Anda di halaman 1dari 36

REVIEW JURNAL

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SISTEM


KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG) DAN PENANGANAN DAERAH
RAWAN PANGAN DI KECAMATAM GODONG KABUPATEN GROBOGAN

(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Higiene Sanitasi Makanan, Minuman dan
Tempat-tempat Umum kelas C)

Dosen Pembimbing :

Anita Dewi M., S.KM., M.Kes.

Nama Kelompok :

Andhika Nugroho 182110101019


Tri Valda Gilby Renata 182110101047
Zaefita Rahma Novarina 182110101049
Puput Khoirotul M 182110101050
Diana Farizah Fitri 182110101068
Della Aprisa 182110101133

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................i

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................1

BAB 2. METODE..........................................................................................................................2

2.1 Desain Penelitian...............................................................................................................2

2.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................................2

2.3 Teknik dan Alat Perolehan Data.......................................................................................2

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................3

3.1 Hasil analisis penelitian yang dilakukan secara makro.....................................................3

3.2 Hambatan Pelaksanaan Program:......................................................................................4

3.3 Penanganan Kerawanan Pangan di Kecamatan Godong..................................................4

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7

4.2 Saran..................................................................................................................................9

4.3 Kelebihan dan Kelemahan................................................................................................9

LAMPIRAN.................................................................................................................................11

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerawanan pangan dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain yaitu tidak
adanya akses secara ekonomi bagi individu/rumah tangga untuk memperoleh pangan
yang cukup, tidak adanya akses secara fisik bagi individu rumah tangga untuk
memperoleh pangan yang cukup, tidak tercukupinya pangan untuk kehidupan yang
produktif individu/rumah tangga, dan tidak terpenuhinya pangan secara cukup dalam
jumlah, mutu, ragam, keamanan serta keterjangkauan harga. Kerawanan pangan dapat
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya.
Rendahnya tingkat pendaptan masyarakat dan menurunnya daya beli pangan akan
memperburuh konsumsi energi dan protein masyarakat. Tempat yang menajdi penelitian
Evaluasi Hasil pelaksanaan Program Pemberdayaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi (SKPG) dan Penanganan Daerah Rawan Pangan adalah di Kecamatan Godong
Kabupaten Grobogan. Kecamatan Godong memiliki 28 desa merupakan jumlah desa
terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya dengan jumlah kemiskinan 62%. Masyarakat
di Kecamatan Godong dalam akses fisik terdapat pangan yang dapat menjangkau pangan
dengan mudah karena adanya dukungan prasarana dan sarana mobilitas maupun pasar
yang memadai. Sedangkan aspek sosialnya memang belum terdapat sebuah sistem
perlindungan sosial yang membantunya mendapatkan pangan saat mengalami kekurangan
pangan karena ketersediaan pangan pun masuk dalam kategori sangat tahan pangan.
Kecamatan tersebut relatif aman dari bencana alam yang dapat menyebabkan rawan
pangan transien apabila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan sistem kewaspadaan pangan dan gizi
(SKPG) dan penanganan daerah rawan pangan di Kecamatan Godong Kabupaten
Grobogan?”

1.3 Tujuan Masalah


Mengidentifikasi evaluasi hasil pelaksanaan program pemberdayaan sistem kewaspadaan
pangan dan gizi (SKPG) dan penanganan daerah rawan pangan di kecamatan godong
kabupaten grodongan

1
BAB 2. METODE
2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deksriptif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif karena tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,
menggambarkan berjalannya suatu program untuk mengatasi permasalahan.

2.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Godong, Kabupaten Grobongan, Jawa Tengah
pada tahun 2017.

2.3 Teknik dan Alat Perolehan Data


Peneliti menganalisis hasil penelitian yang telah dilakukan melalui data primer dan
data sekunder yang telah didapatkan. Hasil penelitian ini akan diuraikan menjadi 6
kriteria menurut William Dunn, yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan,
responsivitas dan ketepatan. Setelah itu peneliti akan menganalisi secara makro dari hasil
penelitoan yang telah didapatkan di lapangan.

2
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil analisis penelitian yang dilakukan secara makro


Hasil analisis penelitian yang dilakukan secara makro dapat diuraikan menjadi 6
kategori berdasarkan William Dunn, yaitu:
1. Efektivitas
Keefektivitasan suatu kegiatan dapat dilihat dengan tercapainya tujuan dari kegiatan
tersebut salah satunya yaitu peningkatan pendapatan kelompok sasaran. Namun yang
ditemui di lapangan, kelompok wanita tani Kecamatan Godong sama sekali tidak
mempunyai usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatan.
2. Efisiensi
Pelaksanaan program pemberdayaan SKPG dan penanganan daerah rawan pangan,
BKP Kabupaten Godongan teradapat 5 pegawai dan melibatkan pihak ketiga yang
kompeten. Sehingga pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar
untuk menambah pegawai tetap.
Penentuan waktu kegiatan sangatlah penting bagi organisasi pelaksana. Oleh karena itu
dalam penentuan waktu kegiatan pelatihan keterampilan untuk kelompok sasaran
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi kelompok sasaran yaitu ketika di luar masa
panen dan penanaman.
3. Kecukupan
Diharapkan dengan adanya program pemberdayaan ini, cukup untuk mengatasi
permasalahan yang ada di Kecamatan Godongan, Kabupaten Grobokan.
4. Pemerataan
Dalam setiap pelatihan yang dilakukan oleh BKP Grobogan tiap kelompok
mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan.
5. Responsivitas
Rensonsivitas yang dimaksud adalah ketanggapan suatu organisasi terhadapa
kebutuhan actual dari sasaran. Dalam kriteria renponsivitas peneliti menemukan bahwa
pelatihan dan penyaluran bantuan untuk kelompok wanita tani tidak sesuai dengan
kebutuhan.
6. Ketepatan
Tidak semua kelompok sasaran memiliki usaha sampingan untuk meningkatkan
pendapatan. Kelompok wanita tani tidak dapat mengembangkan pelatihan yang

3
diberikan oleh BKP Kabupate Grobogsn karena dinilai tidak sesuai dengan potensi
mereka.

3.2 Hambatan Pelaksanaan Program:


1. Efektivitas
a. Tidak adanya need assessment atau penggalian kebutuhan ke kelompok sasaran.
b.Mekanisme control kepada kelompok sasaran tidak dilakukan secara berkala.
2. Efisiensi
a. Kurangnya komitmen dari BKP Kabupaten grobogan yang diunjukkan dengan tidak
adanya pendampingan di lapangan setelah pelatihan selesai dilaksanakan.
b. Terbatasnya ketersediaan sarana-prasarana untuk menunjang pelatihan.
3. Kecukupan
a. Masih lemahnya koordinasi antar SKPD dalam penanganan kerawanan pangan.
b. Tidak adanya materi pendukung setelah usaha dari kelompok sasaran berjalan.
c. Kegiatan pelatihan belum cukup untuk mengatasi masalah kerawanan pangan.
4. Pemerataan
Mekanisme kegiata pelatihan tidak dapat diikuti oleh seluruh kelompok sasaran.
5. Responsivitas
a. Tidak ada mekanisme untuk mengekspresikan kebutuhan kelompok sasaran.
b. Tidak adanya koordinasi yang baik antara organisasi pelaksana dengan penerima
manfaat.
6. Ketepatan
a. Materi kegiatan pelatihan tidak sesuai dengan potensi dari kelompok sasaran.
b. Ada beberapa bantuan yang tidak tepat.

3.3 Penanganan Kerawanan Pangan di Kecamatan Godong


BPK Kabupaten Grobogan mempunyai kewajiban untuk mengatasi masalah ketahanan
pangan di Kabupaten Grobogan melalui intervensi program-program perwujudan
ketahanan pangan. Agar keberhasilan program dapat tercipta harus ada hubungan yang
erat antara tiga komponen, yaitu program, organisasi pelaksana, dan penerima manfaat
program.

