OLEH :
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT karena berkat dan
hidayah- Nya laporan praktek kerja lapangan Manajemen Pelayanan Gizi
Masyarakat (MPGM) pada program studi Sarjana Terapan Gizi dan
Dietetika Poltekkes Kemenkes RI Padang dapat disusun.
Pembelajaran dilahan praktek merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
telah didapat mahasiswa saat pembelajaran di kelas dan di laboratorium.
PKL sekaligus merupakan Program Internship (Magang) atau pendidikan
profesi untuk mencapai kompetensi yang diakui oleh Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI) dan ditetapkan dalam Kepmenkes No
374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi.
Kami sampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu pembimbing yang
telah membantu dalam menyelasaikan laporan ini. Semoga laporan ini
memberikan manfaat dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan PKL
Mahasiswa S1 Terapan Gizi dan Dietetika Tahun 2023 khususnya PKL
MPGM.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN LAPORAN..................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan PKL..................................................................................................2
C. Waktu dan Lokasi PKL.................................................................................3
D. Peserta PKL...................................................................................................3
E. Manfaat PKL.................................................................................................4
BAB II HASIL PKL MPGM.................................................................................5
A. Gambaran Umum Lokasi PKL.....................................................................5
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PKL...............................................................16
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................24
A. Perencanaan dan Pelaksanaan Program Gizi..............................................24
B. Pengembangan dan Evaluasi Program Gizi................................................26
C. Penyuluhan gizi...........................................................................................27
D. Asuhan Gizi Buruk.....................................................................................27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
LAMPIRAN..............................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pelaksanaannya di Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang.
Kegiatan ini merupakan salah satu sarana pembelajaran dalam
mengaplikasikan ilmu yang didapat selama diperkuliahan dengan
lingkungan kerja. Sehingga nantinya mahasiswa menjadi bermutu dan
professional dalam mengelola pelayanan gizi di masyarakat.
B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
PKL MPGM ini merupakan penjabaran dari kelompok mata kuliah
yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar dan keterampilan
kepada mahasiswa agar memperoleh hasil yang efekstif, efisien dan
optimal untuk dapat mencapai kompetensi sebagai Sarjana Terapan Gizi
dan Dietetika.
2. Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan PKL MPGM, mahasiswa diharapkan mampu
melaksanakan manajemen pelayanan gizi masyarakat tingkat Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Semester VIII.
Pendidikan Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika yang merupakan
Pendidikan vokasi yang menghasilkan Sarjana Terapan Gizi. Lulusan baru
(fresh graduate) berperan sebagai pengelola gizi masyarakat yang memiliki
kemampuan dalam mengelola pelayanan program gizi masyarakat secara
promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative sesuai dengan prosedur dan
mekanisme yang telah ditetapkan pada individu maupun kelompok.
Capaian pembelajaran (Learning Outcome) yang diharapkan pada
aspek pengetahuan adalah :
a) Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis, pangan gizi dan
Kesehatan dalam pelayanan gizi dengan memanfaatkan IPTEK secara
tepat.
b) Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis advokasi gizi,
perencanaan, monitoring dan evaluasi pelayanan gizi, pemberdayaan
masyarakat dan pengelolaan asuhan gizi serta dokumentai pelayanan
gizi masyarakat.
2
Capaian pembelajaran yag diharapkan pada aspek Keterampilan
Khusus adalah :
D. Peserta PKL
3
10. Rhamadilla (192210714)
11. Suci Wahyuni (192210724)
12. Shofwah Safinatun N ( 192210721)
13. Shinta Bella Pertiwi (192210681)
E. Manfaat PKL
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan
meningkatkan kemampuan dalam Manajemen Program Gizi Masyarakat.
2. Bagi Instansi
Sebagai masukan bagi institusi khususnya seksi kesehatan keluarga
(kesga) dan gizi dalam Manajemen Program Gizi Masyarakat.
4
BAB II
HASIL PKL MPGM
1. Keadaan Geografis
Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 00º 10’
sampai dengan 00º 17’ LS dan 100º 35’ sampai dengan 100º 45’ BT. Luas
wilayah Kota Payakumbuh yaitu 80,43 Km² atau setara dengan 0,19
persen dari luas provinsi Sumatera Barat.
Suhu udara Kota Payakumbuh berkisar antara 21 - 32º celcius
dengan kelembapan udara berkisar antara 45 persen sampai dengan 50
persen. Keadaan topografi Kota Payakumbuh seagian besar adalah
dataran, dengan sedikit perbukitan. Ketinggian Kota Payakumbuh 514
meter di atas permukaan laut.
Keadaan Topografi Kota Payakumbuh bervariasi antara daratan
dan berbukit dengan ketinggian 514 meter diatas permukaa air laut.
Berdasarkan penggunaan tanah di Kota Payakumbuh, 2.751 Ha merupakan
tanah sawah, lahan pertanian bukan sawah 2.390 Ha berupa tanah kering.
Sebagian besar tanah kering dimanfaatkan untuk bangunan sebesar 2.902
Ha dan sisa untuk kebun, hutan rakyat dan lainnya.
Berdasarkan penggunaan tanah diatas, tanah untuk bangunan dan
sekitarnya merupakan areal terluas yaitu 36,08%. Jumlah ini telah meleihi
areal tanah ntuk sawah yang tercatat hanya 34,02%.
Letak Kota Payakumbuh sangat strategis bila dilihat dari segi lalu
lintas darat antar Provinsi Sumbar-Riau. Kota Payakumbuh merupakan
pintu gerbang dari arah Pekanbaru menuj kota-kota penting di Sumatera
Barat. Jarak Kota Payakumbuh ke kota Pekanbaru 188 Km dan dapat
ditempuh selama 3 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan
jarak ke kota Padang sejauh 124 Km. Kota Payakumbuh terdiri dari 5
kecamatan, kecamatan yang paling luas adalah kecamatan Payakumbuh
Barat.
5
2. Keadaan Penduduk
Kota Payakumbuh merupakan segi tiga emas, yang mana
perlintasan Proinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh Kota, jumlah
penduduknya yang relatif banyak. Besarnya jumlah penduduk tersebut
dissamping merupakan potensi daerah juga menimbulkan berbagai
permasalahan sosial termasuk masalah kesehatan.
