .753** .786** .755** .775** .742** 1 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .003 .000 .042 .042 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
jml Pearson .937** .923** .932** .898** .917** .856** .920** .660** .715** .918** .856** .883** .763** .890** .847** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Keterampilan

Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14 s15 jml
s1 Pearson 1 .926** .876** .900** .895** .868** .923** .610** .615** .788** .703** .753** .605** .782** .796** .937**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .004 .000 .001 .000 .005 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s2 Pearson .926** 1 .901** .881** .870** .901** .902** .575** .557* .771** .699** .751** .585** .752** .787** .923**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .011 .000 .001 .000 .007 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s3 Pearson .876** .901** 1 .881** .870** .794** .902** .451* .557* .826** .760** .751** .718** .869** .839** .932**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .046 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s4 Pearson .900** .881** .881** 1 .937** .910** .968** .412 .519* .744** .667** .710** .580** .753** .680** .898**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .071 .019 .000 .001 .000 .007 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s5 Pearson .895** .870** .870** .937** 1 .910** .968** .431 .606** .812** .693** .746** .564** .725** .763** .917**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .058 .005 .000 .001 .000 .010 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s6 Pearson .868** .901** .794** .910** .910** 1 .940** .482* .539* .676** .549* .660** .447* .670** .625** .856**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .031 .014 .001 .012 .002 .048 .001 .003 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s7 Pearson .923** .902** .902** .968** .968** .940** 1 .442 .573** .782** .656** .702** .552* .780** .725** .920**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .051 .008 .000 .002 .001 .012 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s8 Pearson .610** .575** .451* .412 .431 .482* .442 1 .705** .659** .575** .639** .515* .645** .458* .660**
Correlation
Sig. (2-tailed) .004 .008 .046 .071 .058 .031 .051 .001 .002 .008 .002 .020 .002 .042 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s9 Pearson .615** .557* .557* .519* .606** .539* .573** .705** 1 .785** .604** .629** .450* .659** .458* .715**
Correlation
Sig. (2-tailed) .004 .011 .011 .019 .005 .014 .008 .001 .000 .005 .003 .047 .002 .042 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s10 Pearson .788** .771** .826** .744** .812** .676** .782** .659** .785** 1 .898** .880** .690** .835** .753** .918**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .002 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s11 Pearson .703** .699** .760** .667** .693** .549* .656** .575** .604** .898** 1 .963** .847** .754** .786** .856**
Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .001 .001 .012 .002 .008 .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s12 Pearson .753** .751** .751** .710** .746** .660** .702** .639** .629** .880** .963** 1 .818** .740** .755** .883**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .002 .001 .002 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s13 Pearson .605** .585** .718** .580** .564** .447* .552* .515* .450* .690** .847** .818** 1 .830** .775** .763**
Correlation
Sig. (2-tailed) .005 .007 .000 .007 .010 .048 .012 .020 .047 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s14 Pearson .782** .752** .869** .753** .725** .670** .780** .645** .659** .835** .754** .740** .830** 1 .742** .890**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .002 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
s15 Pearson .796** .787** .839** .680** .763** .625** .725** .458* .458* .753** .786** .755** .775** .742** 1 .847**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .003 .000 .042 .042 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
jml Pearson .937** .923** .932** .898** .917** .856** .920** .660** .715** .918** .856** .883** .763** .890** .847** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pengetahuan

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
.963 .965 15

Sikap

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
.975 .975 15

Keterampilan

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
.948 .953 15

Anda mungkin juga menyukai