3.4 Pembahasan
Pembahasan dari pemberdayaan SKPG dan penanganan daerah rawan pangan di
kecamatan Gondong, yang dilakukan peneliti ini menggunakan hasil analisis data primer

4
serta data sekunder yang didapatkan. Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan,
menggambarkan jalannya program guna mengatasi maslah serta menganalisis secara
makro dari hasil penelitian. Didapatkan hasil pelaksanaan program yakni efektifitas,
efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan. Efektifitas pencapaian
tujuan dari program pemberdayaan SKPG dan penanganan daerah rawan pangan di
Kecamatan Godong ini adalah :

1. Program, yaitu program pemberdayaan dan penanganan daerah rawan pangan


2. Tujuan antara, yakni peningkatan pendapatan yang dapat dicapai dengan melakukan
pelayihan pengolahan hasil pangan. Mekanisme pelatihan dilakukan oleh Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan yakni perwakilan kelompok sasaran di
beberapa daerah untuk mengikuti kegitan pelatihan Pratik secara langsung.
Perwakilan tersebut nantinya akan bertugas untuk menyampaikan materi atau ilunya
ke kelompok nya untuk diterapkan. Harapan dari pelatihan ini adalah kelompok
sasaran memiliki usaha sampingan untuk mendapatkan penghasilan.
3. Tujuan akhir, yaitu ketahanan pangan di masyarakat. Tujuan akhir ini dapat tercapai
maka harus mencapai tujuan antara terlebih dahulu.

Efisiensi program ini adalah penetapan waktu kegiatan yaitu ketika masa panen dan
penanaman, sehingga kelompok sasaran dapat mengikuti pelatihan tanpa meninggalkan
pekerjaan mereka yang utama yakni petani. Selain itu juga sangat penting bagi organisasi
pelaksana, karena program yang baik merupakan program yang mengerti dan dapat
menjawab kebutuhan dari sasaran. Kecukupan dari program ini masih tidak cukup untuk
melakukan upaya menangani kerawanan pangan karena menrupakan aspek yang
multidimensi. Artinya tidak hanya berbicara mengenai ketersediaan, tetapi juga askses
masyarakatnya. Perataan dari program ini adalah pemerataan terhadap sasaran di daerah
rawan pangan yaitu kelompok wanita tani dan usaha bersama, serta perwakilan yang
mendapatkan ilmu dari pelatihan dapat disalurkan ke anggota kelompok yang lainnya
sehingga ilmu tersebut dapat diterima oleh seluruh sasaran.

Selain itu dalam pelaksanaan program pemberdayaan SKPG ini dikaji dengan
menggunakan three way fit theory meliputi program, organization dan beneficiaries.
Program ini masih belum terlihat adanya kesesuaian antara 3 unur tersebut. Karena tidak
terlihat adanay kemanfaatan yang dirasakan oleh sasaran, juga tidak adanya need
assessment dari organisasi pelaksana dengan kelompok sasaran dan tidak ada mekanisme

5
untuk kelompok sasaran dapat mengekspresikan kebutuhannya. Kerawanan pangan di
Kecamatan Godong ini meliputi masalah kemampuan membeli ability to pay (ATP),
keinginan membeli willingness to pay (WTP) sudah ada. Harapan dari program ini adalah
meningktakan pendapatan sehingga memiliki kemampuan untuk membeli. Program yang
baik merupakan program yang membidik ATP dan WTP. Memperkuat ATP di
masyarakat dapat dilakuan dengan cara (Ariningsih dan Rahman 2008):

1. Menjaga stabilitas harga pangan


2. Memperluas kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan
3. Pemberdayaan masyarakat misin dan rawan pangan
4. Meningkatkan efektivitas program raskin
5. Menguatkan lembaga pengelola pangan di desa.

Upaya pemerintah untuk menangani kerawanan pangan tidak dapat hanya


mengandalkan satu program saja, melainkan perlu dilakukan sinkronisasi serta koordinasi
antar pemerinta pusat, pemerintah daerah dan SKPD. Karena masalah kerawanan pangan
ini merupakan masalah yang kompleks, sehingga memerlukan perhatian yang lebih
terkait program, peningkatan fasilitas akses pangan baik di rumah tangga maupun bagi
anggota rumah tangga itu sendiri.

6
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
A. Hasil Pelaksanaan Program
1. Efektivitas
Proses pelatihan memang berjalan, namun masih ada kelemahan-kelemahan
mendasar terhadap proses pelatihan tersebut.
2. Efisiensi
Proses kegiatan pelatihan olahan pangan dan penyaluran bantuan alat produksi
masih belum tepat sehingga banyak materi pelatihan dan bantuan alat yang tidak
dapat digunakan oleh kelompok sasaran dan alat yang disediakan bagi peserta
pelatihan juga masih terbatas. Sehingga dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga
untuk mencukupi kekurangan tersebut.
3. Kecukupan
Masyarakat Kecamatan Godong yang tidak dapat mengakses pangan jumlahnya
bertambah dan Kegiatan pelatihan olahan pangan dan bantuan alat produksi yang
diberikan oleh Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan dinilai belum
cukup untuk mengatasi kerawanan pangan
4. Perataan
Kegiatan pelatihan olahan pangan tidak dapat dirasakan secara merata oleh
kelompok sasaran dan masih ada kelompok sasaran yang mendapatkan
bantuannya langsung tanpa pengajuan.
5. Responsivitas
Masih terdapat materi pelatihan dan penyaluran bantuan alat produksi yang tidak
sesuai dan tidak diikutkannya partisipasi dari kelompok sasaran dalam
penyusunan materi kegiatan pelatihan.
6. Ketepatan
Kelompok sasaran wanita tani tidak dapat mengembangkan pelatihan yang
diberikan oleh Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan karena dinilai tidak
sesuai dengan potensi mereka. Kelompok wanita tani merasa kesulitan dalam
pemasaran produk olahan pangan tersebut. Sedangkan bagi kelompok usaha
bersama, pelatihan yang diberikan dapat dimanfaatkan karena orang orang yang
tergabung dalam kelompok usaha bersama ini memang berfokus pada usaha
olahan pangan.

7
B. Hambatan Pelaksanaan Program
1. Efektivitas
Tidak adanya need assessment atau penggalian kebutuhan ke kelompok sasaran
dan mekanisme kontrol kepada kelompok sasaran yang telah menerima pelatihan
olahan pangan dan bantuan alat produksi tidak dilakukan berkala
2. Efisiensi
Kurangnya komitmen dari Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan
terhadap program pemberdayaan SKPG dan penanganan kerawanan pangan di
Kecamatan Godong dan terbatasnya ketersediaan sarana prasarana untuk
menunjang kegiatan pelatihan,
3. Kecukupan
Masih lemahnya koordinasi antar SKPD dalam penanganan kerawanan pangan,
tidak adanya materi pendukung setelah usaha tersebut berjalan dan kegiatan
pelatihan olahan pangan dan bantuan alat produksi yang dilaksanakan belum
cukup untuk mengatasi masalah kerawanan pangan yang disebabkan rendahnya
kemampuan daya beli masyarakat
4. Perataan
ilmu yang didapat dari kegiatan pelatihan tidak merata secara optimal pada
kelompok sasaran.
5. Responsivitas
Tidak ada mekanisme dari organisasi pelaksana kepada kelompok sasaran untuk
mengekspresikan kebutuhannya dan tidak adanya koordinasi yang baik antara
organisasi pelaksana dan penerima manfaat sehingga organisasi pelaksana belum
mampu menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya
diuntungkan dari adanya kegiatan pelatihan olahan pangan dan bantuan alat
produksi.
6. Ketepatan
Masih ada penyaluran bantuan kepada kelompok sasaran yang dilakukan langsung
tanpa koordinasi sehingga ada beberapa bantuan yang tidak tepat

8
4.2 Saran
1. Dibuat sebuah mekanisme untuk menggali kebutuhan dari kelompok sasaran
2. Sebaiknya kontrol dilakukan berkala oleh organisasi pelaksana untuk melihat
sejauhmana kemanfaatan program.
3. Sinkronisasikan program yang berkaitan antar SKPD untuk menangani
kerawanan pangan agar program dapat memenuhi kriteria merata, cukup dan
tepat.
4. Sebaiknya dilakukan pembinaan kepada pelaksana program untuk membangun
komitmen dalam mengemban tugas
5. Sebaiknya kegiatan pelatihan yang diadakan tidak hanya diikuti oleh perwakilan
saja.
6. Adakan pendampingan berkala kepada kelompok sasaran
7. Pekarangan yang luas dapat dimanfaatkan dengan ditanami tanaman yang
menguntungkan dari segi ekonomi maupun untuk konsumsi sendiri.
8. Organisasi pelaksana harus mampu mengintervensi dalam hal stabilitas harga,
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan, pemberdayaan,
peningkatan efektivitas program raskin, dan penguatan lembaga pengelola
pangan di perdesaan.