Jumlah penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan data dari Kantor
Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh tahun 2020 berjunlah 137.487 jiwa
dengan jumlah laki-laki 68.493 jiwa da perempuan 68.994 jiwa, dimana
penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Penduduk
terbanyak menurut Kecamatan adalah di Kecamatan Payakumbuh Barat
(58.818 jiwa) dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagari adalah yang paling
sedikit (9.989 jiwa). Tahun 2019 terjadi penggabungan keluahan di Kota
Payakumbuh menjadi 47 kelurahan dari sebelumnya 48 kelurahan. Begitu
juga dengan wilayah kerja puskesmas juga mengalami perubahan yaitu
Puskesmas Lampasi, Tarok dan Tiakar. Perubahan wilayah kerja ini
didasari adanya kebijakan penggabungan kelurahan serta adanya kebijakan
pemerataan penduduk yang dilayani Puskesmas juga terkait junlahkapitasi
BPJS yang akan diterima Puskesmas.
Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas jumlah penduduk terbanyak
yang dilayani Puskesmas adalah Puskesmas Parit Rantang dengan jumlah
penduduk yang dilayani 43.145 jiwa sedangkan puskesmas yang jumlah
penduduknya terkecil adalah Puskesmas Tiakar yaitu 9.581 jiwa.
Penanggulangan kemiskinan bidang kesehatan salah satunya
ditujukan bagi terjaminnya masyarakat Kota Payakumbuh dalam
kepesertaan Jaminan Kesehatam Nasional melalui BPJS. Pada tahun 2020
jumlah peserta JKN ; PBI-APBN tercatat sebanyak 32.729 jiwa, PBI
APBD sebanyak 43.546 jiwa, Total PBI seluruhnya sebanyak 76.285 jiwa.
Sedangkan peserta non PBI/Mandiri, Askes dll sejumlah 85,4% atau
sebanyak 119.189 jiwa. Namun secara total penduduk terdaftar JKN pada
BPJS (termasuk tidak aktif/ menunggak) adalah 128.346 jiwa atau 93,15%
dari total penduduk 137.487 jiwa (data capil).
6
Peningkatan produktifitas ekonomi Kota Payakumbuh didominasi
sektor perdagangan, pertanian dan wisata. Meningkatnya aktfitas ekonomi
berpengaruh terhadap penigkatan usaha kecil dan menengah pada sektor
kerajinan dan industri kecil baik dalam pengadaan bahan baku maupun
dalam pemasaran.
3. Administrasi
Kota Payakumbuh pada tahun 2020 mempunyai wilayah
administrasi terdiri atas 47 kelurahan, 5 kecamatan dan jumlah rumah
tangga sebanyak 30.293. Jumlah puskesmas di Kota Payakumbuh
sebanyak 8 Puskesmas dengan jumlah puskesmas 2 rawatan, serta jumlah
puskesmas pembantu sebanyak 23 buah, poskeskel 43 unit.
4. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh
a) Visi
Masyarakat Payakumbuh yang Mandiri untuk Hidup Sehat dan
Sejahtera melalui Pelayanan Kesehatan yang Bermutu.
b) Misi
1) Menggerakkan pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.
2) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau secara paripurna dengan berpedoman kepada
etika dan profesionalisme.
7
5. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh Tahun 2023
8
6. Bagan Struktur Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota
Paykumbuh tahun 2023
Pelaksana Program
Ibu/KB
Lidya Arliani, STr. Keb
Pelaksana Pelayanan
Kesehatan Anak
Sriyana Yosa, AMd. Keb
Bagan 2. 1 Struktur Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Paykumbuh
tahun 2023
7. Sarana Kesehatan
Gambaran mengenai sarana kesehatan di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Payakumbuh dikelompokkan dalam sajian data dan informasi
diantaranya Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi
kefarmasian serta upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).
Untuk Puskesmas, Pada tahun 2020 jumlah Puskesmas di Kota Payakumbuh
sebanyak 8 Puskesmas dengan jumlah Puskesmas rawatan 2 buah yaitu
puskesmas lbuh dan Puskesmas Lampasi, serta jumlah puskesmas pembantu
sebanyak 23 buah. Secara konseptual Puskesmas menganut konsep wilayah
dan diharapkan dapat melayani penduduk rata- rata 20.000 penduduk
9
(minimal). Dengan jumlah Puskesmas tersebut berarti 1 puskesmas di Kota
Payakumbuh rata-rata melayani sebanyak 16.946 jiwa. Berikut dibawah ini
data sasaran penduduk per wilayah kerja Puskesmas tahun 2019.
10
9. Sumber Dana Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh
Sumber dana yang digunakan oleh Dinas Kesehatan berasal dari
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
BOK adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Kementerian Kesehatan dan merupakan bantuan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah yang disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan
untuk percepatan pencapaian target program kesehatan. Sedangkan DAU
merupakan salah satu transfer dana pemerintah kepada pemerintah daerah
yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
10. Tugas Pokok Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota
Payakumbuh
Tugas Pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Tahun
2023:
a) Kepala Seksi
1) Merencanakan kegiatan seksi kegiatan keluarga dan gizi sesuai dengan
program kerja bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab masing-masing untuk kelancaran tugas seksi kesehatan keluarga
dan gizi.
3) Membimbing pelaksanaan tugas bawahan dilingkungan seksi kesehatan
keluarga dan gizi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar.
4) Memeriksa dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dilingkungan seksi
kesehatan keluarga dan gizi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan.
11
5) Melaksanakan dan mengevaluasi program kesehatan keluarga dan
keluarga berencana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan tugas.
6) Melaksanakan dan mengevaluasi pemantauan sistem kewaspadaan
pangan gizi (SKPG), survailens gizi, komunikasi informasi dan edukasi
gizi (KIEG), dan upaya penanggulangan masalah gizi sesuai dengan
standar pelayanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga
dan gizi.
7) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dilingkungan seksi kesehatan keluarga
dan gizi dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam
rangka perbaikan kinerja dimasa mendatang.
8) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah, standar
operasional prosedur, dan standar pelayanan publik sesuai dengan
bidang tugas untuk pedoman pelaksanaan tugas.
9) Melaporkan hasil kegiatan seksi kesehatan keluarga dan gizi sesuai
dengan tugas yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai bentuk
akuntabilitas kerja.
10) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintah oleh pimpinan baik
lisan maupun tulisan.
b) Staff Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Ibu/KB
1) Menyusun rencana kerja pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin KB
sesuai DPA tahun 2023.
2) Menyiapkan dan Menyusun bahan dan data dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan program ibu hamil
bersalin KB.
3) Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan upaya kesehatan maternal / KB.
4) Menyiapkan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
rutin(undangan, daftar hadir, laporan, dan dokumentassi
kegiatan(program ibu/KB).
5) Berkoordinasi dan bertanggungjawab terhadap semua kegiatan ibu atau
12
KB kepada sub koordinator kesga gizi/kabid.
6) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan puskesmas terkait pelayanan
kesehatan ibu/KB.
7) Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Provinsi
dengan berkoordinasi dengan sub koordinator/kabid, baik berupa
laporan rutin maupun khusus.
8) Membina petugas kesehatan atau puskesmas dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan ibu/KB.
9) Membuat konsep surat yang berhubungan dengan kegiatan ibu dengan
berkonsultasi sub koordinator kesga gizi.
10) Mengkoordinir semua laporan Ibu puskesmas.
11) Mengkoordinir Pendistribuasian pengadaan dari Dinkes Kota ,Dinkes
Provinsi dan Kemenkes.
12) Menganalisa laporan Ibu Anak.
c) Staff Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kesehatan Anak
1) Menyusun rencana kerja pelayanan kesehatan Bayi baru Lahir ,Anak
Balita Serta Apres KLA sesuai DPA tahun 2023.
2) Menyiapkan dan menyusun bahan dan data dalam rangka
perencanaan,pe;aksanaan ,pengendalian ,evaluasi dan pelaporan
program BBL, Balita dan APRAS.
3) Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan upaya kesehatan BBL.BALITA
DAN APRAS.
4) Menyiapkan pertanggungajawaban pelaksanaan kegiatan rutin
(Undangan.Daftar Hadir,Loporan dan dokumantasi Kegiatan ) Program
ANAK.
5) Berkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan ANAK
dan KLA Koordinator Kesga Gizi/Kabid.
6) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas terkait pelayanan
kesehatan anak.
13
7) Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Provinsi
dengan berkoordinasi dengan sub Koordinator/Kabid, baik berupa
laporan rutin maupun khusus.
8) Membina petugas kesehatan/Puskesmas dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan anak.
9) Membuat konsep surat yang berhubungan dengan kegiatan ANAK
dengan berkonsultasi ke sub Koordinator kesga gizi.
10) Mengkoordinir semua laporan puskesmas. Yg berhubungan dengan lap
ANAK.
11) Mengkoordinir Pelaksanaan SHK, pengiriman sampel SHK ke Rs M
Jamil Padang.serta pelaporan pengdaan sampel SHK.
12) Mengirim laporan MPDN.E Kohor,Komdat ke Kemenkes,Dinkes
Provinsi. F1-F7.LB 3 KIA.PWS KIA.Lap Tri wulan dan
laporanTahunan.
13) Melaksanakan pengadministrasian pertanggungjawaban keuangan
terkait kegiatan anak.
d) Pelaksanan Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar/LANSIA
1) Menyusun rencana kerja pelayanan kesehatan Usia Pendidikan
dasar/lansia sesuai DPA tahun 2023.
2) Menyiapkan dan menyusun bahan dan data dalam rangka
perencanaan,pelaksanaan ,pengendalian ,evaluasi Pelayanan Usia
Pendidikan dasar /lansia.
3) Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan upaya kesehatan Usia
Pendidikan dasar/Lansia.
4) Menyiapkan pertanggungajawaban pelaksanaan kegiatan rutin
(Undangan.Daftar Hadir,Loporan dan dokumantasi Kegiatan )
Program Usia Pendidikan dasar/Lansia.
5) Membuat konsep surat yang berhubungan dengan kegiatan
UPD/LANSIA dengan berkoodinasi ke sub koordinator kesga gizi
14
6) Mengkoordinir semua laporan puskesmas yang berhubungan dengan
laporan UPD/LANSIA.
7) Berkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan
UPD/LANSIA ke Koordinator Kesga Gizi/Kabid.
8) Mengkoordinir Pendistribuasian pengadaan dari Dinkes Kota ,Dinkes
Provinsi dan Kemenkes.
9) Mengkoordinar dan membuat laporan yang Berhubugan dengan
Stunting.
10) Melaksanakan pengadministrasian pertanggungjawaban keuangan
terkait kegiatan pelayanan usia pendidikan dasar dan lansia.
e) Staf Pelaksana Kesehatan Gizi Masyarakat
1) Menyusun rencana kerja pelayanan kesehatan gizi Masyarakat sesuai
DPA tahun 2023.
2) Menyiapkan dan menyusun bahan dan data dalam rangka
perencanaan,pelaksanaan, pengendalian, evaluasi Pelayanan
Kesehatan Gizi Masyarakat.
3) Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan upaya kesehatan Gizi
Masyarakat.
4) Melakukan kegiatan yang bersifat umum.
5) Menyiapkan pertanggungajawaban pelaksanaan kegiatan rutin
(Undangan Daftar Hadir, Laporan dan dokumantasi Kegiatan)
Program Kesehatan Gizi Masyarakat.
6) Mengkoordinir semua laporan puskesmas yang berhubungan dengan
laporan gizi Masyarakat.
7) Berkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan Gizi
masyarakat ke Koordinator Kesga Gizi/Kabid.
8) Mengkoordinir Pendistribuasian pengadaan dari Dinkes Kota ,Dinkes
Provinsi dan Kemenkes.
9) Menyiapkan bahan dalam pelaksanaan penanggulangan masalah gizi.
15
10) Mengkoordinar dan membuat laporan yang Berhubugan dengan SKPG
EPPGBM.
11) Membantu menyusun rencana kerja pelayanan kesehatan gizi
Masyarakat sesuai DPA tahun 2023.
12) Membantu menyiapkan dan menyusun bahan dan data dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi Pelayanan
Kesehatan Gizi Masyarakat.
13) Membantu menyiapkan bahan dalam pelaksanaan upaya Kesehatan
Keluarga dan Gizi.
14) Melakukan kegiatan yang bersifat umum di bidang Kesehatan
Keluarga dan Gizi.
15) Membantu menyiapkan undangan di bidang Kesehatan Keluarga dan
Gizi.
16) Membantu menginput laporan puskesmas yang berhubungan dengan
laporan Gizi Masyarakat.
17) Membantu Pendistribuasian pengadaan dari Dinkes Kota, Dinkes
Provinsi dan Kemenkes.
18) Membantu menyiapkan bahan dalam pelaksanaan penanggulangan
masalah gizi.
19) Membantu membuat laporan yang berhubugan dengan, SKPG
EPPGBM.
20) Membantu menginput laporan P3DN.
21) Membantu menyiapkan SPJ Kesehatan Keluarga dan Gizi.
22) Membantu merekap dan pendistribusian SHK.