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Penelitian


a. Kelebihan
1) Keterkaitan judul dengan isi yang dibahas sudah cukup konsisten sehingga
pemabahasan tidak melebar dari judul.
2) Abstrak di dalam jurnal dinarisakan dengan cukup jelas sehingga dengan
membaca abstraknya saja pembaca dapat mengetauhi hasil dari penelitian
tersebut.
3) Di dalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai pelaksanaan dan hambatan dalam
menjalankan program sehingga pembaca juga bisa tau megenai progres
kegiatan dan kesulitan yang dialami oleh pelaksana program.
4) Kesimpulan yang dibuat sudah terperinci dan dipaparkan secara jelas.
5) Struktur artikel disusun dengan teratur dimulai dari abstrak saran dengan
runtut, sehingga mudah untuk dipahami pambaca.

9
6) Untuk daftar pustaka yang digunakan sudah cukup bagus serta daftar
pustakanya ditulis secara terpisah antara sumber dari buku, regulasi dan jurnal.

b. Kekurangan
1) Dalam penelitian ini tidak dijelaskan secara spesifik mengenai berapa jumlah
responden atau sampel yang diteliti.
2) Penyajian data berupa tabel juga sangat minim sehingga pembaca merasa
kesulitan dan membutuhkan waktu lama untuk memahami isinya.
3) Penyajian hasil dalam artikel ini berbentuk narasi sehingga perlu focus yang
lebih untuk pembaca memahami isinya.
4) Saran yang diberikan pada artikel ini hanya kepada pihak pelaksanan program,
seharusnya peneliti juga memberikan saran kepada pemangku kebijakan yaitu
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah.

10
NOTULENSI

A. Identitas jurnal yang di analisis :

Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sistem Kewaspadaan


Pangan dan Gizi (Skpg) dan Penanganan Daerah Rawan Pangan di
Kecamatam Godong Kabupaten Grobogan
Penulis : Ulul Karima dan Ari Subowo
Tahun terbit : 2017
Volume :6
Isu :2
Halaman : 336 – 355

B. Nama anggota kelompok :


1. Andhika Nugroho 182110101019
2. Tri Valda Gilby Renata 182110101047
3. Zaefita Rahma Novarina 182110101049
4. Puput Khoirotul M 182110101050
5. Diana Farizah Fitri 182110101068
6. Della Aprisa 182110101133

C. Sesi diskusi :
1. Penanya 1 : Nur Aziza Wahdaliya (182110101044)
Penjawab : Diana Farizah Fitri (182110101068)
Pertanyaan :
Hambatan pada pemerataan petani, lalu bagaimana menilai keberhasilan
program dalam menangani kerawanan pangan? Apakah di dalam jurnal
dijelaskan?
Jawaban :
Cara menilai keberhasilan dalam menangani kerawanan pangan yaitu
dilihat dari terciptanya hubungan yang erat anatara 3 komponen penanganan
kerawanan pangan di kecamatan godong yaitu komponen program, organisasi
pelaksana, dan penerima manfaat program. Dalam jurnal tersebut dijelakan hal

11
tersebut dan juga terkait usaha pemerataan yaitu adanya kesempatan untuk
semua masyarakat mengikuti pelatihan dam pemberian bantuan diawal
pelaksanaan program.

2. Penanya 2 : Jamilatul Wahida (18211010162)


Penjawab : Andhika Nugroho (182110101019)
Pertanyaan :
Dalam hambatan penelitian dijelaskan bahwa tidak ada need asesessment
yang dibagikan kepada sasaran. Seharusnya di ansit biasanya dicantumkan.
Apakah di jurnal trsebut dijelaskan mengenai ansit di daerah tersebut?
Jawaban :
Dalam jurnal tidak dijelsakan mengenai analisis situasinya. Namun
dalam jurnal penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu
sumber data primer dan sekunder. Untuk data sekunder program yaitu peneliti
mengambil dari program yang sudah dilakukan sebelumnya di daerah tersebut.
sedangkan untuk sumber data primer, peneliti melakukan intervensi kepada
sasaran. Intervensi ini dilakukan hanya kepada ketua kelompok saja, yang
kemudian diharapkan mereka akan menyebarluaskan informasi ke anggotanya.
Namun masih banyak dari ketua ini tidak menyebarluaskan kepada anggotanya
sehingga sulit untuk memberikan need assessment kepada sasaran.

12
LAMPIRAN

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SISTEM


KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG) DAN PENANGANAN
DAERAH RAWAN PANGAN DI KECAMATAN GODONG KABUPATEN
GROBOGAN

Oleh:
Ulul Karima, Ari Subowo

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
The food insecurity problem is a complex issue because it does not only concern
about the availability of food itself. Adequate food supply does not automatically indicate the
conditions of food security at individual and household level. This study aims to explain the
results of implementation of empowerment program of Food and Nutrition Vigilance System
(SKPG) and Food Insecurity Handling at Godong District Regency of Grobogan as well as
finding out the challenges and bottlenecks during the implementation of the program. The
method used in this research is descriptive-qualitative method. In this study, the author use
William Dunn’s six criteria of evaluation: effectiveness, efficiency, adequacy, equalization,
responsiveness, and accuracy. The author found out that the program cannot be run
optimally because the implementation program without need assessment. The program also
did not meet the criteria of adequacy because the results of the program have not been able
to solve the food insecurity problem, which proven by the increasing number of pre-
prosperous family as much as 11.33% in 2015. Achieving equalization is yet not optimal
indicated by minimal participation of groups inactivities carried out by BKP Grobogan. On
the criteria of responsiveness, the program is not yet well assessed, which the needs of the
target groups are not in accordance with the requirements. The accuracy of this program is
also seen minimal because the target groups which are expected to have side business
apparently not all of them has one.

Keywords : Food Insecurity, Food Security, Evaluation

I. PENDAHULUAN

Badan Ketahanan Pangan (Purwantini, 2014: 14) mengemukakan bahwa


13
kerawanan pangan dapatdisebabkan oleh
banyak faktor, antara lain:

(a) tidak adanya akses secara ekonomi


bagi individu/ rumah tangga untuk
memperoleh pangan yang cukup; (b) tidak
adanya akses secara fisik bagi individu

rumah tangga untuk memperoleh pangan daya beli pangan akan memperburuk
yang cukup; (c) tidak tercukupinya pangan konsumsi energi dan protein masyarakat.
untuk kehidupan yang produktif individu/ Di Jawa Tengah status dari aspek
rumah tangga; dan (d) tidak terpenuhinya ketersediaan pangan menurut Badan
pangan secara cukup dalam jumlah, mutu, Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah
ragam, keamanan, serta keterjangkauan pada tahun 2015 adalah aman. Namun,
harga. Lebih lanjut dikatakan bahwa status regional ini belum tentu pada tingkat
kerawanan pangan dapat dipengaruhi oleh kabupaten/ kota juga demikian. Seluruh
daya beli masyarakat yang ditentukan oleh kabupaten/ kota tersebut akan diuraikan
tingkat pendapatannya. Rendahnya tingkat pada tabel berikut ini:
pendapatan masyarakat dan menurunnya