16
a) Data
Analisis data dilakukan untuk menemukan masalah gizi yang ada di
masyarakat. Data yang dianalisis untuk perencanaan program gizi tahun
2023 adalah data gizi tahun 2021 yang didapatkan dari hasil pencatatan
yang dilakukan petugas gizi pada setiap puskesmas.
b) Identifikasi Kebutuhan dan Harapan Masyarakat
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan
program gizi adalah kebutuhan dan harapan masyarakat. Disamping
masalah yang didapatkan dari analisis data, masalah gizi juga dapat
diketahui dari MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan
Pengembangan untuk Masyarakat) bersama tokoh masyarakat. Hal ini
dikarenakan tokoh masyarakat lebih memahami kebutuhan dan harapan
masyarakat. Dengan adanya organisasi ditingkat masyarakat, seperti ibu
PKK, bundo kanduang, pemuda dan lain sebagainya dapat menjebatani
masyarakat dengan petugas kesehatan.
c) Kebijakan Pemerintah
Pemerintah memiliki beberapa program gizi, salah satunya yaitu
program pemberian vitamin A pada balita dan ibu nifas. Meskipun kasus
kekurangan vitamin A sudah jarang ditemukan, tetapi pemerintah tidak
bisa menjamin kebutuhan vitamin A balita dan ibu nifas tercukupi dari
asupan yang dikonsumsi, maka dari itu program gizi pemberian vitamin
A untuk balita dan ibu nifas masih dilaksanakan hingga saat ini sebagai
bentuk pencegahan. Kegiatan ini terjadwal serentak yaitu setiap bulan
Februari dan Agustus.
Setelah perencanaan program gizi sudah tersusun, maka yang
dilakukan selanjtnya membuat RUK (Rencana Umum Kegiatan) dan
RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan). Jika RUK dan RPK sudah
disetujui maka selanjutnya adalah pembuatan POA (Plan of Action).
Adanya POA bertujuan agar tahap pelaksanaan program bisa berjalan
runtut, tidak ada tahapan yang terlewati dan memudahkan yang terkait
17
agar jelas posisinya dan kewajibannya. Dengan POA yang tercatat, akan
bisa bisa dievaluasi untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan atau
program yang dilaksanakan.
Selanjutnya, kerangka acuan pelaksanaan kegiatan, yaitu gambaran
umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan tugas masing-masing sektor yang terlibat. Dalam kerangka
acuan pelaksanaan kegiatan tercakup latar belakang, maksud dan tujuan,
indikator input dan output, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan
penanggung jawab kegiatan, jadwal kegiatan dan biaya kegiatan.
Setelah POA dan kerangka acuan pelaksaaan kegiatan, yang perlu
disiapkan untuk melaksanakan program gizi yaitu SOP (Standart
Operating Procedure). SOP berfungsi sebagai panduan proses kerja
yang harus dikerjakan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana
dan oleh siapa dilakukan. Fungsi dari adanya SOP adalah untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan, sebagai dasar hukum bila terjadi
penyimpangan, mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacak, mengarahkan petugas agar disiplin dan sebagai
standarisasi cara yang dilakukan petugas dalam melaksanakan kegiatan.
Dalam melaksanakan program gizi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
serta memperhatikan faktor sosial (adat istiadat atau kebiasan
masyarakat setempat).
18
Berikut contoh RPK Kesga Gizi
19
Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Kegiatan
Sebelum Perubahan Sebelum Perubahan Setelah Perubahan Setelah Perubahan
Indikator
Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja
Jumlah Kasus Kematian bayi Jumlah kasusu Jumlah Kasus Kematian bayi Jumlah kasusu
kematianIbu Melahirkan,Persentase kematianIbu Melahirkan,Persentase Kelurahan
Capaian Program Kelurahan STBM.Persentase Penaganan kasus 24 kasus.3 kasus.95 % 100%100% STBM.Persentase Penaganan kasus penyakit 24 kasus.3 kasus.95 % 100%100%
penyakit menularberpotensi KLB,Persentase menularberpotensi KLB,Persentase penganan
penganan kasus penyakit tidak menular kasus penyakit tidak menular
20
2. Pengembangan dan Evaluasi Program Gizi
Program gizi merupakan salah satu pilar yang sangat strategis untuk
mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Seiring dengan
meningkatnya program pembangunan di bidang kesehatan, puskesmas
dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang selalu siap pakai
dan sanggup mengantisipasi setiap permasalahan yang ada. Dengan adanya
laporan kegiatan dan capaian setiap bulan maupun tahunnya dijadikan
sebagai bahan kajian dan evaluasi untuk kegiatan selanjutnya sesuai dengan
tujuan pembangunan kesehatan.
Evaluasi program gizi adalah proses pengumpulan dat atau informasi
ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pengambilan keputusan dalam menentukan alternative kebijakan dalam
bidang gizi yang bertujuan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi program
gizi secara benar.
3. Penyuluhan Gizi
Salah satu program di Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh adalah Aksi
Bergizi yang merupakan Kegiatan yang dilakukan mulai dari senam pagi,
dan sarapan bersama. Selain itu juga melakukan penyuluhan di sekolah.
Topik : Aksi Bergizi, Penilaian Status Gizi ( pengukuran
BB, TB dan Lila) dan pemberian TTD pada remaja puti
Sasaran : Remaja Putri
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Hari/tanggal/ tempat :
- Jum’at /20 Januarai 2023 (SMAN 3 Payakumbuh)
- Rabu /25 Januari 2023 (SMAN 1 Payakumbuh)
- Kamis /26 Januari 2023 (SMAN 5 Payakumbuh)
- Jum’at /27 Januarai 2023 (SMKN 2 Payakumbuh)
4. Asuhan Gizi Buruk
Asuhan Gizi Buruk biasanya dilakukan kunjungan rutin sekali dalam
seminggu oleh pihak puskesmas untuk melihat perkembangan anak gizi
buruk dan diketahui oleh pihak dinkes. TPG di Puskesmas membuat asuhan
21
gizi secara berkala untuk melihat perkembangan anak gizi buruk. Dari 6
puskesmas yang dijadikan sebagai lahan PKL, terdapat 3 kasus gizi buruk di
bawah naungan Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, salah satunya terjadi di
wilayah kerja Puskesmas Air Tabit tepatnya dengan data sebagai berikut ;
1. Data Umum
a. Data Pasien
Nama :MK
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 23 bulan
Tempat/ Tanggal Lahir : Payakumbuh/ 16 Februari 2021
Alamat :Padang Alai Bodi,Payakumbuh
BBL : 2,3 kg
PBL : 45 cm
Cara Lahir :Normal
b. Data Keluarga
Nama Ayah :A
Usia : 56 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu :SM
Usia : 45 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : IRT
2. Data Hasil Skrining
Metode skrining : Strong Kids
Berikut merupakan hasil skrining gizi pasien degan metode Strong Kids,
yaitu :
Tabel 2. 3 Hasil Skrining Gizi dengan metode Strong Kids
No Parameter Skor
1. Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak 0
b. Ya 1
22
c. Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan
terakhir? (Berdasarkan penilaian objektif bjektif
data BB bila ada atau penilaian subjektif
orangtua pasien atau untuk bayi <1 tahun : BB
tidak naik selama 3 bulan terakhir) 0
a. Tidak 1
b. Ya
d. Apakah terdapat salah satu dari kondisi tersebut?