Tabel 1.1
Analisis SKPG Jawa Tengah Tahun 2015 dari Aspek Ketersediaan Pangan

Populasi Produksi Rasio


Kabupaten/ Skor
No 2014 Bersih Ketersediaan
Kota Pertanian
(Jiwa) (Gr/Kap/hr) (r)
1 Cilacap 1.892.650 664 2,21 1
2 Banyumas 1.674.786 347 1,16 1
3 Purbalingga 955.814 460 1,53 1
4 Banjarnegara 985.981 615 2,05 1
5 Kebumen 1.241.165 712 2,37 1
6 Purworejo 763.131 838 2,79 1
7 Wonosobo 843.645 854 2,85 1
8 Magelang 1.225.742 635 2,12 1
9 Boyolali 978.108 858 2,86 1
10 Klaten 1.246.135 615 2,05 1
11 Sukoharjo 907.876 624 2,08 1
12 Wonogiri 1.058.149 2.155 7,18 1
13 Karanganyar 867.684 784 2,61 1
14
14 Sragen 884.080 1.369 4,56 1
15 Grobogan 1.479.737 1.608 5,36 1
16 Blora 981.969 1.358 4,53 1
17 Rembang 692.598 1.217 4,06 1
18 Pati 1.340.549 1.310 4,37 1
19 Kudus 820.953 339 1,13 2
20 Jepara 907.888 796 2,65 1
21 Demak 1.227.951 1.126 3,75 1
22 Semarang 970.562 587 1,96 1
23 Temanggung 745.649 752 2,51 1
24 Kendal 988.748 929 3,10 1
25 Batang 793.479 602 2,01 1
26 Pekalongan 954.548 319 1,06 2
27 Pemalang 1.487.184 516 1,72 1
28 Tegal 1.608.290 454 1,51 1
29 Brebes 1.996.460 607 2,02 1
30 Kota Magelang 110.769 44 0,15 3
31 Kota Surakarta 398.926 4 0,01 3
32 Kota Salatiga 195.448 98 0,33 3
33 Kota Semarang 1.438.961 36 0,12 3
34 Kota Pekalongan 282.713 47 0,16 3
35 Kota Tegal 238.704 24 0,08 3
Jawa Tengah 35.087.032 754 2,51
Aman (28) Waspada (1) Rawan(6)

Sumber: Laporan Tahunan SKPG Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2015
Pada tabel 1.1, kolom rasio ketersediaannya untuk konsumsi penduduk
ketersediaan pangan dihasilkan dari Jawa Tengah secara makro cukup.
produksi pangan pokok yaitu padi, jagung, Untuk melihat aspek akses pangan
ubi kayu, dan ubi jalar. Rasio secara ekonomi, fisik dan sosial akan
diuraikan pada tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Analisis SKPG Jawa Tengah Tahun 2015 dari Aspek Akses Pangan

KK_Pra % Pra
KK
Kabupaten/ Jumlah KK Pra dan & Skor
No Sejahtera
Kota Keluarga Sejahtera Sejahtera Sejahte Miskin
I
I (Total) ra I (r)
1 Cilacap 519.850 130.794 134.269 265.063 50,99 3
2 Banyumas 484.416 109.299 95.772 205.071 42,33 3

15
3 Purbalingga 287.939 71.844 58.112 129.956 45,13 3
4 Banjarnegara 286.266 70.726 68.977 139.703 48,80 3
5 Kebumen 357.854 92.777 74.842 167.619 46,84 3
6 Purworejo 222.238 53.630 44.073 97.703 43,96 3
7 Wonosobo 245.916 54.274 51.244 105.518 42,91 3
8 Magelang 353.720 92.743 63.378 156.121 44,14 3
9 Boyolali 296.675 98.895 48.399 147.294 49,65 3
10 Klaten 364.056 65.271 75.559 140.830 38,68 2

16
11 Sukoharjo 242.714 47.453 52.798 100.251 41,30 3
12 Wonogiri 328.187 49.781 60.509 110.290 33,61 2
13 Karanganyar 253.155 29.256 24.719 53.975 21,32 2
14 Sragen 262.073 65.618 89.457 155.075 59,17 3
15 Grobogan 453.269 272.242 57.381 329.623 72,72 3
16 Blora 288.146 121.764 73.741 195.505 67,85 3
17 Rembang 183.978 75.268 29.166 104.434 56,76 3
18 Pati 420.626 137.055 83.179 220.234 52,36 3
19 Kudus 229.168 23.231 40.904 64.135 27,99 2
20 Jepara 279.235 69.154 92.323 161.477 57,83 3
21 Demak 355.791 127.691 82.897 210.588 59,19 3
22 Semarang 297.193 76.407 67.873 144.280 48,55 3
23 Temanggung 224.509 53.866 28.814 82.680 36,83 2
24 Kendal 290.467 100.536 41.980 142.516 49,06 3
25 Batang 230.134 77.247 53.051 130.298 56,62 3
26 Pekalongan 259.047 52.352 60.523 112.875 43,57 3
27 Pemalang 400.915 121.145 90.032 211.177 52,67 3
28 Tegal 432.575 79.146 92.563 171.709 39,69 2
29 Brebes 554.163 152.265 126.567 278.832 50,32 3
30 Kota Magelang 33.571 4.860 6.769 11.629 34,64 2
31 Kota Surakarta 122.925 10.259 22.108 32.367 26,33 2
32 Kota Salatiga 62.398 6.926 8.741 15.667 25,11 2
33 Kota Semarang 415.526 41.788 74.932 116.720 28,09 2
34 Kota Pekalongan 77.061 11.712 14.971 26.683 34,63 2
35 Kota Tegal 69.713 11.795 17.666 29.461 42,26 3
Jawa Tengah 10.185.469 2.659.070 2.108.289 4.767.359 46,81

Aman (0) Waspada (11) Rawan (24)


Sumber: Laporan Tahunan SKPG Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Sedangkan sisanya yaitu 11 kabupaten/

Pada tabel 1.2, yang menjadi


perhitungan dari Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Tengah terhadap akses
pangan hanya dari segi akses ekonomi
saja. Akses ekonomi ini dihitung dari
jumlah KK Pra dan Sejahtera I. Terlihat
pada tabel 1.2, dari 35 kabupaten/ kota
Provinsi Jawa Tengah tidak ada yang
berstatus aman. Sementara itu terdapat 24
kabupaten/ kota yang diindikasi rawan.
17
kota terindikasi dalam status waspada tinggi dibanding daerah lain, yaitu sebesar
akses pangan. 5,36. Namun, pada aspek akses pangan
Dilihat dari data yang ada, yang dilihat dari data analisis SKPG Jawa
wilayah Kabupaten Grobogan dalam Tengah tahun 2015 memiliki angka
aspek ketersediaan pangan memiliki kerawanan yang paling tinggi yaitu 72,72.
rasio ketersediaan pangan paling

Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi akses fisik terhadap pangan dapat
di mana ketersediaan pangan cukup tetapi menjangkau pangan dengan mudah karena
tidak ada kemampuan untuk memperoleh adanya dukungan prasarana dan sarana
pangan. mobilitas maupun pasar yang memadai.
Lokus yang akan menjadi tempat Sedangkan aspek sosialnya memang
penelitian Evaluasi Hasil Pelaksanaan belum terdapat sebuah sistem
Program Pemberdayaan Sistem perlindungan sosial yang membantunya
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) mendapatkan pangan pada saat mengalami
dan Penanganan Daerah Rawan Pangan kekurangan karena di Kecamatan Godong
adalah di Kecamatan Godong Kabupaten ketersediaan pangannya pun masuk dalam
Grobogan. Kecamatan Godong memiliki kategori sangat tahan pangan. Kecamatan
28 desa yang merupakan jumlah desa Godong juga relatif aman dari bencana
terbanyak dibanding kecamatan lainnya alam yang dapat menyebabkan rawan
dengan jumlah kemiskinan 62%. pangan transien apabila dibandingkan dari
Masyarakat di Kecamatan Godong kecamatan lainnya.
dalam

I. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan tipe tujuannya adalah mendeskripsikan,


penelitian deskriptif, dan penulis menggambarkan berjalannya suatu
menggunakan pendekatan kualitatif karena program untuk mengatasi permasalahan.