Diare ≥ 5kali/ hari, muntah > 3 kali/hari
dalam seminggu terakhir
Asupan makan berkurang selama 1
minggu terakhir) 0
a. Tidak 1
b. Ya
e. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko mengalami
malnutrisi ? 0
1. Tidak 1
2. Ya, karena pasien mengalami penyakit
penyerta Tuberkolosis dan down
syndrome
TOTAL SKOR 2
Interpretasi Skor:
0 = resiko rendah (ulang skrining tiap 7 hari)
1-3 = resiko menengah (dirujuk ke tim terapi
monitor)
4-5 = resiko berat (diberkan asuhan gizi setiap
hari)
3. Assesment
a. Antropometri
Berat Badan Aktual : 6,95 Kg
Panjang Badan Aktual : 72,9 cm
BB/U : - 4,53 SD (Berat badan sangat kurang)
PB/U : -4,70 SD (Sangat pendek)
BB/PB : -3,34 (Gizi Buruk)
Berat badan anak turun pada kunjungan hari selanjutnya.
b. Biokimia
Berdasarkan hasil laboratorium pasien mengalami Tubercolosis
23
c. Fisik/klnis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Klinik
Awal Kunjungan :
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Keadaan Umum Aktif Kurus Ya
Wajah Tanpa ekspresi Lesu Ya
Kesadaran Sadar Belum bisa Ya
berdiri
Mata Tidak bisa diam Gigi sudah Ya
(nistagmus) tumbuh
d. Dietary History (Awal Kunjungan)
Anak sudah diberikan MPASI sejak usia 5 bulan, dikarenakan ASI
yang diberikan ibu tidak mencukupi. Asupan anak tidak memenuhi
kebutuhan seharusnya ketika petugas mengunjungi rumah anak. Asupan
anak terus menurun pada kunjungan di hari selanjutnya.
e. Riwayat personal
Merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara. Anak memiliki riwayat
hipotiroid, saat ini anak menderita tubercolosis dengan keadaan down
syndrome.
24
BAB III
PEMBAHASAN
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan yang
merupakan dasar bagi kegiatan /tindakan ekonomis dan efektif pada waktu
yang akan datang. Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Dalam perencanaan program, Dinas Kesehatan menyesuaikan dengan
Rencana Jangka Menengah Daerah yang berlaku selama 5 tahun sesuai
dengan masa tugas Walikota. Dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah) juga terdapat visi dan misi bupati atau kepala daerah yang
menjabat. Sehingga RPJMD bisa berubah-ubah. Dari RPJMD dituang kan
berupa isu strategi yang berisi permasalahan yang ditemui di Kota
Payakumbuh kedalam RENSTRA (Rencana Strategis) dari organisasi
perangkat daerah yang juga berlaku selama 5 tahun. Dari RENSRA,
dituangkan ke RENJA ( Rencana Kerja) yang bersifat tahunan. Perencanaan
program di dinas kesehatan juga mengacu pada PERMENDAGRI No 13
Tahun 2006, perencanaan program gizi dilakukan dengan melakukan
prioritas masalah, membuat rumusan masalah, menetapkan cara pemecahan
masalah, membuat RKPD (Rencanan Kerja Pembangunan Daerah), dan
membuat RKA(Rencana Kerja Anggaran).
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian di Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh dilakukan
dengan cara membagi habis kerja dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan-tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban
tugas pokok organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi. Untuk itu ia
25
membagi tugas pokoknya kepada staf yang ada.
Langkah-langkah pengorganisasian dalam menyusun fungsi
pengorganisasian:
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah
disusun pada saat fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini pimpinan yang mengemban tugas pokok organisasi
sesuai dengan visi dan misi organisasi.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam suatu kegiatan yang praktis.
Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminka apa
yang harus dikerjakan oleh staf.
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
e. Penugasan personil yang cakap yaitu memilih dan menempatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang. Tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan
wewenang dapat diketahui melalui stuktur organisasi yang dianut.
Dalam hal ini fungsi pengorganisasian di Dinas Kesehatan Kota
Payakumbuh sudah sesuai dengan fungsi pengorganisasian yaitu pembagian
tugas untuk pengorangan atau kelompok, hubungan organisasian antar
manusia yang menjadi anggota atau staf, pendelegasian wewenang kepada
staf sesuai dengan tugas-tugas pokok yang diberikan, pemanfaatan staf dan
fasilitas fisika yang dimiliki organisasi.
3. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan rencana kerja Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan program kerja yang telah dibuat ,
tetapi ada kemungkinan pergeseran atau perubahan program jika pada waktu
pelaksanaan terdapat program tambahan yang perlu untuk dilakukan.
Pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan oleh puskesmas dan dinas
kesehatan. Apabila pelaksanaan kegiatan adalah puskesmas, maka tugas dinas
26
kesehatan hanya melakukan monitoring dan evaluasi melalui laporan yang
diberikan oleh puskesmas. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka dinas
kesehatan melakukan tindak lanjut dengan cara membicarakan secara
langsung kepada bidang gizi puskesmas dan kepala puskesmas.
Apabila kegiatan dilaksanakan langsung oleh dinas kesehatan, maka
dinas kesehatan menyiapkan kerangka acuan kegiatan, kemudian melakukan
koordinasi dengan pihak terkait dan membuat laporan pelaksanaan. Laporan
pelaksanaan berisi hasil dari kegiatan yang dilakukan dan dana realisasi yang
digunakan.
Pelaksanaan kegiatan program gizi antara dinas kesehatan dengan
puskesmas memiliki kesinambungan. Dimana program yang telah dibuat oleh
dinas kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas yang ada diwilayah kerja dinas
kesehatan.
Terlaksananya program rencana kerja yang telah dibuat oleh pihak
Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh tergantung pada pimpinan organisasi,
pimpinan harus menunjukkan kepada staffnya bahwa ia mempunyai tekad
untuk mencapai kemajuan.
Program gizi merupakan salah satu pilar yang sangat strategis untuk
mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Seiring dengan
meningkatnya program pembangunan di bidang kesehatan, puskesmas dituntut
untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang selalu siap pakai dan
sanggup mengantisipasi setiap permasalahan yang ada.
Evaluasi program gizi adalah proses pengumpulan dat atau informasi ilmiah
yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan
keputusan dalam menentukan alternative kebijakan dalam bidang gizi.