II. Hasil Penelitian

Pembahasan dalam program penelitian yang telah dilakukan melalui data


pemberdayaan SKPG dan penanganan primer dan data sekunder yang telah
daerah rawan pangan di Kecamatan didapatkan. Hasil penelitian ini akan diuraikan
Godong, peneliti menganalisis hasil menjadi 6 kriteria menurut William Dunn,
18
yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, menganalisis secara makro dari hasil
pemerataan, responsivitas dan ketepatan. penelitian yang telah didapatkan di
setelah itu peneliti akan lapangan.
1. Hasil Pelaksanaan Program
A. Efektivitas
Mekanisme pencapaian tujuan dari
program pemberdayaan SKPG dan
penanganan daerah rawan pangan di
Kecamatan Godong di tampilkan pada
gambar 4.1

19
Gambar 4.1
Mekanisme Pencapaian Tujuan

Program Tujuan Antara Tujuan Akhir

Progam pemberdayaan
SKPG dan penanganan Peningkatan pendapatan Ketahanan pangan di
daerah rawan pangan masyarakat

Sumber: Tjokrowinoto (2007:133), diolah Kecamatan Godong sama sekali tidak


Untuk mencapai tujuan akhir yaitu mempunyai usaha sampingan. Proses
ketahanan pangan di masyarakat maka pelatihan memang berjalan, namun masih ada
harus mencapai tujuan antara terlebih kelemahan-kelemahan mendasar terhadap
dahulu yaitu dengan peningkatan proses pelatihan tersebut. Pertama, tidak
pendapatan. Untuk mencapai tujuan antara adanya kemanfaatan program. Kedua, tidak
tersebut melakukan pelatihan-pelatihan adanya need assessment atau penggalian
pengolahan hasil pangan. Mekanisme kebutuhan terhadap materi-materi pelatihan.
pelatihan yang dilakukan oleh Badan B. Efisiensi
Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan Sumber daya manusia dalam
yaitu perwakilan kelompok sasaran dari pelaksanaan program pemberdayaan SKPG
berbagai daerah diundang untuk mengikuti dan penanganan daerah rawan pangan terdapat
pelatihan yang diselenggarakan. Bentuk 5 pegawai. Dalam pelaksanaan kegiatan-
pelatihan tersebut adalah dengan kegiatan, BKP Kabupaten Grobogan
memperlihatkan cara-cara pembuatan dan melibatkan pihak ketiga yang berkompeten,
praktik langsung. Kemudian perwakilan dengan begitu pemerintah tidak perlu
dari setiap kelompok sasaran tersebut mengeluarkan biaya untuk menambah
membagi ilmunya kepada kelompoknya pegawai tetap. Dilihat dari jenjang
masing-masing untuk diterapkan. Harapan pendidikannya (S-1 berjumlah 3 orang dan S-
dari hasil pelatihan tersebut adalah 2 berjumlah 2 orang), kelima pegawai tersebut
kelompok sasaran mempunyai usaha dinilai berkompeten. Begitu juga dengan
sampingan, namun yang ditemui di sarana prasarana, BKP juga melibatkan pihak
lapangan, kelompok wanita tani ketiga untuk mencukupi kebutuhan sarana
` Proses pelatihan memang berjalan, namun
masih ada kelemahan-kelemahan mendasar terhadap

20
proses pelatihan tersebut. Pertama, tidak adanya Kabupaten Grobogan melibatkan pihak ketiga
kemanfaatan program. Kedua, tidak adanya need
yang berkompeten, dengan begitu pemerintah
assessment atau penggalian kebutuhan terhadap
materi-materi pelatihan. tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
menambah pegawai tetap. Dilihat dari jenjang
C. Efisiensi
pendidikannya (S-1 berjumlah 3 orang dan S-
Sumber daya manusia dalam
2 berjumlah 2 orang), kelima pegawai tersebut
pelaksanaan program pemberdayaan
dinilai berkompeten. Begitu juga dengan
SKPG dan penanganan daerah rawan
sarana prasarana, BKP juga melibatkan pihak
pangan terdapat 5 pegawai. Dalam
ketiga untuk mencukupi kebutuhan sarana
pelaksanaan kegiatan-kegiatan, BKP

prasarana saat melaksanakan kegiatan Bahkan KK pra sejahtera meningkat 11,33%


namun, meskipun begitu sarana prasarana dari tahun 2014 ke tahun 2015. Itu artinya
belum juga terpenuhi. program ini belum cukup untuk mengatasi
Dalam penentuan waktu kegiatan permasalahan yang ada di Kecamatan Godong
pelatihan keterampilan untuk kelompok Kabupaten Grobogan. Pemerintah dalam
sasaran di Kecamatan Godong, BKP upaya perumusan sebuah program tidak boleh
Kabupaten Grobogan menyesuaikan hanya mengandalkan kegiatan-kegiatan itu
dengan situasi dan kondisi kelompok saja, dimana kegiatannya adalah melakukan
sasaran yang mayoritas petani, yaitu pelatihan dan penyaluran bantuan alat
dengan melaksanakan kegiatan di luar
masa panen dan masa penanaman.
Sehingga kelompok sasaran dapat
mengikuti pelatihan tanpa meninggalkan
pekerjaan utamanya sebagai petani.
Penentuan waktu kegiatan menjadi sangat
penting bagi organisasi pelaksana, karena
program yang baik adalah program yang
mengerti dan dapat menjawab kebutuhan
dari kelompok sasaran.
D. Kecukupan
Permasalahan utama yang ada di
Kecamatan Godong adalah tidak adanya
kemampuan masyarakat untuk mengakses
pangan pada tingkat rumah tangga.
21
produksi. Karena kegiatan tersebut anggota lain. Jadi, tidak semua anggota
tidak akan pernah cukup untuk kelompok mendapatkan ilmunya secara
melakukan upaya-upaya menangani langsung.
kerawanan pangan, karena aspek Untuk masalah bantuan alat produksi,
kerawanan pangan itu merupakan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
aspek yang multidimensi, tidak hanya Grobogan mulai tahun 2014 memberikan
bicara tentang ketersediaan tetapi bantuan berdasarkan proposal pengajuan yang
apakah masyarakat dapat diajukan ke Badan Ketahanan Pangan
mengaksesnya atau tidak. Untuk Kabupaten Grobogan. Jadi tergantung dari
mengatasinya seharusnya ada masyarakat mau memanfaatkan kesempatan
keterkaitan program antar SKPD, yang diberikan atau tidak. Namun, di lapangan
seperti dari dinas perindustrian dan juga masih ditemukan bahwa bantuan alat
perdagangan, dinas koperasi, dinas produksi ada yang diberikan langsung dari
pertanian, dinas pendidikan. Alasan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
ekonomi yang menjadi permasalahan Grobogan tanpa pengajuan.
utama terhadap akses pangan menjadi Hal yang menjadi sorotan bagi peneliti
tanggung jawab bersama untuk dalam kriteria perataan adalah mengenai
mengatasinya. kegiatan pelatihan yang hanya mengirimkan
E. Perataan delegasi saja. Temuan di lapangan yang terjadi
Kelompok sasaran program adalah ilmu tersebut tidak terbagi secara
pemberdayaan SKPG dan penanganan merata di kelompok sasaran karena delegasi
daerah rawan pangan di Kecamatan yang dikirim tidak cukup menguasai materi.
Godong Kabupaten Grobogan ada dua, Pada kriteria perataan ini kemanfaatan
yaitu kelompok wanita tani dan program tidak dirasakan oleh kelompok
kelompok usaha bersama. Dalam sasaran secara merata.
setiap pelatihan yang diadakan oleh F. Responsivitas
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Suatu organisasi dinilai gagal apabila tidak
Grobogan tiap kelompok mendapatkan menanggapi kebutuhan aktual dari
undangan untuk mengikuti pelatihan. kelompok yang semestinya diuntungkan
Tidak semua anggota kelompok dapat dari adanya suatu program. Dalam kriteria
mengikutinya, hanya akan ada dua atau responsivitas peneliti menemukan bahwa
tiga orang saja sebaga delegasinya. pelatihan dan penyaluran bantuan untuk
Setelah itu hasil yang didapat oleh para kelompok wanita tani tidak sesuai dengan
delegasi inilah dibagikan kepada kebutuhan. Seperti bantuan perajangan

22
ketela yang diberikan kepada karena dinilai tidak sesuai dengan potensi
kelompok wanita tani, padahal harga mereka. Kelompok wanita tani merasa
ketela di Kecamatan Godong mahal, kesulitan dalam pemasaran produk olahan
sehingga alat tidak terpakai. pangan tersebut. Sedangkan bagi kelompok
Kejadian seperti itu sebenarnya usaha bersama, pelatihan yang diberikan dapat
adalah sesuatu yang dapat dihindari dimanfaatkan karena orang-orang yang
dan dapat dicegah. Sebelum tergabung dalam kelompok usaha bersama ini
pelaksanaan kegiatan, dimana dalam memang berfokus pada usaha olahan pangan,
program ini adalah kegiatan pelatihan sehingga mereka sangat terbantu dengan
dan penyaluran bantuan, sangat adayan kegiatan pelatihan dan bantuan alat
penting jika kelompok sasaran diajak produksi.
untuk ikut serta, karena merekalah Kelompok sasaran yang telah
yang paling memahami dan merasakan mengikuti pelatihan dan mendapatkan bantuan
langsung kebutuhan dan masalah yang alat wajib mengirimkan hasilnya (produknya)
terjadi. Tidak adanya koordinasi yang setiap tiga bulan sekali. Hal tersebut sebagai
baik antara organisasi pelaksana dan bentuk kontrol dari Badan Ketahanan Pangan
penerima manfaat dinilai sebagai Kabupaten Grobogan. Apabila kelompok
kegagalan organisasi pelaksana untuk tersebut tidak mengirimkan hasilnya maka
menanggapi kebutuhan aktual dari bantuan alat tersebut dapat ditarik kembali
kelompok yang semestinya oleh Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
diuntungkan dari adanya suatu Grobogan. Namun, yang terjadi di lapangan,
program. pada kelompok wanita tani, control tersebut
G. Ketepatan tidak berjalan, dan alat yang sudah
Hasil yang dari kegiatan pelatihan terbengkelai juga dibiarkan begitu saja.
yang dilakukan oleh Badan Ketahanan 2. Hambatan Pelaksanaan Program
Pangan Kabupaten Grobogan adalah 5 Efektivitas
kelompok sasaran mempunyai usaha 1. Tidak adanya need assessment atau
sampingan sehingga dapat meningkatkan penggalian kebutuhan ke kelompok
pendapatan. Namun kenyataannya tidak sasaran, sehingga kegiatan pelatihan
semua kelompok sasaran mempunyai dan bantuan alat produksi tidak
usaha sampingan. Kelompok sasaran memberikan kemanfaatan kepada
wanita tani tidak dapat mengembangkan kelompok sasaran. Padahal sangat
pelatihan yang diberikan oleh Badan penting jika kelompok sasaran diajak
Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan untuk ikut serta,
23
karena merekalah yang paling sehingga peserta pelatihan dalam
memahami dan merasakan praktek langsung tidak dapat
langsung kebutuhan dan optimal. Meskipun sudah
masalah yang terjadi. bekerjasama
2. Mekanisme kontrol kepada dengan pihak ketiga, namun hal
kelompok sasaran yang telah tersebut masih kurang dalam hal
menerima pelatihan olahan ketersediaan sarana dan prasarana
pangan dan bantuan alat pelatihan.
produksi tidak dilakukan 7 Kecukupan
berkala, yang awalnya tiga 1. Masih lemahnya koordinasi antar
bulan sekali menjadi tidak SKPD dalam penanganan kerawanan
dilakukan sama sekali. pangan. Kerawan pangan merupakan
6 Efisiensi aspek yang multidimensi, tidak hanya
1. Kurangnya komitmen dari bicara tentang ketersediaan tetapi
Badan Ketahanan Pangan apakah masyarakat dapat
Kabupaten Grobogan terhadap mengaksesnya atau tidak. Program ini
program pemberdayaan SKPG dinilai belum cukup untuk mengatasi
dan penanganan kerawanan permasalahan utama yang ada sehingga
pangan di Kecamatan Godong. dibutuhkan koordinasi anntar SKPD.
Hal tersebut ditunjukkan 2. Tidak adanya materi pendukung
dengan tidak adanya setelah usaha tersebut berjalan,
pendampingan di lapangan sehingga usaha beberapa kelompok
setelah kegiatan pelatihan sasaran tidak dapat bertahan lama.
selesai dilaksanakan. Sehingga 3. Kegiatan pelatihan olahan pangan dan
yang terjadi adalah inefisiensi bantuan alat produksi yang
karena apa yang telah dilaksanakan oleh Badan Ketahanan
diupayakan oleh Badan Pangan Kabupaten Grobogan belum
Ketahanan Pangan Kabupaten cukup untuk mengatasi masalah
Grobogan, di kelompok sasaran kerawanan pangan yang disebabkan
tidak terpakai atau tidak rendahnya kemampuan daya beli
membuahkan hasil. masyarakat.
2. Terbatasnya ketersediaan 8 Perataan
sarana prasarana untuk Mekanisme kegiatan pelatihan tidak
menunjang kegiatan pelatihan, dapat diikuti oleh seluruh kelompok sasaran,
24
mereka hanya dapat mendelegasikan
beberapa perwakilan saja.

Sehingga ilmu yang didapat dari Ketahanan Pangan Kabupaten


kegiatan pelatihan tidak merata secara Grobogan tidak sesuai dengan
optimal pada kelompok sasaran. potensi dari kelompok sasaran,
9 Responsivitas sehingga tidak dapat
1. Tidak ada mekanisme dari berkembang.
organisasi pelaksana kepada 2. Masih ada penyaluran bantuan
kelompok sasaran untuk kepada kelompok sasaran yang
mengekspresikan dilakukan langsung tanpa
kebutuhannya. Padahal koordinasi sehingga ada beberapa
merekalah yang paling bantuan yang tidak tepat.
memahami dan merasakan  Penanganan Kerawanan Pangan di
langsung kebutuhan dan Kecamatan Godong
masalah yang terjadi. Badan Ketahanan Pangan
2. Tidak adanya koordinasi yang Kabupaten Grobogan mempunyai
baik antara organisasi kewajiban untuk mengatasi masalah
pelaksana dan penerima
ketahanan pangan di Kabupaten
manfaat sehingga organisasi
Grobogan melalui intervensi program-
pelaksana belum mampu
program perwujudan ketahanan
menanggapi kebutuhan aktual
pangan. Agar keberhasilan program
dari kelompok yang semestinya
dapat tercipta harus ada hubungan yang
diuntungkan dari adanya
erat antara tiga komponen, yaitu
kegiatan pelatihan olahan
program, organisasi pelaksana dan
pangan dan bantuan alat
penerima manfaat program. Skematis
produksi. Hal tersebut
teori David Korten dapat dilihat berikut
dibuktikan dengan masih
ini:
adanya kesalahan dalam materi
kegiatan pelatihan dan
penyaluran alat produksi.
10 Ketepatan
1. Materi kegiatan pelatihan
olahan bahan pangan yang
dilakukan oleh Badan
25
Gambar 4.2
Three Way Fit Theory

Program

Program
Output Task requirements

Beneficiary
needs
Means of Distinctive
demand Competenc
Beneficiaries organization e
Organization