Pada periode Rencana Stategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes)
tahun 2019 -2022, DAK Non Fisik Bidang Kesehatan telah banyak membantu
dan sangat dirasakan manfaatnya oleh puskesmas dan kader kesehatan di dalam
27
pencapaian program kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan promotif
preventif sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Pada tahun pertama
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN) dan
Renstra Kemenkes 2019 -2022 serta tahun terakhir pencapaian tujuan Millenium
Development Goals (MDGs), DAK Non Fisik tetap difokuskan pada pencapaian
program kesehatan prioritas nasional, baik yang secara langsung berkaitan
dengan MDGs bidang kesehatan maupun yang mempunyai levarage atau daya
ungkit terhadap program kesehatan nasional dalam rangka pencapaian target
pada RPJMN dan atau Renstra Kemenkes.
C. Penyuluhan gizi
28
diukur tinggi dan berat badan, setelah itu mendapatkan konseling bila terjadi
indikasi gizi buruk, diberikan bantuan PMT, dilakukan kunjungan rumah,
dan dirujuk ke rumah sakit bila anak mengalami komplikasi.
Anak rutin mendapatkan bantuan dari dinas kesehatan melalui
puskesmas berupa PMT, gula pasir dan telur. Adapun bantuan dari bapak
asuh berupa susu, dan sembako untuk memenuhi perbaikan gizi anak.
pemberian PMT berupa biskuit dan kacang hijau. Pemberian biskuit kepada
anak yaitu sebanyak 8 keping perhari, hal ini sudah dilaksanakan oleh ibu
balita. Sedangkan pemberian PMT lain yang diberikan ibu yaitu kacang
hijau bubuk sebanyak 3 sendok dengan campuran gula merah yang diseduh
dengan air sebanyak 1 kali perhari.
2. Evaluasi Antropometri
Berat badan anak mengalami penurunan dibandingkan pada kunjungan
hari sebelumnya.
3. Evaluasi Biokimia
Sebelumnya anak mengalami hipertiroid, dan anak sudah dinyatakan
sembuh. Akan tetapi, anak di diagnosa mengalami tubercolosis sejak
september 2022 pada saat anak dirujuk oleh puskesmas untuk berobat di
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.
4. Evaluasi Fisik dan klinis
Anak sudah dapat berinteraksi, seperti tertawa, akan tetapi anak belum
dapat menunjukan berdiri dan berjalan seperti anak seusianya.
5. Evaluasi Asupan Makan
Asupan makan anak semakin hari semakin menurun, dikarenakan anak
mengalami penurunan nafsu makan. Hal inilah yang menyebabkan berat
badan anak tidak bertambah melainkan semakin menurun.
6. Evaluasi Konseling Gizi kepada keluarga
Konseling gizi dilakukan setiap kali kunjungan ke rumah pasien.
Konseling ini ditunjukan untuk ibu dan keluarga pasien. Pengetahuan ibu
meningkat, dimana ibu masih memberikan ASI walaupun anak sudah
29
diberikan MPASI, akan tetapi frekuensi pemberian MPASI maupun ASI
masih kurang dari anjuran. Sang ibu menyadari bahwa apa yang diberikan
kepada anak belum memenuhi kebutuhan gizinya, akan tetapi ibu hanya
mengandalkan PMT yang diberikan oleh puskesmas dikarenakan ibu dan
keluarga masih sulit dalam memenuhi pemenuhan kebutuhan pasien
sehingga pemberian makan tidak diperhatikan komposisi dan jumlahnya. .
Selain itu, anak mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan penyakit
penyerta yang dialami anak dan ibu menjadi kurang termotivasi untuk
menyediakan makanan serta menyediakan susu formula kepada anak.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
31
sarapan bersama, minum tablet tambah darah dan mendengarkan penyuluhan
terkait gizi.
6. Asuhan Gizi Buruk pada Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh dilakukan oleh
Puskesmas masing-masing wilayah. Pada Praktek Kerja Lapangan kali ini
terdapat 1 kasus gizi buruk yang kami buat asuhan gizi nya yakni di Puskesmas
Air Tabit. Pihak puskesmas mengunjungi penderita gizi buruk 1 x dalam
seminggu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
3 25 Penutup - Peserta
menit - Memberikan kesempatan pada peserta memperhatikan
untuk bertanya jika terdapat hal-hal yang
belum jelas
- Mengevaluasi hasil kegiatan dengan cara
memberikan pertanyaan dan meminta
salah satu dari peserta untuk menjelaskan
secara singkat terkait teori PHBS
- Mengucapkan terima kasih atas peran
serta
- Mengucap salam
MATERI PENYULUHAN PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. PHBS di
sekolah adalah upaya untuk memperdayakan peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Sebagai Proses
Pembentukan Karakter
1) Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun
Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun telah
lama diketahui oleh masyarakat umum bahwa mencuci tangan merupakan
salah satu cara pencegahan dan perlindungan diri terhadap kuman penyakit.
Guru, peserta didik, dan masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum
makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas,
dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang
mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada
pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga
dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Mencuci tangan menggunakan
sabun ketika sebelum dan sesudah makan. Setelah buang air kecil (BAK) dan
buang air besar (BAB) serta sebelum dan setelah melakukan pekerjaan akan
sangat efektif menjaga kesehatan tubuh serta mencegah penyebaran penyakit
melalui virus dan bakteri yang tak tampak oleh mata menempel di tangan.
Manfaat cuci tangan antara lain;
a) Membersihkan tangan,
b) Membunuh virus dan bakteri penyebab penyakit yang menempel di tangan
dan
c) Mencegah penularan penyakit. Untuk menunjang kegiatan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) di sekolah haruslah tersedia kran cuci tangan,
sabun dan handuk sebagai sarana cuci tangan bagi guru dan peserta didik.
Dengan adanya sarana mencuci tangan serta gencarnya penyuluhan
pentingnya mencuci tangan akan membuat guru dan peserta didik terbiasa
dan sadar akan pentingnya melakukan cuci tanga dengan air mengalir dan
menggunakan sabun. Mencuci tangan dengan air mengalir dan
menggunakan sabun melatih nilai karakter disiplin.
2) Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah
Mengkonsumsi makanan sehat merupakan suatu keharusan, terutama
bagi anak usia sekolah yang berada dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Makanan sehat yang mengandung banyak zat gizi sangat
diperlukan oleh tubuh mereka. Kandungan karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral serta serat yang cukup dapat membantu tumbuh kembang anak usia
sekolah lebih optimal. Warga sekolah terutama peserta didik harus lebih
selektif lagi dalam memilih jajanan yang sehat, hal ini menjadi pekerjaan
rumah untuk para orang tua dan guru untuk memberikan pengetahuan kepada
anak untuk memilih jajanan yang sehat ketika di kantin sekolah. Alangkah
baiknya jikalau para orang tua membuatkan bekal untuk anak sehingga anak
tidak perlu jajan makanan yang tidak diketahui bahan dan proses
pembuatannya. Untuk mendukung kegiatan berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di sekolah haruslah terdapat kantin yang memenuhi syarat kesehatan,
adanya pembinaan dan komitmen dari kepala sekolah dan guru terhadap
pengelola kantin sekolah. Hal itu merupakan hal yang sangat diperlukan agar
pengelola kantin sekolah dapat menyediakan lebih banyak jajanan yang bersih
dan sehat, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi peserta
didik menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik. Mengkonsumsi
makanan sehat merupakan bagian dari nilai karakter hidup sehat.
3) Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat
Kebersihan jamban mutlak diperlukan untuk mencegah penularan
bakteri dan virus penyebab penyakit diantara warga sekolah yang
menggunakannya. Selain kebersihan dari jamban, daya tahan tubuh pengguna
juga menjadi faktor penentu penularan penyakit. Sehingga diperlukan jamban
yang memenuhi syarat jamban sehat. Syarat jamban sehat diantaranya;
a) Tidak mengkontaminasi tempat penampungan air,
b) Tidak terjadi kontak antara manusia dan tinja,
c) Hasil buangan tinja tidak menimbulkan bau,
d) Cukup pencahayaan,
e) Cukup ventilasi,
f) Cukup air,
g) Cukup luas,
h) Lantai kedap air,
i) Konstruksi jamban dibuat dengan baik sehingga aman bagi penggunanya
dan
j) Tersedia alat-alat pembersih.
Untuk mendukung kegiatan PHBS, di sekolah haruslah tersedia
jamban yang memenuhi syarat kesehatan serta memiliki sarana alat
pembersih. Jamban yang bersih dan tidak berbau selain menunjukkan
kebersihan juga membuat angka penularan bakteri dan kuman penyebab
penyakit menjadi berkurang. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh peserta
didik serta terpisah antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Dengan
menjaga kebersihan jamban merupakan bagian dari nilai karakter karakter
hidup sehat.
III. PESERTA
Semua pengunjung Puskesmas Tarok
IV. METODE
Metode yang diberikan pada proses penyuluhan adalah metode ceramah.
V. MEDIA
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah food model
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
NoWaktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
- Membuka/ memulai kegiatan dengan - Menjawab salam
mengucap salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari penyuluhan dengan seksama
2 15 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mendengarkan dan
menit - Menjelaskan materi tentang memperhatikan
Pengertian gizi seimbang
- Menjelaskan materi tentang makanan
sumber zat gizi KH, P, L, Vit, dan
Mineral
- Menjelaskan materi tentang dampak
kekurangan asupan zat gizi
- Menjelaskan materi tentang manfaat
mengonsumsi makanan bergizi
seimbang
- Menjelaskan materi tentang 4 pilar
gizi seimbang
- Menjelaskan materi tentang 10 pesan
gizi seimbang
3 10 Penutup - Peserta bertanya dan
menit - Memberikan kesempatan pada peserta memperhatikan
untuk bertanya jika terdapat hal-hal
yang belum jelas
- Mengucapkan terima kasih atas peran
serta
- Mengucap salam
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum
terjadi dalam masyarakat. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama
dalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang
usia lanjut. Salah satu cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah secara teratur. Namun, nilai tekanan darah tersebut tidak memiliki
nilai yang baku. Hal itu berbeda – beda tergantung pada aktifitas fisik dan
emosional seseorang.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik maupun diatolik
diatas nilai normal. Tekanan darah arteri disebut normal apabila tekanan
sistole/diastole yaitu 120/80 mmHg. Jika tekanan diastole antara 80 – 89 mmHg
dan tekanan darah sistole antara 120-139 mmHg maka itu dianggap sebagai
prehipertensi. Disebut hipertensi jika tekanan darah > 140/90 mmHg. Baik
hipertensi diastole maupun sistole telah terbukti sebagai faktor terjadinya
gangguan penyakit kardiovaskuler seperti, stroke dan infark miokard.
B. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebab Hipertensi dibagi menjadi 2 bagian
a. Hipertensi Primer / Essensial
Jenis Kelamin dan Usia
Genetik
Obesitas
Gaya Hidup, merokok dan minum alkohol
b. Hipertensi Sekunder
Stenosis Arteri Ginjal
Penyakit parenkim atau vaskular ginjal
Gangguan endokrin
Kelebihan Noradrenalin
C. Gejala Hipertensi
Sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan
Sesak nafas
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
Jantung berdebar – debar
Pusing
Rasa sesak di dada
Mudah lelah
Epistaksis
Kesadaran menurun
Mual dan muntah
5. Konseling Gizi
3. Penyuluhan di Puskesmas
4. Kegiatan Aksi Bergizi di SMAN 3 Payakumbuh
6. Pemberian PMT pada Ibu hamil KEK, anemia, dan balita gizi kurang
7. Musrenbang dan Rembuk Stunting
Konsultasi Bumil
Pengukuran TB
Balita Pengukuran panjang
badan
Senam bersama
Konseling Bumil
5. Pelaksanaan Posyandu
A. Data Umum
a. Data Pasien
Nama : M. Kanzu Hatta
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 23 bulan
Tempat/ Tanggal Lahir : Payakumbuh/ 16 Februari 2021
Alamat : Padang Alai Bodi, Kota Payakumbuh
BBL : 2,3 kg
PBL : 45 cm
Cara Lahir :Normal
b. Data Keluarga
Nama Ayah : Arman
Usia : 56 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Susi Marnis
Usia : 45 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : IRT
B. Data Hasil Skrining
Metode skrining : Strong Kids
Berikut merupakan hasil skrining gizi pasien degan metode Strong Kids, yaitu :
Tabel 1. Hasil Skrining Gizi dengan metode Strong Kids
No Parameter Skor
2. Apakah pasien tampak kurus?
c. Tidak 0
d. Ya 1
c. Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan terakhir?
(Berdasarkan penilaian objektif bjektif data BB bila ada
atau penilaian subjektif orangtua pasien atau untuk bayi <1
tahun : BB tidak naik selama 3 bulan terakhir)
c. Tidak 0
d. Ya 1
d. Apakah terdapat salah satu dari kondisi tersebut?