Expression
pelatihan dan bantuan alat produksi dinilai
Sumber : Moeljarto Tjokrowinoto,
2007:136 belum cukup untuk mengatasi
permasalahan yang ada karena KK miskin
Dalam pelaksanaan program
pun malah mengalami penambahan sekitar
pemberdayaan SKPG dan penanganan
11,33 %.
daerah rawan pangan di Kecamatan
Godong terlihat belum ada kesesuaian Pemerintah dalam upaya perumusan
antara 3 unsur tersebut, yaitu program, sebuah program tidak boleh hanya
organisasi pelaksana dan penerima mengandalkan kegiatan-kegiatan itu saja yaitu
manfaat. Hal tersebut terlihat tidak pelatihan dan bantuan alat produksi, karena
adanya kemanfaatan yang dirasakan oleh kegiatan itu tidak akan pernah cukup untuk
penerima manfaat selain itu tidak adanya melakukan upaya- upaya kerawanan pangan,
need assessment dari organisasi karena aspek kerawanan pangan itu
pelaksana merupakan aspek yang multidimensi, tidak
dengan kelompok sasaran. Belum ada hanya bicara tentang ketersediaan, tapi apakah
Decision making sebuah mekanisme masyarakat juga bisa membelinya atau tidak.
dimana kelompok sasaran tersebut dapat Kerawanan pangan di Kecamatan Godong
mengekspresikan kebutuhannya. Program adalah mengenai permasalahan kemampuan
pemberdayaan SKPG dan penanganan untuk membeli pangan atau ability to pay
daerah rawan di Kecamatan Godong (ATP). Sementara keinginan untuk membeli
dengan konsep atau willingness to pay (WTP) di Kecamatan
26
Godong sudah ada. Harapannya dari apabila terjadi kerawanan pangan maka
program pemberdayaan SKPG dan kestabilan ekonomi, politik dan sosial akan
penanganan kerawanan pangan di terguncang. Untuk memperkuat ATP di
Kecamatan Godong adalah ada keinginan masyarakat terhadap pangan dalam jangka
untuk meningkatkan pendapatan sehingga panjang, perlu adanya upaya yang dilakukan
mereka mempunyai kemampuan untuk melalui (Ariningsih dan Rachman, 2008:53) :
membeli. Kemauan dan kemampuan a. Menjaga stabilitas harga pangan;
adalah dua hal yang berbeda. Lebih b. Perluasan kesempatan kerja dan
baiknya adalah mereka mau dan mampu. peningkatan pendapatan;
Sebuah program yang baik adalah c. Pemberdayaan masyarakat miskin dan
membidik ATP dan juga WTP. Di rawan pangan;
Kecamatan Godong sendiri WTP nya d. Peningkatan efektivitas program
sudah ada namun ATP nya belum ada. raskin; dan
ATP inilah yang akan dibidik oleh proses e. Penguatan lembaga pengelola pangan
pemberdayaan. Kemampuan membeli atau di perdesaan.
ATP menjadi penting karena kelompok Pemerintah dalam upaya
yang kemampuannya atau ATPnya penanganan kerawanan pangan tidak
terbatas tentu saja kesempatan memilihnya hanya bisa mengandalkan satu program

juga terbatas. Kemiskinan adalah yang saja. Diperlukan juga sinkronisasi dan

menjadi alasan utama tidak adanya ATP di koordinasi yang baik antar pemerintah

masyarakat Kecamatan Godong. pusat dan pemerintah daerah, tentu saja

Kemampuan atau ability dari juga antar SKPD. Masalah kerawanan

masyarakat ini apabila tidak diatasi akan pangan merupakan masalah yang cukup

menyebabkan timbulnya masalah seperti kompleks karena tidak hanya

gizi buruk. Selain itu dalam suatu Negara memperhatikan situasi ketersediaan
pangan saja melainkan juga harus

memperhatikan program-program yang tangga maupun bagi anggota rumah tangga itu
terkait dengan fasilitas peningkatan akses sendiri.
terhadap pangan, baik di tingkat rumah

27
III. PENUTUP

1. Kesimpulan Sehinggadilakukan kerjasama


A. Hasil Pelaksanaan Program dengan pihak ketiga untuk
 Efektivitas mencukupi kekurangan
Kegiatan pelatihan tersebut.
olahan pangan dan penyaluran 3. Penentuan waktu kegiatan
bantuan alat produksi yang disesuaikan dengan
ditargetkan oleh Badan Ketahanan kelompok sasaran yang
Pangan Kabupaten Grobogan mayoritas berprofesi sebagai
kepada kelompok sasaran agar petani, yaitu menghindari
memiliki usaha sampingan untuk masa panen dan penanaman.
meningkatkan pendapatan belum  Kecukupan
dapat terpenuhi. Terutama pada 1. Masih terjadi peningkatan
kelompok sasaran wanita tani, angka kemiskinan sebesar
mereka sama sekali tidak 11,33% pada tahun 2015
mempunyai usaha sampingan. yang artinya masyarakat
 Efisiensi Kecamatan Godong yang
1. Proses kegiatan pelatihan tidak dapat mengakses
olahan pangan dan pangan jumlahnya bertambah.
penyaluran bantuan alat 2. Kegiatan pelatihan olahan
produksi masih belum tepat pangan dan bantuan alat
sehingga banyak materi produksi yang diberikan oleh
pelatihan dan bantuan alat Badan Ketahanan Pangan
yang tidak dapat digunakan Kabupaten Grobogan dinilai
oleh kelompok sasaran. belum cukup untuk mengatasi
2. Selama pelaksanaan kegiatan kerawanan pangan di
pelatihan, alat yang Kecamatan Godong.
disediakan bagi peserta
pelatihan masih terbatas.

 Perataan kelompok sasaran. Sehingga


1. Mekanisme kegiatan kegiatan pelatihan olahan pangan
pelatihan olahan pangan tidak dapat dirasakan secara
hanya berupa perwakilan tiap merata oleh kelompok sasaran.

28
2. Badan Ketahanan Pangan Kecamatan Godong terdapat
Kabupaten Grobogan mulai pelatihan olahan pangan
tahun 2014 terdapat berbahan dasar ketela,
mekanisme baru dalam padalah ketela di Kecamatan
penyaluran bantuan alat Godong harganya mahal.
produksi yaitu berdasarkan Sehingga pelatihan dan
proposal pengajuan yang bantuan alat perajang yang
diajukan oleh kelompok diterima tidak dapat
sasaran. Namun mekanisme digunakana oleh kelompok
ini belum berjalan secara sasaran.
merata, masih ada kelompok 2. Tidak diikutkannya partisipasi
sasaran yang mendapatkan dari kelompok sasaran dalam
bantuannya langsung tanpa penyusunan materi kegiatan
pengajuan. pelatihan. Padahal
 Responsivitas keikutsertaan kelompok
1. Responsivitas Badan sasaran dirasa sangat
Ketahanan Pangan Kabupaten diperlukan karena merekalah
Grobogan pada kelompok yang paling memahami dan
wanita tani berjalan dengan merasakan langsung
kurang koordinasi sehingga kebutuhan dan masalah yang
masih terdapat materi terjadi.
pelatihan dan penyaluran  Ketepatan
bantuan alat produksi yang Kelompok sasaran wanita
tidak sesuai. Seperti halnya di tani tidak dapat mengembangkan
pelatihan yang diberikan oleh
Badan Ketahanan Pangan
Kabupaten Grobogan karena
dinilai tidak sesuai dengan potensi
mereka. Kelompok wanita tani
merasa kesulitan dalam pemasaran
produk olahan pangan tersebut.
Sedangkan bagi kelompok usaha
bersama, pelatihan yang diberikan
dapat dimanfaatkan karena orang-
29
orang yang tergabung dalam Kabupaten Grobogan terhadap
kelompok usaha bersama ini program pemberdayaan SKPG
memang berfokus pada usaha dan penanganan kerawanan
olahan pangan. pangan di Kecamatan Godong.
B. Hambatan Pelaksanaan Hal tersebut ditunjukkan dengan
Program tidak adanya pendampingan di
 Efektivitas lapangan setelah kegiatan
1. Tidak adanya need pelatihan selesai dilaksanakan.
assessment atau penggalian Sehingga yang terjadi adalah
kebutuhan ke kelompok inefisiensi karena apa yang telah
sasaran, sehingga kegiatan diupayakan oleh Badan
pelatihan dan bantuan alat Ketahanan Pangan Kabupaten
produksi tidak memberikan Grobogan, di kelompok sasaran
kemanfaatan kepada tidak terpakai atau tidak
kelompok sasaran. Padahal membuahkan hasil.
sangat penting jika kelompok 2. Terbatasnya ketersediaan
sasaran diajak untuk ikut sarana prasarana untuk
serta, karena merekalah yang menunjang kegiatan
paling memahami dan pelatihan, sehingga peserta
merasakan langsung pelatihan dalam praktek
kebutuhan dan masalah yang langsung tidak dapat optimal.
terjadi. Meskipun sudah bekerjasama
2. Mekanisme kontrol kepada dengan pihak ketiga, namun
kelompok sasaran yang telah hal tersebut masih kurang
menerima pelatihan olahan dalam hal ketersediaan sarana
pangan dan bantuan alat dan prasarana pelatihan.
produksi tidak dilakukan  Kecukupan
berkala, yang awalnya tiga 1. Masih lemahnya koordinasi
bulan sekali menjadi tidak antar SKPD dalam
dilakukan sama sekali. penanganan kerawanan
 Efisiensi pangan. Kerawan pangan
1. Kurangnya komitmen dari
Badan Ketahanan Pangan

merupakan aspek yang multidimensi, tidak hanya bicara


30
tentang ketersediaan tetapi secara optimal pada kelompok
apakah masyarakat dapat sasaran.
mengaksesnya atau tidak.  Responsivitas
Program ini dinilai belum 1. Tidak ada mekanisme dari
cukup untuk mengatasi organisasi pelaksana kepada
permasalahan utama yang ada kelompok sasaran untuk
sehingga dibutuhkan mengekspresikan
koordinasi anntar SKPD. kebutuhannya. Padahal
2. Tidak adanya materi merekalah yang paling
pendukung setelah usaha memahami dan merasakan
tersebut berjalan, sehingga langsung kebutuhan dan
usaha beberapa kelompok masalah yang terjadi.
sasaran tidak dapat bertahan 2. Tidak adanya koordinasi yang
lama. baik antara organisasi
3. Kegiatan pelatihan olahan pelaksana dan penerima
pangan dan bantuan alat manfaat sehingga organisasi
produksi yang dilaksanakan pelaksana belum mampu
oleh Badan Ketahanan menanggapi kebutuhan aktual
Pangan Kabupaten Grobogan dari kelompok yang semestinya
belum cukup untuk mengatasi diuntungkan dari adanya
masalah kerawanan pangan kegiatan pelatihan olahan
yang disebabkan rendahnya pangan dan bantuan alat
kemampuan daya beli produksi. Hal tersebut
masyarakat. dibuktikan dengan masih
 Perataan adanya kesalahan dalam materi
Mekanisme kegiatan kegiatan pelatihan dan
pelatihan tidak dapat diikuti oleh penyaluran alat produksi.
seluruh kelompok sasaran, mereka  Ketepatan
hanya dapat mendelegasikan 1. Materi kegiatan pelatihan
beberapa perwakilan saja. olahan bahan pangan yang
Sehingga ilmu yang didapat dari dilakukan oleh Badan
kegiatan pelatihan tidak merata Ketahanan Pangan Kabupaten
Grobogan tidak sesuai dengan

potensi dari kelompok sasaran, sehingga tidak dapat


31
berkembang. terdapat program yang sama
2. Masih ada penyaluran bantuan antara Badan Ketahanan Pangan
kepada kelompok sasaran yang Kabupaten Grobogan dengan
dilakukan langsung tanpa Dinas Perindustrian dan
koordinasi sehingga ada Perdagangan Kabupaten
beberapa bantuan yang tidak Grobogan, yaitu sama-sama
tepat. mengadakan pelatihan dengan
2. Saran kelompok sasaran yang sama
1. Dibuat sebuah mekanisme untuk yaitu pada kelompok usaha
menggali kebutuhan dari bersama.
kelompok sasaran. Misalnya 4. Sebaiknya dilakukan pembinaan
membuat forum group discussion kepada pelaksana program untuk
pada setiap kecamatan yang membangun komitmen dalam
dihadiri oleh setiap perwakilan mengemban tugas yang disertai
kelompok sasaran. dengan sistem reward and
2. Sebaiknya kontrol dilakukan punishment yang tepat.
berkala oleh organisasi pelaksana 5. Sebaiknya kegiatan pelatihan yang
untuk melihat sejauhmana diadakan tidak hanya diikuti oleh
kemanfaatan program. Jika di perwakilan saja. Namun diikuti
lapangan terdapat masalah dapat oleh seluruh kelompok sasaran.
ditangani dengan segera. Apalagi Organisasi pelaksana dapat
mengenai alat-alat produksi yang mengadakan pada saat ada
tidak terpakai dapat ditarik pertemuan rutin bulanan di
kembali dan disalurkan kepada kelompok sasaran baik kelompok
kelompok sasaran yang lebih wanita dan kelompok usaha
membutuhkan. bersama.
3. Sinkronisasikan program yang 6. Adakan pendampingan berkala
berkaitan antar SKPD untuk kepada kelompok sasaran agar
menangani kerawanan pangan hasil dari pelatihan dapat terarah
agar program dapat memenuhi untuk mencapai tujuan program.
kriteria merata, cukup dan tepat. 7. Kebanyakan rumah di Kecamatan
Karena yang terjadi di lapangan, Godong mempunyai pekarangan
yang luas, hal tersebut dapat
dimanfaatkan dengan ditanami
32
tanaman yang menguntungkan dari segi stabilitas harga, perluasan
ekonomi maupun untuk konsumsi kesempatan kerja dan peningkatan
sendiri. pendapatan, pemberdayaan,
8. Untuk meningkatkan kemampuan peningkatan efektivitas program
membeli (ability to pay), organisasi raskin, dan penguatan lembaga
pelaksana harus mampu mengintervensi pengelola pangan di perdesaan.
dalam hal

IV. DAFTAR PUSTAKA


Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan.
Buku (2016). Kabupaten Grobogan dalam
Angka 2016. Grobogan: BPS Kabupaten
Ariani, Mewa. (2016). Upaya Peningkatan
Grobogan
Akses Pangan Masyarakat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan.
Mendukung Ketahanan Pangan.
(2015). Kabupaten Grobogan dalam
Dalam Pasandaran, Effendi dan
Angka 2015.
kawan-kawan (eds.), Memperkuat
Kemampuan Swasembada Pangan Grobogan: BPS Kabupaten

(225 - 244). Jakarta: IAARD Press Grobogan


Badan Pusat Statistik Kabupaten

Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan. (2016). Kecamatan

Grobogan. (2011). Renstra Badan Godong dalam Angka 2016.

Ketahanan Pangan Kabupaten Grobogan: BPS Kabupaten

Grobogan Tahun 2016 – 2021. Grobogan.

Grobogan: BKP Kabupaten


Grobogan Dunn, William N. (1999). Pengantar
Analisis Kebijakan Publik. (2d ed.)
Badan Ketahanan Pangan Prov. Jawa Gadjah Mada University Press.
Tengah. (2015). Laporan Tahunan
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Moelong, Lexy J. (2007). Metode

Gizi Provinsi Jawa Tengah. Penelitian Kualitatif. Bandung:

Ungaran: BKP Provinsi Jawa Remaja Rosdakarya.

Tengah Saliem, Handewi Purwati. (2005).


Manajemen Ketahanan Pangan Era

33
Otonomi Daerah dan Perum Suwitri, Sri. (2009). Konsep Dasar
Bulog. Bogor: Pusat Analisis Kebijakan Publik. Semarang :
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Badan Penerbit Universitas
Pertanian. Diponegoro.

Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Publik; Konsep, Teori dan Kuantitatif Kualitatif dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka R&D.Bandung: Alfabeta.
Pelajar.

Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Pembangunan Jangka Menengah Daerah


Evaluasi Program dan Instrument Kabupaten Grobogan Tahun 2011 – 2016
Evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal:
Tjokrowinoto, Moeljarto. 2007.
Purwantini, Tri Bastuti. (2014).
“Pembangunan: Dilema dan
Pendekatan Rawan Pangan dan
Tantangan”. Yogyakarta: Pustaka
Gizi: Besaran, Karakteristik, dan
Pelajar.
Penyebabnya. Bogor: Pusat Analisis
Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo, Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Agus Pramusinto. (1994). Evaluasi Pertanian. Volume 32 No. 1, Juli
Kebijakan Publik. Jakarta: Raja
2014: 1 – 17
Grafindo Persada.
Ariningsih, Ening, Rachman Handewi.
Winarno, Budi. (2012). Kebijakan Publik (2008). Strategi Peningkatan
(Teori, Proses dan Studi Kasus). Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Yogyakarta : CAPS Rawan Pangan. Bogor: Pusat


Analisis Sosial Ekonomi dan

Regulasi: Kebijakan Pertanian. Volume 6 No.

UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan 3, September 2008: 239 - 255

Instruksi Presiden No. 8 Tahun 1999 Internet:


tentang Gerakan Nasional Penanggulangan http://www.republika.co.id/berita/ekonomi
Masalah Pangan dan Gizi /makro/17/02/06/oky9ap368-toko-tani-
Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan indonesia-pangkas-5-rantai-distribusi
No. 6 Tahun 2011 Tentang Rencana [diakses 17 Februari 2017]

34

Anda mungkin juga menyukai