Diare ≥ 5kali/ hari, muntah > 3 kali/hari dalam
seminggu terakhir
Asupan makan berkurang selama 1 minggu
terakhir) 0
c. Tidak 1
d. Ya
e. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko mengalami malnutrisi ?
1. Tidak 0
2. Ya, karena pasien mengalami penyakit penyerta 1
Tuberkolosis dan down syndrome
TOTAL SKOR 2
Interpretasi Skor:
0 = resiko rendah (ulang skrining tiap 7 hari)
1-3 = resiko menengah (dirujuk ke tim terapi monitor)
4-5 = resiko berat (diberkan asuhan gizi setiap hari)
Berdasarkan hasil skrining Strong Kids di atas skor yang diperoleh pasien
adalah 2 karena status gizi tergolong buruk serta pasien memiliki penyakit
penyerta berupa Tuberkolosis dan down syndrome sehingga terjadi keterlambatan
perkembangan dan pasien beresiko berat mengalami malnutrisi dan perlu
dilakukan pengkajian gizi lanjut oleh ahli gizi.
C. Assesment
a. Antropometri
Berat Badan Aktual : 6,95 Kg
Panjang Badan Aktual : 72,9 cm
BBI berdasarkan PB : 9 Kg
BBI berdasarkan U : 12 Kg
BB/U : - 4,53 SD (Berat badan sangat kurang)
PB/U : -4,70 SD (Sangat pendek)
BB/PB : -3,34 (Gizi Buruk)
Penilaian : Status gizi pasien tergolong berat badan sangat
kurang, sangat pendek, dan gizi buruk
b. Biokimia
Berdasarkan hasil laboratorium psien mengalami Tubercolosis
c. Fisik dan Klinik
Berikut hasil pemeriksaan fisik dan klinik pasien, yaitu :
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Klinik
Awal Kunjungan :
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Hasil
Penilaian : Pasien menunjukan tanda dan gejala down syndrome disertai gizi
buruk
d. Dietary History (Awal Kunjungan)
a. Pasien mendapatkan ASI Kolostrum
b. Pasien masih diberi ASI sampai saat ini, biasanya lama menyusu selama
±10 menit dan diberikan ASI hanya 2x. Namun ASI yang dikeluarkan
sangat sedikit, karena asupan makan ibu yang kurang
c. Pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif karena telah diberi MPASI
sejak usia 5 bulan, dengan makanan pertama yang diberikan berupa
pisang kerik
d. MPASI yang saat ini diberikan berupa nasi biasa, dengan komposisinya
berupa , nasi, belut, dan sayur labu siam. Pasien jarang diberi lauk
nabati dan buah.
e. Hasil Recall 1 x 24 jam
1) Energi: 864,8 kkal (97%)
2) Protein: 28,8 gr (51%)
3) Lemak: 18,5 gr (125%)
4) KH: 122,5 gr (92%)
Berdasarkan hasil recall diketahui bahwa asupan protein pasien
kurag sebesar 51% sedangkan asupan lemak berlebih yaitu 125%
e. Riwayat Personal (Awal Kunjungan)
a. Pasien merupakan anak kelima dari 5 bersaudara.
b. Perkembangan motorik Pasien belum bisa berjalan, sesuai dengan
perkembangan usia yang seharusnya.
c. Riwayat Penyakit
1) Penyakit dahulu
Hipotyroid dengan status gizi buruk dan down syndrome
2) Penyakit sekarang
Tubercolosis dengan status gizi buruk dan down syndrome
d. Riwayat Kelahiran:
1) BBL : 2400 gr (N=2500-3500 gr) (BBLR)
2) PBL : 48 cm (N-45-50 cm) (Normal)
3) Cara lahir: Normal
4) Usia lahir: 36 minggu
e. Riwayat sosial ekonomi:
1) Pekerjaan Ayah: Petani
2) Pekerjaan Ibu : IRT
3) Status ekonomi menengah ke bawah
D. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake
N1 5.6.1
Asupan protein tidak adekuat berkaitan dengan pola makan tidak seimbang
ditandai dengan asupan protein sebesar 51% dari kebutuhan.
2. Domain Clinis
NC 3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan asupan yang kurang ditandai
dengan BB/U -4,53 SD dan BB/PB -3,34 SD dengan status gizi buruk.
NC. 3.5 Pertumbuhan di bawah rata-rata berkaitan dengan asupan yang
kurang ditandai dengan PB/U -4,70 SD tergolong stunting
3. Domain Behavior
NB. 1.2 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan dengan
kurang terpapar informasi yang akurat seputar makanan dan zat gizi ditandai
dengan pemberian MPASI pada usia 5 bulan, dan MPASI yang diberikan
belum bervariasi dan belum memenuhi gizi seimbang
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurangnya informasi
yang akurat ditandai dengan anak diberikan merk susu formula yang tidak
sesuai dengan usianya
E. Intervensi Gizi
1. Tujuan Diet
a. Memberikan asupan protein secara bertahap hingga mencapai adekuat
sesuai dengan keadaan bayi untuk mencegah defisiensi zat gizi
b. Mencapai berat badan ideal dengan status gizi normal
c. Membantu memulihkan kesehatan secara keseluruhan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak.
d. Memberi edukasi gizi kepada keluarga pasien untuk
e. meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku terkait diet dan pola
asuh yang baik dan benar
4. Preskripsi Diet
Diet : Diet gizi seimbang
Bentuk Makanan : Makanan Keluarga + Susu formula
Jalur Pemberian : Oral
Frekuensi : 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan, susu
formula 4 kali sehari
5. Rencana Konseling
Sasaran : Ibu Pasien/Keluarga Pasien
Metode : Konseling Gizi/Ceramah & tanya jawab
Materi
1. Menjelaskan penyebab gizi buruk.
2. Menjelaskan dampak gizi buruk, baik dalam jangka pendek ataupun
jangka panjang.
3. Menjelaskan tatalaksana diet pasien.
4. Menjelaskan pentingnya pemberian ASI untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
5. Memberikan edukasi seputar MP ASI sesuai keadaan pasien
6. Memotivasi keluarga pasien untuk mendukung perkmbangan dan
pertumbuhan anak dan membantu menjaga pola makan dengan
mengikuti dietyang diberikan serta pola asuh yang baik untuk anak.
Tempat : Rumah pasien
Waktu : +30 menit
6. Rencana Koordinasi
Berdasarkan kegiatan intervensi yang dilakukan, maka dilakukan
koordiasi lintas program, yaitu dokter, Pembina wilayah, bidan, sanitarian,
dan promosi kesehatan
Biokimia
Kamis/19-01-2023
% Asupan 97 51 93 100
Kamis/ 26-01-2023
% Asupan 81 38 116 82
19-01-23 6,95 -